Wednesday, January 6, 2021

Daftar Isi 'Trash of the Count's Family'


Diterjemahkan dari https://eatapplepies.com/ 



Chapter 1 - 50

Ch. 1

Ch. 2

Ch. 3

Ch. 4 

Ch. 5

Ch. 6  

Ch. 7

Ch. 8 

Ch. 9 

Ch.10

Ch. 11

Ch. 12

Ch. 13 

Ch. 14

Ch. 15

Ch. 16 

Ch. 17

Ch. 18

Ch. 19

Ch. 20

Ch. 21

Ch. 22

Ch. 23  

Ch. 24

Ch. 25 

Ch. 26 

Ch. 27

Ch. 28 

Ch. 29 

Ch. 30

Ch. 31

Ch. 32

Ch. 33

Ch. 34

Ch. 35

Ch. 36

Ch. 37  

Ch. 38 

Ch. 39  

Ch. 40

Ch. 41

Ch. 42

Ch. 43

Ch. 44

Ch. 45

Ch. 46

Ch. 47Ch. 48Ch. 49Ch. 50

Chapter 51 - 100

Ch. 51

Ch. 52

Ch. 53

Ch. 54

Ch. 55

Ch. 56

Ch. 57

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


Jika kalian menyukai postingan di blog ini, 
jangan lupa tinggalkan komentar 💬
agar admin semakin bersemangat untuk meng-update.
Terima kasih sudah mampir dan 

selamat membaca!!!😎




Monday, January 4, 2021

Trash of the Count’s Family (#4)


Pembuat Onar di Keluarga Count

Chapter 4: Mereka Bertemu (1)


Dia tidak dapat memikirkan hal lain saat makanan tersaji di depannya. Dia bahkan tidak dapat mencegah mulutnya menyuarakan kepuasan yang dirasakannya.

“Ha. Enak banget.”

Wakil kepala pelayan Hans terkesiap mendengar kata-kata yang keluar dari mulut Cale. Cale sedang duduk sendiri di meja makan, bersama Hans yang berdiri di sebelahnya.

Selain sarapan, keluarga Count Henituse biasanya makan tidak makan bersama. Sejujurnya, itu sebagian besar dikarenakan masing-masing mereka mempunyai tanggung jawab sendiri-sendiri. 

Tidak ada yang bilang menjadi bangsawan itu mudah.

Khususnya jika kamu bertanggung jawab untuk urusan administrasi atau politik, kamu harus mengikuti jadwal yang ketat, meninggalkan apapun yang kamu lakukan jika kamu menerima perintah dari seseorang di atasmu.

Count Deruth bertanggung jawab sebagai penguasa tertinggi di wilayah itu, membuatnya susah meluangkan waktu untuk makan bersama, sedangkan adik-adik Cale mengatur jam makan mereka mengikuti jadwal belajar masing-masing. Sementara Countess sibuk dengan aktivitas sosial bersama para istri dari keluarga berpengaruh di wilayah itu, di samping melakukan tugas-tugas lainnya. 

‘Kalau kuingat-ingat.’

Cale meletakkan garpu setelah tiba-tiba mengingat sesuatu. Hans mulai gelisah, berpikir inilah Cale yang biasanya. Dia cemas karena dia tidak tahu kapan garpu itu akan melayang ke wajahnya. Cale tidak memedulikan apakah Hans gelisah atau tidak karena dia tenggelam dalam pikirannya sendiri.

‘Ada banyak orang berkeahlian tinggi yang menyembunyikan diri sebagai seniman atau perajin.’

Kerajaan Roan cukup maju dalam bidang konstruksi dan seni, khususnya seni pahat. Hal ini dikarenakan ada banyak batu marmer di Kerajaan Roan. Berkat hal itu, wilayah Henituse menjadi daerah penambangan marmer terbaik kelima, dan mendatangkan banyak pemasukan.

Selain itu, wilayah Count Henituse sebagian besar terdiri dari pegunungan. Meskipun terletak di barat laut, pegunungan itu sangatlah subur, yang dimanfaatkan penduduk untuk menanam buah anggur di antara gunung-gunung dan diolah menjadi minuman anggur. Meskipun yang dihasilkan tidak banyak, minuman anggur dari daerah ini tetap dianggap salah satu yang terbaik di seluruh benua.

Namun, pikiran Cale lebih dipenuhi dengan ‘orang-orang kuat’, dibandingkan hal-hal tersebut. Dia bahkan melewatkan makan siang dan duduk di ruang belajar memikirikan tentang hal itu sepanjang hari.

‘Kenapa ada banyak orang berkeahlian tinggi di daerah bodoh ini? Di sini bukanlah murim*.’

Ada sangat banyak petapa ahli di sini seperti di murim. Itu sebabnya Cale membuat keputusan.

Jangan mencari gara-gara dengan siapapun.

Seorang koki yang tampak biasa-biasa saja bisa jadi seorang ahli racun, dan seseorang yang bekerja di bengkel bisa jadi pernah membunuh orang secara kejam dengan kawat. Daerah ini memang tempat semacam itu.

“Haaahhh.”

Cale mendesah dalam-dalam. Dia baru saja menyelesaikan rencana untuk mencegah dirinya terbunuh dan hidup dengan damai.

“Tuan muda.”

Cale, yang lagi-lagi ingin mendesah, memutar pandangannya ke arah sumber suara yang terdengar berhati-hati. Itu adalah wakil kepala pelayan Hans.

“Apa?”

“Perlukah saya menyuruh mereka memasak makanan lain?”

“Hah?”

Hans menahan dirinya mendesah setelah melihat Cale mengernyit dan membuka matanya dengan lebar. Dia menduga Cale akan membalik meja. Hans tidak mengerti kenapa Count menugaskannya mengurus Cale, tapi dia menahan keputusasaannya yang semakin meningkat saat menunggu jawaban Cale.

Dan Cale pun menjawab.

“Kenapa kamu mau membuat ulang makanan seenak ini?”

“…Maaf?”

Cale memungut garpunya kembali dan memotong daging di piringnya. Menu makan malam bahkan lebih mewah dibandingkan saat sarapan. Bukannya terasa enak karena dia tidak pernah makan makanan seperti ini saat masih menjadi Kim Rok Soo, tapi karena rasanya sangat luar biasa lezat, bahkan bagi Cale yang asli.

Kim Rok Soo tidak tahu bagaimana Cale tumbuh besar, tapi Cale yang asli tidak menyukai sesuatu yang tidak mewah. Dia lumayan menyukai fakta itu. Semua orang tahu tentang sifat Cale ini dan hanya membawakannya yang terbaik dari yang terbaik.

Cale memasukkan sepotong steik yang dimasak sampai matang, tapi masih empuk, ke mulutnya lalu bertanya pada Hans. Sikapnya dengan jelas menunjukkan dia sama sekali tidak peduli dengan tata krama.

“Hans, siapa yang memasak makanan ini?”

“Ah, koki kedua Beacrox.”

…Cale mendadak kehilangan selera makannya.

Beacrox. Dia selalu tampil bersih dan rapi dan merupakan putra dari Ron si pelayan. Akan tetapi, tidak seperti ayahnya, dia ahli memakai pedang tapi tidak dalam pembunuhan sembunyi-sembunyi. Beacrox juga terobsesi dengan kebersihan dan menajamkan pedang tanpa noda setiap hari, menggunakan pedang itu untuk memenggal kepala musuhnya-musuhnya.

‘…Dia juga ahli menyiksa orang.’

Pria semacam itu pada akhirnya mengagumi keterampilan pedang Choi Han dan memilih mengikutinya. Ayahnya Ron membuat kesepakatan dengan Choi Han untuk membantunya, dan memilih pergi bersama mereka berdua demi putranya. Meskipun tidak terlihat seperti itu, Ron sangat menyayangi putranya.

Cale menatap steik setengah matang yang sedikit berwarna pink di bagian dalamnya dan menelan ludah beberapa kali.

‘Aku tidak bisa membiarkan darahku tertumpah seperti steik ini.’

Dia memalingkan pandangannya ke arah Hans yang masih menatapnya lalu memotong steiknya dan memasukkannya ke dalam mulut.

“Rasanya enak. Dia anaknya Ron, kan? Aku tidak tahu dia koki yang berbakat.”

“…Saya akan menyampaikan pesan Anda kepada koki Beacrox. Saya yakin dia akan sangat senang mendengar tuan muda Cale memuji masakannya.”

“Benarkah? Beritahu dia aku sangat menikmati makanan yang lezat ini.”

“…Ya, tuan.”

Hans menatap Cale dengan eskpresi kaku, tapi Cale telah membulatkan tekadnya. Dia tidak akan mencari gara-gara dengan Beacrox dan akan berusaha memberi kesan yang baik.

Cale kembali menikmati makanannya dengan hati tenang. Semuanya akan berakhir ketika dia berhasil membuat Beacrox bertemu Choi Han dan meninggalkan daerah ini. Cale telah memutuskan apa yang menurutnya adalah rencana bagus untuk mewujudkan hal itu.

Sama seperti saat sarapan, Cale mengosongkan priringnya tanpa sisa. Dia memasang senyum puas di wajahnya saat bangkit berdiri dan menoleh ke Hans.

“Hans, kenapa kamu tiba-tiba ditugaskan kepadaku?”

Sebelum makan malam Hans menjelaskan bahwa ayahnya, Deruth, mengirimnya untuk menangani kebutuhan Cale secara pribadi. Meskipun Cale tidak tahu mengenai situasi di keluarga Count Henituse setelah Choi Han pergi, Hans sangat terampil dan mungkin memiliki peluang tinggi di antara semua wakil kepala pelayan untuk menjadi kepala pelayan resmi.

Hans menundukkan kepalanya sedikit lalu menjawab pertanyaan itu.

“Count-nim merasa khawatir setelah mendengar tuan muda melewatkan jam makan sementara bekerja di ruang belajar dan memerintahkan saya untuk memastikan tuan muda tidak lupa makan setiap waktunya. Karena itu, saya hanya akan mengurus hal-hal yang berhubungan dengan makanan tuan muda.”

Singkatnya, Hans bertanggung jawab terhadap jam makannya.

“Oh ya? Ayahku melakukan sesuatu yang tidak perlu. Aku akan makan dengan sendirinya. Tapi kurasa aku tidak akan menyadari waktunya makan malam jika kamu tidak datang memberitahuku.”

Cale sibuk menuliskan semua pertemuan bertuah yang terjadi di kelima jilid pertama novel itu dalam bahasa Korea. Setelah meninggalkan ruang makan, Cale tersenyum kepada Hans.

“Hans, mohon bantuannya ke depan.”

“Ah, tentu saja. Saya juga mohon bantuan Anda ke depannya. Saya akan berusaha sebaik-baiknya.”

Hans sedikit gelagapan saat menjawab, tapi Cale tidak menghiraukannya. Cale melihat Ron berdiri di sana segera setelah dia membuka pintu dan mulai mengerutkan dahi.

“Ron, bukannya aku bilang padamu untuk pergi makan?”

Cale menyuruhnya pergi karena tidak ingin melihat wajah orang tua ini, tapi Ron tidak mau pergi. Dia justru berkeliaran di sekitar Cale seperti seekor lalat. Ron sedari tadi menunggu di luar pintu ketika Cale berada di ruang belajar, tapi bahkan hal itu membuat Cale kesal.

“Tuan muda, sudah tugas saya untuk melayani Anda.”

Cale berdecak lidah setelah melihat Ron tersenyum padanya. Dia lalu meluapkan kekesalannya.

“Cukup. Aku tidak butuh jadi sana pergi makan. Kenapa kamu tidak pergi makan ketika aku menyuruhmu? Jangan ikuti aku. Kamu tahu kan aku akan marah jika kamu melakukannya?”

Cale mengancam Ron dengan tatapannya untuk memperkuat bahwa dia tidak ingin Ron mengikutinya lalu masuk kembali ke ruang belajar. Ketika dia mengintip ke belakangnya, Ron berdiri di sana dengan ekspresi kaku sementara Hans menatapnya dengan terkejut.

‘Apa harusnya aku tadi tidak mengamuk?’

Cale merasa takut dengan ekpresi kaku orang tua pembunuh itu dan memalingkan kepalanya lalu mempercepat langkah ke ruang belajar.

Meja itu sama sekali kosong.

Catatan yang dia tulis dengan susah payah dalam bahasa Korea sudah terbakar habis di perapian. Cale sendiri yang melakukannya. Tidak ada seorangpun di sini yang tahu bahasa Korea, tapi dia harus berhati-hati. Dia juga memberitahu semua pelayan untuk tidak masuk ke ruang belajar tanpa seizinnya.

‘Toh aku ingat semuanya.’

Kim Rok Soo selalu bisa mengingat hal-hal yang disukainya. Buku komik, novel, film, apapun itu, selama dia menyukainya, dia dapat mengingat nama dan penampilan semua karakternya. Tentu saja, jika dia tidak menyukai sesuatu, dia sama sekali tidak akan mengingat apapun tentangnya.

Cale menyandarkan punggung di kursi dan merenungkan tentang apa yang dia perlu lakukan ke depannya.

‘Pertama-tama, aku perlu bertemu Choi Han besok.’

Sudut-sudut bibirnya mulai naik perlahan-lahan.

‘Aku perlu mendapatkan sebuah perisai.’

Agar bisa hidup panjang tanpa khawatir terbunuh. Dia tidak ada niat untuk berkelahi dengan siapapun.

Untuk meraih tujuannya, langkah pertama adalah meningkatkan pertahanannya. Kedua adalah mencari cara memulihkan diri. Ketiga adalah menjadi lebih cepat dari siapapun. Keeempat adalah memperoleh kekuatan yang tidak akan melukainya tapi bisa membunuh orang lain.

Tentu saja, hal yang paling penting adalah menghindari medan perang atau di mana saja pertumpahan darah mungkin terjadi.

Cale memikirkan tentang rencana-rencananya ini saat dia perlahan-lahan menutup matanya dengan perasaan puas. Dia sedang merenungkannya bahkan saat dia jatuh tertidur.

‘Setidaknya, aku tidak akan dipukuli bahkan ketika waktunya tiba di novel.’

Perisai Anti-Pecah. Cale sedang memikirkan tentang kekuatan tanpa bentuk pertama yang akan dia dapatkan saat dia akhirnya jatuh tertidur. Kedua sudut bibirnya yang telah naik tidak terlihat akan pernah turun.

Pertemuan bertuah tidak mempunyai seorang pemilik. Perjanjiannya adalah siapa cepat dia dapat.

Hari H. Apa yang dia perlu lakukan untuk menenangkan diri dan agar berhasil? Cale berpikir langkah pertama adalah sarapan dengan lahap.

Dia merasa satu-satunya hal yang dia lakukan setelah datang ke dunia ini hanyalah makan, tapi dia berencana menikmati makanannya karena dia akan sibuk untuk sementara waktu mulai besok.

“Mm, ahem. Aku dengar kamu ketiduran di ruang belajar tadi malam.”

“Tanpa sadar aku ketiduran.”

Dia menjawab pertanyaan ayahnya dengan tenang dan kembali memusatkan perhatian pada makanannya. Kenyataan bahwa dia bahkan tidak melihat ayahnya terkesan kurang ajar, tapi itu bukan masalah karena dia dikenal sebagai pembuat onar.

Cale yang pertama selesai makan lalu bangkit berdiri. Bunyi denyitan kursi membuat perhatian semua orang tertuju padanya.

“Aku akan keluar duluan.”

Itu bukan tata krama yang benar, tapi ayah Cale Deruth sepertinya menyukai anaknya apapun yang dilakukannya. Dia menatap bolak-balik antara Cale dan piring kosongnya lalu mulai tersenyum.

“Tentu. Silahkan saja.”

“Terima kasih.”

Cale perlu segera berangkat karena ada banyak hal yang harus dia lakukan hari ini. Tapi Deruth menahannya sejenak.

“Kamu tidak butuh uang saku hari ini?”

“…Aku memang butuh uang.”

Ini benar-benar keluarga yang punya banyak uang. Cale menahan senyum setelah mendengar ayahnya akan mengiriminya uang saku melalui Hans dan pergi bahkan tanpa mengucapkan terima kasih. Dia sempat bertemu mata dengan adiknya, Basen, untuk sesaat, tapi Cale mengabaikannya dan berjalan menuju pintu ruang makan.

Dia melihat Ron mengikutinya dan mengusirnya pergi.

“Ron. Aku akan pergi keluar. Jangan cari aku.”

Jangan cari aku. Itu adalah kode dari Cale untuk memberitahu Ron dia akan meninggalkan rumah yang terletak di dekat bagian belakang kota untuk pergi minum-minum. Kapanpun dia melakukan ini, Ron hanya tersenyum dan mengatakan hati-hati di jalan.

“Apa Anda tidak akan ke ruang belajar hari ini?”

Tetapi anehnya, Ron menanyakan pertanyaan yang tidak lazim hari ini. Cale mengernyit.

“Ron, aku rasa itu bukan sesuatu yang perlu kamu tahu.”

“…Saya mengerti, tuan muda. Saya akan menunggu Anda.”

Dahi Cale semakin terlipat setelah mendengar Ron akan menunggunya.

“Jangan tunggu aku.”

Cale menjentikkan jarinya untuk memberi isyarat pada salah satu pelayan yang berdiri di pintu masuk kediamannya dan berjalan keluar dengannya. Cale terlihat masih marah, sehingga pelayan itu tidak mengatakan apapun saat berjalan di belakang Cale.

Begitu keluar dari kediaman itu, dia dapat melihat taman dan gerbang keluar jauh di depannya. Pada saat itulah Cale menghela nafas dan melirik ke belakangnya. Dia dapat melihat ekspresi kaku Ron melalui pintu yang menutup.

‘Untunglah aku bisa lolos darinya.’

Dia merasa senang Ron tidak mengikutinya. Namun, Cale merasa gentar melihat ekspresi kaku itu. Bagaimanapun juga dia seorang assassin. Saat keluar dari rumah itu Cale memutuskan dia akan memperlakukan Ron lebih baik dan tidak membuatnya marah mulai dari pertemuan mereka berikutnya. Tentu saja, dia sedang berada di dalam kereta kuda.

Tidak berapa lama kemudian dia tiba di tujuannya.

“Tuan muda. Apa benar ini tempatnya?”

Pengemudi kereta bertanya dengan hati-hati saat membuka pintu. Dia lalu melirik toko di depannya. Wajah pengemudi itu jelas-jelas kebingungan.

“Ya. Ini tempatnya.”

Cale, yang sedang mengenakan pakaian yang terlihat mewah di mata orang lain sebenarnya adalah pakaian paling sederhana di lemarinya, berjalan keluar dari kereta. Tidak ada seorangpun di sekitar mereka, orang-orang segera menyingkir begitu melihat kereta kuda dengan lambang keluarga Count.

[Aroma Teh dan Puisi] 

Itu adalah kedai teh di mana kamu bisa membaca puisi sambil minum teh. Bangunan tiga lantai yang bersih ini tampak lumayan mahal. Memang benar pemilik kedai itu sangat kaya. Malah, sebagai anak haram selir sebuah serikat dagang yang besar, dia bahkan lebih kaya dari Cale. Masalahnya adalah dia tinggal di sini sambil menyembunyikan identitasnya.

‘Jika ingatanku benar, pemilik kedai ini pergi ke ibu kota di sekitar jilid ketiga untuk menemui Choi Han. Di sanalah saat dia menyatakan bahwa, meskipun dia hanyalah anak haram selir, dia akan menjadi pemilik serikat dagang itu.’

Pria yang berteriak dan bersumpah pada Choi Han bahwa dia akan menjadi pemilik serikat dagang itu. Cale hanya membaca kelima jilid pertama, karebnanya dia tidak tahu apakah pria itu berhasil menjadi pemilik serikat dagang itu atau tidak, tetapi karena dia adalah salah satu rekan dari sang tokoh utama, kemungkinan besar dia akan berhasil.

Cale menoleh ke pengemudi yang sedang berkeringat seperti seekor babi dan memberinya perintah.

“Kamu bisa pergi sekarang.”

“Maaf?”

“Apa kamu akan membuatku mengatakan hal yang sama dua kali?”

“Tidak, itu, apa saya tidak perlu menunggu Anda, tuan muda?”

Cale menjawab dengan tenang seraya membuka pintu kedai teh itu.

“Ya. Aku akan di sini untuk sementara.”

Glek. Dia dapat mendengar pengemudi itu menelan ludah di belakangnya, tetapi suara bising yang jauh lebih kencang dan menyenangkan memenuhi telinga Cale. Klang. Bunyi bel yang pelan tapi jelas mengumumkan kedatangan Cale ke kedai teh itu.

Cale berdiri di pintu masuk dan melihat sekeliling kedai teh. Saat itu masih pagi, dan belum ada banyak orang di sana. Cale dapat melihat mereka semua tampak sangat terkejut melihatnya di sana.

Yah, novel itu memang menyatakan tidak ada seorang pun di daerah ini yang tidak mengenal Cale. Dia dalah musuh masyarakat nomor satu bagi para pedagang karena dia memiliki kecenderungan merusak segala sesuatu di toko mereka.

“Selamat datang.”

Meskipun demikian, pemilik kedai itu menyambut Cale dengan hangat. Cale menoleh ke arah pria gemuk bulat seperti bayi babi yang menyapanya dari konter kedai.

‘Dia pasti pemiliknya.’

Si anak haram yang kaya, Billos. Wajah bulat dan tubuh gemuknya benar-benar terlihat bagaikan seekor bayi babi seperti yang digambarkan oleh novel. Senyumnya yang sangat cerah menjadi daya pikatnya.

‘Dia terlihat seperti sebuah celengan.’

Cale mengeluarkan sebuah koin emas dan menaruhnya di atas konter seraya memesan.

“Aku berencana duduk-duduk di lantai tiga sepanjang hari ini.”

Billos menatap Cale dengan senyum di wajahnya. Cale berpura-pura tidak memperhatikannya sembari menunjuk sebuah rak buku.

“Teh apapun yang tidak pahit. Apa di sini juga ada novel atau hanya puisi?”

Klang. Bunyi seseorang yang menjatuhkan cangkir tehnya terdengar di seluruh kedai. Cale beranggapan seseorang meletakkan cangkir tehnya terlalu keras dan menoleh ke Billos. Dia lebih suka novel daripada puisi.

“Tentu saja. Kami juga punya banyak novel, tuan muda Cale.”

“Benarkah? Kalau begitu bawakan buku yang paling menarik dan secangkir teh.”

“Ya. Saya mengerti.”

Koin emas Cale jatuh ke tangan gemuk Billos. Cale berpaling saat Billos berusaha memberinya uang kembalian.

“Aku akan minum teh lagi nanti jadi simpan saja.”

“…Tapi ini masih terlalu banyak, tuan muda.”

Sebuah koin emas bernilai 1 juta gallon. Memiliki koin itu, yang setara dengan 1 juta won Korea, Cale melakukan sesuatu yang selama ini ingin dia coba.

“Aku punya banyak uang. Anggap saja uang tipmu.”

Berusaha memamerkan kekayaannya. Siapa yang peduli jika Billos sebenarnya punya lebih banyak uang dari dirinya? Dia juga tahu mengenai beberapa pertemuan bertuah yang akan menghasilkan banyak uang untuknya. Cale mencoba terlihat keren saat menunjuk ke meja di lantai satu dengan dagunya.

“Yah, jika masih terlalu banyak, kamu bisa memberi segelas teh kepada semua orang di sini, aku yang traktir.”

Bel Emas. Dia ingin melakukan sesuatu seperti ini setidaknya sekali saja. Setelah memberitahu ayahnya dia butuh uang saku, dia menerima tiga koin emas yang senilai dengan 3 juta gallon.

“Tapi tuan muda….”

“Ah, cukup. Bawakan saja tehku.”

Menyenangkan memang menjadi si pembuat onar. Cale tidak merasa perlu bersikap sopan dan menuju ke lantai tiga. Dia dapat mendengar bisikan-bisikan di belakangnya, tapi dia tidak perlu memedulikannya karena sudah cukup banyak gosip tentang dirinya yang seorang pembuat onar di keluarga Count.

“Seperti yang kuduga.”

Tidak ada orang lain di lantai tiga saat ini karena ini masih sangat pagi. Cale duduk di sudut paling dalam di lantai tiga itu. Dia lalu melihat keluar jendela.

‘Ini tempat yang tepat.’

Tempat terbaik di mana kamu bisa melihat Gerbang Utara Kota Western. Cale hari ini berencana untuk mengawasi Choi Han dari tempat ini. 

 

__

* Murim: istilah korea untuk dunia/komunitas seni bela diri, biasanya ditemukan di cerita fiksi.

 

***

Proofreader: Tsura


<<<

Chapter Sebelumnya   

>>>

Chapter Selanjutnya

===

Daftar Isi 

Trash of the Count’s Family (#3)

Pembuat Onar di Keluarga Count (Ep. 2)

Chapter 3: Ketika Aku Membuka Mata (2)


Cale melihat-lihat seluruh sajian makanan di depannya. Dia lalu menggerakkan garpu ke salad yang terbuat dari buah yang tidak dikenalnya. Setelah mengisi perutnya dengan daging, sup dan roti, dia ingin mencicipi sesuatu yang baru.

Buah itu terlihat seperti jeruk, tapi warnanya lebih seperti anggur. Cale memasukkan buah itu ke dalam mulut dan menggigitnya.

“Mm.”

Dalam sekejap, jus buah yang manis memenuhi mulutnya. Dia sangat benci buah asam, sehingga cita rasa yang sangat manis di mulutnya ini membuatnya tanpa sadar mulai berliur.

Pada saat itu, matanya bertatapan dengan ayahnya Deruth, yang sedang memandanginya.

“Cale.”

Deruth memanggil pelan nama Cale kemudian termenung. Dia lalu mengerutkan dahi dan menggerakkan mulutnya. Cale tidak menyukai suasana canggung itu dan mulai berbicara.

“Rasanya enak.”

“Ya, rasanya seperti sampah… hah? Apa kamu bilang enak?”

“Ya. Semuanya terasa sangat lezat.”

Kali ini Cale mengambil buah yang berbeda dan tersenyum setelah sekali lagi mengecap rasa manis di mulutnya. Lagipula si pembuat onar, Cale Henituse, tidak pernah memedulikan tata krama.

Dia mungkin seharusnya tidak melakukan ini saat berbicara dengan ayahnya, sang kepala keluarga, tapi terserahlah. Toh dia seorang pembuat onar.

‘Menjadi pembuat onar adalah yang terbaik.’

Tak seorangpun peduli pada apapun yang dia lakukan. Selama dia bisa mencegah dirinya dipukuli oleh si tokoh utama, hidupnya akan baik-baik saja.

Seperti yang Cale duga, tidak ada yang mengkritik ketidaksopanannya. Malah, Deruth justru memasang senyum di wajahnya lantas menganggukkan kepala.

“Benar, ini memang enak. Senang melihatmu begitu menikmati makananmu.”

Deruth memang terlihat seperti satu-satunya orang yang peduli pada Cale. Dia tidak mengindahkan sikap tidak sopan Cale. Yah, ayah yang benar-benar peduli mungkin harusnya mencoba memperbaiki kepribadian buruk Cale ini… tapi Cale yang ini tidak peduli karena toh dia bukan Cale Henituse yang asli.

“Ya. Tolong pastikan Anda juga makan yang banyak, ayah.”

Basen kembali melontarkan seruan ‘Ho’, dan Cale, yang kali ini mendengarnya, memalingkan pandangannya kembali ke hidangan makanan. Basen yang berusia 15 tahun. Adik laki-laki dari Cale yang dia rasuki, yang usianya tiga tahun lebih muda, sulit dia hadapi.

Tidak seperti Cale si pembuat onar, Basen orangnya pintar, tulus dan sangat bertanggung jawab. Orang-orang di keluarganya mendorong Basen untuk menjadi kepala keluarga berikutnya. Kim Rok Soo setuju dengan pemikiran ini bahkan setelah dia berubah menjadi Cale.

‘Daripada menjalani hidup yang rumit dengan bertanggung jawab atas wilayah kekuasaan ini, aku lebih memilih menggunakan posisiku sebagai kakak seorang Count agar bisa bermalas-malasan dan hidup tenang di satu bagian wilayah.’

Cale tidak berusaha berdebat dengan Basen. Dia dapat mendengar Basen terkesiap dan tahu bahwa Basen sedang merendahkannya, tapi memangnya apa yang bisa dia perbuat mengenai itu?

Ketika Basen menjadi kepala keluarga, berdasarkan kepribadiannya dia mungkin tidak akan membunuh Cale, tapi agar tidak terluka dan pindah ke desa kecil dengan tenang, dia perlu berusaha tidak mencari gara-gara dengan Basen.

‘Jika itu tidak memungkinkan, aku akan mengumpulkan uang lalu pergi ke tempat yang tidak akan dijangkau peperangan.’

Cale pura-pura tidak mendengar seruan terkejut Basen dan lanjut menyantap makanannya. Ketika jam makan telah selesai, ayahnya, Deruth, yang pertama bangkit dari kursinya. Dia tampak puas dengan sarapannya, karena wajahnya dipenuhi dengan senyuman.

‘Tadi benar-benar enak.’

Jika sarapan setiap hari seperti ini, Cale mungkin akan mengorbankan waktu tidurnya agar dapat sarapan setiap saat. Deruth melihat-lihat anggota keluarganya yang berdiri mengikuti dia, lalu mengarahkan pandangan ke putra sulungnya, Cale.

“Cale, ada yang kamu butuhkan?”

Cale merasa bingung dengan sikap peduli Deruth yang tiba-tiba, tapi dia memutuskan untuk menjawab dengan jujur.

“Tolong beri aku uang.”

“Baiklah, aku akan memberimu banyak uang.”

Deruth menjawab tanpa keraguan sedikitpun.

Keluarga ini benar-benar kaya raya.

Wilayah kekuasaan mereka menambang batu marmer dan menanam anggur untuk dibuat minuman beralkohol, karenanya uang mereka sedang berlimpah saat ini.

“Bagus sekali. Tolong beri aku sebanyak-banyaknya.”

Cale dapat melihat kedua adiknya menatap dirinya, tapi tidak ada alasan baginya untuk merasa malu. Bukankah lebih baik meminta uang daripada minum-minum dan berbuat onar?

Lagipula, dia butuh uang untuk menjalankan rencananya. Pertemuan bertuah untuk mendapatkan kekuatan yang cukup agar menjaganya tetap aman. Dia butuh uang untuk dapat membuat pertemuan bertuah itu menjadi kenyataan.

“Tentu saja. Aku akan memberimu sebanyak-banyaknya.”

Cale mulai tersenyum setelah merasa puas dengan jawaban ayahnya. Namun, dia tak bisa berkata apa-apa setelah kembali ke kamarnya dan menerima cek uang dari wakil kepala pelayan, Hans.

Cek yang dikeluarkan melalui kemitraan dengan departemen keuangan dan departemen sihir membuat perasaannya tak menentu.

‘Sebanyak ini?’

Keluarga ini sepertinya tidak hanya sekedar punya uang. Malah, mereka tampaknya punya banyak sekali uang.

Novel itu memang menyebutkan Cale menerima banyak uang saku, tapi tidak menyebutkan jumlah pastinya. Meskipun begitu, dia dapat memahami secara realistis seberapa banyaknya berdasarkan jumlah yang tertulis di cek.

’10 juta gallon.’

Ini hampir setara dengan 10 juta won Korea. Jika seperti ini, Cale dapat mengubah rencananya. Otak Cale dengan cepat memikirkan pilihan-pilihan yang dia miliki.  

“Saya sekarang akan keluar, tuan muda.”

Wakil kepala pelayan itu menyerahkan cek lalu pamit undur diri, tapi Cale tidak merespons. Wakil kepala pelayan Hans menganggap ini hal biasa dan berjalan menuju pintu. Namun, dia segera berhenti.

Itu karena Cale berdiri dari tempat duduknya dan mengatakan sesuatu pada Ron.

“Ron, ayo pergi ke ruang belajar.”

Hans merasa gelisah mendengar kata-kata Cale. Begitu juga dengan Ron.

“…Apa Anda bilang ruang belajar?”

Cale merasa ada yang aneh. Suara orang tua yang licik ini sedikit bergetar. Apa ada alasan dia tidak boleh pergi ke ruang belajar?

“Ya.”

Dia perlu pergi ke ruang belajar untuk menyusun rencana. Tidak ada meja atau bahkan secarik kertas di kamarnya. Yang ada malah botol-botol alkohol dalam jumlah banyak.

“Maaf, tuan muda.”

“Ada apa?”

Cale menatap wakil kepala pelayan yang tampak cemas.

“Ini, pagi ini kami belum sempat membersihkan ruang belajar.”

“Oh ya? Tidak apa-apa jika tidak dibersihkan sehari saja.”

“Tidak, tuan. Kami tidak bisa melakukannya.”

Wakil kepala pelayan itu anehnya sangat bersikeras mengenai hal ini. Dia lalu tersenyum cerah dan mengangkat satu jari tangannya.

“Tolong tunggu satu jam saja! Saya akan mempertaruhkan nama saya untuk memastikan ruang belajar itu sepenuhnya bersih, tidak seperti ruang belajar yang tidak pernah digunakan selama 10 tahun, tapi layaknya ruangan yang baru kemarin digunakan!”

“Tentu, terserah kamu saja.”

Dia tidak keberatan menunggu satu jam

“Bagus sekali. Kalau begitu saya akan pergi melaporkan hal ini kepada tuan besar.”

“Tidak perlu melakukannya, tapi silahkan saja jika kamu inginnya begitu.”

“Ya, tuan muda. Saya akan pergi sekarang.”

“Oke. Baiklah.”

Layaknya seorang wakil kepala pelayan terlatih, Hans menutup pintu tanpa membuat suara dan menghilang. Dia sepertinya terburu-buru. Cale tahu ada tiga wakil kepala pelayan yang tengah bersaing menjadi kepala pelayan resmi. Mungkin karena alasan itulah Hans terlihat sangat bersemangat mengenai hal ini.

“Ron.”

“Tuan muda?”

“Kenapa kamu melamun begitu?”

“Maaf, tuan muda.”

“Tidak perlu minta maaf.”

Ron kembali memasang ekspresi ganjil di wajahnya. Cale menaruh cek berharga itu ke saku dalam bajunya lalu bertanya. Ada banyak hal yang terjadi sehingga dia tidak punya waktu untuk bertanya tentang tanggal hari ini.

“Hari ini tanggal berapa?”

Pertanyaan ini akan terdengar aneh jika orang lain yang bertanya, tapi Ron si pelayan menjawab dengan suara lembut.

“Tanggal 29 bulan 3 tahun 781 berdasarkan Kalender Felix.”

“Mm, itu sebuah masalah.”

“Maaf?”

“Bukan apa-apa.”

Cale menggenggam erat 10 juta gallon di sakunya sekali lagi. Satu-satunya yang bisa dia percaya adalah uang.

Kemarin, tanggal 28 bulan 3 tahun 781 dari Kalender Felix. Itu adalah hari di mana penduduk Desa Harris, desa yang didatangi Choi Han setelah meloloskan diri dari Hutan Kegelapan, tempat di mana Choi Han merasakan kasih sayang manusia untuk pertama kalinya di dunia ini, menjalin pertemanan, dan membentuk keluarga kedua, dibunuh oleh grup assassin yang tidak dikenal.

Bahkan Cale, yang telah membaca sampai jilid kelima, tidak mengetahui identitas asli dari organisasi rahasia yang membunuh para penduduk itu.

Beberapa pembaca mungkin mengatakan sesuatu seperti ini saat membaca tentang situasi ini.

‘Kupikir dia orang yang sangat kuat. Apa yang Choi Han lakukan ketika mereka dibunuh?’

Sangatlah wajar jika berpikir seperti itu. 

Akan tetapi, ada alasan mengapa novel ini disebut [Kelahiran Pahlawan], dan bukannya [Kekuatan Sang Pahlawan] atau [Perang Para Pahlawan].

Kelahiran.

Ini adalah cerita tentang seseorang yang mengatasi berbagai macam rintangan dan membawa rasa sakit dari masa lalunya hingga akhirnya dia menjadi seorang pahlawan. Cinta dan persahabatan terjalin dalam perjalanannya bertemu musuh-musuh dan rekan-rekannya.

Sesuatu yang tidak bisa luput dari sebuah cerita adalah ‘momen kebangkitan’. Dia mungkin memiliki bakat luar biasa dan telah hidup selama puluhan tahun di Hutan Kegelapan, tapi, melalui semua itu, Choi Han masihlah seorang yang polos dan lemah lembut yang tidak mampu membunuh manusia lainnya. Dia tidak punya masalah membunuh monster, tapi Choi Han tidak pernah melukai orang lain.

Untuk mengubah seseorang seperti dirinya menjadi seorang pahlawan, novel itu harus menciptakan sebuah situasi bagi Choi Han. Untuk mengobati wanita yang memperlakukannya bagai putranya sendiri, Choi Han pergi ke Hutan Kegelapan untuk mencari tanaman obat berharga.

Dia harus masuk jauh ke dalam hutan untuk menemukannya, dan, ketika akhirnya berhasil menemukan tanaman itu dan kembali ke desa, dia menemukan mayat-mayat penduduk yang terbunuh, rumah-rumah terbakar, dan gerombolan assassin yang hendak meninggalkan tempat itu.

Choi Han mengamuk setelah melihat ini dan membunuh seseorang untuk pertama kalinya. Tentu saja, orang-orang yang dia bunuh adalah anggota dari organisasi rahasia, dan organisasi rahasia ini sering sekali bentrok dengan Choi Han di sepanjang novel.

 Choi Han baru kembali normal setelah membunuh semua assassin dari organisasi rahasia itu, sebelum akhirnya jatuh ke dalam keputusasaan karena tidak bisa mengumpulkan informasi dari orang yang sudah mati. Dia lalu mengubur mayat para penduduk desa sebelum berjanji pada dirinya sendiri.

‘Aku akan membunuh mereka semua. Aku akan membunuh semua orang yang menyebabkan hal ini.’

Choi Han menyadari apa itu kesedihan akan kematian pada saat ini, tapi pembunuhan pertamanya mulai membuatnya kehilangan akal sehat. Tentu saja, dia mulai merasakan emosi lagi dan mulai menjadi lebih manusiawi setelah bertemu dengan anggota rombongannya nanti di novel, dan tumbuh menjadi pahlawan sejati.

“…Ron.”

“Ya, tuan muda.”

“Tolong bawakan segelas air dingin.”

 “…Saya mengerti.”

Setelah Ron pergi dan dia sendirian di kamarnya, Cale menutupi wajahnya dengan kedua tangan.

Masalahnya adalah kota yang didatangi Choi Han yang sudah kehilangan akal sehatnya setelah meninggalkan Desa Harris adalah kota bernama Western, terletak di pusat wilayah Henituse.

Cale, yang kebetulan bertemu Choi Han, mengganggunya dan akhirnya dia digebuki sampai babak belur. Itulah saat di mana Choi Han bertemu anggota rombongan pertamanya, koki Beacrox yang dapat diandalkan.

‘…Aku berencana pergi ke sana terlebih dahulu dan membantunya.’

Skenario terbaik agar tidak dihajar tidak lagi tersedia. Aku tentunya lebih peduli tentang kemungkinan menyelamatkan penduduk desa, tapi tidak ada hal lain yang bisa aku lakukan pada saat ini.

Sekarang, satu-satunya yang tersisa adalah memastikan aku melakukan hal yang bisa mencegah diriku dipukuli oleh Choi Han yang marah, yang sedang bergerak dengan kecepatan luar biasa dan akan tiba di Kota Western esok hari.

‘Menghindari tokoh utamanya bukanlah ide bagus.’

Dia perlu bertemu dengan Choi Han dan mempertemukannya dengan Ron dan Beacrox. Itu adalah satu-satunya cara agar mereka bertiga meninggalkan tempat ini bersama-sama dan memulai perjalanan resmi mereka. Maka hanya ada satu pilihan yang tersisa.

‘Buat mereka bertemu satu sama lain lalu menyingkir dari jalan mereka.’

Dengan kesan pertama yang paling berkesan, jika memungkinkan.

“Tuan muda.”

“Ah, makasih, Ron.”

Cale meneguk air dari cangkir yang Ron bawa. Dia lalu mengerutkan dahi.

“Ini bukan air dingin?”

“Ini minuman dari perasan lemon.”

Dia benar-benar pria berakal busuk. Dia tahu bahwa, sama seperti Kim Rok Soo, Cale yang asli membenci makanan asam. Tapi dia malah memilih membawa perasan lemon, yang butuh upaya lebih untuk menyiapkannya dibanding air dingin. Cale merasa ingin marah saat mencicipi rasa asam itu, tapi dia tidak bisa melakukannya karena dia takut dengan orang tua pembunuh itu. Dia hanya bisa meminum perasan lemon itu.

“Makasih, ini enak.”

“Tidak masalah. Tuan muda. Kita harusnya bisa segera pergi ke ruang belajar.”

“Bagus sekali.”

Senyum lemah lembut Ron membuat Cale merinding. Dia sekali lagi menggenggam cek berisi 10 juta gallon.

Uang memang satu-satunya hal yang bisa kamu percaya.

 

***