Friday, April 16, 2021

Trash of the Count’s Family (#43)

 


Pembuat Onar di Keluarga Count

Chapter 43: Entah Bagaimana (1)

 

Akan tetapi, situasi di dalam kereta terlanjur kacau. Cale melihat ke arah Neo, yang kakinya gemetar dan berdecak lidah dalam hati. Neo terlihat panik dan sangat khawatir. Sebagian besar bangsawan tampak semrawut.

‘Wajah Venion juga tampak kalut.’

Cale teringat wajah Venion yang sempat dia lihat sebelum naik ke atas kereta. Venion sangat marah.

Siapa yang akan menduganya?

Taylor Stan, putra tertua keluarga Stan yang tersingkir, tengah berjalan dengan kedua kakinya tanpa kursi roda. Selain itu, orang dari Keluarga Stan tersebut berdiri di sebelah putra mahkota, Alberu. Tidak seorang pun yang akan menduga situasinya berkembang seperti itu.

 ‘Dia berhasil menukarnya dengan Bintang Penyembuhan.’

Cale penasaran tentang apa yang Taylor dan Cage tukarkan dengan putra mahkota untuk Bintang Penyembuhan itu, tapi dia tidak melihat ke arah Taylor.

Neo Tolz tampak duduk dengan kaki gemetar, bahkan tanpa memandang Taylor. Pada saat itu, Amiru mulai berbicara.

“Tuan muda Taylor, apakah kaki Anda sudah sembuh sepenuhnya?”

Pertanyaan yang dilontarkan dengan hati-hati itu langsung mengarah ke topik yang sedang dipikirkan semua orang. Taylor tersenyum saat menjawab.

“Ini adalah anugerah dari dewa. Kaki saya benar-benar sembuh.”

“Selamat.”

“Terima kasih banyak.”

Ahem, mm.

Neo Tolz berdehem lantas melihat bolak-balik antara wajah dan kaki Taylor. Dia lalu berbicara dengan hati-hati.

“Tuan muda Taylor, apakah Anda akan kembali ke kediaman Marquis sekarang setelah kaki Anda telah sembuh?”

Alasan terbesar mengapa Taylor tersingkir adalah karena kakinya yang lumpuh. Neo dan bangsawan lain mungkin penasaran apakah Taylor akan kembali ke kediamannya untuk bertarung memperebutkan posisi penerus lagi atau tidak.

Khususnya karena Neo adalah salah satu kaki tangan Venion.

Taylor menoleh ke arah Neo, dan berkata.

“Kembali?”

Suaranya lembut, tapi dibaliknya terdengar nada tegas dan dingin saat dia menjawab Neo.

Itu adalah rumahku. Bukankah sudah jelas bahwa saya bagian dari tempat itu?”

Neo semakin menciut mendengar suara dingin Taylor. Namun, Cale memilih untuk tidak melihat ke arah mereka. Cale dapat melihat pantulan Taylor di jendela sesekali.

Tentu saja, Taylor melakukannya diam-diam, membuatnya dirinya seolah-olah sedang melihat keluar jendela seperti Cale.

Cale dapat membaca pesan yang Taylor coba kirimkan ketika mata mereka bertemu.

‘Tuan muda Cale! Aku ingin memberitahumu semuanya! Ini kisah yang sangat menarik.’ (Panjang sekali padahal cuma sekali tatap....)

Raut wajah Cale masih terlihat datar bahkan setelah melihat tatapan berbinar Taylor. Cale hanya berharap agar Taylor mengambil alih kedudukan Marquis dan mencegah kerugian yang mungkin dialami wilayahnya.

Itu sebabnya dia tidak ingin berbicara dengan Taylor. Akan tetapi, kesempatan segera datang bagi Taylor dan Cale untuk berbincang.

“Ahem, kalau begitu saya keluar duluan.”

Begitu kereta kuda itu tiba di luar Alun-Alun Keagungan, Neo Tolz bergegas keluar dari kereta untuk menjauhi mereka. Karena dia secara terang-terangan menunjukkan bahwa dia bekerja untuk Venion, dia merasa sangat canggung di tempat ini. Dia juga mungkin ingin melaporkan situasi terbaru Taylor kepada Venion secepatnya.

“Tuan muda Cale, saya akan kembali dengan tuan muda Eric.”

Amiru khawatir kalau-kalau Cale mungkin mulai berbuat ulah jika dia bertemu bangsawan dari Wilayah Timur Laut, yang kebetulan berada di satu kereta dengan Eric dan Gilbert, dan meninggalkannya sendirian untuk membawa Eric dan Gilbert kemari.

‘Harusnya tidak akan terjadi apa-apa karena tuan muda Taylor dan tuan muda Cale tidak punya hubungan apa pun.’

‘Berdasarkan kepribadian tuan muda Cale, dia tidak akan memulai percakapan dengan orang lain.’

Itulah yang Amiru pikirkan saat dia bergerak dengan cepat untuk mencari Eric dan Gilbert.

 Alhasil, Cale menerima senyum cerah Taylor.

“Akhirnya, hanya ada kita berdua.”

Cale tidak merasa senang mendengarnya. Dia secara terang-terangan menunjukkan perasaannya itu di wajahnya, tapi Taylor tampaknya menganggap itu lucu. Taylor tertawa pelan, lantas berkata terus terang kepada Cale.

“Aku meminta kakiku disembuhkan dengan berjanji untuk menjadi kepala kediaman Marquis.”

“Apa kau menjanjikan kesetianmu?”

“Tidak. Aku membuat kesepakatan.”

Cale menganggukkan kepala.

“Itu bagus. Selamat atas kesembuhan kakimu.”

Cale lalu berpaling dari Taylor, seolah dia tidak punya hal lain untuk dikatakan. Taylor menganggap reaksi itu sangat cocok dengan kepribadian Cale, dan mengeluarkan amplop kecil dari sakunya dan menyodorkannya ke Cale.

“Ini isi kesepakatan kami.”

“....Tidak perlu memberikan ini padaku.”

Cale memasang ekspresi datar, dan Taylor menjawab.

“Akan lebih baik kalau Anda tahu, tuan muda Cale.”

Dia lalu memberitahukan Cale hal lain.

“Cage akan dikucilkan oleh kuil.”

“Apa karena dia melakukan hal semaunya?”

“Benar. Dia sangat senang mendengarnya.”

Cage akhirnya mulai menapaki jalan sebagai pendeta gila. Mulai sekarang dia akan melakukan hal seperti pendeta yang terkucil yang terlihat sebagai pendeta pemberani oleh orang lain, seperti di novel.

“Itu bagus.”

Cale dapat melihat Taylor menganggukkan kepala dengan senang mendengar ucapannya. Taylor lalu mengernyit, seolah semua emosinya menyergap dirinya sekaligus bagai pusaran air, dan berkata.

“Ini hanya permulaan. Kita akan menang. Benar kan, tuan muda Cale?”

‘Kenapa dia melibatkanku dalam kemenangannya?’

Cale merasa penasaran tentang itu, tapi memutuskan untuk menjawab pertanyaan Cale untuk saat ini.

“Anda akan menang.”

“Terima kasih banyak. Kalau begitu saya akan turun duluan.”

Taylor berdiri dan melihat kakinya, lantas mengucapkan sampai jumpa kepada Cale dan turun dari kereta.

“Kita bertiga harus minum bersama setelah kemenangan kita.”

“Anggur Henituse sangatlah enak.”

Taylor akhirnya membuka pintu kereta setelah mendengar kata-kata Cale dan pergi. Cale segera membuka amplop itu begitu dia sendirian.

Dia lalu merobeknya.

“Ck.”

Dia mendecak lidahnya dengan pelan dan memasukkan catatan itu jauh ke dalam saku dalamnya. Benar-benar ada rahasia terkait kelahiran putra mahkota. Cale menggelengkan kepala dan melangkah keluar dari kereta.

“Cale.”

Cale menolehkan kepalanya mendengar panggilan Eric. Dia dapat melihat Alun-Alun Keagungan yang penuh sesak di balik pundak mereka.

“Tuan muda Cale, ayo kita pergi. Giliran kita masuk ke alun-alun.”

Di novel, Choi Han merasa penasaran dengan orang-orang ini, yang duduk di tempat yang lebih tinggi dari warga kerajaan biasa. Hari ini, Cale akan pergi ke tempat yang sama. Akan tetapi, dia masih berada di bawah dibanding keluarga kerajaan dan pendeta suci.

Cale melihat ke arah Menara Lonceng di depannya dan mulai berjalan. Dia dapat melihat semua orang di alun-alun semakin dia mendekat. Ada banyak sekali orang sampai-sampai dia tidak bisa menghitung jumlah mereka. Namun, mereka tidak sepenuhnya berdesakan seperti ikan sarden. Begitulah luasnya Alun-Alun Keagungan, dan fakta bahwa kerajaan membatasi jumlah orang juga berperan. Sebagai gantinya, beberapa orang berada di toko-toko di dekat alun-alun dan atap-atap gedung sekitarnya demi melihat sekilas acara perayaan raja.

“Tuan muda Cale, ini pertama kalinya kau datang ke Alun-Alun Keagungan?”

Cale menganggukkan kepala dengan santai pada pertanyaan Gilbert.

“Ya. Aku pernah melewatinya saat di atas kereta, tapi ini pertama kalinya aku melihat semuanya.”

Cale melihat sekeliling alun-alun saat mengatakan itu.

Kedai teh di sebelah selatan.

Penginapan di sebelah barat.

Toko bunga di sebelah timur.

Puncak gedung Asosiasi Tukang Keramik di sebelah utara.

Inilah keempat tempat yang Cale perhatikan saat dia melihat berkeliling.

“Alun-alun ini lumayan luas.”

Cale memastikan lokasi tempat bom sihir dipasang . Pada saat yang sama, dia melihat ke arah air mancur di sebelah selatan. Seorang remaja laki-laki sedang mengibar-ngibarkan bendera, seolah dia sedang mencoba menyambut raja. Remaja laki-laki itu adalah Lock.

‘Semuanya berjalan sesuai rencana.’

Cale tahu bahwa Choi Han dan Naga Hitam pasti sedang mengamatinya saat ini, dan melihat ke arah Menara Lonceng.

Waktu saat ini pukul 8.30.

“Kami sekarang akan membuka jalan.”

Para kesatria menutup semua pintu masuk agar para bangsawan dapat masuk. Pada saat yang sama, Cale menjentikkan jarinya.

Itu adalah gerakan sederhana yang tidak akan dicurigai siapa pun.

Lock menghilang begitu Cale menjentikkan jarinya. Sudah saatnya mencari benda-benda yang tersembunyi. Tentu saja, itu sama sekali tidak perlu.

‘Jawabannya akan muncul tepat pukul 9.01.’

Akan tetapi, akan lebih mudah jika mereka mengetahui jawabannya terlebih dahulu. Selain itu, karena Cale tidak perlu berpindah, mencari benda-benda tersembunyi ini tidak akan jadi masalah.

“Semuanya mohon duduk di sini.”

Tempat duduk diatur dengan nama setiap orang tertempel di tempat duduk yang sudah ditentukan. Raja dan keluarga kerajaan belum tiba di alun-alun. Bahkan putra mahkota, yang datang bersama para bangsawan, belum terlihat.

Cale tiba di tempat duduknya, dan mengernyit.

“Tampaknya kita sering kebetulan bertemu, tuan muda Cale.”

“Sepertinya memang begitu, tuan muda Taylor.”

Sama seperti saat jamuan makan. Cale duduk di samping Taylor, dan melihat orang-orang di bawah panggung. Dia lalu melihat ke arah Menara Lonceng.

Dia mengingat cerita di novel.

Tempat tertinggi seperti yang digambarkan di ‘Kelahiran Pahlawan’, adalah puncak Menara Lonceng. Cale terus menatap kosong ke arah lokasi itu.

Satu-satunya lokasi bom yang Choi Han berhasil temukan di novel tidak termasuk salah satu lokasi kali ini. Ceritanya sudah banyak berubah.

Akan tetapi, setidaknya harusnya tidak ada seorang pun yang akan mati akibat reruntuhan bangunan, tidak seperti di novel.

Alat Pengacau Mana telah ditanam di bawah Menara Lonceng.

Waktu saat ini pukul 8.40. Cale menoleh ke kiri setelah mendengar suara Eric.

“Cale. Diamlah. Oke?”

“Hyung-nim.”

Eric menjadi gugup setelah mendegar nada bicara yang biasa Cale pakai untuk memanggilnya. Cale, yang sebelumnya senang mengenakan pakaian mencolok dan suka pamer hingga dua tahun lalu, tiba-tiba hanya mengenakan pakaian berwarna gelap, dan sikapnya sangat jauh berbeda.

“Aku akan sangat berdiam diri hari ini. Aku berencana tidak melakukan apa pun sama sekali.”

Eric terpikat oleh suara Cale, dan tanpa sadar menganggukkan kepalanya. Cale tampak puas dengan reaksinya, dia tertawa dan melihat jam lagi.

Pukul 8.45. Dia dapat mendengar suara Naga Hitam. Naga itu sedang melihatnya seperti yang Cale duga.

--15 menit lagi.

Naga benar-benar mampu melakukan apa pun. Tidak ada yang sihir tidak bisa mereka lakukan. Cale memuji Naga Hitam di dalam hati sementara berdiri dari tempat duduknya.

“Bintang-bintang dari keluarga Crossman, keluarga kerajaan kita, memasuki alun-alun.”

Hanya satu pintu masuk ke alun-alun yang dibuka saat ini. Putra mahkota memimpin di depan, pangeran kedua dan ketiga mendampingi di sebelahnya, dan pangeran dan putri lainnya berjalan di belakang mereka.

Sekelompok individu dengan rambut pirang yang indah memasuki alun-alun. Inilah keluarga kerajaan yang diberkati oleh Dewa Matahari, kebanggan Kerajaan Roan.

Wooooooooooooooo-

Sorak sorai warga memenuhi alun-alun. Suaranya sangat kencang hingga seolah-olah tanah bergetar. Cale teringat ucapan Naga Hitam.

‘Rambut dan mata putra mahkota berwarna cokelat.’

Warna cokelat dikenal sebagai warna rambut dan mata paling umum. Cale melihat ke arah keluarga kerajaan, dan bertepuk pelan. Dan saat itu, akhirnya pukul 8.50.

“Yang Mulia, Raja Zed Crossman, matahari Kerajaan Roan, kini memasuki alun-alun.”

Wooooooooooooooooooooooooooooooooooooo-

Raja berusia 50 tahun yang tampak bugar muncul di alun-alun dalam kereta paradenya. Cale mengamati raja, lantas mengalihkan pandangannya ke tempat lain di alun-alun. Dia dapat melihat pot bunga di puncak gedung Asosiasi Tukang Keramik di sebelah utara. Waktu saat ini pukul 8.55.

‘Mereka telah membongkarnya.’

Cale tersenyum.

Mulai sekarang Rosalyn, Naga Hitam, On dan Hong akan bersembunyi di antara kerumunan di alun-alun.

Raja Zed perlahan-lahan menuju ke arah alun-alun nun di kejauhan. Zed Crossman naik ke posisi raja pada usia 20 tahun setelah raja sebelumya mendadak meninggal. Dia memanfaatkan masa damai ini demi keuntungannya, membunuh semua saudaranya untuk menguatkan kedudukan kekuasaannya.

Waaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa-

Sorak sorai untuk raja masih sangat riuh. Raja Zed melewati pintu masuk alun-alun dan berjalan menuju panggung tertinggi. Cale menyaksikan semua ini dengan tenang.

Ada panggung khusus bagi raja di depan Menara Lonceng.

Raja dan ratu melambaikan tangan ke arah kerumunan, lantas menaiki panggung. Ratu berdiri di depan tempat duduknya sementara Raja Zed berjalan ke pengeras suara sihir.

Cale melihat jam lagi.

Waktu saat ini pukul 8.58.

Raja mengangkat tangannya, dan sorak sorai warga perlahan-lahan mereda. Akhirnya, begitu alun-alun lengang sepenuhnya, raja mulai berbicara.

“Sudah 30 tahun sejak raja ini menerima berkah dari sang matahari untuk memerintah kerajaan ini.”

Raja tampak sangat senang. Sayangnya, sekarang sudah pukul 9.

“Huh?”

Cale dapat mendengar suara bingung Eric.

“Apa itu?”

Cale lalu mendengar suara cemas Taylor. Cale dengan santai mendonggakkan kepalanya ke puncak Menara Lonceng.

“Apa?”

“Siapa itu?”

“Apa yang terjadi?”

Gumaman kerumunan orang semakin ramai. Raja Zed menoleh ke belakangnya, kemudian mendonggakkan kepalanya ke atas Menara Lonceng. Cale melihat puncak Menara Lonceng itu dan tersenyum.

Raja Zed berteriak.

“Siapa kamu?”

Para kesatria dan mage bergerak menuju Menara Lonceng. Para warga mulai merasa cemas pada apa yang sedang terjadi. Mereka tidak punya pilihan. Seseorang muncul di puncak Menara Lonceng, dan lebih banyak orang berpakaian hitam-hitam juga mulai bermunculan di puncak bangunan di sekitarnya.

“Turun sekarang juga.”

“Semuanya, pergi ke puncak gedung sekarang juga!”

Cale mendengar suara para kesatria di dekatnya, dan melihat ke arah pria yang berdiri di puncak Menara Lonceng dengan pakaian hitam dan topeng. Dialah si mage penggila darah, Redika.

 ‘Aku sempat khawatir ini juga akan berbeda dari novel.’

Jika Redika tidak muncul, Cale akan menyuruh Naga Hitam untuk membalik aliran mana yang berasal dari bom mana demi mencari lokasi Redika yang bersembunyi, dan membiarkan Choi Han membunuhnya.

Cale lega karena dia tidak perlu melakukan itu, dan mengingat deskripsi di novel.

Tangan Redika diselimuti mana berwarna merah. Berandal ini unik, karena orang-orang dapat melihat warna mananya, meskipun dia seorang mage. Dia lalu mengayunkan tangannya dan mengumumkan kehadirannya seperti yang dia lakukan di novel.

<”Ini akan seru.”>

”Ini akan seru.”

Suara mengerikan yang terdengar seperti suara besi yang bergesekan satu sama lain, memenuhi alun-alun. Kemudian, mana merah memelesat ke tempat-tempat berbeda di alun-alun.

Saat itu tepat pukul 9.01.

Oooooooong-

Sebuah getaran terdengar dari bawah Menara Lonceng.

Beeeeeeep-

Beeeeeeeeeeep-

Alat-alat sihir mulai meraung dari beberapa lokasi. Mana merah yang terbang ke arah sumbu ledak di dalam bom sihir kehilangan kekuatannya dan mulai berputar-putar tidak karuan di tempatnya.

Itu akibat pengacau mana.

Kemudian, hal yang sama juga terjadi di dalam alun-alun.

Beeeeeeeeeeep-

Empat tempat mulai berdering di alun-alun.

“Ketemu.”

Suara pelan Cale tenggelam oleh bunyi alarm alat-alat sihir.

Seseorang di dalam area keempat alarm itu pasti memiliki bom sihir pada diri mereka.

Seperti dugaan Cale, bom-bom sihir itu memiliki alarm untuk memberi sinyal jika ada kerusakan.

Cale dapat meihat Choi Han, Rosalyn, dan Lock sedang berlari ke arah keempat lokasi.

10 menit. Bahkan jika mereka tidak berhasil membongkar bom-bom tersebut dalam waktu 10 menit, mereka punya cukup waktu untuk memindahkan bom-bom itu ke gunung di belakang alun-alun untuk meledakkannya tanpa melukai siapa pun. Hal itu mungkin karena ada Rosalyn dan Naga Hitam.

-Ketemu satu manusia.

Cale tersenyum setelah mendengar laporan Naga Hitam yang tak kasatmata.

Waktu 10 menit itu baru saja dimulai.

***

Proofreader: Tsura


Diterjemahkan dari https://eatapplepies.com/


<<<

Chapter 42                   

>>>             

Chapter 44 

===

Daftar Isi 


1 comment:

  1. Ah, tolong, aku mulai deg-degan dan senyam-senyum sendiri!!!

    ReplyDelete