Friday, May 14, 2021

Trash of the Count’s Family (#51)

 





Pembuat Onar di Keluarga Count

Chapter 51: Ke dalam pusaran air

Penerjemah: Shira Ulwiya / Proofreader: Tsura

 

Cale melihat keluar melalui sebuah jendela kecil di perahu. Warna air laut yang bergejolak sama sekali tidak jernih. Warnanya putih dan biru karena merefleksikan dasar laut, dan warna birunya semakin gelap semakin dekat ke titik pusat pusaran air.

‘Kamu mungkin bisa mati jika terseret ke dalamnya.’

Cale memikirkan tentang bom sihir baru di kotak sihir yang berada di kediamannya. Dia kemudian memalingkan pandangannya ke depan dan melihat pulau terkecil dari gugusan pulau di depannya.

“Tuan muda, pulau di sana itu! Pusaran air di depan pulau itu adalah yang terburuk. Anda mungkin akan mengucapkan selamat tinggal kepada dunia seketika jika terseret ke dalamnya! Hahaha!”

Nelayan itu sangat berani. Dia bahkan tidak melihat wajah Wakil Kapten berubah semakin pucat saat dia terus berbicara.

Cale menahan keinginannya untuk muntah dan memperhatikan kata-kata nelayan tersebut.

“Ada sebuah legenda yang mengatakan bahwa pusaran air itu muncul karena ulah seorang pencuri yang mencuri sesuatu dari dewa, tapi, aiya!”

Kapal itu oleng ke satu sisi. Cale menelan ludah setelah melihat ombak menabrak jendela kapal.

“Aigoo, kapal ini hampir terguling. Hei nak, kayuh yang benar!”

“Maaf, ayah!”

Pasangan ayah dan anak ini benar-benar berani.

“Oleh karena itu, tuan muda.”

“Hei.”

Pada akhirnya, Cale mengangkat tangannya untuk menghentikan orang tua itu dan dengan tegas mulai berbicara.

“Mari bicara setelah kita sampai di pulau itu.”

“Itulah yang nona Amiru juga katakan! Kita hampir sampai.”

[Baca Trash of the Count's Family Bahasa Indonesia di https://shiraulwiya.blogspot.com/]

Orang tua itu mulai mengayuh dengan cekatan. Kapal yang sedang bergerak saat dia terus mengayuh entah bagaimana berputar dan berbelok menghindari semua pusaran air. Cale memperhatikan setiap pusaran air yang mereka lewati.

‘Jejak angin yang dimuntahkan oleh Suara Angin.’

Kekuatan kuno yang disebut, ‘Suara Angin’, menciptakan angin, ‘gasing’, dan memutarnya sekuat mungkin. Dan, seiring berjalannya waktu, gasing-gasing itu menciptakan gasing baru, menghasilkan banyak pusaran air yang terlihat saat ini.

“T, tuan muda, saya, saya seharusnya melindungi Anda… Ugh.”

Cale tidak menghiraukan kata-kata Wakil Kapten dan mencengkeram pegangan perahu. Dia tidak ingin mati tenggelam.

Akhirnya, kapal itu sampai di sebuah pulau dan Cale sekali lagi dapat merasakan tanah di bawah kakinya.

“Kita sudah sampai. Perjalanan tadi lebih mudah dari biasanya.”

Anak lelaki si nelayan mengangguk, menyetujui kata-kata ayahnya. Cale menatap ke belakang kedua orang itu untuk melihat Wakil Kapten yang sedang bersandar.

“Huuueeekkk.”

Wakil Kapten menderita mabuk laut yang parah sampai-sampai Cale bertanya-tanya dalam hati jika dia mungkin berakhir sekarat. Cale menepuk lengan Beacrox saat Beacrox berjalan melewatinya dan menunjuk Wakil Kapten. Beacrox mengernyitkan dahi sebelum mengeluarkan sepasang sarung tangan putih dari sakunya dan memakainya seraya menuju ke arah Wakil Kapten.

Cale sedikit tersentak saat dia melihat sarung tangan itu.

‘Bukankah itu sarungan tangan yang dia pakai saat menyiksa seseorang untuk menjaga dirinya tetap bersih?’

Beacrox tampaknya mempunyai persediaan sarung tangan yang tidak terbatas. Setelah mengamati keberadaan sarung tangan ini untuk pertama kalinya, Cale berhenti menatap Beacrox dan Wakil Kapten lalu melihat-lihat sekeliling pulau.

Tidak ada pasir di pulau ini, sebagai gantinya, pulau ini dikelilingi oleh bebatuan. Jika kamu melihat sedikit lebih jauh dari bibir pantai, kamu juga dapat melihat sebuah hutan kecil. Mungkin lebih tepat untuk menyebutnya sebagai taman daripada hutan karena mereka mengatakan kamu dapat berjalan mengelilinginya kurang dari satu jam.

[Baca Trash of the Count's Family Bahasa Indonesia di https://shiraulwiya.blogspot.com/]

“Pak tua.”

“Ya, tuan muda.”

“Lanjutkan ceritamu sebelumnya, tentang pencuri itu.”

Orang tua itu berhenti memandangi anaknya yang menjangkarkan kapal dan menunjuk ke arah jalan kecil yang mereka lewati untuk sampai ke sini. Dia sedang menunjuk ke arah pusaran air besar di depan pulau ini.

“Dahulu kala, ada seorang pencuri yang lebih cepat dari siapa pun juga. Langkah-langkah si pencuri sangatlah ringan dan berhati-hati sehingga, kabarnya, dia dapat berjalan di atas air tanpa menciptakan riak-riak air.”

Itu benar-benar Suara Angin. Tentu saja, berjalan di atas air agak dilebih-lebihkan.

“Pokoknya, pencuri itu mencuri sesuatu milik dewa. Legenda mengatakan bahwa pencuri itu melompat dari Tebing Angin bersama benda tersebut. Anda tahu tebing yang mana itu, kan? Itulah bagaimana benda milik dewa dan pencuri tersebut menghilang dari dunia ini, begitu juga bagaimana pusaran-pusaran air ini terbentuk.”

Orang tua itu tersenyum selembut keriput kecoklatan di lengannya.

 “Oleh sebab itu dahulu di masa lalu ada pengorbanan untuk benda milik dewa tersebut.”

“Tapi tidak lagi?”

“Jika itu memang benda milik dewa, kenapa dewa menyusahkan manusia dan bukannya mengambil kembali benda miliknya?”

Cale setuju dengan orang tua itu.

Itu bukanlah benda milik dewa. Itu adalah kekuatan manusia. Itu sebabnya dewa tidak bisa mengambilnya.

“Kalau begitu aku akan pergi berkeliling pulau dulu.”

“Ya, tuan. Saya akan menunggu Anda di sini.”

Orang tua itu berjalan menuju anaknya saat Wakil Kapten melompat muncul.

“Tuan muda, saya juga, ugh.”

Dia lalu kembali meringkuk. Cale mendecak lidahnya dan memberi isyarat kepada Beacrox untuk mendekat. Begitu Beacrox sampai, Cale berbisik di telinga Beacrox.

“Karena kamu adalah anaknya Ron, aku yakin kamu juga tidak normal.”

“Lalu?”

Cale menepuk pundak Beacrox yang bahkan tidak gugup sama sekali dan lanjut berbicara.

“Tahan Wakil Kapten di sini.”

“…Apa Anda akan baik-baik saja sendirian?”

“Memangnya apa yang berbahaya di sini? Aku juga punya perisaiku.”

“Tolong berhati-hatilah.”

Beacrox setuju untuk mengikuti perintah Cale tanpa banyak bertanya. Ini sebabnya Cale membawa Beacrox bersamanya. Dia butuh seseorang di sekitarnya untuk sementara waktu, seseorang yang kuat, tetapi tidak terlalu bertekad untuk melindunginya. Juga seseorang yang bisa dia perintah.

Itulah alasan mengapa Beacrox adalah pilihan yang tepat.

[Baca Trash of the Count's Family Bahasa Indonesia di https://shiraulwiya.blogspot.com/]

“Aku akan segera kembali.”

Cale berjalan menuju ke arah hutan di tengah-tengah pulau.

“Tolong tembakkan perisai Anda ke udara jika Anda berada dalam bahaya.”

“Tuan muda, saya akan berada tepat di belakang, ugh.”

Cale tidak sepenuhnya mendengarkan Beacrox dan Wakil Kapten saat dia berjalan ke dalam hutan. Dia kemudian berbicara dengan pelan segera setelah dia berada cukup jauh dari yang lain.

“Bagaimana menurutmu?”

Naga Hitam menjawab.

“Seperti yang kau bilang, ada sesuatu di bawah pusaran air di depan pulau ini. Ini mirip dengan kekuatan dari gua waktu itu.”

Naga Hitam sedang membicarakan tentang saat Cale memperoleh Vitalitas Jantung. Cale masuk ke dalam hutan dengan langkah santai. Tidak ada alasan untuk melihat ke dalam hutan. Dia datang hanya untuk melihat pusaran air itu.

‘Aku memang perlu sedikit mencari tahu tentang medan di sini, karena kami akan terbang kembali ke sini malam hari nanti.’

Cale menanyakan satu hal lagi.

“Tidak ada seorang pun di sini, kan?”

“Tidak ada.”

Tidak ada seorang pun selain rombongan Cale di pulau ini. Cale akhirnya dapat bernapas lega. Dia mengkhawatirkan gerombolan paus yang dilihatnya kemarin.

“Tapi ada mayat.”

“Apa?”

Cale langsung membeku. Dia mulai mengernyitkan dahi dan melihat ke atas. Naga Hitam menyingkirkan sihir tak kasatmatanya dan muncul di depan Cale.

“Ketika tadi aku melihat ke bawah, ada tiga mayat di sisi lain pulau.”

Cale sama sekali tidak menduga akan adanya mayat. Cale mundur tiga langkah ke arah kapal. Dia punya perasaan buruk bahwa sesuatu yang naas akan terjadi jika dia terus berjalan ke arah sisi lain pulau. Akan tetapi, Naga Hitam terus berbicara.

“Tapi itu bukanlah mayat manusia.”

Cale mengangkat kedua tangannya untuk menutupi matanya. Jika bukan manusia, artinya mereka memiliki ciri yang unik. Tetapi, mereka juga tidak menyerupai binatang.

“Jadi mereka mirip dengan manusia, tapi berbeda.”

Maka hanya ada satu jawaban yang tersisa.

“Apakah tangan dan kaki mereka terlihat aneh?”

Naga Hitam menganggukkan kepalanya dengan bersemangat.

“Itu benar! Tangan dan kaki mereka tampak aneh. Terlihat seperti sirip!”

Sirip. Itu adalah ciri khas dari seekor duyung.

Gerombolan paus dan duyung. Cale merasa khawatir dan diliputi keraguan. Paus dan duyung harusnya belum muncul saat ini.

‘Tidak.’

Cale segera memperbaiki pola pikirnya. Perang antara Suku Paus dan para duyung memiliki sejarah yang bahkan lebih panjang dari sejarah tertua perang manusia. Akan tetapi, momen ketika hal ini terungkap di novel adalah ketika Choi Han terlibat dengan Suku Paus.

[Baca Trash of the Count's Family Bahasa Indonesia di https://shiraulwiya.blogspot.com/]

Cale memanggil Naga Hitam.

“Hei, kamu.”

“…Jangan memanggilku kamu.”

“Terus aku harus panggil kamu apa?”

“Kau akan segera tahu.”

‘Apa sih yang dia bicarakan?’

Cale berpikir Naga Hitam yang tengah mempelajari bahasa manusia belakangan ini akan memilih nama untuk dirinya sendiri, jadi dia menunjuk ke arah sisi lain pulau dengan dagunya.

“Apa kamu yakin tidak ada siapa pun di sana?” 

“Tidak ada keberadaan makhluk hidup. Begitu juga di dalam air.”

“Kalau begitu tunjukkan jalannya.”

Dia harus pergi melihat mayat duyung-duyung itu. Hanya untuk memastikan dan melindungi dirinya dari bahaya.

“Kamu harus berada di depanku.”

Cale mendorong Naga Hitam di depannya sembari berjalan menuju sisi lain pulau. Dia kemudian mulai mengerutkan dahi segera setelah sampai di sisi lain hutan dan melihat mayat-mayat itu.

“…Dugaanku benar.”

Seperti yang diduga, itu adalah mayat duyung. Lebih jelasnya, ada tiga mayat, semuanya dengan kondisi leher patah. Selain itu, kaki dan lengan mereka juga terpelintir. Cale semakin mengerutkan dahinya setelah melihat penampakan duyung-duyung itu dengan mata kepalanya sendiri alih-alih teks dalam novel.

Mayat-mayat itu benar-benar kering, seperti layaknya mumi. Tetapi, duyung memang terlihat berbeda dari manusia.

Terdapat sirip di kaki dan tangan mereka, sementara kulit mereka tampaknya tertutupi sisik. Dan alih-alih telinga, mereka justru memiliki insang.

[Baca Trash of the Count's Family Bahasa Indonesia di https://shiraulwiya.blogspot.com/]

“Kenapa kau tidak mendekat?”

Naga Hitam bertanya dengan rasa penasaran kepada Cale, yang sedang mengamati dari kejauhan. Cale segera menjawab si Naga Hitam.

“Ini mengerikan.”

“…Betul juga. Aku lupa kalau kau manusia yang lemah.”

Naga Hitam mengangguk dan terbang mendekati mayat-mayat duyung tersebut. Dia lalu mulai berbicara sendiri.

“Sepertinya mereka dihajar sampai tewas. Mereka juga tampaknya tewas baru-baru ini. Selain itu, aku bisa melihat darah merah di bawah sirip-sirip mereka. Kurasa telah terjadi pertempuran.”

‘Itu pasti paus. Pasti seekor paus yang membunuh duyung-duyung ini.’

Suku Paus memiliki sedikit populasi, sama seperti naga, tetapi mereka adalah makhluk terkuat di lautan. Itulah bagaimana mereka dapat melindungi lautan dari para duyung.

Para duyung ingin membuat kerajaan di dalam laut. Akan tetapi, Suku Paus tidak setuju membagi wilayah mereka dengan yang lain. Itu karena mereka adalah spesies yang perlu bermigrasi mengikuti cuaca.

‘Suku Paus berjumlah sedikit, tetapi mereka terlalu kuat bagi para duyung untuk bertingkah semau mereka. Tetapi, para duyung mendadak menjadi lebih kuat.’

Para duyung mulai menjadi lebih kuat, menempatkan Suku Paus dalam situasi yang sulit. Itulah saat Choi Han muncul dan membantu para paus. Setidaknya, itulah isi novel pada akhir jilid ke-5.

Cale memberitahu Naga Hitam bahwa mereka harus segera kembali dan berpaling dari mayat duyung tersebut.

“Tidak apa-apa membiarkan mereka seperti ini?”

“Ya.”

Mayat duyung tidak akan luruh di darat, sebaliknya, ia akan mengering seutuhnya. Agar bisa luruh, ia harus berada di dalam air. Ketika itu terjadi, bau dari mayat itu akan menyebar ke seluruh lautan, memberi sinyal kepada duyung lain untuk mengambil mayat itu.

Karena alasan itulah Suku Paus dengan sengaja membiarkan mereka di darat seperti ini.

‘Aku juga harus segera menyelesaikan urusanku dan pergi dari sini.’

Kemungkinan hanya ada satu anggota Suku Paus yang bertarung melawan duyung-duyung ini. Jika mereka ada dua, mereka tidak tidak akan meninggalkan mayat-mayat ini di darat. Mereka akan melemparnya ke dalam laut untuk memancing lebih banyak duyung dan bertempur dengan mereka. Dia memilih bersikap seperti ini karena dia sendirian.

[Baca Trash of the Count's Family Bahasa Indonesia di https://shiraulwiya.blogspot.com/]

Cale kembali ke kapal dan berbicara kepada yang lain.

“Ayo kembali. Tidak banyak hal yang bisa dilihat di sini.”

Wakil Kapten, yang baru saja mulai pulih dari mabuk lautnya, kembali menjadi pucat, tapi Beacrox terlihat membeli banyak ikan dari si nelayan dan menjawab dengan riang.

“Tuan muda Cale, kita akan makan ikan bakar untuk makan malam.”

“Ide bagus.”

Setelah kembali ke kediamannya, Cale tengah menunggu waktu berlalu dengan perut kenyang oleh ikan bakar. Ketika gelap akhirnya menghinggapi desa kecil itu, dia mengeluarkan peralatan selam dari kotak sihir yang dia dapatkan dari Billos.

Cale berdiri di ambang jendela menghadap Tebing Angin dan lautan Timur Laut saat dia mulai berbicara kepada On dan Hong.

“Jaga rumah baik-baik.”

“Kami tidak akan membiarkan siapa pun masuk.”

“Hati-hati di jalan.”

Cale menganggukkan kepalanya untuk merespons para bayi kucing sebelum melihat ke arah Naga Hitam.

Naga Hitam melihat ke arah Cale dengan percaya diri dan melafalkan sebuah mantra sambil lalu.

“Terbang.”

Saat itulah, tubuh Cale mengambang di udara.

“Ayo pergi.”

Naga Hitam memimpin di depan dan Cale mengikuti di belakangnya. Cale tengah membawa bom sihir saat mereka terbang tinggi di udara untuk menghindari orang-orang.

Rencana Cale hari ini adalah untuk menyerang pusaran air dengan tepat lalu kabur. Saat orang-orang berhamburan keluar karena terkejut, Cale sudah menghilang layaknya angin tanpa suara.

Bom sihir versi Naga Hitam ini dijadwalkan meledak sepuluh menit kemudian.

[Baca Trash of the Count's Family Bahasa Indonesia di https://shiraulwiya.blogspot.com/]

 

 ***

Diterjemahkan dari https://eatapplepies.com/


<<<

Chapter 50                   

>>>             

Chapter 52 

===

Daftar Isi 

 

 

No comments:

Post a Comment