Tuesday, February 9, 2021

Trash of the Count’s Family (#9)


Pembuat Onar di Keluarga Count

Chapter 9: Mendapatkannya (2)


Cale menggenggam kantong yang ukurannya dua kali lebih besar dari kemarin saat berjalan kembali ke puncak perkampungan kumuh. Dua kakak-beradik ada di sana untuk menyambutnya sekali lagi.

Anak-anak itu tidak berbicara apapun saat menatap Cale. Cale tersenyum lalu mengeluarkan dua kantong kecil dan menyodorkannya ke anak-anak itu.

“Ambil ini.”

Si anak perempuan perlahan mendekatinya. Cale mengernyit saat melihat anak perempuan dengan rambut abu-abu kusut itu menghampirinya. Dia berjalan terpincang-pincang dengan satu tangannya memegangi sisi tubuhnya.

“Hei.”

Cale menyodorkan kedua kantong itu ke si anak laki-laki.

“Kamu ke sini dan ambil ini.”

Anak laki-laki itu segera bergegas dan mengambil kantong itu lalu berlari kembali dengan cepat. Dibandingkan dengan rambut merah terang Cale, anak laki-laki itu memiliki rambut merah gelap kusut yang bergoyang saat dia berlari. 

Cale lalu berbalik dan menuju ke pohon pemakan manusia.

“Wow.”

“Ini bukan roti. Ini daging dan kue.”

Cale dapat mendengar kedua bersaudara itu berbicara tentang makanan yang diterimanya, tapi dia mengacuhkannya. Dia terus berjalan ke area pohon pemakan manusia itu.

Ooooooong-

“…Agak seram.”

Pohon hitam tanpa daun satupun itu tampak menggoyangkan dahannya untuk menyambut Cale. Perasaan angker ini membuat Cale gugup, tapi dia tetap menumpahkan isi tas ke dalam lubang di bawah pohon.

Roti-roti itu lenyap seketika.

Pada saat itulah.

“…Lebih banyak, beri aku lebih banyak.”

‘…Ini membuatku gila.’

Respon yang dia baca di novel muncul. Itu adalah suara seorang gadis yang lemah. Benar, orang yang mati kelaparan itu adalah pendeta wanita yang melayani dewa. Akan tetapi, tidak seperti pendeta wanita di kuil atau gereja saat ini, pendeta wanita dari zaman kuno itu adalah seorang shaman*. Sebagian besar shaman di zaman kuno dianggap sebagai orang-orang yang memiliki kekuatan super atau kekuatan alam.    

Cale segera meraih kantong itu dan mulai bergerak.

‘Cale, datang ke ruang belajarku malam ini.’

Itu yang ayahnya, Deruth, katakan pada Cale ketika dia pergi meminta uang saku. Itu sebabnya dia harus meninggalkan tempat ini selambat-lambatnya sebelum malam.

‘Setengahnya.’

Dia datang kemari dengan maksud memenuhi setengah kerakusan pohon itu hari ini. Dia kembali ke bawah bukit untuk mengambil lebih banyak roti. Dia dapat melihat dua bersaudara itu menatapnya dengan remah kue di bibir mereka.

“Cih.”

Cale mengerutkan dahi dan berdecak lidah saat melewati kedua kakak-beradik itu.

Cale lalu melangkah ke jalan di mana terdapat banyak toko roti. Pagi ini dia telah menyapu bersih stok toko roti yang dia datangi kemarin, jadi mereka butuh waktu untuk mengisi stoknya lagi. Itu sebabnya dia perlu mencari toko roti lain. Pada saat itulah.

“T, tuan muda.”

Suara seorang wanita membuat kepala Cale berpaling. Wanita paruh baya tersenyum canggung saat dia menunjuk tokonya. Tangannya gemetar dan dia sangat ketakutan, tapi dia tetap percaya diri.

“Kami punya banyak roti.”

Cale tersenyum. Dia adalah wanita yang tahu bagaimana cara berbisnis. Pedagang lain melirik ke arah mereka seraya mengamati apa yang sedang terjadi.

Cale melempar sebuah koin emas dan wanita itu segera menangkapnya.

“Beri aku semua yang kamu punya. Bungkus semua secepatnya.”

Seketika itu juga, senyum di wajah wanita paruh baya itu melebar. Dia segera masuk ke toko rotinya dan dengan cepat kembali membawa sekantong besar penuh roti. Dia telah terlebih dahulu membungkus semuanya.

“Ini, tuan muda.”

‘Wow. Dia benar-benar pedagang yang hebat.’

Dia adalah seseorang yang tahu betul bagaimana menghasilkan uang.

“Saya juga bisa menyiapkannya lagi.”

Cale semakin menyukai wanita ini. Akan tetapi, pada saat itu…

“Tuan muda! Kami bahkan bisa membuat lebih banyak roti dari itu!”

Seorang pria tua di seberang jalan mengangkat tangannya sambil bergegas datang. Dia memakai seragam tukang roti. Cale menyukai seragam yang dikenakannya dan melempar sebuah koin emas kepadanya.

“Aku akan ke tokomu besok. Siapkan rotinya.”

“Terima kasih banyak!”

Cale dibuat kagum oleh pedagang-pedagang ini. Mereka masih takut padanya gara-gara identitasnya sebagai pembuat onar di keluarga Count, tapi mereka tidak segan-segan datang kepadanya demi mendapat uang. Ini mungkin karena mereka tahu Cale tidak pernah memukul siapapun yang bukan penjahat. Dia dapat melihat mengapa wilayah Henituse bisa makmur.

Berita Cale menghabiskan satu koin emas untuk membeli sekantong roti kemarin telah menyebar cepat sekali. 1 juta gallon. Orang lain megap-megap melihat uang setara laba seminggu itu, tapi kemudian mata mereka mulai berkilau.

‘Aku bisa pergi mengambil roti ke tiga tempat itu besok.’

Karena dia memberi mereka masing-masing satu koin emas, dia harusnya bisa mendapat kantong roti lagi dari mereka besok. Cale merasa senang semuanya berjalan dengan mulus.

Akan tetapi, ada seseorang yang tengah memperhatikannya dari kejauhan.

“Hmm.”

Orang itu adalah koki Beacrox. Sama seperti ayahnya, ada perban di sekeliling lehernya, dan dia sedang mengamati Cale dari balik sudut jalan. Dia melihat Cale membeli kantong roti dan beberapa tanaman obat sebelum kembali ke perkampungan kumuh.

“…Apa dia jadi tidak waras?”

Sepertinya Cale menjadi tidak waras sejak kemarin.

Beacrox tidak pernah peduli tentang Cale, bahkan ketika ayahnya berkata Cale adalah anak yang menarik, tapi, semakin dilihat dia mulai semakin sependapat dengan ayahnya. Rasanya mengamati Cale akan sama menyenangkannya dengan berandal berambut hitam itu. Mata Beacrox mulai berkilauan.

Billos, pemilik kedai teh dengan bangunan tertinggi, menyeruput tehnya saat menerima laporan bawahannya.

“Tuan muda Cale pergi keluar masuk perkampungan kumuh?”

“Ya, Billos-nim.”

“Aku mengerti.”

“Kami juga menerima kabar dari ibu kota.”

 “Benarkah?”

Mata bulat Billos, yang sulit dilihat karena lemaknya, terbuka lebar. Bawahannya terkesiap sejenak lalu melanjutkan laporannya.

“Ya. Kabarnya kerajaan akan segera mengumpulkan orang-orang. Itu sebabnya mereka ingin Billos-nim kembali dan mulai bekerja.”

Klang.

Billos meletakkan cangkir teh di meja lalu memberi isyarat dengan dagunya.

“Kamu bisa pergi sekarang.”

Bawahan itu segera bergerak ke dalam bayang-bayang dan menghilang. Billos menatap tempat bawahannya tadi berdiri lalu satu sudut bibirnya berputar ke atas.

“Mereka pikir aku akan jadi anjing mereka dan mengawasi rumah lagi?”

Dia menatap keluar jendela. Tatapannya seolah-olah bisa mencapai jauh ke ibu kota.

 

“Ini, ini bukan roti. Bukan roti.”

“Lalu?”

Melihat si anak perempuan terus-menerus bergumam ‘bukan roti’ saat menggenggam tanaman obat di tangannya, Cale hanya mendengus lalu menuju ke pohon pemakan manusia. Akan tetapi, si anak laki-laki menghadang jalannya.

“Kamu tidak boleh mati.”

Sekarang giliran anak laki-laki itu yang berkata dia tidak boleh mati. Cale bahkan tidak mengernyit dan berjalan melewati anak laki-laki itu.

Cale, bukan, Kim Rok Soo.

Dia yatim piatu dan tidak punya apapun. Itu sebabnya banyak orang yang bersimpati pada Kim Rok Soo yang miskin.

‘Apa perlu ada alasan untuk bersimpati kepada orang yang membutuhkan?’

Itu adalah kata-kata yang selalu dia dengar saat dia masih kecil.

‘Pengemis kecil.’

‘Yatim piatu miskin.’

‘Tidak perlu ada alasan untuk menunjukkan simpati.’

Dulu dia menerima kalimat itu begitu saja tanpa pikir panjang, tapi dia mulai memahami arti sebenarnya saat dia beranjak dewasa.

Tidak ada alasan masuk akal bagi hal-hal yang hatimu ingin lakukan. Kamu tidak butuh alasan.

“Menyebalkan sekali.”

Cale benci melihat anak-anak terluka. Akan tetapi, dia tidak berpikir untuk merawat anak perempuan itu atau menghiburnya. Dia mengerutkan dahi pada anak perempuan yang terpincang-pincang ke arahnya dan anak laki-laki di sebelahnya lalu menjawab mereka.

“Aku tidak akan mati.”

Kedua kakak-beradik itu akhirnya berhenti mengikutinya setelah Cale mengatakan itu. Cale merasa tidak senang memikirkan bahwa dia sedang melakukan sesuatu yang paling dia benci. Dia benci orang-orang yang ikut campur dengan urusan orang lain tanpa diminta, tapi dia baru saja melakukannya dengan memberikan tanaman obat ke anak perempuan itu.

'Oooooooooong.'

'-Lebih banyak, beri aku lebih banyak.'

“Ya. Makan nih semuanya.”

Cale membuang seluruh kantong ke dalam pohon pemakan manusia tanpa peduli bagaimana itu akan mendarat. Dia tidak khawatir. Roti-roti itu segera menghilang ke dalam kegelapan yang sekarang terlalu terang untuk disebut kegelapan. Cale kini dapat melihat cahaya baru berwarna abu-abu. Akan tetapi, baginya itu hanya terlihat abu-abu.

‘Sepertinya aku akhirnya menuai hasil dari uang yang kuhabiskan.’

Cale menumpahkan kantong roti lain ke lubang lalu berjalan pulang. Dia tidak melihat kedua bersaudara itu lagi, tapi bagi Cale itu lebih baik.

Sebaliknya, dia melihat dua ekor kucing dalam perjalanan pulang dan terkesiap.

‘Itu kucing yang kemarin. Mereka tidak mengingatku, kan?’

Bulu perak dan mata emas, serta bulu merah gelap dan mata emas. Kedua kucing itu bahkan tidak mengeong saat menatap Cale. Cale tidak ingin membuat keributan, dan mengalihkan pandangan lalu berjalan pulang ke rumah.

Dia lalu mendengar sesuatu dari ayahnya yang hampir membuatnya pingsan.

“…Bisa tolong ulangi sekali lagi.”

“Ya, Cale.”

Basen berdiri di sebelah Cale. Cerita keluarga Henituse yang tidak disebutkan di novel sedang terjadi di depan mata Cale.

“Kamu harus pergi ke ibu kota sebagai perwakilan keluarga kita.”

Cale dapat merasakan datangnya masalah.

“Awalnya, Basen yang akan pergi. Tetapi, kamu adalah anak sulung keluarga kita.”

Cale membuka dan menutup mulutnya berulang-ulang seraya menatap Count Deruth duduk di depannya dengan senyum lembut. Mengunjungi kerajaan pada saat seperti ini. Cale segera mengingat isi ‘Kelahiran Pahlawan’ saat Deruth lanjut berbicara.

“Kerajaan sedang menyelenggarakan sebuah acara besar, dan keluarga bangsawan dari tiap-tiap wilayah diundang untuk berkumpul. Ini akan menjadi kali pertamamu mengunjungi kerajaan, tapi Basen telah pergi ke acara yang sama selama dua tahun terakhir. Oleh karena itu, aku berharap kali ini kamu yang pergi.”

Acara besar yang diselenggarakan oleh kerajaan. Itu mengingatkan Cale pada sebuah insiden.

Insiden Teror Alun-Alun Kota.

Sebuah organisasi rahasia melakukan aksi terorisme ketika banyak penduuduk ibu kota berkumpul di satu tempat. Pahlawan kita Choi Han berhasil menghalangi sebagian rencana jahat mereka. Itu akan menjadi keempat kalinya Choi Han dan organisasi rahasia berhadapan satu sama lain.

Sebagai hasilnya, Choi Han bisa menyelamatkan banyak penduduk di alun-alun kota dan bertemu dengan putra mahkota. Mereka kemudian menjalin persahabatan dengan cepat.  

Cale tiba-tiba merinding.

Karena novel menceritakan kejadian itu dari sudut pandang Choi Han, pertemuan para bangasawan tidak banyak dibahas. Satu-satunya yang diceritakan adalah bagaimana Choi Han memperoleh beberapa anggota baru sebelum dan sesudah insiden itu, serta dukungan kuat dari putra mahkota.

Tapi dia harus pergi ke tempat serangan teroris itu terjadi?

Tentu saja, dia tidak tahu apakah para bangsawan juga akan berkumpul di alun-alun kota atau tidak. Cale mulai mengingat informasi di ‘Kelahiran Pahlawan’.

[Ribuan orang berkumpul di alun-alun kota. Panggung masih kosong. Itu disediakan bagi keluarga kerajaan yang akan segera tiba. Choi Han dapat melihat beberapa orang yang terlihat memiliki jabatan penting. Akan tetapi, yang lebih penting bagi Choi Han adalah banyaknya warga kota, muda, tua, laki-laki, perempuan, berkumpul di sini. Jantung Choi Han berdetak kencang. Dia tidak ingin lagi melihat orang-orang tak bersalah mati.]

Apakah bangsawan termasuk dalam orang-orang yang terlihat memiliki jabatan penting itu?

Cale menoleh ke Basen meskipun ayahnya terus berbicara. Basen berdiri dengan tenang, menatap ayahnya tanpa melirik Cale sekalipun.

‘Deruth bilang Basen biasanya pergi ke acara seperti ini. Haruskah aku minta dia yang pergi?’

Mulut Cale terus membuka dan menutup berulang-ulang. Dia tidak ingin pergi ke tempat berbahaya. Akan tetapi, dia tidak mampu meminta Basen pergi.

Hubungan yang tidak baik namun juga tidak buruk. Itulah hubungan antara Cale asli dan Basen. Basen kesulitan menghadapi Cale, tapi sebatas itu.

Pikiran Cale menjadi runyam. Apakah di cerita aslinya Cale yang pergi? Rasanya tidak mungkin Deruth mengirim pembuat onar itu ke ibu kota. Lalu kenapa dia yang dikirim? Cale bertanya-tanya apakah dia telah melakukan hal buruk yang menyebabkan hal ini terjadi.

“Kamu akan berangkat dalam lima hari.”

Lima hari kemudian. Mendengar Deruth mengatakan itu, Cale tahu bahwa Cale di novel tidak pergi ke ibu kota.

Di novel, dia babak belur dipukuli Choi Han empat hari kemudian dan dibawa ke kediaman Count. Tidak mungkin dia bisa pergi ke ibu kota dalam kondisi begitu.

“Cale. Sebelum Basen mulai melakukannya, kamu telah berpartisipasi di semua upacara ini. Pikirkan kembali tentang masa-masa itu dan bepergianlah dengan tenang.”

“Ayah.”

Medengar Cale memanggilnya, Deruth menatap Cale. Basen perlahan-lahan menoleh ke kakaknya.   

“Aku sedikit risau karena hal yang mendadak ini. Aku tidak pernah pergi ke acara seperti ini selama dua tahun terakhir. Aku tidak mengerti kenapa aku tiba-tiba harus pergi. Tolong biarkan aku memikirkannya.”

Deruth setuju dan memberitahu kedua putranya mereka bisa pergi. Kedua bersaudara itu segera meninggalkan ruang belajar. Cale sibuk memikirkan berbagai hal. Jika Cale marah-marah dan membuat keributan, Deruth mungkin akan mengirim Basen, tapi itu hanya akan membuat Cale merasa tidak enak.

Pada saat itulah.

Hyung-nim**.”

Cale mendengar suara adiknya, Basen. Cale menolehkan kepala. Dia melihat Basen berjalan dengan tenang tanpa menatap Cale. Basen yang berusia 15 tahun selalu berbicara seperti ini tanpa pernah membuat kontak mata.

Hyung-nim, tidak ada alasan hyung tidak bisa pergi.” 

Haaahhh. Cale mendesah.

Basen bahkan tidak melihat Cale saat meninggalkan ruang belajar dan menuju ke kamarnya. Cale menatap Basen untuk waktu lama.

“…Harusnya tidak seperti ini.”

Cale telah dikeluarkan dari posisi penerus. Cale tidak dapat berhenti berbuat onar bahkan ketika adik laki-lakinya sepenuhnya berperan layaknya penerus keluarga sejak dua tahun yang lalu. Dia menjadi bahan candaan keluarga.

Itu sebabnya ada banyak alasan dia seharusnya tidak pergi sebagai perwakilan keluarga memenuhi panggilan kerajaan. Akan tetapi, Basen justru berkata tidak ada alasan baginya untuk tidak pergi ke acara itu.

Menurut Basen Cale memiliki cukup alasan untuk pergi sebagai perwakilan keluarga.

‘Semua hal akan jadi rumit seperti ini.’

Cale mengernyit. Dia tidak suka bagaimana segala sesuatunya berjalan.

Tapi masalah lainnya adalah…

‘Ini layak dicoba.’

Dia berpendapat menghadapi peristiwa yang akan terjadi patut dia coba.

Alasannya adalah kesempatan Cale kembali hidup-hidup atau tanpa terluka cukup tinggi.

‘Aku juga akan kesulitan jika Basen meninggal tanpa mewarisi pangkat Count.’

Agar Cale bisa hidup damai, Basen harus bertahan hidup. Masih ada adik bungsu mereka, Lily, tapi dia masih terlalu muda. Lagipula, Cale perlu keluar dari Kota Western setelah mengambil kekuatan kuno yang berada di pohon pemakan manusia untuk mengambil kekuatan kuno lain yang terletak di luar wilayah Henituse.

Neraca di dalam pikiran Cale mulai miring.

Dia menatap wakil kepala pelayan Hans yang sedang berjalan ke arahnya. Ekspresi Hans terlihat tegang, tapi tidak suram. Dia tampak agak getir, namun kedua matanya jernih.

“Tuan muda, permintaan tamu Anda-“

“Hans.”

Cale memotongnya lalu mengucapkan hal lain.

“Bawa tamu itu kemari.”

“Maaf?”

Cale tidak suka diperintah. Jika dia mau tidak mau harus melakukan sesuatu, lebih baik melakukannya dengan cara yang paling nyaman dan menguntungkan baginya.

“Ah, jika dia tidak mau datang, katakan ini padanya.”

Berdasarkan ekspresi Hans, Cale yakin masalah Choi Han telah diselesaikan dengan baik. Di novel, Count Deruth memberikan pemakaman yang layak kepada penduduk desa dan mengurus semuanya bahkan setelah Choi Han memukuli Cale hingga babak belur. Harusnya hal itu tidak berubah sama sekali.

“Balas budi”.

“Maaf?”

“Katakan padanya untuk datang karena sudah waktunya membalas budi padaku.”

 

 _________


* Shaman = sebutan bagi ‘dukun’ di Korea

** Hyung = kakak laki-laki (panggilan adik laki-laki kepada kakak laki-laki di Korea).

 

_________

Proofreader: Tsura




<<<

Chapter Sebelumnya   

>>>

Chapter Selanjutnya

===

Daftar Isi 

1 comment:

  1. Waktunya balas budi, It's a balas budi time! Wkwkwkwk

    ReplyDelete