Pembuat Onar di Keluarga Count (Ep. 28 - 30)
Chapter 26: Kamu (1)
Dan bukan sekedar tiga orang biasa. Yang satu adalah naga
bodoh, satunya lagi seorang pendeta gila yang ingin diusir dari kuil, dan yang
ketiga adalah seorang berandal dari keluarga Marquis Stan.
“Haaahhh.”
Cale mau tidak mau mendesah. Kepalanya tertunduk lantas
terangkat kembali. Begitu mengangkat kepala, dia dapat melihat sekelilingnya
menjadi lebih sunyi.
Merasa kesunyian itu janggal, Cale lantas menoleh ke Hans.
Hans tersenyum canggung, lantas diam-diam memberi Cale
isyarat ke arah si pengemudi, Tom, dan Taylor, yang sedang melihat keluar dari
jendela kereta.
Taylor tersenyum getir lantas berkata.
“Jika merepotkan rombongan Anda, kami akan pergi.”
Putra sulung dari keluarga Marquis, dan putra yang didepak
dari keluarga tersebut. Setelah kakinya lumpuh, hidup Taylor berubah 180
derajat dalam semalam, dari seseorang yang hidup mewah dan berkuasa, menjadi
seseorang yang hanya mendapat sedikit bantuan untuk bertahan hidup dari
keluarganya.
Bangsawan-bangsawan itu, yang tahu bahwa siapapun selain
penerus gelar Marquis di keluarga Stan akan segera meninggal, mulai menjauhi
Taylor, menganggapnya sebagai gangguan. Mereka bahkan dengan sengaja
mengabaikannya di depan Venion atau saudaranya yang lain demi menjilat mereka.
Situasi Taylor saat ini bahkan lebih buruk daripada putra tidak sah dari
keluarga seorang Baron.
Taylor tahu tentang Cale, pembuat onar di keluarga Henituse.
Simbol kura-kura emas mereka yang mewah, serta penampilannya sebagai pria muda
yang tampan dengan rambut merah. Tidak ada orang selain Cale yang memiliki
ciri-ciri ini. Bahkan seseorang seperti Count Henituse, yang tidak bergabung
dengan faksi manapun, akan merasa tidak nyaman untuk berhubungan dengan seseorang
seperti dirinya. Semua orang menjadi seperti itu setelah tubuhnya lumpuh.
Taylor tersadar akan realitas situasinya setelah mendengar
desahan Cale. Tapi pada saat itulah.
“Kenapa Anda harus pergi?”
Cale berjalan ke arah kereta Taylor dengan ekspresi datar di
wajahnya.
“Tempat ini bukan milik saya. Saya tidak akan melakukan
sesuatu yang sangat kekanak-kanakan ketika kita berdua sama-sama musafir.”
Cale dan Taylor membuat kontak mata satu sama lain. Cale
lalu dengan cepat melirik ke dalam kereta Taylor.
‘Dia di sana.’
Pendeta gila, Cage, yang sedang mengamatinya dari dalam
kereta. Cale telah membaca tentang bagaimana kutukannya sangat mengerikan.
Beberapa orang bahkan berkata kutukannya sepadan dengan seorang necromancer*, profesi yang dikenal
terkutuk.
Cale memalingkan pandangannya dari Cage dan menjulurkan
tangannya.
“Saya Cale Henituse dari keluarga Henituse.”
Taylor melirik tangan yang terjulur kepadanya dari luar
kereta. Dia lalu kembali menatap ekspresi datar Cale.
Klik.
Taylor membuka pintu kereta. Jika sesuai tata krama yang
benar, dia seharusnya keluar dari kereta untuk membalas salam dari Cale.
“Sulit bagi saya untuk keluar dikarenakan kaki saya.”
“Saya paham.”
Taylor sekali lagi melihat ke arah Cale, yang tampaknya
tidak memedulikan tata krama yang benar, dan menjabat tangannya. Itu adalah
jabatan tangan yang singkat.
“Senang bertemu Anda, tuan muda Cale.”
‘Tidak juga.’
Cale sama sekali tidak merasa senang atas pertemuan ini. Dia
segera berusaha berbalik karena dia tidak ingin diperkenalkan kepada Cage.
Sayangnya, Taylor adalah orang yang sangat sopan.
“Ini adalah rekan saya, pendeta Cage-nim. Dia adalah
penganut Dewa Tidur Abadi.”
Tidur Abadi. Ini adalah istilah untuk kematian. Cale menahan
diri untuk berdesah, dan menoleh ke Cage. Cage menyapanya dengan anggun
layaknya seorang pendeta.
“Senang bertemu Anda, tuan muda Cale. Nama saya Cage. Semoga
kedamaian malam selalu bersama Anda.”
‘Kedamaian malam.’ Itu adalah sapaan umum dari orang-orang
yang melayani Dewa Kematian kepada publik.
‘Kedamaian malam apanya.’
Lupakan kedamaian malam, Cale merasa dia tidak akan bisa
tidur nyenyak malam ini. Dia merasa seolah-olah sedang meminum perasan jeruk
saat dia menatap Cage, yang tersenyum lembut.
‘Dia bersikap ramah dan polos, meskipun dia menganggap itu sangat
menjengkelkan. Itu adalah alasan utama mengapa dia ingin diusir dari kuil.’
Dia benar-benar pandai berakting. Cale tersenyum kepada
Cage, yang masih memasang senyum klise seorang pendeta di wajahnya, dan
membalas dengan percaya diri.
“Saya tidak percaya pada dewa.”
Tatapan Cage dipenuhi rasa ingin tahu. Tatapannya seolah
bertanya hal gila macam apa yang Cale ucapkan kepada seorang pendeta, tapi Cale
menerima tatapannya dengan senang hati. Cale hanya ingin agar dia tetap
menganggapnya sebagai seorang pembuat onar.
“Anda orang yang menarik.”
“Kurasa saya memang agak menarik.”
Cale merespons perkataan Cage dengan santai lantas melihat
sekeliling kereta. Kereta itu sangat lusuh bagi seorang putra sulung Marquis.
Hanya satu orang kesatria, seorang pesuruh, yang juga sekaligus sebagai
pengemudi kereta, dan mereka berdua, Cage dan Taylor.
‘Aku yakin dia juga kehabisan uang.’
Kemungkinan Taylor menghabiskan banyak uang demi memasang
alat-alat sihir di sekitar kediamannya di Kota Puzzle.
Karena dia tidak mendapat banyak bantuan dari Marquis, dia
tidak punya dana darurat untuk digunakan. Kemungkinan Taylor melakukan apapun
sebisanya untuk mengurangi pengeluarannya.
Taylor menutup matanya untuk menahan rasa malu saat melihat
Cale mengamati keretanya. Cale tidak punya maksud apa-apa, lantas berpikir.
‘Kemungkinan mereka sedang menuju ibu kota karena pesanku.’
Sudah jelas mau ke mana mereka. Ke ibu kota, untuk menemui
putra mahkota.
“Hans.”
“Ya, tuan muda.”
Cale memberi perintah kepada Hans yang tengah
menghampirinya.
“Bantu mereka.”
“Ya, tuan.”
“Sajikan makanan terpisah untuk mereka dan juga dirikan
kemah di sebelah kemah kita.”
Dia tidak ingin makan bersama mereka, atau bahkan berbagi
kemah yang sama.
“Dan jangan mencariku. Kamu urus semuanya.”
Dia tidak ingin menciptakan situasi yang membuat mereka
bertemu satu sama lain. Tentu saja, dia merasa segalanya tidak akan berjalan
sesuai keinginannya.
“Ya, tuan. Saya akan melayani mereka layaknya saya melayani
Anda, tuan muda.”
“Terserah kamu. Pergi bawakan aku alhohol.”
‘Kenapa dia mendadak menjadi sangat bersemangat?’
Cale menatap Hans yang mendadak menjadi bersemangat, dan
membungkuk sedikit ke arah Taylor saat berpamitan.
“Kalau begitu saya pamit, tuan muda Taylor.”
“Terima kasih atas kemurahan hati Anda, tuan muda Cale.”
“Itu tidak seberapa.”
Cale berpaling dari Taylor, yang memasang tampang penasaran
di wajahnya. Dia lalu segera kembali ke keretanya tanpa melihat kemanapun lagi.
Tentu saja, dia tidak lupa memberi perintah kepada Wakil Kapten yang sedang
berjalan di sebelahnya.
“Sepertinya mereka hanya punya satu kesatria. Wakil Kapten,
kamu urus tugas jaga mereka juga.”
“Ya, tuan muda.”
Cale memastikan apa yang Wakil Kapten katakan kepada kesatria
Taylor sebelum naik ke kereta. Pembicaraan mereka terkait tugas jaga di malam
hari. Cale memastikan ekspresi kesatria itu berubah cerah lantas kesatria itu
naik kembali ke keretanya.
Klik.
Pintu kereta menutup dengan bunyi klik yang keras. Hal ini
membuat semua orang menoleh ke arah pintu tertutup dari kereta dengan lambang
kura-kura emas itu, sebelum kembali ke pekerjaan mereka masing-masing. Hanya
Taylor dan Cage, yang tidak memiliki satu hal pun untuk dikerjakan saat ini,
terus menatap pintu yang tertutup itu.
Kedua anak kucing menyapa Cale di dalam kereta.
“Aku pernah melihat dua orang itu.”
“Hong. Aku juga ada di sana.”
Dua anak kucing, yang sedari tadi menonton semuanya melalui
jendela, perlahan mendekati Cale dan duduk di sampingnya lantas berbicara satu
sama lain. Mereka tidak sedang melihat Cale ataupun berbicara kepadanya, tapi
sudah jelas pertanyaan itu ditujukan kepada Cale.
Cale menjawab pertanyaan cerdik kedua anak kucing itu.
“Pura-pura tidak tahu.”
“Sama seperti naga itu?”
“Ya.”
Dua anak kucing itu menganggukkan kepala untuk menunjukkan
mereka sudah mengerti. Cale melihat mereka mengangguk, lantas menyilangkan
kedua lengannya dan menutup matanya.
‘Bintang Penyembuhan.’
Itu adalah nama kekuatan kuno yang dia tulis di suratnya
kepada Cage dan Taylor. Alasan Cale tahu tentang kekuatan ini adalah karena
insiden Teror Alun-Alun Kota.
‘Bintang Penyembuhan’, adalah kekuatan sekali-pakai yang
mampu menyembuhkan cedera atau penyakit apapun ke kondisi tubuh awal yang
sehat. Putra mahkota memiliki kekuatan itu. Mendiang ratu memberikan kekuatan
itu kepadanya.
Dalam insiden Teror Alun-Alun Kota, organisasi rahasia itu
menjalankan aksinya begitu keluarga kerajaan tiba. Bom sihir di seluruh ibu
kota dan di alun-alun kota meledak bersamaan pada saat itu.
Di novel, Choi Han hanya mampu menghentikan sekitar setengah
bom itu. Itu sendiri sudah luar biasa, sehingga kerajaan menganggapnya sebagai
pahlawan, tapi Choi Han sendiri merenungkan tentang nyawa korban pengeboman
itu, membuat kebenciannya kepada organisasi rahasia itu bertambah besar.
‘Pada saat itu, organisasi rahasia itu memasang bom pada
beberapa orang dalam insiden itu.’
Choi Han, bersama si mage jenius Rosalyn, melindungi
orang-orang dari bom dan membantu mereka menyelamatkan diri. Pada saat itu, ada
seorang laki-laki tua yang Choi Han gagal selamatkan.
Laki-laki itu kehilangan lengan dan kaki kanannya saat
berusaha melepas bom dan membuangnya jauh dari dirinya, dan insiden ini membuat
Choi Han sangat kecewa. Melihat tubuh orang tua yang terluka itu, putra mahkota
teringat pada ‘Bintang Penyembuhan’. Itulah awalnya bagaimana kekuatan itu
diperkenalkan di novel.
Tentu saja, putra mahkota tidak menggunakan kekuatan itu kepada
si orang tua. Sebagai gantinya, dia menghibur Choi Han, yang merasa bertanggung
jawab atas kematian orang tua itu, dan mengangkatnya menjadi seorang pahlawan.
‘Itu wajar saja.’
Cale tidak beranggapan putra mahkota itu membuat keputusan
yang salah. Siapa yang bisa menghakiminya karena ingin menggunakan kekuatannya
untuk dirinya sendiri? Tentu saja, Choi Han atau Rosalyn akan menggunakannya
untuk orang tua itu.
“Ngomong-ngomong, apa adik naga masih membuntuti kita?”
Cale menganggukkan kepala mendengar pertanyaan Hong.
‘Karena sudah terlanjur begini, sekalian saja aku manfaatkan
naga itu untuk kepentinganku juga.’
Rencana awalnya adalah untuk menyelamatkan naga itu dan
tidak berhubungan lagi dengannya, tapi jika naga itu ingin mengikutinya
sepanjang negeri bagai seekor anak anjing, sekalian saja dia memanfaatkan naga
itu dengan baik. Dia juga sudah memikirkan tentang bagaimana cara memanfaatkan
naga itu selama beberapa malam terakhir.
Cale tahu lokasi 5 bom sihir yang Choi Han temukan di novel,
tapi dia tidak yakin mengenai lokasi kelima bom sihir lainnya yang pada
akhirnya meledak.
Kelima bom yang diketahui lokasinya ditemukan satu demi satu
dengan menggunakan kekuatan deteksi mana level-jenius milik Rosalyn.
Tapi sekarang, Cale memiliki seseorang yang jauh lebih baik
dari Rosalyn dalam mendeteksi mana, seseorang yang mengikutinya bagaikan seekor
bebek yang tersesat.
“Sekalian saja menyuruhnya bekerja keras.”
Kedua anak kucing itu tersentak mendengar ucapan Cale, tapi
Cale tidak menyadarinya karena dia sedang sibuk memikirkan semua pekerjaan yang
akan dia suruh naga itu lakukan di ibu kota. Naga itu, yang tidak tahu-menahu
tentang ini, lagi-lagi mengantarkan seekor babi liar ke tempat kemah pagi-pagi
sekali.
Cale, yang bangun kesiangan setelah bergadang semalaman
merencanakan hal-hal yang perlu dituntaskan di ibu kota, pergi keluar untuk
memeriksa babi liar itu lantas menyadari suasana yang aneh.
Dia makan dan tidur di kereta tadi malam. Dia berusaha keras
agar tidak berinteraksi dengan Taylor dan krunya. Itu sebabnya dia tidak
mengerti suasana ganjil, dan agak suram ini.
“Hans. Apa yang sedang terjadi?”
Hans tersenyum canggung dan menyapa Cale. Hans, begitu juga
dengan anggota rombongan Cale yang lain, dengan cepat menampik rasa curiga mereka terhadap
daging dan buah yang diantarkan ke mereka.
Walaupun Cale tidak tahu apa yang Ron pikirkan tentang ini,
karena Cale dan Choi Han berkata ini tidak apa-apa mereka hanya tidak
mempertanyakannya lebih jauh.
Mudah meyakinkan Beacrox karena dia selalu senang melihat
bahan makanan dari kualitas terbaik muncul setiap pagi.
“Haha, tuan muda, apa Anda baru bangun?”
Hans melirik perlahan ke arah Taylor dan Cage, lantas
menghampiri Cale.
“Begini, saya pikir tuan muda Taylor salah paham.”
“Salah paham?”
Cale dapat melihat babi liar, juga Taylor di kursi roda, dan
Cage yang mendorong kursi roda Taylor di belakangnya. Dia mendekati babi liar
yang sudah tidak bernyawa itu dan berdiri di sebelah kursi roda lantas
bertanya.
“Apa yang sedang terjadi?”
Seperti biasa, babi liar yang naga itu antarkan ukurannya
sangat besar. Lebih besar dari seekor harimau, jenis babi liar yang akan
membuat Beacrox lumayan bersemangat.
Dan, seperti biasa, di sebelah babi liar itu terdapat sebuah
gambar. Naga itu pasti merasa kesulitan menggambar garpu, karena kali ini hanya
ada gambar pisau.
“…Tuan muda Cale. Saya minta maaf.”
‘Omong kosong apa ini?’
Taylor tersenyum dengan raut muka bersalah di wajahnya saat
dia mengalihkan pandangan dari babi liar itu.
“Sepertinya pergerakanku telah dilacak.”
Pergerakan? Cale lantas dapat mendengar Cage si pendeta
bergumam di belakang Taylor. Dia tampak marah.
“Kita pergi diam-diam, jadi bagaimana ini mungkin? Ada
seseorang yang bisa menghindari deteksiku? Ini benar-benar keterlaluan!”
‘Bagaimana mungkin seseorang pada level dirimu bisa
mendeteksi seekor naga?’
Cale dapat
mengira-ngira apa yang sedang terjadi.
Sesuatu, atau seseorang, yang mampu menangkap babi liar
berukuran besar dengan sangat mudah dan meletakkannya di tempat kemah mereka
tanpa terdeteksi oleh Cage si pendeta atau siapapun juga. Kekuatan dan keahlian
mengendap-endapnya hanya dapat dilakukan oleh seorang ahli. Di sebelahnya
terdapat gambar sebuah pisau.
Bagi Cale itu gambar sebuah pisau kecil, tapi tampaknya
mereka melihatnya sebagai pisau yang sangat besar. Cale memandangi Taylor, yang
sedang menatapnya dengan rasa putus asa dan penyesalan.
“…Tuan muda Cale. Kejadian ini – “
“Beacrox.”
Cale memanggil Beacrox.
Putra kedua Marquis Stan, Venion, kemungkinan sedang sangat
sibuk saat ini. Mengapa orang seperti dia mau menaruh perhatian pada putra
tertua yang lumpuh? Toh Venion tidak tahu, ‘Bintang Penyembuhan’ ada di ibu
kota.
“Ya, tuan muda?”
Beacrox, yang sedang berdiri dengan pisau dapurnya, menjawab
dengan rasa senang di wajahnya.
“Sepertinya kita akan sarapan dengan steik.”
“Tuan muda, tampaknya kita sekali lagi akan mendapat steik
dengan kualitas terbaik.”
Taylor, yang sedang menatap Cale dengan ekspresi kosong,
tiba-tiba berbicara.
“…Sekali lagi?”
Cale menganggukkan kepala dan menjawab.
“Kami memliki seseorang di rombongan kami yang mengantarkan
makanan kepada kami.”
“…Siapa itu?”
Cale mendengus lantas menjawab.
“Dia orangnya pemalu jadi Anda tidak akan bisa melihatnya.”
Cale melihat dedaunan di pohon tidak jauh dari tempat
kemahnya bergerak naik turun dan menggelengkan kepalanya. Cale yang
menggelengkan kepala membuat wajah Taylor dan Cage memerah karena malu.
“Ahem. Saya, saya mengerti. Sepertinya kami sudah salah
paham.”
“Bukan salah Anda. Beacrox adalah koki yang sangat hebat,
jadi silakan menyantap steik sebelum Anda pergi.”
Beacrox berhenti mengelus-elus babi liar itu dan mendongak
ke arah Cale. Cale tidak dapat melihat Beacrox karena apa yang Taylor katakan
kemudian.
“Tuan muda Cale, saya dengar Anda sedang menuju ibu kota.
Jika Anda berkenan, boleh kami mengikuti di belakang Anda?”
‘Sudah kuduga akan jadi begini.’
Seperti yang Cale sudah duga.
“Silakan lakukan apapun yang terbaik bagi Anda.”
Tidak mungkin mereka akan tahu bahwa dialah yang menulis
surat itu hanya karena mereka bepergian bersamanya. Jika akhirnya akan jadi
seperti ini, sekalian saja dia menjaga mereka sampai ibu kota dan membuat
mereka berhutang budi padanya.
Kedua orang ini akan menjadi sangat berguna di masa depan
jika dia memanfaatkan mereka dengan tepat.
“Terima kasih. Kami akan berada di bawah perlindungan Anda
hingga kita tiba di dekat ibu kota.”
Cale tersenyum kecil mendengar kata-kata Taylor.
‘Setidaknya dia benar-benar sadar diri.’
Sampai di dekat ibu kota. Taylor hanya meminta tolong sampai
di lokasi yang tidak akan mempersulit Cale maupun Count Henituse saat
berhadapan dengan Venion atau Marquis Stan karena berhubungan dengan Taylor
yang lumpuh. Akan ada banyak masalah jika mereka pergi ke ibu kota
bersama-sama.
“Kita akan tentukan itu nanti.”
Tentunya, Cale punya pendapat berbeda. Masih ada banyak
benda di kotak sihirnya yang belum Cale gunakan.
“Tentu saja. Silakan beritahu kami kapanpun yang paling baik
bagi Anda, tuan muda.”
“Tentu.”
Taylor dan Cage menatap Cale yang menjawab santai dengan
rasa penasaran. Akan tetapi, Cale menghindari tatapan mereka dan berbicara
kepada Hans.
“Bawakan makananku ke kereta.”
“Ya, tuan.”
Cale kembali ke keretanya. Pada saat itulah, seseorang
memanggil namanya.
“Tuan muda Cale.”
Dia adalah Cage. Dia terlihat menderita sakit kepala, saat
dia mulai mengerutkan kening dan berjalan ke arah Cale. Cale merasakan
firasat buruk saat melihat Cage menghampirinya.
“Ada yang bisa saya bantu, pendeta-nim?”
“Apa Anda benar-benar tidak percaya kepada dewa?”
‘Dia mau apa lagi sekarang?’
“Ya, tidak satupun.”
“…Saya mengerti.”
Cale segera menuju ke keretanya setelah mendengar respons
Cage. Taylor menghampiri Cage yang memandangi Cale berjalan menjauh.
“Ada apa?”
Cage jarang melibatkan diri dengan orang lain selain
orang-orang dari kuil atau teman dekatnya. Itu sebabnya sangat aneh bagi Taylor
melihat Cage mengerutkan dahi dan mengajak Cale berbicara. Cage menggelengkan
kepala dan menjawab dengan ekspresi yang sangat getir.
“Ini aneh.”
“Apanya?”
“Yah, rasanya seperti.”
Cage menyentuh bagian belakang kepalanya.
“Aku punya perasaan Dewa Kematian sedang mengelus-elus
belakang kepalaku dengan ekspresi simpati.”
“…Perasaan macam apa itu? Apa kamu semalam tidak tidur
nyenyak?”
“Mungkin.”
Cage terus merasa begitu setiap kali dia melihat Cale. Dia
dulu pernah merasakan hal yang sama ketika kuil memaksanya melakukan pekerjaan
kasar untuk membangun kuil baru. Dia merasa perasaan yang sama ketika dia
tumbang karena kelelahan dan Dewa Kematian melihat Cage dengan rasa khawatir.
‘Tidak mungkin tuan muda Cale akan menyuruh-nyuruh kami
seperti kuil sialan itu.’
Cage memutuskan Taylor mungkin benar kalau dia tidak tidur
dengan baik, dan berusaha menghalau perasaan ini.
Itulah bagaimana rombongan Cale bertambah besar dan mereka
meneruskan perjalanan menuju ibu kota tanpa masalah lain.
Setiap kali Cale jenuh duduk dan keluar dari kereta,
rombongan Taylor terus menatapnya, tapi mereka tidak sekalipun mengobrol.
Mereka terus bepergian seperti itu hingga mereka tiba di sebuah
penginapan sejauh satu hari perjalanan dari ibu kota.
“Tuan muda Cale, Anda suka alkohol, kan?”
Taylor dan Cage datang menemui Cale.
“Apa yang bisa saya bantu?”
Cale ingin tahu kenapa mereka mengunjunginya selarut ini,
tapi ekspresinya tidaklah begitu ganjil. Taylor tersenyum melihat sikap Cale.
“Cale Henituse, pembuat onar yang tak bisa melewati hari
tanpa alkohol.”
Ketika Taylor masih menjadi calon penerus Marquis, dia juga
telah menerima semua informasi tentang para bangsawan. Informasi tentang Cale sangat
unik sehingga mustahil dia melupakannya.
“Tapi saya rasa itu tidak sepenuhnya benar.”
Akan tetapi, Cale sangat berbeda dibandingkan informasi yang
dia terima. Dia tinggal di kereta sepanjang hari agar mereka dapat merasa
tenang, dan bermurah hati memberi mereka perlakuan terbaik yang mungkin mereka
dapatkan. Bawahannya juga mempercayai dan menurutinya.
Yang paling penting, dia memperlakukan mereka berdua
layaknya orang biasa.
“Anda berbeda dari rumor.”
Mereka sekarang berada tepat di depan ibu kota. Taylor dan
Cage harus bergerak sembunyi-sembunyi mulai besok pagi. Tentu saja, mereka
harus melangkah masuk dengan percaya diri saat memasuki istana kerajaan.
Tetapi ada banyak hal yang perlu dipersiapkan sebelum itu
terjadi. Namun, mereka telah membulatkan tekad untuk melakukan hal yang berbeda
dengan rencana awal mereka.
Mereka telah mengamati Cale Henituse selama seminggu lebih.
Orang ini kini mengisi pikiran Taylor dan Cage.
“Tuan muda Cale. Anda tidak keberatan berbagi minuman dengan
kami sebelum kami pergi, kan?”
_________________________
* Necromancer = sebutan untuk orang yang dapat membangkitkan
orang hewan, monster, dsb. yang sudah mati (biasanya dalam bentuk
tulang-belulang) dan mengendalikan mereka layaknya pasukan perang.
***
Proofreader: Tsura
<<<
>>>
===
No comments:
Post a Comment