Chapter 323: Ketakutan Sovieshu (2)
Penerjemah: Shira
Ulwiya
Tentu saja, mungkin
saja perilakunya berbeda dari mantan ratu sebelumnya karena dia pergi karena
malu. Namun, membuat semua orang menjauh bukanlah sifatnya Christa. Dia
setidaknya akan menerima kunjungan para pengikutnya.
Ketakutan sang duke terwujud
beberapa jam kemudian.
Tentara bayaran, yang
menyelinap ke rumah Compshire di tengah malam, kembali ke penginapan sebelum fajar
dan melapor kepada sang Duke.
“Semua jendela dan
pintu di rumah itu tertutup. Ada beberapa jendela terbuka yang posisinya
terlalu tinggi dan sangat kecil sehingga sama sekali tidak ada yang bisa
melewatinya.”
"Apa?"
“Ada lubang kecil di
bagian bawah pintu depan. Sepertinya makanan dan minuman dibawa masuk melalui lubang
itu.”
Sang Duke segera
memahami situasinya.
'Heinley, Kaisar kejam itu telah memenjarakan
putriku!'
Dia mengepalkan
tangannya dengan marah.
Bahkan setelah tentara
bayaran itu pergi, dia bahkan tidak bisa duduk di tempat tidur. Dia merasa
tertekan, jijik, dan marah, seolah-olah tubuhnya akan meledak jika dia diam.
Bagaimana mungkin
seorang gadis cerdas, yang peduli pada orang lain, dipenjara dan diisolasi!?
Dia marah dengan cara
kaisar licik itu bertindak di belakang layar sementara dia berpura-pura
menutupi skandal itu dengan mengirim Christa ke Compshire.
Bahkan sekarang, ada
yang khawatir karena mereka merasa bahwa tindakan yang diambil oleh Kaisar
Heinley terlalu lunak.
Tapi yang membuatnya
lebih marah adalah bahwa dalam situasi ini dia tidak memiliki kekuatan untuk
menyingkirkan para kesatria itu dan membebaskan putrinya.
Tidak dapat menahan
amarahnya, sang Duke melemparkan sebotol anggur yang ada di atas meja ke
lantai.
Ketika botol itu pecah
berantakan, anggur merah mengalir di lantai seperti darah.
"Kaisar Heinley,
aku tidak akan membiarkan hal ini..."
Dengan cara itu, sang
Duke segera meninggalkan Compshire dan kembali ke ibu kota.
Yang dia lakukan begitu
kembali ke ibu kota adalah mendapatkan makanan yang disebut 'Jesslen'.
Makanan itu rasanya
enak dan sehat, tetapi berdampak buruk pada janin. Itu adalah makanan yang
harus dihindari setiap wanita hamil.
"Apakah Anda akan
memberikannya kepada Permaisuri?" Bawahan itu bertanya kepada sang Duke dengan
heran, "Bukankah itu berbahaya?"
Jika Permaisuri hamil,
dia tidak akan memakannya bahkan jika sang Duke mengirimkannya kepadanya.
Sebaliknya, dia mungkin mulai meragukan niatnya.
Namun, sang Duke menjawab,
"Tidak. Segera
akan ada doa besar yang akan diselenggarakan oleh kaisar. Makanan ini juga akan
menjadi persembahan dalam doa agung itu.”
"Hah?"
Sang Duke tersenyum
jahat,
“Dia harus makan apa pun
yang disajikan di sana. Minta seseorang untuk memastikannya diletakkan di atas
altar.”
***
Di Kerajaan Barat ada
acara yang disebut 'Doa Agung' di mana persembahan dipersembahkan kepada raja
dan ratu. Waktu untuk merayakannya telah tiba.
Diperkirakan acara itu
akan tetap diadakan meskipun kami telah menjadi Kekaisaran Barat, jadi aku
meminta ajudanku untuk menjelaskan acara tersebut kepadaku dan berlatih
sedikit.
Secara keseluruhan,
apa yang harus aku lakukan tidaklah sulit. Aku hanya sedikit khawatir karena
harus makan di acara tersebut.
“…total enam makanan
disajikan sebagai persembahan. Pendeta memeriksa apakah makanan itu tidak
diracuni. Kemudian makanannya akan dikonsumsi oleh Kaisar dan Permaisuri.”
Akhir-akhir ini aku
tidak bisa makan apa pun, kecuali beberapa hidangan yang disiapkan Heinley. Aku
tidak mual di pagi hari, tetapi perutku akan terasa berputar setiap kali aku memasukkan
sesuatu yang tidak ingin aku makan ke dalam mulutku.
Aku benar-benar harus
makan enam makanan berbeda…
“Anda tidak harus
memakan semuanya, tetapi cukup untuk membuat kesan yang baik, Yang Mulia.
Berhati-hatilah agar tidak menumpahkan makanan. Meskipun tidak gawat, menumpahkan
makanan itu dianggap sial.”
Itu sangat gawat.
Seorang kaisar atau
permaisuri tidak boleh melakukan sesuatu yang dianggap sial karena jika sesuatu
yang buruk terjadi di masa depan, itu akan segera dikaitkan dengan mereka dan
mereka akan dengan mudah menjadi sasaran kemarahan orang-orang. Bahkan jika
mereka benar-benar tidak terkait dengan itu.
Aku memikirkannya
sebentar. Bagaimana jika aku mengungkapkan bahwa aku hamil sehingga aku tidak akan
menghadiri acara tersebut?
Bukankah mengerikan
jika aku akhirnya memuntahkan sesuatu yang tidak ingin aku makan?
Namun, perangkap rumor
ketidaksuburan, yang dibuat oleh Heinley dan aku, bekerja terlalu baik untuk
mengungkapkan kehamilanku saat ini karena acara tersebut.
Berapa kali sudah aku memperbarui
tingkat bahaya para bangsawan?
Heinley berusaha secara
bertahap mengurangi kekuatan keluarga dengan bahaya tinggi, baik dengan tidak
memercayakan mereka atas tugas apa pun, atau dengan memercayakan mereka dengan
tugas yang memiliki kemungkinan kegagalan yang tinggi.
Apakah tidak apa-apa melepas
jebakan hanya karena aku tidak mau makan sedikit? Tidak. Tentu saja tidak.
Yah, toh tidak akan
ada makanan yang berbahaya untuk bayi, kan? Aku hanya harus berusaha.
***
Namun, situasinya
lebih buruk dari yang kuduga.
Setelah beberapa
prosedur sederhana, ketika makanan yang telah diperiksa diletakkan di depanku, aku
hampir tertawa masam.
Di atas meja ada
makanan yang bergizi, tetapi tidak boleh dimakan oleh ibu hamil. Aku pikir itu
akan baik-baik saja selama itu bukan makanan seperti ini. Sayangnya, itulah
yang disajikan.
Heinley juga
mengerutkan kening saat dia mengenali makanan yang tidak bisa aku makan. Saat
tatapan kami bertemu, dia tersenyum paksa.
“Kaisar Heinley?
Permaisuri Navier?”
Karena baik Heinley
maupun aku tidak juga makan, pendeta yang membantu kami memimpin acara memanggil
kami dengan suara terkejut.
Aku meletakkan
tanganku di perutku. Sudah sekitar dua bulan.
Sebenarnya, aku ingin
menunda pengumuman bayi ini selama mungkin. Setidaknya sampai ulang tahun
Heinley.
Pada saat itu, para
bangsawan yang bermusuhan akan praktis dihancurkan di tangan Heinley.
Tetapi karena situasi
saat ini, tidak ada jalan keluar lain. Aku tidak bisa makan ini, jadi aku harus
mengungkapkan kebenarannya.
Dengan senyum cerah, aku
melihat bergantian antara pendeta dan Heinley. Karena aku telah memutuskan
untuk mengungkapkannya, yang terbaik adalah melakukannya dengan ekspresi
sebahagia mungkin.
"Permaisuri
Navier?"
Pendeta itu
memanggilku dengan bingung. Alih-alih menjawab, aku mengulurkan tangan ke arah
Heinley.
Heinley sepertinya
memahamiku dan dengan cepat meraih tanganku. Kemudian dia mengangkatnya,
mencium bagian belakangnya dan tersenyum indah pada pendeta itu.
Wajah pendeta yang
dilarang menjalin hubungan asmara itu mulai merona. Tidak peduli jika kami
pasangan suami-istri, siapa pun akan bertanya-tanya apa yang sedang kami
lakukan di depan seorang pendeta yang tidak bisa berkencan dengan siapa pun
dalam hidupnya.
Heinley menoleh untuk
melihat para bangsawan. Para bangsawan tidak malu, tetapi tampak bingung
melihat kaisar dan permaisuri begitu manis satu sama lain, tanpa memakan apa
yang telah disajikan kepada mereka.
Dengan senyum lebar,
Heinley mencondongkan tubuh ke arahku, meletakkan tangannya dengan ringan di perutku
dan berkata dengan lantang,
“Kali ini aku harus
makan sendiri. Tuhan tidak ingin anaknya sakit karena memakan ini.”
Para bangsawan tidak
segera mengerti. Kemudian, aku tersenyum pada mereka dengan kebahagiaan yang
meluap-luap.
Jika makanan ini tidak
muncul di sini secara kebetulan, itu adalah rencana bodoh seseorang.
"Sudah dua bulan
..."
Itu sudah cukup untuk
mengatakan yang sebenarnya.
***
"Siapa ... Siapa
yang hamil?"
Sovieshu, yang menggendong
Glorym di pangkuannya, menjatuhkan mainan bayi yang dipegangnya di satu tangan
atas laporan Marquis Karl. Akibatnya, sang putri menangis.
Sovieshu menggendong
bayi itu, menepuk punggungnya dan bertanya pada Marquis Karl.
“Tidak mungkin. Ulangi
apa yang baru saja kamu katakan.”
"Navier sedang
hamil, Yang Mulia."
Marquis Karl berbicara
lagi dengan suara yang dalam.
Sovieshu berdiri terperanjat. Matanya
terbelalak kaget.
"Siapa yang
memberitahumu? Apa itu seseorang yang kamu percayai?”
"Navier
mengungkapkannya secara pribadi di depan para bangsawan Kekaisaran Barat di sebuah
acara."
Mata Sovieshu layu bagaikan
tanaman tanpa air.
Sang putri
memukul-mukul lengannya dan menampar wajahnya yang kaku dengan tangan kecilnya.
Ketika sang putri mulai menarik rambutnya, Sovieshu akhirnya tersadar.
Tapi dia masih
memiliki ekspresi terperanjat. Tangan Sovieshu sangat gemetar sehingga Marquis
Karl berulang kali mengangkat tangannya sendiri. Dia takut Kaisar akan
menjatuhkan bayi itu.
Untungnya, Sovieshu
tidak menjatuhkan bayinya dan duduk kembali di sofa.
Dia memeluk sang putri
erat-erat dalam pelukannya seolah-olah dia adalah harapan terakhirnya dan
menghela napas.
Setelah Marquis Karl
pergi, Sovieshu membelai rambut sang putri dengan bingung. Badai dahsyat
mengamuk di kepalanya.
'Navier sedang hamil. Hamil… Bukankah Navier
mandul?’
Selama bertahun-tahun
mereka menikah, mereka tidak pernah bisa memiliki anak.
‘Dia hamil kurang dari setahun setelah dia
pergi ke negara itu?’
Sovieshu menggelengkan
kepalanya.
'Tidak tidak. Itu tidak mungkin.’
Dia tidak mau
menerimanya. Dia tidak mau menerima bahwa Navier tidak mandul. Saat itu, dia
melihat lukisan yang tergantung di dinding.
Berkat pengaturan yang
dibuat di matanya, Navier sekarang menatap dirinya di lukisan itu.
Sovieshu menghela
napas berat.
'Jika Navier tidak mandul, apakah semua rencana
dan perceraiannya sia-sia? Aku meninggalkan Navier demi seorang anak, tetapi
ternyata dia tidak mandul…'
Semua gerakan dan
pikirannya berhenti. Dia bahkan berhenti bernapas.
Lengan Sovieshu, yang
menggendong bayi itu, menegang. Sovieshu melihat ke bawah dengan mata ketakutan.
Dia melihat rambut
perak indah yang menyerupai rambut Rashta. Rambut perak di kepala kecilnya
selembut bulu domba.
Sovieshu belum pernah
melihat rambut sehalus sutra sebelumnya. Tapi matanya diwarnai ketakutan.
'Bagaimana jika yang mandul itu ..... bukan
Navier, tapi aku?'
***
[Baca Remarried
Empress Bahasa Indonesia di https://shiraulwiya.blogspot.com/]
Diterjemahkan dari https://novelutopia.com/
<<<
>>>
===
Ingin memberi dukungan? Klik https://saweria.co/storylover
Woww...semakin seruuu
ReplyDelete