Chapter 322: Ketakutan Sovieshu (1)
Penerjemah: Shira
Ulwiya
'Bukankah Evely penyihir yang Kaisar Sovieshu
ingin jadikan selir?!'
Viscount Roteschu
melompat kegirangan.
Jika ini benar, ini
akan menjadi peristiwa yang luar biasa.
Orang-orang akan
berpikir bahwa kedua putri Keluarga Isqua akan menjadi istri kaisar, sementara
Rashta akan merasa bahwa semuanya telah diambil darinya oleh Evely.
Viscount Roteschu
memutuskan untuk berhati-hati. Hal ini harus ditangani dengan hati-hati.
Begitu dia
meninggalkan panti asuhan, dia memanggil tentara bayaran yang telah dia
perkenalkan kepada Rashta dan memerintahkan,
“Ada seorang gadis
bernama Evely di Istana Selatan. Calon selir Kaisar Sovieshu. Bawakan aku sedikit
darahnya.”
Viscount Roteschu
memberinya sebuah botol kecil yang telah dia siapkan sebelumnya.
Selama beberapa hari
berikutnya, Viscount Roteschu memfokuskan untuk menemukan petunjuk apa pun
tentang Rivetti sementara menunggu kembalinya tentara bayaran itu.
***
Sementara itu, Duke
Zemensia dari Kekaisaran Barat telah meninggalkan ibu kota menuju Compshire.
Dia pergi menemui putrinya, Christa.
Jika Permaisuri Navier
benar-benar hamil, dia harus mengubah rencana. Itulah mengapa dia ingin
menghibur putrinya sebelum memikirkan tindakan ke depannya.
‘Dia pasti sangat
marah.’
Dia ingat terakhir
kali dia melihat putrinya.
Saat di ruang rapat.
Putrinya menatapnya beberapa kali dengan pandangan kosong, tetapi matanya
berteriak minta tolong.
Hasilnya mungkin
berbeda jika dia ikut campur. Tetapi bahkan jika hasilnya telah berubah,
Christa tidak akan meraih kejayaan sebelumnya. Jadi sang Duke menyerahkan
Christa demi cucunya yang memiliki potensi lebih besar.
Akibatnya, dia menjadi
marah. Christa pergi ke Compshire bahkan tanpa melihat wajahnya. Sejak itu, dia
terus mengirimkan surat meskipun Christa tidak membalasnya.
Sang Duke menghela napas.
Dia telah memilih jalan yang paling menguntungkan bagi keluarganya, tetapi itu
tidak berarti dia tidak mencintai putrinya, sehingga hatinya hancur.
Akhirnya, kereta
berhenti di depan Rumah Compshire.
Menjadi tempat di mana
mantan ratu menghabiskan sisa hidup mereka, rumah itu didekorasi dengan mewah.
Ketika sang Duke hendak
keluar dari kereta, dia menyadari bahwa kereta belum memasuki rumah, jadi dia
duduk kembali dan meminta kusir,
“Masuklah sedikit
lebih jauh.”
Tapi alih-alih jawaban
si kusir, dia mendengar pertengkaran kecil.
Saat dia membuka
jendela dan mengintip ke luar, dia melihat para kesatria, yang menjaga batas
pinggir rumah bagaikan tembok, mendesak si kusir untuk mundur.
"Apa yang terjadi?"
Ketika sang Duke
bertanya dengan bermartabat, si kusir mendekat dan menjawab dengan cepat,
"Tuan, mereka
bersikeras bahwa kereta tidak bisa masuk."
Sang Duke mengerutkan
kening. Dia telah mendengar bahwa para kesatria dari Rumah Compshire tidak
membiarkan siapa pun masuk, tetapi dia tentu saja tidak berharap itu termasuk
ayahnya.
"Apakah kamu memberi
tahu mereka siapa aku?"
"Ya. Mereka tetap
menolak.”
Salah satu kesatria
yang telah memblokir jalan kereta mendekati sang Duke dan meminta maaf dengan
tegas.
“Maafkan saya, Duke.
Christa memerintahkan untuk tidak membiarkan siapa pun masuk.”
"Aku
ayahnya."
"Dia
menginstruksikan agar tidak ada pengecualian, bahkan untuk anggota
keluarganya."
"Pergi, tanya dia
lagi."
Atas perintah dingin sang
Duke, kesatria itu melirik kesatria lain seolah-olah tidak ada pilihan lain.
Kesatria yang menerima
sinyal itu berlari ke rumah. Namun, jawaban yang dia bawa kembali sama,
"Christa tidak
ingin melihat siapa pun, bahkan ayahnya."
Wajah sang Duke menjadi
kaku. Tapi bukannya berteriak, dia bertanya dengan tenang.
"Jadi, tidak ada
seorang pun dari luar yang pernah bertemu Christa?"
***
“Ada yang tidak beres.
Ini aneh."
Duke Zemensia, yang
menyewa seluruh penginapan, bergumam ketika dia memasuki kamar tidur di lantai
paling atas.
"Christa tidak
bertemu dengan siapa pun?"
Setelah seorang
pelayan menurunkan barang bawaan dan menutup pintu, bawahan itu menjawab,
“Dia sepertinya ingin tenang.”
Bukankah itu bisa
dimengerti? Jika dia memiliki harga diri, dia mungkin ingin bersembunyi selama
satu tahun atau lebih.
“Tuan, apa yang ingin
Anda lakukan sekarang? Apakah Anda akan mengirim seseorang beberapa kali lagi
sebelum Anda kembali?”
Namun, sang Duke
menggelengkan kepalanya.
"Tidak."
"Lalu…"
"Cari tentara
bayaran yang gesit."
"Apa?"
Bawahan itu terkejut dan bertanya, "Apakah Anda berencana untuk menyusup
ke tempat itu?"
“Apa menurutmu aku
bisa menghindari para kesatria itu dengan tubuh ini? Itu sebabnya aku ingin
kamu mendapatkan tentara bayaran yang gesit. Aku ingin dia masuk untukku.”
"Tapi Christa tidak
ingin bertemu siapa pun ..."
"Aku tahu."
Sang Duke mengulurkan
jari dan menunjuk ke bawahannya. Selanjutnya, dia bertanya dengan tatapan
bingung.
“Bukankah itu aneh?
Christa suka bersosialisasi dengan orang lain. Dia sangat memerhatikan orang
lain sampai-sampai dia mengabaikan dirinya sendiri.”
Mata sang Duke menyipit.
"Aku bisa
mengerti bahwa dia marah padaku, tapi itu tidak wajar jika dia tidak ingin
bertemu siapa pun."
Fakta bahwa dia
meninggalkan takhta dan pergi ke Compshire tidak berarti dia akan dikurung.
Mantan ratu menjalani
kehidupan impian bahkan setelah meninggalkan takhta, dan bangsawan dari dalam
dan luar negeri mengunjungi untuk memberi penghormatan.
Pengaruh mantan ratu
di masyarakat kelas atas tidak berkurang hanya dengan pergi ke Compshire.
‘Jadi mengapa dia tetap diam?’
***
[Baca Remarried
Empress Bahasa Indonesia di https://shiraulwiya.blogspot.com/]
Diterjemahkan dari https://novelutopia.com/
<<<
>>>
===
Ingin memberi dukungan? Klik https://saweria.co/storylover
No comments:
Post a Comment