Thursday, March 31, 2022

Remarried Empress (#324) / The Second Marriage




Chapter 324: Kekhawatiran Ibuku (1)

Penerjemah: Shira Ulwiya

 

Begitu aku mengumumkan bahwa aku hamil, pendeta yang membantu kami memimpin acara ‘Doa Agung’ melambaikan tangannya dengan tergesa-gesa,

“Hampir saja ini menjadi masalah yang gawat. Anda tidak boleh sedikit pun makan makanan ini, Yang Mulia.”

Wajahnya ketakutan. Mungkin karena keluarga kekaisaran berada pada titik kritis sejak masa raja terdahulu.

Pendeta itu segera menyingkirkan makanan itu.

“Tidak apa-apa melakukan ini?”

Ketika aku bertanya padanya untuk berjaga-jaga, dia melambaikan tangannya lagi dan berkata dengan gugup,

“Tentu saja, tentu saja. Kita tidak bisa membahayakan masa depan Kekaisaran Barat padahal kita sedang berdoa untuk itu.”

Saat kami berbicara, gumaman mulai terdengar di sekeliling kami. Sebagian besar bangsawan berwajah cerah dan bersuara riang.

Bagi kedua pihak bangsawan yang mendukung Heinley dan yang tidak, masalah penerus itu penting.

Lagi pula, fakta bahwa aku orang asing menjadi kelemahan sekaligus kelebihan.

Karena aku tidak punya hubungan darah dengan keluarga mana pun di Kekaisaran Barat, semua bangsawan berharap untuk menjadi ajudan anakku di masa depan.

Heinley tetap tersenyum lembut dan, begitu ingar bingar mereda, memutuskan untuk melanjutkan acara tersebut.

Ketika kami semua bertemu untuk makan siang di ujung acara itu, Duke Zemensia menghampiri dengan segelas anggur.

“Saya ucapkan selamat dengan sepenuh hati, Yang Mulia.”

Sudah ada banyak bangsawan yang datang untuk mengucapkan selamat, tapi aku tidak menyangka Duke Zemensia juga akan melakukannya.

Bukankah dia ayah Christa? Menurutku dia bukan seseorang yang benar-benar ingin mengucapkan selamat kepadaku.

Tidak mudah menerima ucapan selamatnya tanpa ragu-ragu. Walaupun aku berterima kasih padanya dengan tersenyum, aku tidak boleh melepaskan kewaspadaanku karena aku tidak tahu apa niatnya.

Sang Duke baru menunjukkan niatnya yang sebenarnya setelah dia berpura-ramah menjadi ramah,

“Tetap saja ini tidak adil.”

“Tidak adil?”

“Kehamilan Permaisuri adalah perayaan nasional dan harapan setiap orang, tapi itu dirahasiakan selama dua bulan. Bahkan kami para bangsawan tidak tahu bahwa Yang Mulia sedang hamil, dan kami tidak pernah berhenti mengkhawatirkan tentang masalah penerus.”

Oh… Aku bertanya-tanya apakah makanan yang berbahaya untuk kehamilan itu telah disajikan secara sengaja, dan jika benar, siapa yang melakukannya.

Ada kemungkinan besar kalau pria inilah yang ada di baliknya.

Beberapa bangsawan yang berbincang-bincang dengan bersemangat tentang bayiku terkejut mendengar ucapan Duke Zemensia.

Mereka tampaknya orang-orang yang setidaknya sekali pernah mengekspresikan kekhawatiran mereka mengenai penerus dan rumor ketidaksuburanku.

Duke Zemensia berbisik di telinga mereka bagaikan seekor ular saat mereka sedang larut dalam kegembiraan. Dia memberi petunjuk dengan kata-katanya bahwa, ‘permaisuri pasti merahasiakan kehamilannya untuk mengetes mereka’.

“Penting untuk berhati-hati di awal-awal kehamilan.”

Heinley berbicara dengan tenang sambil tersenyum. Lalu dia mengambil gelas kosong dari tanganku dan kali ini menyerang balik.

“Lagi pula, bukankah kami selalu berkata bahwa tidak ada masalah, bahwa ada hal-hal lain yang perlu dikhawatirkan, bahwa persoalan-persoalan negara lebih penting saat ini. Kesalahan itu ada pada mereka yang tidak memercayai kami, pada mereka yang memiliki pemikiran jahat.”

Sementara Heinley dan Duke Zemensia saling bertukar senyum licik, wajah-wajah beberapa bangsawan menjadi suram karena perkataan Heinley.

***

Malam itu, dayang-dayangku, orang tuaku, dan bahkan kakakku membuat kehebohan.

“Tidak adil Anda merahasiakannya ‘bahkan dari kami! Ahh… Saya senang Anda hamil! Tetap saja itu tidak adil! Tapi saya senang …. Ahh!”

Laura terus-menerus merasa kesal, menangis, dan bersuka cita.

“Jadi, pertama-tama kita perlu menyiapkan pakaian bayi? atau mungkin mainan? Tidak, tidak, yang lebih penting adalah tempat tidur bayi …. Desain apa yang paling cocok untuk tempat tidur bayinya?”

Tiba-tiba, Rose mulai berbicara tentang apa yang dia tahu. Countess Jubel, yang memiliki pengalaman luas dalam pernikahan, kehamilan, dan pengasuhan, membanggakan diri dengan pundak terangkat,

“Memangnya apa yang nona muda yang belum menikah tahu tentang itu? Serahkan semuanya padaku, Nona Rose. Serahkan pada saya, Yang Mulia.”

Akan tetapi, Rose tampak belum siap untuk mengalah,

“Countess Jubel. Saya telah melihat dan mengdengar banyak hal, jadi saya bisa menanganinya juga.”

“Yang, Yang Mulia. Apa tidak apa-apa Anda terus berdiri? Tidak, Anda perlu berbaring, atau sebaiknya duduk saja.”

Mastas panic, seolah-olah aku tiba-tiba menjadi orang yang sakit. Begitu aku duduk, aku berpaling untuk melihat kakak laki-lakiku dan dia tampak termenung.

Apakah dia mondar-mandir di ruangan karena dia tidak bisa duduk diam sedikit pun?

 Sebaliknya, ayahku tidak bergerak atau mengatakan apa pun, mengelap air matanya dengan saputangan. Tampaknya dia ingin memberiku selamat dengan sepenuh hati, tapi sayangnya ada yang mengganjal di tenggorokannya…. setiap kali dia membuka mulutnya, tidak ada kata-kata yang keluar.

Awalnya, ibuku menepuk-nepuk punggung ayahku berkali-kali untuk menenangkannya, tapi pada akhirnya menyuruhnya pergi saja jika dia ingin menangis. Ayahku menjadi sedih, berdiri menghadap dinding di sudut ruangan dan mulai menangis lebih kencang.

Sementara aku tersenyum canggung, ibuku menaruh tangannya di perutku dan dengan lembut membelai rambutku.

“Anakku sayang. Bagiku kamu masih terlalu kecil. Aku tidak percaya gadis kecilku akan menjadi seroang ibu…”

“Ibu, aku tidak benar-benar kecil.”

“Kamu akan mengerti ketika kamu punya anak. Tidak peduli seberapa besar mereka tumbuh, mereka akan selalu menjadi anak kecil orang tua mereka dan tak berdaya.”

Kakak lak-lakiku, yang selalu ditegur dengan keras alih-alih diperlakukan seperti orang yang tak berdaya setiap kali dia terlibat masalah, menggerakkan bibirnya seolah-olah dia ingin protes.

“Tapi aku gelisah.”

“Kenapa?”

“Aku ingin membesarkan anakku dengan baik.”

Ibuku melingkarkan lengannya di sekeliling kepalaku dan menepuk-nepuk pundakku. Desahan ibuku terasa di rambutku.

“Aku tidak tahu apa aku bisa melakukannya, ibu.”

“Kamu anak yang luar biasa. Sangat cerdas dan penurut.”

“Aku tahu.”

“Tidak mudah bagi seorang yang pintar mengajari orang lain. Tidak apa-apa jika anakmu mirip sepertimu, tapi seaindainya…”

Pandangan ibuku beralih sekejap antara kakakku dan ayahku.

“Seandainya anakmu tidak begitu penurut, aku khawatir kamu tidak akan bisa menanganinya.”

Aku sama sekali tidak boleh memberitahu ibuku tentang masa kecil Heinley.

“Aku akan berusaha keras, ibu.”

“Aku harap aku bisa tinggal di sisimu untuk membantumu.”

Aku juga berharap ibuku bisa tinggal di sini denganku… tapi ibuku mencintai Kekaisaran Timur. Tak bisa memintanya (untuk tinggal di sini), aku menyandarkan dahiku ke dada ibuku.

Saat itulah, kakak laki-lakiku bertanya seolah-olah dia membaca pikiranku.

“Ibu, tidak bisakah kau tinggal di sini bersama Navier?”

Aku juga berharap begitu, jadi aku menatap kakak laki-lakiku.

“Aku akan memikirkannya… Sayang, kamu bisa berbalik dan datang kemari.”

“Istriku…. Na … Navier … Navier kita masih kecil, tapi anak kecil kita… Ahh.”

Ibuku merengut mendengar ucapan ayahku. Melihat pemandangan ini, Mastas menekan kedua bibirnya dan menundukkan kepalanya.

Ayahku dengan cerdik bergegas pergi, berbalik dan mengeluarkan saputangannya.

***

[Baca Remarried Empress Bahasa Indonesia di https://shiraulwiya.blogspot.com/]

Diterjemahkan dari https://novelutopia.com/ 


<<<

Chapter 323          

>>>             

Chapter 325

===

Daftar Chapters 


Ingin memberi dukungan? Klik https://saweria.co/storylover


No comments:

Post a Comment