Showing posts with label Remarried Empress (The Second Marriage). Show all posts
Showing posts with label Remarried Empress (The Second Marriage). Show all posts

Saturday, April 9, 2022

Remarried Empress (#327) / The Second Marriage




Chapter 327: Bawa Anak Pertamanya (2)

Penerjemah: Shira Ulwiya

 

“Sayangku, pegang tangan ibu…. bayiku, bayiku yang manis…”

Gumaman terdengar dari semak-semak.

Viscount Roteschu hendak memasuki Istana Barat ketika dia tiba-tiba mendengar suara itu.

“Rashta?”

Itu terdengar seperti suara Rashta.

Viscount Roteschu berbalik dan menuju ke sumber suara.

Terlihat tempat kecil berbentuk melingkar di antara semak-semak dan rumput pendek. Rashta sedang duduk di sana di kursi sarang burung yang besar, menggendong boneka di pelukannya dan bergumam.

"Sayangku…"

Melihat Rashta bergumam sambil membelai boneka itu, Viscount Roteschu mendecakkan lidahnya dengan heran.

"Apa dia benar-benar sudah gila?"

Tiba-tiba, Rashta berhenti dan mendongak.

Ketika dia melihat Viscount Roteschu, matanya yang kusam menjadi hidup kembali. Kemudian, dia mendorong boneka itu dengan cemberut.

"Aku sedang berlatih cara menggendong bayi."

Viscount Roteschu merasa lebih tenang setelah mendengar suaranya yang tajam penuh kebencian.

“Aku tidak bisa menggendong bayiku. Aku tidak bisa menggendongnya dengan baik, jadi aku harus berlatih. Aku tidak boleh menjatuhkannya lagi. Kalau tidak, aku tidak akan bisa melihat wajahnya lagi.”

"Omong kosong apa yang kamu katakan?"

Setelah mendengarkan omongannya, Viscount Roteschu segera mendekatinya. Melihat sekelilingnya, dia berkata dengan suara rendah,

"Sadarlah. Aku punya informasi tentang putri Keluarga Isqua yang kamu minta.”

“Jangan mencarinya, tidak perlu. Apa kamu pikir aku tertarik menemukan putri orang lain?”

Rashta, yang berbicara dengan tegas, menatap Viscount Roteschu dan tertawa,

“Kamu malah mencari putri orang lain padahal putrimu sendiri juga hilang.”

Mata Viscount Roteschu memerah sesaat karena ejekan itu.

Rashta mengulurkan tangan, menampar pipi Viscount Roteschu dua kali, dan tersenyum.

“Kamu sedang dihukum. Aku kehilangan anakku karena kamu, jadi kamu juga kehilangan anak.”

"Apa kamu benar-benar sudah gila?"

“Aku tidak peduli apa yang kamu pikirkan. Rashta sedang sibuk, jadi cepatlah bicara lalu pergi.”

Viscount Roteschu mendengus cemberut.

'Apa yang sebenarnya terjadi selama aku pergi sehingga dia jadi berubah sekali?'

Walaupun dia membenci Rashta, dia menganggapnya licik seperti rubah, meskipun dia terkadang naif dan kikuk. Namun, dia tidak melihatnya sama sekali pada diri Rashta saat ini.

Tetap saja, Viscount Roteschu tidak peduli dengan penderitaan Rashta.

Alih-alih bertanya kepada Rashta tentang apa yang sedang terjadi, dia buru-buru menceritakan apa yang telah dia temukan,

“Dia kemungkinan besar adalah putri asli Keluarga Isqua.”

"Dia? Navier?”

“Evely! Penyihir yang tinggal di Istana Selatan!”

“Evely? Penyihir?”

Sorot mata Rashta yang tadinya tak bersemangat menjadi penuh amarah.

"Dia orangnya?"

"Ya!"

Rashta menjatuhkan boneka itu dan mencengkeram leher Viscount Rostechu.

"Apa kamu yakin? Kamu tidak melakukan ini untuk mengerjai Rashta?”

“Untuk apa aku mengerjaimu? Tidak ada untungnya.”

'Kamu adalah sumber uangku!' Viscount Roteschu berujar dalam hati.

Mengapa dia menyampaikan informasi ini ketika dia begitu sibuk mencari Rivetti? Karena Rashta memang sumber uang dan masa depan keluarganya.

Namun, Rashta, yang harusnya memenangkan hati kaisar untuk mendapatkan uang darinya, tidak focus justru membuatnya marah.

Menemukan Rivetti butuh uang, uang, dan lebih banyak uang.

"Tidak mungkin."

Rashta meremas leher Viscount Roteschu, mendorongnya ke belakang, dan bergumam,

“Itu tidak mungkin dia! Itu tidak mungkin dia di antara begitu banyak orang! Tesnya, apa kamu suda melakukan tes?”

“Aku tidak bisa melakukan tes. Orang-orang di kuil menolak meskipun aku membawa darahnya. Mereka mengatakan bahwa orang-orang yang akan diuji harus datang secara pribadi. Ada begitu banyak penyimpangan, seperti pertukaran darah, sehingga saat ini tidak ada tes yang dilakukan kecuali orang-orang yang terlibat hadir.”

“Kalau begitu itu tidak benar. Itu tidak benar."

Meskipun Rashta mengatakannya sambil tersenyum, di dalam hati dia gugup.

“Tidak mungkin gadis yang biasa memanggilku kakak adalah putri kandung mereka.”

“Rashta, kamu tidak bisa semata-mata mengatakan itu tidak benar. Kamu harus memeriksanya dengan benar, bahkan bila perlu membawanya ke kuil dengan paksa.”

“Apa gunanya memeriksanya? Kamu tahu tidak ada gunanya bagiku mencoba memeriksanya!”

Rashta, yang berteriak keras, tertawa terbahak-bahak, mengarahkan jarinya ke Viscount Roteschu dan berbicara dengan sinis seolah dia mengerti niatnya.

“Kamu berbohong untuk menyakiti Rashta, bukan? Bukankah aneh kamu menemukan putri yang tidak dapat ditemukan Viscount dan Viscountess Isqua selama bertahun-tahun hanya dalam beberapa minggu? Ya. Itu bohong. Itu tidak mungkin benar.”

“Aku juga tidak tahu mengapa mereka tidak dapat menemukannya selama bertahun-tahun. Apakah karena mereka mencari di negara lain, atau karena mereka tidak mencarinya sungguh-sungguh , atau karena mereka tidak punya otak? Pokoknya, aku mengatakan yang sebenarnya. Aku tidak tahu apakah Evely benar-benar putri mereka, tetapi pasti besar kemungkinannya.”

Sudut mata Rashta mulai memerah.

Terlepas dari penampilannya yang menyedihkan, Viscount Roteschu tidak punya waktu untuk mengkhawatirkannya saat ini.

Dia mengulurkan tangannya dengan cepat.

“Beri aku uang. Aku punya informan yang sangat terampil, tetapi dia menuntut banyak uang.”

“…”

“Kamu juga perlu mengirim uang ke rumah agar Alan bisa tetap sehat. Dia membesarkan putramu.”

Rashta melepaskan gelang permata dari pergelangannya dan menyerahkannya, dan Viscount Roteschu menerimanya tanpa ragu-ragu. Kemudian dia berbalik seolah-olah urusannya sudah selesai.

Begitu Viscount Roteschu keluar dari semak-semak, dia bisa mendengar di belakangnya lagi, "Sayangku, pegang tangan ibu ..."

Viscount Roteschu merinding, jadi dia menggosok-gosok lengannya.

"Apa dia benar-benar sudah tidak waras?"

***

"Kalung mana dicuri ?!"

"Ya."

"Kamu tidak tahu siapa yang melakukannya?"

"Saya sangat memperhatikan keamanannya, tetapi seseorang mengambilnya tanpa jejak."

Di sebelah Marquis Karl, penyihir istana terlihat seperti akan menangis.

Dia baru saja mulai menyelidiki satu petunjuk yang ditemukan terkait fenomena penurunan penyihir. Kalung itu telah hilang, jadi dia sangat kesal.

Sovieshu ingat Heinley menggunakan burung untuk bertukar surat dengan Navier.

"Mereka mampu mengendalikan burung-burung."

Marquis Karl bertanya,

"Apa yang harus kami lakukan, Yang Mulia?"

Sovieshu tidak segera menanggapi, tetapi malah menatap penyihir istana dan bertanya,

“Sudah jelas, sangat sulit untuk melanjutkan penyelidikan saat ini. Apa yang bisa kita lakukan untuk mengurangi kerugian kita sekarang?”

“Tidak pasti, tapi akan lebih baik menjauhi batu mana untuk saat ini.”

"Bukankah batu mana membuat kita lebih mudah menggunakan sihir?"

"Tepat sekali. Bahkan Nona Evely memulihkan mananya yang hilang dengan bantuan batu mana. Ada juga beberapa kasus peningkatan mana yang tiba-tiba. Namun, asisten saya kehilangan mana karena batu mana. Sejak itu, saya menyuruhnya tidak jauh-jauh dari kalung mana, tapi mananya tidak kembali…”

Penyihir istana, yang sedih memikirkan itu, berhasil menyelesaikan kata-katanya beberapa saat kemudian.

“Kami tidak tahu dalam kondisi apa mana menghilang dan meningkat, jadi yang terbaik adalah menjauhi batu mana.”

"Kamu benar. Kita akan melakukan persis seperti yang kau katakan. Marquis Karl, hubungi akademi sihir juga agar mereka mencegah murid-muridnya menggunakan batu mana untuk sementara waktu.”

"Ya, Yang Mulia."

Marquis Karl melirik sejenak ke sisi meja Sovieshu saat dia meninggalkan kantor bersama dengan penyihir istana.

Kaisar Sovieshu tidak membawa sang putri selama beberapa hari. Sebelumnya, dia selalu berusaha menempatkannya di sisinya. Apa yang membuatnya berubah pikiran?

Dia tidak menyingkirkan buaian bayi, tetapi buaian yang kosong itu membuat ini tampak lebih aneh.

Begitu berada di luar kantor, penyihir istana bertanya seolah-olah dia memiliki pemikiran yang sama.

"Bukankah Yang Mulia tidak membawa sang putri bersamanya akhir-akhir ini?"

“Sang putri masih sangat kecil dan terkadang menangis, pasti itu mengganggu pekerjaannya.”

Penyihir istana kali ini bertanya dengan suara meragukan.

“Yah, wajar bayi menangis. Bukankah ini karena berita Permaisuri Navier sedang hamil?”

Sebagai tanggapan, Marquis Karl dengan tegas menyangkalnya.

"Tidak sama sekali."

Karena sangat sedikit orang yang tahu pasti bahwa Sovieshu mengajukan gugatan cerai karena Navier mandul, penyihir istana langsung mengangguk,

"Ya. Anda benar."

Namun, raut wajah Marquis Karl menjadi lebih muram. Faktanya, dia sangat khawatir Sovieshu akan menjauh dari sang putri karena alasan itu. Dan kekhawatiran itu benar.

Sovieshu pertama-tama berkeliaran di sekitar kantor sambil melihat buaian yang kosong, lalu berkeliaran di sekitar koridor. Pada akhirnya, dia tidak bisa menahan diri untuk pergi ke kamar bayi.

Di sana, sang putri tidur nyenyak di tempat tidurnya yang nyaman.

"Dia bayi yang sangat tenang."

Viscountess Verdi berkata dengan cepat.

Sovieshu melambaikan tangannya dan berjalan ke buaian. Dia menatap wajah bayi yang sedang tidur itu dan dengan lembut menyentuh pipinya.

Bayi itu membuka matanya perlahan, mengenali wajahnya, tersenyum manis dan mengeluarkan suara.

Dengan rasa sakit yang menyayat di dadanya, Sovieshu mengangkat bayi itu dengan wajah cemberut.

Bayi itu hanya terkikik ringan, menarik-narik pipi dan telinga Sovieshu.

Sovieshu berusaha menemukan kempiripan dirinya dengan sang putri sementara dia membiarkannya bermain-main dengan wajahnya.

Mata, hidung, mulut, rambut, tangan, kaki, kulit…

Tapi tidak ada. Bayi itu tidak mirip dengannya.

Hanya ada dua orang yang tampak seperti bayi itu. Rashta dan anak pertamanya.

Sovieshu teringat anak pertama Rashta, yang pernah sekilas dia amati. Sepengetahuannya, Viscount Roteschu yang membesarkannya.

‘Aku perlu melihat anak itu lebih teliti.’

Bagi Sovieshu, anak itu hanyalah anak pertama Rashta, jadi ketika dia melihat anak itu untuk pertama kalinya, dia tidak terlalu memperhatikannya meskipun dia melihat kemiripannya dengan Rashta.

Tapi sekarang…

Setelah menempatkan bayi di buaian, Sovieshu kembali ke kantornya dan memanggil seorang kesatria yang biasa bergerak sembunyi-sembunyi.

"Pergi ke rumah Viscount Roteschu dan bawa anak pertama Rashta, bersama dengan Viscount Roteschu."

***

[Baca Remarried Empress Bahasa Indonesia di https://shiraulwiya.blogspot.com/]

Diterjemahkan dari https://novelutopia.com/ 

 

<<< 

Chapter 326          

>>>             

Chapter 328

===

Daftar Chapters 

 

Ingin memberi dukungan? Klik https://saweria.co/storylover

 

Remarried Empress (#326) / The Second Marriage




Chapter 326: Bawa Anak Pertamanya (1)

Penerjemah: Shira Ulwiya

 

Duke Zemensia sedang dilema.

Dia harus memilih antara dirinya atau putrinya.

Jika dia membuat keputusan demi hidupnya sendiri, dia tidak akan ragu-ragu. Tentu saja dia akan menyelamatkan putrinya.

Masalahnya adalah jika dia mengakui dia sengaja menyiapkan makanan untuk menyakiti keluarga kekaisaran, seluruh keluarganya juga akan berada dalam bahaya. Istrinya, putranya, dan bahkan dua cucunya yang menawan….

"Yang Mulia benar-benar kejam."

Sang Duke itu bergumam kaget.

Meskipun dia telah menyiapkan makanan yang berbahaya bagi bayi dalam kandungan permaisuri, dia bahkan tidak tahu pasti kalau permaisuri hamil.

Sekalipun dia yakin permaisuri hamil, dia tidak melakukannya dengan maksud agar permaisuri memakannya.

Dia hanya ingin Kaisar dan Permaisuri sedikit merasakan penghinaan publik. Dia ingin semua orang menyadari bahwa di balik kedok manis kaisar hanya ada racun.

Meskipun ini juga bukan hal yang baik, bukankah balas dendam ini lebih ringan dibandingkan dengan apa yang diderita putrinya karena dikurung di rumah terpencil seperti binatang?

Ini tidak lebih dari perselisihan biasa antara bangsawan masyarakat tinggi. Namun, kaisar yang kejam ini mengancam akan membunuh seorang manusia untuk meredakan ketidaksenangannya yang sesaat.

'Bagaimana dia bisa begitu acuh tak acuh dengan nyawa manusia?'

Bagi Duke Zemensia, yang terbiasa dengan raja terdahulu yang sabar dan baik hati, Kaisar Heinley tampak seperti seorang tiran keji yang akan menghancurkan negara.

Dia lebih suka Heinley menggunakan pedang. Tetapi kaisar ini malah memaksanya untuk menggunakan pedang dan memilih siapa yang akan dia tikam. Bukankah itu kejam?

Ketika mata mereka bertemu, sudut mulut kaisar sedikit terangkat.

Ekspresi Duke berubah.

Dengan wajah itu, Kaisar membuat orang berpikir, 'Yang Mulia terlalu lembut.'

Dengan wajah itu!

Tetapi Sang Duke harus memilih. Dia harus memilih antara mengorbankan Christa atau keluarganya.

“Surat itu… tidak ditulis olehku.”

Matanya memerah karena marah.

"Sayang sekali."

Kaisar Heinley berbisik pelan, "Ini benar-benar disayangkan," dan mendorong patung di atas meja dengan satu tangan.

Patung itu hancur berserakan di lantai.

***

Ayahku, yang akhirnya berhenti menangis, sekarang benar-benar fokus memilih hadiah untuk bayiku.

Tahu-tahu, desainernya sudah ada di sini, dan pakaian-pakaian bayi yang modis memenuhi ruangan. Ada banyak juga album desain baju bayi.

Saat aku mengamati pakaian itu dengan cermat, aku hampir tidak berhasil melepaskan diri dari godaan yang menyelimutiku.

Karena dokter istana memberitahuku untuk beristirahat dengan baik, sekarang aku tidak melakukan apa-apa. Kemarin juga sama. Tapi itu membuatku merasa tidak enak karena Heinley bekerja sementara aku bersenang-senang.

"Yang Mulia ada di dalam?"

Namun, ekspresi McKenna di depan kantor itu aneh. Ketika dia melihatku, dia gugup dan tersenyum canggung.

“Yah, Yang Mulia sangat sibuk saat ini. Beliau tampaknya punya banyak pekerjaan. Hmm… Omong-omong, kehamilannya sudah diumumkan. Hah… Apa itu? Apakah itu pakaian Yang Mulia Heinley?”

"Ini pakaian bayi."

“Oh, pakaian bayi ukurannya mirip dengan Yang Mulia Heinley. Anda mengerti maksud saya, bukan? Saat dia dalam wujud burung.”

Tidak, aku pikir Heinley lebih besar. Bagaimanapun, perbandingan itu tidak masuk akal meski demi berpura-pura.

'Kenapa dia bertingkah seperti ini?'

Ketika aku melihat pria yang keluar dari pintu kantor beberapa saat kemudian, aku tahu jawaban dari pertanyaan itu.

Duke Zemensia …

Itu karena ayah Christa, pria yang kemarin mengecam kami di depan umum karena menyembunyikan fakta bahwa aku hamil dalam upaya membuat jebakan bagi para bangsawan.

McKenna khawatir aku akan bertemu dengannya.

Duke Zemensia, yang melangkah gontai, melihat ke arahku.

Matanya tertuju padaku, dan pada keranjang pakaian bayi yang kupegang.

Kemudian tatapannya berubah sengit dan matanya yang besar menyipit.

Dia menatapku seolah-olah aku adalah musuh yang telah mengusir Christa. Begitu McKenna terbatuk, dia mengibaskan jubahnya dengan kuat dan pergi dengan enggan.

Viscount Langdel, yang berdiri di belakangku, berkata dengan suara rendah,

“Tatapannya tidak bagus. Kami perlu memperkuat penjagaan Anda untuk saat ini, Yang Mulia.”

"Ya…"

Aku ingin tahu apakah Heinley menekannya dengan keras gara-gara kemarin. Ekspresinya menjadi sangat ganas dalam sehari.

Saat aku melihat punggungnya yang menjauh, Heinley juga keluar dari kantornya.

“Ratuku!”

Memanggilku dengan sayang, dia bergegas ke sisiku, mengeluarkan pakaian yang ada di keranjang, dan bertanya padaku.

"Apakah ini milikku?"

Apa yang sedang terjadi? Apa yang Heinley bicarakan dengan Duke hingga membuat semua orang bertingkah aneh?

***

[Baca Remarried Empress Bahasa Indonesia di https://shiraulwiya.blogspot.com/]

Diterjemahkan dari https://novelutopia.com/ 

 

<<< 

Chapter 325          

>>>             

Chapter 327

===

Daftar Chapters 

 

Ingin memberi dukungan? Klik https://saweria.co/storylover

 

Thursday, March 31, 2022

Remarried Empress (#325) / The Second Marriage




Chapter 325: Kekhawatiran Ibuku (2)

Penerjemah: Shira Ulwiya

 

"Semua orang yang dekat dengan Yang Mulia tampaknya sangat gembira."

Heinley berkata, "Ya?" dan memiringkan kepalanya.

"Maksud saya Keluarga Troby dan para dayangnya."

McKenna berdiri di sampingnya dengan surat di tangannya.

 “Mereka tidak berhenti menangis dan tertawa sejak kemarin.”

Sudut mulut Heinley terangkat membentuk senyum hangat.

"Aku senang mereka sangat senang dengan berita itu."

"Yang Mulia, Anda juga harus bergabung dengan mereka."

"Hmm. Aku tahu."

"Anda bisa melakukannya besok atau lusa."

McKenna, yang berbicara seolah-olah dia menyesal, menyerahkan surat di tangannya itu kepada Heinley.

Heinley menerima surat itu dan mengajukan pertanyaan alih-alih menjawab.

"Apakah kamu melihat ekspresi Ratuku ketika Duke Zemensia mencemooh dirinya, McKenna?"

"Bukankah dia memiliki senyum di wajahnya?"

"Apa? Apa yang kamu lakukan melihat ekspresi istriku begitu dekat?”

McKenna memandang Heinley dengan bingung, tidak bisa mengerti.

Heinley mendengus dan membuka surat yang diberikan McKenna kepadanya, berpikir dalam hati bahwa itu tidak benar.

“Ratuku memiliki ekspresi marah. Ratuku seharusnya hanya memikirkan hal-hal baik sejak dia hamil. Ini harus diselesaikan dengan cepat.”

Senyum kejam muncul di wajahnya saat dia bergumam dan melirik surat itu.

Pada saat itu, sekretaris lain mengumumkan kunjungan Duke Zemensia.

"Anda memanggil saya, Yang Mulia."

Setelah Duke memasuki kantor, dia datang dalam jarak lima langkah dari meja Heinley dan menundukkan kepalanya.

Dia memiliki ekspresi acuh tak acuh. Dia tidak terlihat seperti orang yang sama yang kemarin menuduh Kaisar dan Permaisuri di depan para bangsawan.

Sementara McKenna berpikir bahwa dia memang rubah tua, dia mengambil surat yang dia tunjukkan pada Heinley.

"Aku memanggilmu karena aku menemukan sesuatu yang menarik, Duke."

Sang Duke mendongak tanpa sedikit pun emosi. Sikapnya mencerminkan bahwa, apa pun itu, dia tidak perlu takut.

Begitu Heinley memberi isyarat mata, McKenna menyerahkan surat itu kepada sang Duke.

"Apa ini?"

Sang Duke bertanya dengan suara berat, mengambil surat itu dan membukanya. Seketika, ekspresinya sedikit menegang.

Dengan dagu bertumpu di tangan, Heinley memandang Duke itu seolah-olah dia merasa geli.

Tak lama kemudian, sang Duke mengembalikan surat itu ke McKenna. Dia mungkin menurunkan pandangannya untuk menyembunyikan ketakutan di matanya.

"Bagaimana menurutmu, Duke?"

Heinley bertanya sambil tersenyum. Kemudian sang Duke langsung menjawab.

"Tulisan tangan saya telah dipalsukan."

"Dipalsukan?"

"Saya tidak pernah menulis surat seperti itu, Yang Mulia."

"Tapi aku menemukannya, Duke."

"Itu surat palsu."

“Bukankah luar biasa bahwa kamu berani menyangkalnya bahkan setelah melihat surat itu dengan tulisan tanganmu sendiri? Dalam surat itu tertulis dengan jelas, 'permaisuri sedang hamil, jadi siapkan makanan yang berbahaya bagi bayi dalam kandungannya, tidak boleh beracun karena itu tidak akan lolos dari pemeriksaan pendeta.”

"Apakah Anda pikir saya akan meninggalkan surat jika saya telah memberikan perintah itu?"

Heinley mengangguk tanpa malu pada pertanyaan sang Duke.

“Ya, aku pikir begitu. Mengapa kamu meninggalkannya, Duke? Bukti harus selalu dihancurkan untuk menghindari ketidaknyamanan.”

Duke Zemensia menganggap kata-kata kaisar muda itu tidak masuk akal.

Dari awal, dia tidak menulis surat seperti itu. Apalagi dia tidak akan pernah meninggalkan surat yang bisa menimbulkan masalah. Surat itu pasti palsu.

'Tidak peduli seberapa bagus trik kecilnya, dia masih terlalu muda.' Duke Zemensia mendecakkan lidahnya di dalam hati.

“Apakah Anda membalas dendam karena saya mengungkit rumor ketidaksuburan baru-baru ini di hadapan semua orang? Jika itu masalahnya, itu tidak masuk akal. Bukankah Permaisuri sudah hamil?"

“Ini bukan balas dendam, Duke. Itu hanya penyelidikan.”

Namun, Heinley dengan tegas menyangkalnya dan membunyikan bel kecil di mejanya.

"Aku butuh catatan buku pinjaman perpustakaan."

Terdengar bunyi klik yang jelas dari pintu yang dibuka.

'Menyedihkan, bagaimana putriku bisa menderita karena seseorang yang begitu menyedihkan?'

Kesal, sang Duke mengalihkan pandangannya ke arah pintu yang perlahan terbuka.

Tapi begitu pintu terbuka sepenuhnya, matanya melebar. Sang Duke tercengang.

Wanita yang masuk dengan buku catatan memberikan kesan bermartabat dan lembut. Dia memiliki mata biru tua, rambut cokelat ... wajah yang sangat mirip dengan wajah Christa.

Tapi bukan kemiripannya yang luar biasa dengan Christa yang mengejutkan Duke Zemensia. Wanita itu sangat mirip dengan Christa, tetapi tidak sampai dia tidak bisa membedakannya.

Yang mengejutkan Duke adalah tali di lehernya.

“Apa artinya ini…?”

Itu jelas tali tebal yang digunakan untuk melakukan eksekusi dengan cara digantung. Bahkan bentuk simpulnya.

Heinley mengabaikan reaksi Duke dan mengulurkan tangannya.

Wanita itu dengan lembut meletakkan buku itu di tangan Heinley dan pergi.

"Ini dia, Duke."

Heinley mengetuk meja dengan ringan dengan satu tangan untuk menarik perhatian Duke kembali kepadanya, lalu menggoyangkan buku itu sedikit.

“Ada apa dengan semua ini?”

"Ini adalah catatan buku yang dipinjam dari perpustakaan, Duke."

“Apa hubungannya denganku?”

“Inilah judul-judul buku yang telah dipinjam cucumu.”

"Mari kita lihat ..." Heinley, yang bergumam sambil membalik halaman, berhenti di tengah.

Judul buku mengalir secara alami dari mulut Heinley,

“Makanan yang bisa berbahaya, obat-obatan yang harus diwaspadai, apa yang tidak boleh dimakan oleh wanita hamil… Astaga. Cucumu memiliki selera buku yang unik, bukan begitu?”

Wajah Duke Zemensia memucat.

Ini adalah sebuah ancaman.

Dia bisa berulang kali menegaskan bahwa surat itu palsu. Selama dia tidak mengakui tuduhan itu, dia tidak akan memiliki masalah besar. Popularitasnya di masyarakat kelas atas mungkin terpengaruh, tapi itu saja.

Kaisar dapat menjatuhkan hukuman padanya atas kehendaknya sendiri, tetapi dalam kasus itu para bangsawan akan menganggap kaisar sebagai seorang tiran.

Kaisar muda itu dikelilingi oleh rumor buruk dan bahkan secara sewenang-wenang menikahi permaisuri negara tetangga. Hal ini akan semakin merusak citra kaisar muda yang dianggap tidak disiplin dan egois.

Jadi sekarang Kaisar Heinley mengancamnya.

Dia ingin sang Duke mengakui bukti palsu itu. Jika tidak, putrinya akan digantung.

Bahkan jika dia tidak digantung, Christa akan mati jika Heinley berhenti mengiriminya makanan atau meracuninya. Jika dia menutup semuanya setelah membunuhnya, bahkan fakta kematiannya akan terkubur.

Wajah Duke Zemensia menjadi lebih pucat.

Kaisar di hadapannya bukanlah seorang pemuda yang tiba-tiba naik takhta. Dia adalah seorang pria licik yang melakukan rencana kejam di bawah senyuman wajahnya.

“Duke. Jawab aku."

Begitu dia menutup buku catatan itu, Heinley mendesak Duke Zemensia dengan suara ramah.

“Apakah surat ini palsu? Atau apakah cucumu terlalu penasaran?”

***

[Baca Remarried Empress Bahasa Indonesia di https://shiraulwiya.blogspot.com/]

Diterjemahkan dari https://novelutopia.com/ 


<<<

Chapter 324          

>>>             

Chapter 326

===

Daftar Chapters 


Ingin memberi dukungan? Klik https://saweria.co/storylover





Remarried Empress (#324) / The Second Marriage




Chapter 324: Kekhawatiran Ibuku (1)

Penerjemah: Shira Ulwiya

 

Begitu aku mengumumkan bahwa aku hamil, pendeta yang membantu kami memimpin acara ‘Doa Agung’ melambaikan tangannya dengan tergesa-gesa,

“Hampir saja ini menjadi masalah yang gawat. Anda tidak boleh sedikit pun makan makanan ini, Yang Mulia.”

Wajahnya ketakutan. Mungkin karena keluarga kekaisaran berada pada titik kritis sejak masa raja terdahulu.

Pendeta itu segera menyingkirkan makanan itu.

“Tidak apa-apa melakukan ini?”

Ketika aku bertanya padanya untuk berjaga-jaga, dia melambaikan tangannya lagi dan berkata dengan gugup,

“Tentu saja, tentu saja. Kita tidak bisa membahayakan masa depan Kekaisaran Barat padahal kita sedang berdoa untuk itu.”

Saat kami berbicara, gumaman mulai terdengar di sekeliling kami. Sebagian besar bangsawan berwajah cerah dan bersuara riang.

Bagi kedua pihak bangsawan yang mendukung Heinley dan yang tidak, masalah penerus itu penting.

Lagi pula, fakta bahwa aku orang asing menjadi kelemahan sekaligus kelebihan.

Karena aku tidak punya hubungan darah dengan keluarga mana pun di Kekaisaran Barat, semua bangsawan berharap untuk menjadi ajudan anakku di masa depan.

Heinley tetap tersenyum lembut dan, begitu ingar bingar mereda, memutuskan untuk melanjutkan acara tersebut.

Ketika kami semua bertemu untuk makan siang di ujung acara itu, Duke Zemensia menghampiri dengan segelas anggur.

“Saya ucapkan selamat dengan sepenuh hati, Yang Mulia.”

Sudah ada banyak bangsawan yang datang untuk mengucapkan selamat, tapi aku tidak menyangka Duke Zemensia juga akan melakukannya.

Bukankah dia ayah Christa? Menurutku dia bukan seseorang yang benar-benar ingin mengucapkan selamat kepadaku.

Tidak mudah menerima ucapan selamatnya tanpa ragu-ragu. Walaupun aku berterima kasih padanya dengan tersenyum, aku tidak boleh melepaskan kewaspadaanku karena aku tidak tahu apa niatnya.

Sang Duke baru menunjukkan niatnya yang sebenarnya setelah dia berpura-ramah menjadi ramah,

“Tetap saja ini tidak adil.”

“Tidak adil?”

“Kehamilan Permaisuri adalah perayaan nasional dan harapan setiap orang, tapi itu dirahasiakan selama dua bulan. Bahkan kami para bangsawan tidak tahu bahwa Yang Mulia sedang hamil, dan kami tidak pernah berhenti mengkhawatirkan tentang masalah penerus.”

Oh… Aku bertanya-tanya apakah makanan yang berbahaya untuk kehamilan itu telah disajikan secara sengaja, dan jika benar, siapa yang melakukannya.

Ada kemungkinan besar kalau pria inilah yang ada di baliknya.

Beberapa bangsawan yang berbincang-bincang dengan bersemangat tentang bayiku terkejut mendengar ucapan Duke Zemensia.

Mereka tampaknya orang-orang yang setidaknya sekali pernah mengekspresikan kekhawatiran mereka mengenai penerus dan rumor ketidaksuburanku.

Duke Zemensia berbisik di telinga mereka bagaikan seekor ular saat mereka sedang larut dalam kegembiraan. Dia memberi petunjuk dengan kata-katanya bahwa, ‘permaisuri pasti merahasiakan kehamilannya untuk mengetes mereka’.

“Penting untuk berhati-hati di awal-awal kehamilan.”

Heinley berbicara dengan tenang sambil tersenyum. Lalu dia mengambil gelas kosong dari tanganku dan kali ini menyerang balik.

“Lagi pula, bukankah kami selalu berkata bahwa tidak ada masalah, bahwa ada hal-hal lain yang perlu dikhawatirkan, bahwa persoalan-persoalan negara lebih penting saat ini. Kesalahan itu ada pada mereka yang tidak memercayai kami, pada mereka yang memiliki pemikiran jahat.”

Sementara Heinley dan Duke Zemensia saling bertukar senyum licik, wajah-wajah beberapa bangsawan menjadi suram karena perkataan Heinley.

***

Malam itu, dayang-dayangku, orang tuaku, dan bahkan kakakku membuat kehebohan.

“Tidak adil Anda merahasiakannya ‘bahkan dari kami! Ahh… Saya senang Anda hamil! Tetap saja itu tidak adil! Tapi saya senang …. Ahh!”

Laura terus-menerus merasa kesal, menangis, dan bersuka cita.

“Jadi, pertama-tama kita perlu menyiapkan pakaian bayi? atau mungkin mainan? Tidak, tidak, yang lebih penting adalah tempat tidur bayi …. Desain apa yang paling cocok untuk tempat tidur bayinya?”

Tiba-tiba, Rose mulai berbicara tentang apa yang dia tahu. Countess Jubel, yang memiliki pengalaman luas dalam pernikahan, kehamilan, dan pengasuhan, membanggakan diri dengan pundak terangkat,

“Memangnya apa yang nona muda yang belum menikah tahu tentang itu? Serahkan semuanya padaku, Nona Rose. Serahkan pada saya, Yang Mulia.”

Akan tetapi, Rose tampak belum siap untuk mengalah,

“Countess Jubel. Saya telah melihat dan mengdengar banyak hal, jadi saya bisa menanganinya juga.”

“Yang, Yang Mulia. Apa tidak apa-apa Anda terus berdiri? Tidak, Anda perlu berbaring, atau sebaiknya duduk saja.”

Mastas panic, seolah-olah aku tiba-tiba menjadi orang yang sakit. Begitu aku duduk, aku berpaling untuk melihat kakak laki-lakiku dan dia tampak termenung.

Apakah dia mondar-mandir di ruangan karena dia tidak bisa duduk diam sedikit pun?

 Sebaliknya, ayahku tidak bergerak atau mengatakan apa pun, mengelap air matanya dengan saputangan. Tampaknya dia ingin memberiku selamat dengan sepenuh hati, tapi sayangnya ada yang mengganjal di tenggorokannya…. setiap kali dia membuka mulutnya, tidak ada kata-kata yang keluar.

Awalnya, ibuku menepuk-nepuk punggung ayahku berkali-kali untuk menenangkannya, tapi pada akhirnya menyuruhnya pergi saja jika dia ingin menangis. Ayahku menjadi sedih, berdiri menghadap dinding di sudut ruangan dan mulai menangis lebih kencang.

Sementara aku tersenyum canggung, ibuku menaruh tangannya di perutku dan dengan lembut membelai rambutku.

“Anakku sayang. Bagiku kamu masih terlalu kecil. Aku tidak percaya gadis kecilku akan menjadi seroang ibu…”

“Ibu, aku tidak benar-benar kecil.”

“Kamu akan mengerti ketika kamu punya anak. Tidak peduli seberapa besar mereka tumbuh, mereka akan selalu menjadi anak kecil orang tua mereka dan tak berdaya.”

Kakak lak-lakiku, yang selalu ditegur dengan keras alih-alih diperlakukan seperti orang yang tak berdaya setiap kali dia terlibat masalah, menggerakkan bibirnya seolah-olah dia ingin protes.

“Tapi aku gelisah.”

“Kenapa?”

“Aku ingin membesarkan anakku dengan baik.”

Ibuku melingkarkan lengannya di sekeliling kepalaku dan menepuk-nepuk pundakku. Desahan ibuku terasa di rambutku.

“Aku tidak tahu apa aku bisa melakukannya, ibu.”

“Kamu anak yang luar biasa. Sangat cerdas dan penurut.”

“Aku tahu.”

“Tidak mudah bagi seorang yang pintar mengajari orang lain. Tidak apa-apa jika anakmu mirip sepertimu, tapi seaindainya…”

Pandangan ibuku beralih sekejap antara kakakku dan ayahku.

“Seandainya anakmu tidak begitu penurut, aku khawatir kamu tidak akan bisa menanganinya.”

Aku sama sekali tidak boleh memberitahu ibuku tentang masa kecil Heinley.

“Aku akan berusaha keras, ibu.”

“Aku harap aku bisa tinggal di sisimu untuk membantumu.”

Aku juga berharap ibuku bisa tinggal di sini denganku… tapi ibuku mencintai Kekaisaran Timur. Tak bisa memintanya (untuk tinggal di sini), aku menyandarkan dahiku ke dada ibuku.

Saat itulah, kakak laki-lakiku bertanya seolah-olah dia membaca pikiranku.

“Ibu, tidak bisakah kau tinggal di sini bersama Navier?”

Aku juga berharap begitu, jadi aku menatap kakak laki-lakiku.

“Aku akan memikirkannya… Sayang, kamu bisa berbalik dan datang kemari.”

“Istriku…. Na … Navier … Navier kita masih kecil, tapi anak kecil kita… Ahh.”

Ibuku merengut mendengar ucapan ayahku. Melihat pemandangan ini, Mastas menekan kedua bibirnya dan menundukkan kepalanya.

Ayahku dengan cerdik bergegas pergi, berbalik dan mengeluarkan saputangannya.

***

[Baca Remarried Empress Bahasa Indonesia di https://shiraulwiya.blogspot.com/]

Diterjemahkan dari https://novelutopia.com/ 


<<<

Chapter 323          

>>>             

Chapter 325

===

Daftar Chapters 


Ingin memberi dukungan? Klik https://saweria.co/storylover


Sunday, March 27, 2022

Remarried Empress (#323) / The Second Marriage




Chapter 323: Ketakutan Sovieshu (2)

Penerjemah: Shira Ulwiya

 

Tentu saja, mungkin saja perilakunya berbeda dari mantan ratu sebelumnya karena dia pergi karena malu. Namun, membuat semua orang menjauh bukanlah sifatnya Christa. Dia setidaknya akan menerima kunjungan para pengikutnya.

Ketakutan sang duke terwujud beberapa jam kemudian.

Tentara bayaran, yang menyelinap ke rumah Compshire di tengah malam, kembali ke penginapan sebelum fajar dan melapor kepada sang Duke.

“Semua jendela dan pintu di rumah itu tertutup. Ada beberapa jendela terbuka yang posisinya terlalu tinggi dan sangat kecil sehingga sama sekali tidak ada yang bisa melewatinya.”

"Apa?"

“Ada lubang kecil di bagian bawah pintu depan. Sepertinya makanan dan minuman dibawa masuk melalui lubang itu.”

Sang Duke segera memahami situasinya.

'Heinley, Kaisar kejam itu telah memenjarakan putriku!'

Dia mengepalkan tangannya dengan marah.

Bahkan setelah tentara bayaran itu pergi, dia bahkan tidak bisa duduk di tempat tidur. Dia merasa tertekan, jijik, dan marah, seolah-olah tubuhnya akan meledak jika dia diam.

Bagaimana mungkin seorang gadis cerdas, yang peduli pada orang lain, dipenjara dan diisolasi!?

Dia marah dengan cara kaisar licik itu bertindak di belakang layar sementara dia berpura-pura menutupi skandal itu dengan mengirim Christa ke Compshire.

Bahkan sekarang, ada yang khawatir karena mereka merasa bahwa tindakan yang diambil oleh Kaisar Heinley terlalu lunak.

Tapi yang membuatnya lebih marah adalah bahwa dalam situasi ini dia tidak memiliki kekuatan untuk menyingkirkan para kesatria itu dan membebaskan putrinya.

Tidak dapat menahan amarahnya, sang Duke melemparkan sebotol anggur yang ada di atas meja ke lantai.

Ketika botol itu pecah berantakan, anggur merah mengalir di lantai seperti darah.

"Kaisar Heinley, aku tidak akan membiarkan hal ini..."

Dengan cara itu, sang Duke segera meninggalkan Compshire dan kembali ke ibu kota.

Yang dia lakukan begitu kembali ke ibu kota adalah mendapatkan makanan yang disebut 'Jesslen'.

Makanan itu rasanya enak dan sehat, tetapi berdampak buruk pada janin. Itu adalah makanan yang harus dihindari setiap wanita hamil.

"Apakah Anda akan memberikannya kepada Permaisuri?" Bawahan itu bertanya kepada sang Duke dengan heran, "Bukankah itu berbahaya?"

Jika Permaisuri hamil, dia tidak akan memakannya bahkan jika sang Duke mengirimkannya kepadanya. Sebaliknya, dia mungkin mulai meragukan niatnya.

Namun, sang Duke menjawab,

"Tidak. Segera akan ada doa besar yang akan diselenggarakan oleh kaisar. Makanan ini juga akan menjadi persembahan dalam doa agung itu.”

"Hah?"

Sang Duke tersenyum jahat,

“Dia harus makan apa pun yang disajikan di sana. Minta seseorang untuk memastikannya diletakkan di atas altar.”

***

Di Kerajaan Barat ada acara yang disebut 'Doa Agung' di mana persembahan dipersembahkan kepada raja dan ratu. Waktu untuk merayakannya telah tiba.

Diperkirakan acara itu akan tetap diadakan meskipun kami telah menjadi Kekaisaran Barat, jadi aku meminta ajudanku untuk menjelaskan acara tersebut kepadaku dan berlatih sedikit.

Secara keseluruhan, apa yang harus aku lakukan tidaklah sulit. Aku hanya sedikit khawatir karena harus makan di acara tersebut.

“…total enam makanan disajikan sebagai persembahan. Pendeta memeriksa apakah makanan itu tidak diracuni. Kemudian makanannya akan dikonsumsi oleh Kaisar dan Permaisuri.”

Akhir-akhir ini aku tidak bisa makan apa pun, kecuali beberapa hidangan yang disiapkan Heinley. Aku tidak mual di pagi hari, tetapi perutku akan terasa berputar setiap kali aku memasukkan sesuatu yang tidak ingin aku makan ke dalam mulutku.

Aku benar-benar harus makan enam makanan berbeda…

“Anda tidak harus memakan semuanya, tetapi cukup untuk membuat kesan yang baik, Yang Mulia. Berhati-hatilah agar tidak menumpahkan makanan. Meskipun tidak gawat, menumpahkan makanan itu dianggap sial.”

Itu sangat gawat.

Seorang kaisar atau permaisuri tidak boleh melakukan sesuatu yang dianggap sial karena jika sesuatu yang buruk terjadi di masa depan, itu akan segera dikaitkan dengan mereka dan mereka akan dengan mudah menjadi sasaran kemarahan orang-orang. Bahkan jika mereka benar-benar tidak terkait dengan itu.

Aku memikirkannya sebentar. Bagaimana jika aku mengungkapkan bahwa aku hamil sehingga aku tidak akan menghadiri acara tersebut?

Bukankah mengerikan jika aku akhirnya memuntahkan sesuatu yang tidak ingin aku makan?

Namun, perangkap rumor ketidaksuburan, yang dibuat oleh Heinley dan aku, bekerja terlalu baik untuk mengungkapkan kehamilanku saat ini karena acara tersebut.

Berapa kali sudah aku memperbarui tingkat bahaya para bangsawan?

Heinley berusaha secara bertahap mengurangi kekuatan keluarga dengan bahaya tinggi, baik dengan tidak memercayakan mereka atas tugas apa pun, atau dengan memercayakan mereka dengan tugas yang memiliki kemungkinan kegagalan yang tinggi.

Apakah tidak apa-apa melepas jebakan hanya karena aku tidak mau makan sedikit? Tidak. Tentu saja tidak.

Yah, toh tidak akan ada makanan yang berbahaya untuk bayi, kan? Aku hanya harus berusaha.

***

Namun, situasinya lebih buruk dari yang kuduga.

Setelah beberapa prosedur sederhana, ketika makanan yang telah diperiksa diletakkan di depanku, aku hampir tertawa masam.

Di atas meja ada makanan yang bergizi, tetapi tidak boleh dimakan oleh ibu hamil. Aku pikir itu akan baik-baik saja selama itu bukan makanan seperti ini. Sayangnya, itulah yang disajikan.

Heinley juga mengerutkan kening saat dia mengenali makanan yang tidak bisa aku makan. Saat tatapan kami bertemu, dia tersenyum paksa.

“Kaisar Heinley? Permaisuri Navier?”

Karena baik Heinley maupun aku tidak juga makan, pendeta yang membantu kami memimpin acara memanggil kami dengan suara terkejut.

Aku meletakkan tanganku di perutku. Sudah sekitar dua bulan.

Sebenarnya, aku ingin menunda pengumuman bayi ini selama mungkin. Setidaknya sampai ulang tahun Heinley.

Pada saat itu, para bangsawan yang bermusuhan akan praktis dihancurkan di tangan Heinley.

Tetapi karena situasi saat ini, tidak ada jalan keluar lain. Aku tidak bisa makan ini, jadi aku harus mengungkapkan kebenarannya.

Dengan senyum cerah, aku melihat bergantian antara pendeta dan Heinley. Karena aku telah memutuskan untuk mengungkapkannya, yang terbaik adalah melakukannya dengan ekspresi sebahagia mungkin.

"Permaisuri Navier?"

Pendeta itu memanggilku dengan bingung. Alih-alih menjawab, aku mengulurkan tangan ke arah Heinley.

Heinley sepertinya memahamiku dan dengan cepat meraih tanganku. Kemudian dia mengangkatnya, mencium bagian belakangnya dan tersenyum indah pada pendeta itu.

Wajah pendeta yang dilarang menjalin hubungan asmara itu mulai merona. Tidak peduli jika kami pasangan suami-istri, siapa pun akan bertanya-tanya apa yang sedang kami lakukan di depan seorang pendeta yang tidak bisa berkencan dengan siapa pun dalam hidupnya.

Heinley menoleh untuk melihat para bangsawan. Para bangsawan tidak malu, tetapi tampak bingung melihat kaisar dan permaisuri begitu manis satu sama lain, tanpa memakan apa yang telah disajikan kepada mereka.

Dengan senyum lebar, Heinley mencondongkan tubuh ke arahku, meletakkan tangannya dengan ringan di perutku dan berkata dengan lantang,

“Kali ini aku harus makan sendiri. Tuhan tidak ingin anaknya sakit karena memakan ini.”

Para bangsawan tidak segera mengerti. Kemudian, aku tersenyum pada mereka dengan kebahagiaan yang meluap-luap.

Jika makanan ini tidak muncul di sini secara kebetulan, itu adalah rencana bodoh seseorang.

"Sudah dua bulan ..."

Itu sudah cukup untuk mengatakan yang sebenarnya.

***

"Siapa ... Siapa yang hamil?"

Sovieshu, yang menggendong Glorym di pangkuannya, menjatuhkan mainan bayi yang dipegangnya di satu tangan atas laporan Marquis Karl. Akibatnya, sang putri menangis.

Sovieshu menggendong bayi itu, menepuk punggungnya dan bertanya pada Marquis Karl.

“Tidak mungkin. Ulangi apa yang baru saja kamu katakan.”

"Navier sedang hamil, Yang Mulia."

Marquis Karl berbicara lagi dengan suara yang dalam.

Sovieshu berdiri terperanjat. Matanya terbelalak kaget.

"Siapa yang memberitahumu? Apa itu seseorang yang kamu percayai?”

"Navier mengungkapkannya secara pribadi di depan para bangsawan Kekaisaran Barat di sebuah acara."

Mata Sovieshu layu bagaikan tanaman tanpa air.

Sang putri memukul-mukul lengannya dan menampar wajahnya yang kaku dengan tangan kecilnya. Ketika sang putri mulai menarik rambutnya, Sovieshu akhirnya tersadar.

Tapi dia masih memiliki ekspresi terperanjat. Tangan Sovieshu sangat gemetar sehingga Marquis Karl berulang kali mengangkat tangannya sendiri. Dia takut Kaisar akan menjatuhkan bayi itu.

Untungnya, Sovieshu tidak menjatuhkan bayinya dan duduk kembali di sofa.

Dia memeluk sang putri erat-erat dalam pelukannya seolah-olah dia adalah harapan terakhirnya dan menghela napas.

Setelah Marquis Karl pergi, Sovieshu membelai rambut sang putri dengan bingung. Badai dahsyat mengamuk di kepalanya.

'Navier sedang hamil. Hamil… Bukankah Navier mandul?’

Selama bertahun-tahun mereka menikah, mereka tidak pernah bisa memiliki anak.

‘Dia hamil kurang dari setahun setelah dia pergi ke negara itu?’

Sovieshu menggelengkan kepalanya.

'Tidak tidak. Itu tidak mungkin.’

Dia tidak mau menerimanya. Dia tidak mau menerima bahwa Navier tidak mandul. Saat itu, dia melihat lukisan yang tergantung di dinding.

Berkat pengaturan yang dibuat di matanya, Navier sekarang menatap dirinya di lukisan itu.

Sovieshu menghela napas berat.

'Jika Navier tidak mandul, apakah semua rencana dan perceraiannya sia-sia? Aku meninggalkan Navier demi seorang anak, tetapi ternyata dia tidak mandul…'

Semua gerakan dan pikirannya berhenti. Dia bahkan berhenti bernapas.

Lengan Sovieshu, yang menggendong bayi itu, menegang. Sovieshu melihat ke bawah dengan mata ketakutan.

Dia melihat rambut perak indah yang menyerupai rambut Rashta. Rambut perak di kepala kecilnya selembut bulu domba.

Sovieshu belum pernah melihat rambut sehalus sutra sebelumnya. Tapi matanya diwarnai ketakutan.

'Bagaimana jika yang mandul itu ..... bukan Navier, tapi aku?'

***

[Baca Remarried Empress Bahasa Indonesia di https://shiraulwiya.blogspot.com/]

Diterjemahkan dari https://novelutopia.com/ 


<<<

Chapter 322          

>>>             

Chapter 324

===

Daftar Chapters 


Ingin memberi dukungan? Klik https://saweria.co/storylover



Remarried Empress (#322) / The Second Marriage




Chapter 322: Ketakutan Sovieshu (1)

Penerjemah: Shira Ulwiya

 

'Bukankah Evely penyihir yang Kaisar Sovieshu ingin jadikan selir?!'

Viscount Roteschu melompat kegirangan.

Jika ini benar, ini akan menjadi peristiwa yang luar biasa.

Orang-orang akan berpikir bahwa kedua putri Keluarga Isqua akan menjadi istri kaisar, sementara Rashta akan merasa bahwa semuanya telah diambil darinya oleh Evely.

Viscount Roteschu memutuskan untuk berhati-hati. Hal ini harus ditangani dengan hati-hati.

Begitu dia meninggalkan panti asuhan, dia memanggil tentara bayaran yang telah dia perkenalkan kepada Rashta dan memerintahkan,

“Ada seorang gadis bernama Evely di Istana Selatan. Calon selir Kaisar Sovieshu. Bawakan aku sedikit darahnya.”

Viscount Roteschu memberinya sebuah botol kecil yang telah dia siapkan sebelumnya.

Selama beberapa hari berikutnya, Viscount Roteschu memfokuskan untuk menemukan petunjuk apa pun tentang Rivetti sementara menunggu kembalinya tentara bayaran itu.

***

Sementara itu, Duke Zemensia dari Kekaisaran Barat telah meninggalkan ibu kota menuju Compshire. Dia pergi menemui putrinya, Christa.

Jika Permaisuri Navier benar-benar hamil, dia harus mengubah rencana. Itulah mengapa dia ingin menghibur putrinya sebelum memikirkan tindakan ke depannya.

‘Dia pasti sangat marah.’

Dia ingat terakhir kali dia melihat putrinya.

Saat di ruang rapat. Putrinya menatapnya beberapa kali dengan pandangan kosong, tetapi matanya berteriak minta tolong.

Hasilnya mungkin berbeda jika dia ikut campur. Tetapi bahkan jika hasilnya telah berubah, Christa tidak akan meraih kejayaan sebelumnya. Jadi sang Duke menyerahkan Christa demi cucunya yang memiliki potensi lebih besar.

Akibatnya, dia menjadi marah. Christa pergi ke Compshire bahkan tanpa melihat wajahnya. Sejak itu, dia terus mengirimkan surat meskipun Christa tidak membalasnya.

Sang Duke menghela napas. Dia telah memilih jalan yang paling menguntungkan bagi keluarganya, tetapi itu tidak berarti dia tidak mencintai putrinya, sehingga hatinya hancur.

Akhirnya, kereta berhenti di depan Rumah Compshire.

Menjadi tempat di mana mantan ratu menghabiskan sisa hidup mereka, rumah itu didekorasi dengan mewah.

Ketika sang Duke hendak keluar dari kereta, dia menyadari bahwa kereta belum memasuki rumah, jadi dia duduk kembali dan meminta kusir,

“Masuklah sedikit lebih jauh.”

Tapi alih-alih jawaban si kusir, dia mendengar pertengkaran kecil.

Saat dia membuka jendela dan mengintip ke luar, dia melihat para kesatria, yang menjaga batas pinggir rumah bagaikan tembok, mendesak si kusir untuk mundur.

"Apa yang terjadi?"

Ketika sang Duke bertanya dengan bermartabat, si kusir mendekat dan menjawab dengan cepat,

"Tuan, mereka bersikeras bahwa kereta tidak bisa masuk."

Sang Duke mengerutkan kening. Dia telah mendengar bahwa para kesatria dari Rumah Compshire tidak membiarkan siapa pun masuk, tetapi dia tentu saja tidak berharap itu termasuk ayahnya.

"Apakah kamu memberi tahu mereka siapa aku?"

"Ya. Mereka tetap menolak.”

Salah satu kesatria yang telah memblokir jalan kereta mendekati sang Duke dan meminta maaf dengan tegas.

“Maafkan saya, Duke. Christa memerintahkan untuk tidak membiarkan siapa pun masuk.”

"Aku ayahnya."

"Dia menginstruksikan agar tidak ada pengecualian, bahkan untuk anggota keluarganya."

"Pergi, tanya dia lagi."

Atas perintah dingin sang Duke, kesatria itu melirik kesatria lain seolah-olah tidak ada pilihan lain.

Kesatria yang menerima sinyal itu berlari ke rumah. Namun, jawaban yang dia bawa kembali sama,

"Christa tidak ingin melihat siapa pun, bahkan ayahnya."

Wajah sang Duke menjadi kaku. Tapi bukannya berteriak, dia bertanya dengan tenang.

"Jadi, tidak ada seorang pun dari luar yang pernah bertemu Christa?"

***

“Ada yang tidak beres. Ini aneh."

Duke Zemensia, yang menyewa seluruh penginapan, bergumam ketika dia memasuki kamar tidur di lantai paling atas.

"Christa tidak bertemu dengan siapa pun?"

Setelah seorang pelayan menurunkan barang bawaan dan menutup pintu, bawahan itu menjawab,

“Dia sepertinya ingin tenang.”

Bukankah itu bisa dimengerti? Jika dia memiliki harga diri, dia mungkin ingin bersembunyi selama satu tahun atau lebih.

“Tuan, apa yang ingin Anda lakukan sekarang? Apakah Anda akan mengirim seseorang beberapa kali lagi sebelum Anda kembali?”

Namun, sang Duke menggelengkan kepalanya.

"Tidak."

"Lalu…"

"Cari tentara bayaran yang gesit."

"Apa?" Bawahan itu terkejut dan bertanya, "Apakah Anda berencana untuk menyusup ke tempat itu?"

“Apa menurutmu aku bisa menghindari para kesatria itu dengan tubuh ini? Itu sebabnya aku ingin kamu mendapatkan tentara bayaran yang gesit. Aku ingin dia masuk untukku.”

"Tapi Christa tidak ingin bertemu siapa pun ..."

"Aku tahu."

Sang Duke mengulurkan jari dan menunjuk ke bawahannya. Selanjutnya, dia bertanya dengan tatapan bingung.

“Bukankah itu aneh? Christa suka bersosialisasi dengan orang lain. Dia sangat memerhatikan orang lain sampai-sampai dia mengabaikan dirinya sendiri.”

Mata sang Duke menyipit.

"Aku bisa mengerti bahwa dia marah padaku, tapi itu tidak wajar jika dia tidak ingin bertemu siapa pun."

Fakta bahwa dia meninggalkan takhta dan pergi ke Compshire tidak berarti dia akan dikurung.

Mantan ratu menjalani kehidupan impian bahkan setelah meninggalkan takhta, dan bangsawan dari dalam dan luar negeri mengunjungi untuk memberi penghormatan.

Pengaruh mantan ratu di masyarakat kelas atas tidak berkurang hanya dengan pergi ke Compshire.

‘Jadi mengapa dia tetap diam?’

***

[Baca Remarried Empress Bahasa Indonesia di https://shiraulwiya.blogspot.com/]

Diterjemahkan dari https://novelutopia.com/ 


<<<

Chapter 321          

>>>             

Chapter 323

===

Daftar Chapters 


Ingin memberi dukungan? Klik https://saweria.co/storylover