Monday, February 1, 2021

Trash of the Count’s Family (#6)

Pembuat Onar di Keluarga Count

Chapter 6: Mereka Bertemu (3)


Manakah yang membuat orang lebih marah?

Apakah saat mereka dipukul sekali dengan kuat atau saat dipukul lima enam kali dengan pukulan cepat yang menjengkelkan?

Jawabannya, tentu saja, yang terakhir.

Cale melempar lima pukulan cepat sebelum dia kena pukul. Yang artinya, satu pukulan cepat sudah cukup.

“Apa Anda akan pergi?”

“Ya.”

Tidak banyak orang yang tersisa di kedai teh.

Saat itu lewat jam 9 malam. Jam segini orang-orang lebih banyak pergi ke bar daripada kedai teh. Ini adalah waktunya para penambang pergi minum-minum, karena itu harusnya bar penuh orang saat ini.

“Saya menantikan kunjungan Anda selanjutnya, tuan muda.”

Cale menganggukkan kepala mendengar ucapan Billos.

“Tehnya enak.”

Cale menyampaikan pendapatnya ke Billos.

“Dan bukunya bagus meskipun aku baru baca setengahnya. Aku khususnya suka tokoh utamanya yang kekuatannya diakui dan bagaimana dia berkembang.”

Pada saat itu, sudut alis Billos berkerut sejenak lalu normal kembali. Sinar matanya redup saat mengamati Cale.

Namun, Cale tidak menyadarinya, karena dia sedang berusaha mengingat isi buku itu. Dia terlalu mencemaskan Choi Han sehingga dia tidak terlalu memperhatikan ceritanya.

Meskipun begitu, membaca tetap menyenangkan walaupun hatinya tengah diselimuti kecemasan.

Mungkin ini adalah pengaturan otomatis saat merasuki tubuh Cale, Cale bisa memahami bahasa dunia ini, dia tidak kesulitan membaca dan menikmati buku itu. Sebuah senyum terbentuk di wajah Cale saat dia terus berbicara kepada Billos, yang berdiri dengan ekspresi kosong di wajahnya.

“Jangan biarkan orang lain membaca buku itu agar aku bisa membacanya kapanpun aku datang.”

Dia benar-benar putra Count yang kekanak-kanakan, yang mencoba memonopoli benda milik orang lain. Billos, anak haram dari serikat pedagang mungkin tidak menyukainya, tapi apa yang bisa dia perbuat? Cale adalah putra seorang Count.

“Ya! Saya akan menyimpan buku ini hanya untuk Anda tuan muda Cale!”

Akan tetapi, respons Billos berbeda dari yang Cale bayangkan. Billos tersenyum cerah saat meminta Cale untuk kembali ke sini secepatnya.

“Silahkan datang lagi secepatnya. Saya akan menunggu Anda.”

“Tentu, terserah kamu saja.”

Cale tidak ingin pergi, tapi dia harus pergi menemui Choi Han. Kring. Bel berbunyi sekali lagi dan tiba-tiba kedai teh itu terdengar lebih ramai setelah Cale pergi.

Akan tetapi, di luar kedai teh bahkan jauh lebih ramai daripada di dalam. Meskipun wilayah ini jauh dari ibu kota, tempat ini populer karena ada banyak seniman yang tinggal di sini dan memiliki produk yang khas. Seniman-seniman ini, serta para penambang yang terlihat bersantai setelah hari yang panjang di tambang, keluar malam-malam untuk minum.

Cale menyusuri jalan itu sendirian.

‘Kalau dipikir-pikir, Cale orangnya benar-benar unik.’

Biasanya di novel fantasi atau bela diri, pembuat onar di keluarga cenderung bergaul dengan bandit atau kelompok penjahat. Mereka minum, main-main dengan perempuan, dan membuat keributan di jalan atau kedai.  

Lucunya Cale justru tidak menyukai bandit dan penipu. Malah, dia membenci mereka.

‘Menurutnya mereka semua orang-orang bang**t.’

Yang terburuk dari semuanya. Baginya setidaknya lebih baik menjadi warga masyarakat yang bekerja keras meskipun tidak ada harapan untuk kehidupan yang lebih baik.

Itu sebabnya Cale tidak pernah memukuli orang ketika mabuk tapi tidak punya masalah melempar benda ke bandit-bandit yang dia lihat. Yah, tepatnya berusaha melempar, karena bidikannya buruk saat mabuk.

Mungkin itu alasannya.

“Aigoo, tuan muda, Anda datang?”

Pemilik bar sangat takut pada Cale. Gara-gara hari itu, waktu Cale merusak hampir semua barang di sekitarnya ketika sedang duduk minum-minum. Malahan, kemungkinan Cale adalah orang pertama dalam daftar hitam di bar Kota Western.

Dia tidak membalas sapaan pemilik bar tapi justru melemparkan koin emas.

“Bawakan botolku yang biasa. Oh, dan dada ayam panggang. Jangan taburi garam.”

“Maaf? A, Anda tidak mau duduk dulu?”

Cale mengernyit. Si pemilik bar segera melambaikan kedua tangan lalu menundukkan kepala.

“Secepatnya! Akan saya bawakan secepatnya!”

Si pemilik bar bergerak dengan cepat, tapi kelihatannya dia tersenyum. Itu karena sepertinya Cale tidak berencana duduk-duduk di bar. Cale melihat sekeliling bar yang menjadi sepi setelah dia masuk. Semua orang menghindari tatapannya dan memalingkan kepala. Tampaknya mereka bertanya-tanya kenapa Cale harus memilih bar ini di antara semua bar yang ada di kota. Para bandit dan penipu di bar itu saat ini sangat gelisah.

“Ck.”

Suara Cale yang berdecak lidah terdengar di antara keheningan di dalam bar.

“Tuan muda, ini botol yang Anda pesan.”

“Bagus sekali.”

Cale meraih botol dan kantong berisi ayam. Itu adalah alkohol yang sering dia minum. Alkohol itu mungkin yang termahal di bar ini. Dia menerima botol tanpa rasa sesal lalu meninggalkan bar.

Cale langsung membuka botol dan menenggak setengah isinya begitu dia melangkah keluar dari bar.

“Oh.”

Alkohol itu lumayan enak. Karena Cale punya toleransi tinggi terhadap alkohol, meskipun minum setengah botol sekaligus dia sama sekali tidak terpengaruh. Hanya saja mukanya gampang memerah, sehingga orang beranggapan dia mudah mabuk.

Cale berjalan cepat dengan botol di tangannya.

Dia melewati kedai teh yang dia diami sepanjang hari lalu mendapati para penjaga membeku melihatnya. Melihat sikap mereka membuatnya ingin keluar dari pintu gerbang, tapi sayangnya, bukan itu tujuannya.

“Ah, rasanya mulai panas.”

Cale merasakan tubuhnya memanas tapi terus minum. Dia berjalan sedikit lebih jauh hingga mencapai dinding kota yang tidak terlalu jauh dari pintu gerbang. Dinding tinggi mulai dari pintu gerbang seakan-akan melindungi kota dari penyusup.

‘Yah tergantung siapa penyusupnya.’

Cale mencoba mengingat informasi dari buku.

‘Kurang lebih 100 langkah dari gerbang kota.’

Itu adalah lokasi di mana Choi Han melompati dinding kota. Cale mengeratkan genggamannya pada botol di tangannya lalu berlari dengan cepat ke lokasi itu. Tidak ada banyak orang di jalanan karena merupakan daerah pemukiman.

Cale menarik napas dalam-dalam ketika sampai di lokasi yang sudah dia perhitungkan.

Tepat 100 langkah dari gerbang kota. Tempat itu terletak di pelosok daerah pemukiman sehingga tidak ada cahaya selain dari obor yang dipasang di atas dinding kota dan sorotan cahaya dari jendela penduduk.

Tapi itu sudah cukup menerangi tempat ini. Cale perlahan-lahan mendekati tujuannya setelah membiarkan matanya terbiasa dengan gelap.

‘Sudah kuduga.’

Dia dapat melihat sesuatu meringkuk di bawah dinding kota. Sebenarnya, ada lebih dari satu.

Dua makhluk mungil sedang gemetar kedinginan. Cale terus berjalan ke lokasi itu. Dia dapat mendengar suara makhluk hidup yang sedang meringkuk itu. 

Meong Meeeeong.

Dua ekor kucing mengeong seraya meringkuk di bawah dinding kota. Cale tersenyum.

‘Ini tempatnya.’

Dia menemukan tempat yang benar. Saat Choi Han melompati dinding kota, seekor bayi kucing dibanting oleh kucing alfa* di lingkungan itu dan terlempar jungkir balik melewati dinding kota. Choi Han memutar tubuhnya agar tidak menginjak si kucing saat mendarat. Ini adalah dunia di mana sebuah kebetulan berperan besar.

‘Dia benar-benar pria yang baik.’

Pergelangan kaki Choi Han terpelintir setelah memutar tubuhnya secara mendadak agar tidak melukai si kucing. Dia telah berlari kalang kabut untuk sampai di Kota Western setelah membunuh puluhan orang untuk pertama kalinya dan mengubur mayat penduduk desanya. Tubuhnya sudah mencapai batas sehingga dia tidak mampu mendarat dengan baik setelah memutar tubuhnya di udara. 

Meeeeong Meeeeeong.

Cale menatap anak kucing yang tengah meringkuk dan gemetaran, dan kucing lain yang terlihat seperti saudaranya menjilati kucing yang gemetar. Dia lalu mengalihkan pandangannya.

Dia menoleh untuk melihat salah satu lorong yang dekat dari tempat dia berdiri. Cale dapat melihatnya.

‘Ketemu.’

Laki-laki yang sedang meringis kesakitan sembari terlihat seperti salah satu tuna wisma yang tinggal di daerah kumuh. Cale dapat melihat rambut hitam berantakan serta pakaian yang usang dan terbakar.

Menurut novel, Cale dan Choi Han akan bertemu besok. Malam ini adalah malam ketika Cale mabuk dan mendapat bekas luka di pinggangnya. Banyak hal yang terlanjur berbeda dari novel, meskipun hanya hal-hal kecil.

Cale berdiri setelah berjongkok untuk mengamati dua anak kucing itu. Choi Han pasti sudah merasakan tatapannya sedari tadi, karena Choi Han perlahan-lahan mengangkat kepala dan memusatkan tatapannya pada Cale melewati rambut hitam kusutnya.

‘Sial, aku gemetaran.’

Cale dapat mendengar jantungnya berdegup kencang.

Meskipun terlalu gelap untuk melihat dengan jelas, sorot mata Choi Han yang Cale lihat di antara rambutnya terlihat sangat dingin.

Cale bersyukur telah memilih minum alkohol terlebih dulu.

Cale memuji dirinya karena telah membuat keputusan cerdas dan menenangkan dirinya sebisa mungkin. Pukulan cepat. Dia harus melepaskan sebuah pukulan cepat dan meninggalkan kesan pertama yang kuat.

Cale menarik napas dalam-dalam lalu mulai berbicara kepada Choi Han yang sedang menatapnya.

“Kamu kelihatannya kelaparan.”

Ck ck. Cale berdecak lidah lantas mengeluarkan dada ayam dari kantong. Lalu dengan gerakan yang sangat halus, Cale menyodorkan dada ayam panggang bukan kepada Choi Han, melainkan kepada dua anak kucing.

“Kalian kasihan sekali. Ayo makan saja.”

Cale tidak tahu dua anak kucing itu akan sekecil ini. Dia berharap mereka masih bisa makan dada ayam itu. Ck. Dia berdecak lidah lalu menyuwir dada ayam itu agar dapat lebih mudah dimakan oleh kedua kucing itu.

Dia bertanya-tanya apa yang sedang dia lakukan berjongkok di sini memberi makan anak kucing. Sejujurnya, Cale tidak suka kucing. Tetapi, Choi Han menyayangi hewan kecil.

Ggggrrrrrrrr. Ggggggrrrrrrrr.

Kucing yang terluka itu pasti memahami perasaan tidak suka Cale terhadap kucing, dia memperlihatkan gigi-giginya dan mulai menggeram, tapi Cale justru mengelus bulu perak kucing itu dan menatap mata emasnya. Anak kucing itu pasti tidak menyukai belaiannya, dia berusaha keras menjauhi tangan Cale.

“Kasihan sekali. Makan ini dan cepatlah sembuh.”

Dia bahkan tidak melirik Choi Han ketika mengatakannya, tetapi, dia menduga Choi Han pasti sedang memperhatikannya.

“Apa kamu punya tempat tujuan?”

Dia tidak mendengar jawaban apapun. Tetapi, Cale terus berbicara. Para penjaga akan segera datang untuk berpatroli di area ini, dan dia perlu berbuat sesuatu sebelum Choi Han pergi terpincang-pincang menghindari penjaga.

“Atau tempat menginap?”

Cale mengelus anak kucing berbulu perak bermata emas yang sedang menggeram dan menepis kucing merah yang mencoba menyerangnya sembari bertanya kepada Choi Han. Anehnya kucing merah itu terus berusaha memukul Cale. Mata emasnya, yang sama dengan saudaranya, bersinar terang bahkan di kegelapan.

Namun Cale perlu memusatkan perhatiannya pada Choi Han.

“Apa kamu lapar?”

Masih belum ada jawaban. Cale sudah menduganya.

Choi Han mungkin sedang mengamatinya saat ini, tapi dia juga mungkin ingin beristirahat.

Baik tubuh dan pikirannya sudah mencapai batas. Lagi pula, baru kemarin dia mengalami syok berat. Untuk seseorang seperti Choi Han yang telah hidup sendiri tanpa ada kontak dengan manusia selain penduduk dari desa kecil itu, Kota Western sangatlah asing baginya. Dia mungkin telah hidup selama puluhan tahun, tapi dia masih muda.

“Apa kamu tidak akan mengatakan apapun?”

“…Kenapa kamu berbicara padaku?”

Tampaknya Choi Han pada akhirnya menyimpulkan bahwa Cale itu lemah.

Cale cukup lemah sehingga dia bisa membunuhnya dengan mudah meskipun dia mencapai batasnya. Itu sebabnya Choi Han berpikir untuk menerima niat baik Cale meskipun dia tidak tahu mengapa Cale bersikap baik padanya.

Cale berdiri dan berjalan ke arah Choi Han. Penjaga akan segera datang berpatroli melewati tempat ini.

“Hei.”

Dia dapat melihat kondisi Choi Han dengan lebih baik begitu dia mendekat. Choi Han benar-benar berantakan. Namun, mungkin karena dia adalah tokoh utama, kedua matanya tampak jernih. Rambut dan bola mata hitam yang menunjukkan Choi Han adalah orang Korea sebenarnya cukup bagus. Itu sebabnya Cale tersenyum lalu berbicara pada Choi Han dengan santai.

“Ikuti aku. Aku akan memberimu makan.”

Kesan pertama yang paling baik adalah dengan menyediakan makanan enak.

 

 >>>>>>

 

*Kucing alfa: istilah untuk kucing yang cenderung bertingkah agresif dan biasanya suka menyerang kucing lain.

 

_______________________________________________________

Proofreader: Tsura



<<< 

Chapter Sebelumnya                             
>>>

===

Daftar Isi  

2 comments:

  1. Yap, menyediakan makanan enak....

    ReplyDelete
  2. Cale: Ikut aku
    Choi Han: ngekorin cale
    Me: menatap dengan tatapan penuh haru

    ReplyDelete