Chapter 324: Kekhawatiran Ibuku (1)
Penerjemah: Shira
Ulwiya
Begitu aku mengumumkan
bahwa aku hamil, pendeta yang membantu kami memimpin acara ‘Doa Agung’
melambaikan tangannya dengan tergesa-gesa,
“Hampir saja ini
menjadi masalah yang gawat. Anda tidak boleh sedikit pun makan makanan ini,
Yang Mulia.”
Wajahnya ketakutan.
Mungkin karena keluarga kekaisaran berada pada titik kritis sejak masa raja
terdahulu.
Pendeta itu segera
menyingkirkan makanan itu.
“Tidak apa-apa
melakukan ini?”
Ketika aku bertanya
padanya untuk berjaga-jaga, dia melambaikan tangannya lagi dan berkata dengan
gugup,
“Tentu saja, tentu
saja. Kita tidak bisa membahayakan masa depan Kekaisaran Barat padahal kita
sedang berdoa untuk itu.”
Saat kami berbicara,
gumaman mulai terdengar di sekeliling kami. Sebagian besar bangsawan berwajah
cerah dan bersuara riang.
Bagi kedua pihak
bangsawan yang mendukung Heinley dan yang tidak, masalah penerus itu penting.
Lagi pula, fakta bahwa
aku orang asing menjadi kelemahan sekaligus kelebihan.
Karena aku tidak punya
hubungan darah dengan keluarga mana pun di Kekaisaran Barat, semua bangsawan
berharap untuk menjadi ajudan anakku di masa depan.
Heinley tetap
tersenyum lembut dan, begitu ingar bingar mereda, memutuskan untuk melanjutkan
acara tersebut.
Ketika kami semua
bertemu untuk makan siang di ujung acara itu, Duke Zemensia menghampiri dengan
segelas anggur.
“Saya ucapkan selamat
dengan sepenuh hati, Yang Mulia.”
Sudah ada banyak
bangsawan yang datang untuk mengucapkan selamat, tapi aku tidak menyangka Duke
Zemensia juga akan melakukannya.
Bukankah dia ayah
Christa? Menurutku dia bukan seseorang yang benar-benar ingin mengucapkan
selamat kepadaku.
Tidak mudah menerima
ucapan selamatnya tanpa ragu-ragu. Walaupun aku berterima kasih padanya dengan
tersenyum, aku tidak boleh melepaskan kewaspadaanku karena aku tidak tahu apa
niatnya.
Sang Duke baru
menunjukkan niatnya yang sebenarnya setelah dia berpura-ramah menjadi ramah,
“Tetap saja ini tidak
adil.”
“Tidak adil?”
“Kehamilan Permaisuri
adalah perayaan nasional dan harapan setiap orang, tapi itu dirahasiakan selama
dua bulan. Bahkan kami para bangsawan tidak tahu bahwa Yang Mulia sedang hamil,
dan kami tidak pernah berhenti mengkhawatirkan tentang masalah penerus.”
Oh… Aku bertanya-tanya
apakah makanan yang berbahaya untuk kehamilan itu telah disajikan secara
sengaja, dan jika benar, siapa yang melakukannya.
Ada kemungkinan besar kalau pria inilah yang ada di baliknya.
Beberapa bangsawan
yang berbincang-bincang dengan bersemangat tentang bayiku terkejut mendengar
ucapan Duke Zemensia.
Mereka tampaknya
orang-orang yang setidaknya sekali pernah mengekspresikan kekhawatiran mereka
mengenai penerus dan rumor ketidaksuburanku.
Duke Zemensia berbisik
di telinga mereka bagaikan seekor ular saat mereka sedang larut dalam
kegembiraan. Dia memberi petunjuk dengan kata-katanya bahwa, ‘permaisuri pasti
merahasiakan kehamilannya untuk mengetes mereka’.
“Penting untuk
berhati-hati di awal-awal kehamilan.”
Heinley berbicara dengan
tenang sambil tersenyum. Lalu dia mengambil gelas kosong dari tanganku dan kali
ini menyerang balik.
“Lagi pula, bukankah
kami selalu berkata bahwa tidak ada masalah, bahwa ada hal-hal lain yang perlu
dikhawatirkan, bahwa persoalan-persoalan negara lebih penting saat ini.
Kesalahan itu ada pada mereka yang tidak memercayai kami, pada mereka yang
memiliki pemikiran jahat.”
Sementara Heinley dan
Duke Zemensia saling bertukar senyum licik, wajah-wajah beberapa bangsawan
menjadi suram karena perkataan Heinley.
***
Malam itu,
dayang-dayangku, orang tuaku, dan bahkan kakakku membuat kehebohan.
“Tidak adil Anda
merahasiakannya ‘bahkan dari kami! Ahh… Saya senang Anda hamil! Tetap saja itu
tidak adil! Tapi saya senang …. Ahh!”
Laura terus-menerus
merasa kesal, menangis, dan bersuka cita.
“Jadi, pertama-tama
kita perlu menyiapkan pakaian bayi? atau mungkin mainan? Tidak, tidak, yang
lebih penting adalah tempat tidur bayi …. Desain apa yang paling cocok untuk
tempat tidur bayinya?”
Tiba-tiba, Rose mulai
berbicara tentang apa yang dia tahu. Countess Jubel, yang memiliki pengalaman
luas dalam pernikahan, kehamilan, dan pengasuhan, membanggakan diri dengan
pundak terangkat,
“Memangnya apa yang
nona muda yang belum menikah tahu tentang itu? Serahkan semuanya padaku, Nona
Rose. Serahkan pada saya, Yang Mulia.”
Akan tetapi, Rose
tampak belum siap untuk mengalah,
“Countess Jubel. Saya
telah melihat dan mengdengar banyak hal, jadi saya bisa menanganinya juga.”
“Yang, Yang Mulia. Apa
tidak apa-apa Anda terus berdiri? Tidak, Anda perlu berbaring, atau sebaiknya
duduk saja.”
Mastas panic,
seolah-olah aku tiba-tiba menjadi orang yang sakit. Begitu aku duduk, aku
berpaling untuk melihat kakak laki-lakiku dan dia tampak termenung.
Apakah dia mondar-mandir
di ruangan karena dia tidak bisa duduk diam sedikit pun?
Sebaliknya, ayahku tidak bergerak atau
mengatakan apa pun, mengelap air matanya dengan saputangan. Tampaknya dia ingin
memberiku selamat dengan sepenuh hati, tapi sayangnya ada yang mengganjal di
tenggorokannya…. setiap kali dia membuka mulutnya, tidak ada kata-kata yang
keluar.
Awalnya, ibuku
menepuk-nepuk punggung ayahku berkali-kali untuk menenangkannya, tapi pada
akhirnya menyuruhnya pergi saja jika dia ingin menangis. Ayahku menjadi sedih,
berdiri menghadap dinding di sudut ruangan dan mulai menangis lebih kencang.
Sementara aku
tersenyum canggung, ibuku menaruh tangannya di perutku dan dengan lembut
membelai rambutku.
“Anakku sayang. Bagiku
kamu masih terlalu kecil. Aku tidak percaya gadis kecilku akan menjadi seroang
ibu…”
“Ibu, aku tidak
benar-benar kecil.”
“Kamu akan mengerti
ketika kamu punya anak. Tidak peduli seberapa besar mereka tumbuh, mereka akan
selalu menjadi anak kecil orang tua mereka dan tak berdaya.”
Kakak lak-lakiku, yang
selalu ditegur dengan keras alih-alih diperlakukan seperti orang yang tak
berdaya setiap kali dia terlibat masalah, menggerakkan bibirnya seolah-olah dia
ingin protes.
“Tapi aku gelisah.”
“Kenapa?”
“Aku ingin membesarkan
anakku dengan baik.”
Ibuku melingkarkan
lengannya di sekeliling kepalaku dan menepuk-nepuk pundakku. Desahan ibuku
terasa di rambutku.
“Aku tidak tahu apa
aku bisa melakukannya, ibu.”
“Kamu anak yang luar
biasa. Sangat cerdas dan penurut.”
“Aku tahu.”
“Tidak mudah bagi
seorang yang pintar mengajari orang lain. Tidak apa-apa jika anakmu mirip
sepertimu, tapi seaindainya…”
Pandangan ibuku
beralih sekejap antara kakakku dan ayahku.
“Seandainya anakmu
tidak begitu penurut, aku khawatir kamu tidak akan bisa menanganinya.”
Aku sama sekali tidak
boleh memberitahu ibuku tentang masa kecil Heinley.
“Aku akan berusaha
keras, ibu.”
“Aku harap aku bisa
tinggal di sisimu untuk membantumu.”
Aku juga berharap
ibuku bisa tinggal di sini denganku… tapi ibuku mencintai Kekaisaran Timur. Tak
bisa memintanya (untuk tinggal di sini), aku menyandarkan dahiku ke dada ibuku.
Saat itulah, kakak
laki-lakiku bertanya seolah-olah dia membaca pikiranku.
“Ibu, tidak bisakah
kau tinggal di sini bersama Navier?”
Aku juga berharap
begitu, jadi aku menatap kakak laki-lakiku.
“Aku akan memikirkannya…
Sayang, kamu bisa berbalik dan datang kemari.”
“Istriku…. Na … Navier
… Navier kita masih kecil, tapi anak kecil kita… Ahh.”
Ibuku merengut
mendengar ucapan ayahku. Melihat pemandangan ini, Mastas menekan kedua bibirnya
dan menundukkan kepalanya.
Ayahku dengan cerdik
bergegas pergi, berbalik dan mengeluarkan saputangannya.
***
[Baca Remarried
Empress Bahasa Indonesia di https://shiraulwiya.blogspot.com/]
Diterjemahkan dari https://novelutopia.com/
<<<
>>>
===
Ingin memberi dukungan? Klik https://saweria.co/storylover
No comments:
Post a Comment