Monday, April 19, 2021

Trash of the Count’s Family (#44)

 


Pembuat Onar di Keluarga Count

Chapter 44: Entah Bagaimana (2)

 

Cale dapat melihat Choi Han menangkap seseorang saat Naga Hitam memberi laporan. Itu adalah orang yang Naga Hitam yakini memiliki bom sihir.

Cale dapat melihat kalung di leher orang itu.

‘Pasti itu.’

Cale dapat melihat Choi Han mengambil kalung orang itu. Pada saat yang sama, tubuh Cale tersentak. Seseorang telah menarik lengan Cale.

“Cale!”

Itu adalah Eric Wheelsman. Cale perlahan-lahan melihat sekelilingnya, mulai dari puncak Menara Lonceng.

“Hahahhaha-“

Redika si mage penggila darah sedang tertawa.

Wiiiiiiiiiing. 

Suara bising terdengar bersamaan dengan suara besi yang bergesekan, keduanya menciptakan suara lengkingan yang menakutkan.

“Yang Mulia! Tolong berlindunglah ke tempat yang aman!”

Para Kesatria Kerajaan dan beberapa mage berada di dekat keluarga kerajaan dan raja untuk membantu mereka melarikan diri. Pertama-tama Cale melihat ke arah putra mahkota. Rambutnya masih pirang.

‘Apa bukan sihir yang menggunakan mana?’

Cale teringat pada apa yang Naga Hitam pernah katakan dulu. Cale memutuskan untuk berhenti memikirkan tentangnya, dan terus melihat sekeliling.

Setengah dari Kesatria Kerajaan dan mage yang tersisa berusaha untuk menenangkan kerumunan dan menemukan Alat Pengacau Mana, sedangkan sisanya bergegas menuju organisasi rahasia itu. Redika, yang sedari tadi tertawa, mulai berbicara.

“Ini menyebalkan.”

Setelah itu, semua anggota organisasi rahasia selain Redika mulai melancarkan serangan jarak jauh. Tombak, belati, dan pisau lempar; berbagai jenis serangan mulai tumpah ruah ke arah para kesatria.

Bum!

Wiiiiiiiiiiing-

Biiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiip.

Suaranya sangat bising. Pada saat yang sama, Naga Hitam melanjutkan laporannya.

-Satu manusia lagi.

-Dan satu lagi.

Pukul 9.04. Sejauh ini sudah tiga orang.

“Cale! Kita juga harus pergi! Kita harus pergi!”

“Tuan muda Cale, cepatlah!”

Cale melihat ke arah Eric, Amiru, Gilbert dan Taylor. Mereka semua segera berkumpul di sekitarnya. Eric memandang berkeliling dengan ekspresi kalut di wajahnya. Cale mengikuti arahannya dan melihat sekitar juga.

“Apa yang kalian lakukan? Cepat biarkan kami pergi!”

“Biarkan kami keluar sekarang juga!”

Para bangsawan berebut untuk keluar dari alun-alun secepat mungkin. Tentu saja, ada juga beberapa orang yang tampak tenang. Namun, lain halnya dengan yang berada di bawah panggung.

“Kenapa kalian menghalangi jalan keluar!”

“Buka jalan!”

Warga kota berteriak-teriak menyuruh para kesatria untuk membuka pintu dan menyerbu pintu keluar. Para kesatria dan prajurit balik berteriak kepada warga kota.

“Tolong tenanglah!”

“Tolong tunggu sebentar!”

“Kalian berharap kami menunggu dalam situasi seperti ini? Jangan halangi jalan kami!”

“Apa kalian gila?! Para bangsawan sedang mencoba keluar saat ini! Biarkan kami pergi juga!”

Cale mencari tangan-tangan yang terangkat di udara di tengah-tengah kekacauan itu.

“Ap, apa yang kamu lakukan?!”

Choi Han menarik sebuah tas dari pundak seorang laki-laki tua dan mengangkat tangannya ke udara. Ini adalah orang ketiga. Cale memalingkan kepala untuk melihat berkeliling orang-orang di sekitarnya.

Pintu bagi para bangsawan dan pendeta sudah terbuka, dengan sejumlah bangsawan dan pendeta berlari keluar secepat yang mereka bisa. Situasi di sana tampak lebih tenang karena ada lebih sedikit orang daripada gerbang bagi para warga kota di bawah, tapi masih tetap kacau, di mana setiap orang berusaha keluar lebih cepat dari yang lainnya.

Itu sebabnya.

“Kacau sekali.”

Suasananya kacau balau. Eric berlari dengan panik, sehingga Cale menaruh tangannya di atas pundak Eric untuk menenangkannya. Dia lalu mencengkeram pundak Eric dengan kuat.

“Hyung-nim.”

“Ah.”

Cale terus berbicara setelah rasa sakit menyadarkan Eric dari kondisinya yang kalang kabut.

“Tenanglah.”

Eric menjadi tenang setelah melihat sikap tenang Cale. Dia lalu melihat sekitar. Para kesatria sedang bertarung melawan penyerang tidak dikenal ini sedangkan keluarga kerajaan sedang dalam proses melarikan diri. Para warga kota tampak kalang kabut. Saat Eric mencerna semua peristiwa yang terjadi di sekitarnya dan berpaling untuk melihat Cale, Cale mulai berbicara.

“Ini baru kau yang biasanya.”

“….Terima kasih. Rasanya kepalaku menjadi jernih.”

Cale mengangkat bahunya dan berpaling. Gilbert dan Amiru tersadar setelah mendengar apa yang Cale katakan kepada Eric, dan turut memandang Cale. Bahkan jika sekarang mereka berusaha menuju gerbang keluar bagi bangsawan, mereka hanya akan tersapu dalam kekacauan. Kepala keluarga dari kawasan lain sedang sibuk mengumpulkan orang-orang mereka dan menenangkan mereka sementara berusaha mencari jalan melarikan diri.

Gilbert melihat beberapa bangsawan lain sebelum melihat berkeliling. Bangsawan-bangasawan lain dari Kawasan Timur Laut menuju ke arah mereka. Mereka semua menatap Eric, dan Eric serta Gilbert menatap Cale.

“…Apa-apaan….”

Cale melihat ke arah Taylor. Taylor berbeda dari yang lain. Yang Taylor khawatirkan sekarang justru gerbang bagi warga kota yang masih belum sepenuhnya terbuka. Gerbang itu terbuka sangat lambat, kemungkinan disengaja agar mereka dapat mengontrol arus orang-orang yang berlari keluar.

Taylor orang yang sangat baik dan peduli pada orang lain. Itulah mengapa dia lebih mengkhawatirkan warga kota dibanding dirinya sendiri. Cale menoleh ke Eric dan mulai berbicara. Lagi pula, Eric pantas menjadi pemimpin kelompok ini.

“Ayo kita pergi.”

Setelah mendengar ucapan Cale, Eric menganggukkan kepalanya dan memandu para bangsawan Wilayah Timur Laut ke pintu gerbang. Cale melirik jam.

Pukul 9:08. Para mage sedang sibuk menyingkirkan pengacau mana. Alat Pengacau Mana akan segera berhenti berfungsi dalam beberapa menit. Alat itu bisa bertahan selama ini hanya karena ada banyak orang di alun-alun yang menambah kekacauan.

-Satu lagi berhasil disingkirkan.

Sekarang sudah empat. Masih ada dua lagi. Dua menit. Cale berpikir mereka punya cukup waktu.

Bola-bola mana merah Redika masih berputar-berputar di udara. Begitu Alat Pengacau Mana berhenti bekerja, bola-bola mana itu akan segera menuju bom-bom sihir dan meledakkannya.  

Cale melihat ke arah Menara Lonceng lantas mulai berjalan. Pada saat itu Naga Hitam memberi laporan lain.

-Hanya itu.

“…Apa?”

“Tuan muda Cale, ada apa?”

Taylor, yang sedari tadi berjalan di samping Cale, memandangi Cale dengan bingung, tapi Cale tidak punya waktu untuk menghiraukannya.

‘Hanya ada empat?’

Cale ingat ada total 10 bom di novel. Apakah itu berubah? Cale berhenti berjalan dan melihat sekitarnya. Alat Pengacau Mana memiliki jangkauan seluas gunung. Jika bom-bom sihir itu ditanam di suatu tempat, alarm akan berbunyi di lokasi itu.

Tapi alarm dari alat-alat berkualitas tinggi hanya berbunyi di dalam alun-alun.

Apakah jumlah bomnya berbeda karena ceritanya berubah?

Pukul 9:09 datang dan pergi, dan hanya tersisa beberapa detik lagi sebelum pukul 9:10. Salah satu alat pengeras suara mage terdengar di alun-alun.

“Aktifkan Sihir Penstabil Mana!”

Begitu dia mengatakan itu, mage dari delapan arah berbeda mengucapkan mantera bersamaan. Delapan bola sihir bercahaya memelesat ke langit.

Bum-

Bola-bola sihir itu meledak di udara dan mulai menyebar menyerupai kemah yang tipis. Kemudian, akhirnya.

Wiiiiiing-

Suara bising itu mulai mereda. Mana mulai kembali stabil lagi. Pukul 9:09 dan 55 detik.

Cale dapat melihat empat benda ditembakkan ke langit pada saat itu. Itu adalah Rosalyn dan Naga Hitam yang menggunakan sihir mereka. Keempat benda itu mengikuti arus mana yang sudah stabil dan terbang menuju pegunungan ke arah selatan ibu kota.

Bagi kedua orang ini, yang sangat peka terhadap mana, sesuatu seperti ini hanyalah hal sepele.

Warga kota mematung menyaksikan keempat benda ini terbang bagaikan bintang jatuh ke arah gunung dengan medan sulit yang mencegah orang-orang melintasinya.

“Penstabilan Mana selesai!”

Pukul 9:10 dan 5 detik. Mage itu berteriak lantang, dan bola-bola mana merah Redika mulai mengejar benda-benda yang sedang terbang ke arah gunung. Begitu bola mana merah bersentuhan dengan keempat benda itu….

Buuuuuuuuum-!

Ledakan besar terjadi di langit. Cahayanya sangat terang hingga sejenak membutakan setiap orang yang melihatnya. Disusul pilar besar dari asap hitam yang menjulang ke langit. Meskipun gunung itu jauh di selatan alun-alun, hembusan angin kencang menyapu kerumunan di alun-alun.

Alun-alun seketika senyap. Ekspresi para mage tampak sangat pucat. Itu karena mereka menyadari identitas dan tujuan bola-bola mana merah yang mulai terbang begitu mereka menstabilkan mana.

“….Itu adalah bom-bom sihir.”

Taylor Stan menggumamkan kata-kata itu dengan terkejut. Bangsawan manapun yang memiliki sedikit pengetahuan tentang sihir akan menyadari bahwa hanya ada satu benda yang mampu menciptakan daya ledakan sekuat itu.

Sebuah bom sihir.

Bahkan raja dan beberapa pangeran, yang sedang berusaha melarikan diri, berhenti bergerak. Semua orang mau tidak mau berpikir bagaimana benda-benda itu bisa terlempar ke langit di antara kerumunan dan terbang menuju ke arah gunung.

Cale menyapu rambutnya yang berantakan karena hembusan angin kencang.

‘Kurasa memang hanya ada empat bom.’

Tidak ada seorang pun yang tewas.

-Kita menyelamatkan mereka semua.

 Cale dapat mendengar suara Naga Hitam di kepalanya. Cale mendengarkan naga tanpa bersuara. Alun-alun yang tadinya kacau balau kini menjadi sangat tenang. Tidak, suasananya agak muram sekarang.

Orang-orang mungkin tengah membayangkan pemandangan sangat buruk yang bisa saja terjadi di alun-alun. Mereka mungkin terhanyut oleh emosi lega sekaligus ngeri.

-   Aku menyelematkan mereka!

Naga Hitam terdengar sangat senang dan ceria. Ini pertama kalinya bagi Naga Hitam belia ini, yang dulunya mengharapkan kematiannya sendiri setelah hidup dalam keputusasaan, menyelamatkan sesuatu dengan kekuatannya sendiri.

Cale membayangkan emosi Naga Hitam saat dia mengalihkan pandangannya ke lokasi bom-bom sihir yang terlempar ke udara. Para kesatria dan mage sedang menuju ke lokasi tersebut.

Akan tetapi, grup Cale telah meninggalkan lokasi kejadian. Mereka lalu menggunakan alat sihir tak kasatmata yang Cale pinjam dari Billos untuk bersembunyi di sudut terjauh alun-alun.

‘Lalu Choi Han akan mengejar mage itu untuk membunuhnya.’

Cale melihat ke arah puncak Menara Lonceng. Eric dan yang lain telah berhenti bergerak. Mereka bisa menebak apa yang para mage sedang bicarakan bahwa bom-bom sihir itu harusnya meledak di dalam alun-alun, tapi akhirnya meledak di gunung jauh ke selatan.

Bagaimana tidak?

Redika sendiri yang mengatakannya dari puncak Menara Lonceng.

“Sayangnya, tidak ada yang meninggal. Kenapa bom-bom itu justru meledak di sana?”

Redika terus berbicara dalam suara yang terdengar seperti gesekan besi.

“Kurasa yang ini gagal.”

Raja mulai berteriak kepada Redika.

“Apa yang kamu lakukan? Siapa kamu? Kamu pikir kamu akan baik-baik saja setelah mencoba melakukan perbuatan seperti ini?!”

Tanggapan Raja Zed berubah setelah menyadari bahwa itu bukan saja serangan terencana. Fakta bahwa mereka mencoba meledakkan bom-bom sihir tepat di dekat keluarga kerajaan dan para bangsawan sama saja dengan mendeklarasikan perang terhadap kerajaan ini.

Tapi Cale memiliki pemikiran lain terkait pernyataan Redika.

‘….., ‘Kali ini,’ gagal?’

Raut wajah Cale mengeras, cemas kalau-kalau masih ada hal lain. Perubahan raut wajahnya membuat Talor, yang sedang menghampiri Cale untuk berkata semuanya sudah tidak apa-apa, berhenti bergerak. Dia lantas melihat ke arah puncak Menara Lonceng seperti yang Cale lakukan.

“Ya sudah kalau begitu.”

Suara seperti gesekan besi terdengar di seluruh alun-alun. Redika berteriak kepada raja dan para kesatria tanpa memedulikan para mage yang menggunakan sihir melayang untuk mendekatinya.

Ctak.

Dia menjentikkan jarinya dan dua orang muncul di sebelahnya.

Kedua orang ini mengenakan pakaian hitam tanpa simbol bintang putih dan merah di dada mereka. Masing-masing memakai tas punggung.

Cale mulai mengernyit.

‘Itu adalah sisa bomnya.’

Kedua orang itu kemungkinan besar anggota tim pembunuh bayaran dari organisasi rahasia itu. Mereka adalah orang-orang yang tidak memedulikan nyawa mereka sendiri. Cale sekarang mengetahui lokasi kedua bom yang tersisa.

Mereka berdua mengeluarkan tiga gulungan perkamen dan menyobeknya berbarengan.

Perisai, akselerasi, dan pembakaran.

“Serang.”

Redika memberi perintah dan kedua orang itu, yang badan mereka kini terbakar, menyerbu ke arah warga di bawah Menara Lonceng. Redika menembakkan dua bola mana merah ke arah dua orang itu.

“He, hentikan mereka!”

Bom-bom sihir pasti akan meledak jika tidak dijinakkan.

Sayangnya, Redika berada lebih dekat ke kedua orang ini dibanding siapa pun. Mana merah mencapai tas punggung pengebom bunuh diri itu.

Bom-bom itu akan segera meledak.

Kedua orang itu, yang telah menggunakan sihir akselerasi, menyerbu menuju alun-alun dengan kecepatan tinggi.

Salah satu dari mereka melesat menuju keluarga kerajaan sedangkan yang satunya…

‘Dia mengarah ke sini.’

Menuju ke arah para bangsawan.

Semua ini terjadi kurang dari 10 detik.

-   Aku datang!

Cale mengangkat tangannya saat mendengar suara si naga.

“Aaaaaah!”

“Ka, kabur!”

“Menghindar!”

Sudah terlambat untuk menghindar. Kamu tidak akan bisa keluar dari jangkauan ledakan bom hanya dengan berlari beberapa detik.

“Ca, Cale, ayo pergi!”

“Tuan muda Cale, cepatlah!”

Eric, Taylor, Gilbert dan Amiru tidak segera kabur seperti yang lainnya. Mereka berusaha menyelamatkan Cale juga. Akan tetapi, semuanya sudah terlambat.

Cale merasa sangat kesal. Jika dia mulai berlari dan bom itu meledak, dia mungkin akan kehilangan sebelah lengannya. Akan tetapi, Vitalitas Jantung akan membantunya memulihkan lengannya.

Namun, orang-orang yang berusaha melindunginya akan kehilangan setidaknya satu anggota tubuh tidak peduli seberapa cepat mereka berlari. Mereka juga tidak akan bisa sembuh dari cedera mereka seperti dia.

Daripada membiarkan sesuatu seperti itu terjadi…

“….Haahhhh.”

Cale menghela napas panjang dan membuka telapak tangannya ke udara. Waktunya untuk mengubah rencana. Pada saat itu, Rosalyn, yang berteleportasi melalui sihir Naga Hitam, menciptakan perisai dua lapis mengelilingi dirinya dan Cale.

Pada saat bersamaan….

“Meledaklah!”

Redika berteriak kegirangan.

“Huh?”

Rosalyn memasang ekspresi kosong saat dia menyaksikan apa yang sedang terjadi di depannya.

Pengebom bunuh diri yang menuju ke arah mereka diselimuti oleh dua sayap besar. Perisai perak melesat ke langit seolah-olah sedang melindungi orang-orang di alun-alun, dan kedua sayap perisai itu menyelubungi si pengebom. Itu terlihat seakan-akan perisai dan kedua sayapnya menelan pengebom itu sepenuhnya.

Dan sebuah perisai kokoh yang tidak begitu tampak karena cahaya perak yang menyelimuti perisai perak itu.

-Aku juga akan menahannya.

Naga Hitam mengatakannya dalam kepala Cale.

Seseorang yang tampak suci dengan perisai perak sedang berdiri di bawah matahari. Seutas cahaya perak menghubungkan pria berambut merah itu dengan perisai di langit. Cale mulai mengumpat saat rambutnya berkibar oleh hembusan angin kencang.

“….Sialan!”

Kemudian bom itu meledak.

***

Proofreader: Tsura

***

Diterjemahkan dari https://eatapplepies.com/


<<< 

Chapter 43                   

>>> 

Chapter 45 

=== 

Daftar Isi 


1 comment:

  1. Iya, sialan! Selalu aja ada yang ganggu waktu kamu pengen situasi yang tenang. Tapi itu adalah hal yang diharapkan readers! Ahahahaha

    ReplyDelete