Wednesday, February 24, 2021

Trash of the Count’s Family (#18)

 


Pembuat Onar di Keluarga Count

Chapter 18: Melihat Seekor Naga (1)

 

“…Seekor naga?”

“Ya.”

“Saya pernah melihat sesuatu yang mirip sekali.”

‘Mirip dari mana.’

Cale tahu apa yang Choi Han yang maksudkan ketika dia bilang sesuatu yang mirip.

Hutan Kegelapan. Dia sedang membicarakan monster buas jauh di dalam Hutan Kegelapan. Di antara monster menyeramkan itu ada makhluk setengah kadal setengah naga.

Choi Han membunuh monster yang menyerupai naga itu begitu dia naik dari tingkatan menengah ke tingkatan akhir Seni Pedang Penghancuran Kegelapan.

“Benarkah? Bagaimana rupanya?”

Cale pura-pura tidak tahu tentang kejadian itu, dan bertanya pada Choi Han. Choi Han hanyalah satu-satunya orang di kamar Cale saat ini.

“…Itu seekor monster.”

“Dalam hal apa?”

“Wujudnya, kekuatannya, semuanya. Dia adalah monster dalam semua aspek.”

“Benarkah?”

Cale menganggukkan kepala dan lanjut berbicara. Namun tindakan dan kata-katanya sangat bertentangan.

“Berarti kamu tidak pernah melihat seekor naga.”

“Maaf?”

“Naga sama seperti manusia.”

Klak. Cale meletakkan cangkir berisi perasan lemon yang rasanya manis dan asam di meja. Dia lalu menanggapi Choi Han, yang sedang menatapnya penuh rasa ingin tahu.

“Naga, Manusia Hewan, Dwarf, Elf, mereka semua seperti manusia. Kenapa? Karena mereka juga punya emosi dan kehidupan.”

Aspek itu tidak penting bagi Cale. Poin utamanya mulai dari sini.

“Akan tetapi.”

Choi Han mungkin menyadari perubahan sikap Cale yang tiba-tiba. Dia duduk tegak dan fokus pada apa yang Cale hendak katakan.

“Makhluk seperti itu jatuh ke dalam kegelapan sejak dia lahir. Satu-satunya yang saat ini menerangi kegelapan dalam hidupnya adalah obor, dia tidak pernah sekalipun melihat sinar matahari. Menurutmu kehidupan macam apa yang dia jalani?”

Tok.

Cale mengetuk meja dengan telunjuknya.

“Dia dipaksa menjadi makhluk tanpa rasionalitas.”

Tok.

Dia kembali mengetuk meja.

“Dia harus menderita oleh kesepiannya, tanpa keluarga atau apapun untuk bersandar.”

Tap.

Tatapan Choi Han jatuh setiap kali jari Cale mengetuk meja. Tangan Choi Han terkepal di bawah meja, sampai-sampai pembuluh darahnya terlihat. Cale tidak tahu tentang hal ini, lalu kembali bicara.

“Dia disiksa dan diperlakukan dengan kejam setiap hari, dan hanya ditinggalkan sendirian dalam kondisi hampir mati.”

Raut wajah Choi Han mengeras, dan kemarahan tampak di matanya. Cale tahu Choi Han akan bereaksi seperti ini. Mustahil orang sebaik dia tidak merasa marah setelah mendengar cerita seperti itu. Dia juga harusnya sudah menduga mengapa Cale menceritakan kisah itu.

Cale kembali menyeruput minuman perasan lemon, sebelum menuntaskan ceritanya.

“Dan makhluk itu ada di dekat sini.”

Ruangan itu lengang sejenak. Cale melihat ke luar jendela, lalu perlahan-lahan memalingkan pandangannya dan menatap Choi Han. Dia tidak tahu apa yang sedang Choi Han pikirkan, tapi seluruh tubuhnya diselimuti oleh aura membunuh.

‘Apa dia marah mendengar naga itu diperlakukan dengan kejam karena dia orang yang baik hati?’

Berbeda dengan hipotesa Cale, Choi Han tengah mengingat puluhan tahun yang dilewatinya bertahan hidup sendirian di Hutan Kegelapan.

Itu sebabnya kelengangan itu berlanjut untuk beberapa lama. Akhirnya, Choi Han membuat kontak mata dengan Cale dan bertanya.

“Apakah Anda akan menyelamatkannya dan mencoba menjinakkannya?”

“Apa kamu gila?”

“Maaf?”

Cale bereaksi secara refleks, dan balik bertanya dengan kaget. Choi Han juga terkejut mendengar Cale menanyakan kewarasannya.

“Buat apa aku mencoba menjinakkannya?”

Cale melambai-lambaikan tangannya seakan-akan Choi Han tidak waras.

Tidak mungkin seekor naga yang diperlakukan kejam oleh manusia akan sudi melayani seorang manusia? Malahan, dia pasti penuh kebencian dan rasa muak pada manusia manapun. Meskipun manusia itu adalah orang yang menyelamatkannya.

Naga meyakini bahwa mereka berada di atas semua makhluk, termasuk manusia. Ini adalah insting alami bagi para naga, karena itu, bahkan tanpa berhubungan dengan naga lain sepanjang hidupnya, dia akan tetap merasa seperti ini.

Itu sebabnya naga tidak bisa tumbuh di bawah manusia. Dengan sikapnya ini mustahil menjinakkan dan melatih naga tanpa menyiksa dan memperlakukannya dengan kejam untuk mematahkan pikirannya.

‘Naga terlahir sangat arogan. Tapi, yang lebih penting, jika aku memelihara seekor naga…’

Cale dapat merasakannya. Dia merasa dia akan terbelit dalam insiden-insiden yang menjengkelkan jika dia memelihara naga.

Terdapat total kurang dari 20 ekor naga di Kontinen Timur dan Barat. Memelihara salah satu naga itu? Itu sama saja dengan mengatakan ‘Aku akan menjadi pusat segala peristiwa di kontinen.’

Dia adalah naga yang seharusnya mati. Akan lebih baik baginya untuk membangun dunia kecilnya sendiri dan tidak mengganggu orang lain.

Cale menentang naga ini ikut dengan mereka. Asalkan dia melepas rantai pembatas mana, naga 4 tahun ini akan hidup jauh lebih baik dibanding Cale. Naga disebut raja dunia sejak lahir bukan tanpa alasan.

“Kalau begitu?”

“Kenapa kamu menanyakan pertanyaan yang jawabannya sudah jelas?”

Cale tertawa mendengar pertanyaan Choi Han lantas menjawab.

“Biarkan dia pergi sehingga dia bisa hidup bebas dan damai. Bukankah harusnya seekor naga hidup layaknya seekor naga?”

“…Saya mengerti.”

Kepalan tangan Choi Han perlahan-lahan mengendur.

“Jadi kita akan menyelamatkan naga itu?”

“Ya. Jadi aku butuh bantuanmu.”

“Apapun. Apapun akan saya lakukan untuk membantu.”

Cale khawatir Choi Han akan memperburuk situasi, lantas menggelengkan kepalanya.

“Tidak perlu berlebihan. Aku tidak berencana membunuh siapapun, jika memungkinkan. Kita akan melakukannya setenang mungkin.”

“Cale-nim, Anda benar-benar-“

Choi Han berkata dengan penuh kekaguman, tapi Cale melihat ke arah jam, lalu memotong Choi Han dan mengatakan yang dia inginkan.

“Pergi beritahu Ron untuk menyiapkan alkohol di lantai satu.”

“berbed- apa?”

Cale bersiap untuk minum-minum terlebih dahulu.

Dia mulai minum-minum meskipun saat itu tengah hari. Choi Han duduk dengan kebingungan tampak di wajahnya sembari melihat sekeliling. Semua orang selain dirinya terlihat tenang.

Di tengah-tengah suasana yang tenang itu adalah Cale Henituse, meminum botol demi botol. Wajahnya yang semakin memerah membuat siapapun yang melihatnya tahu dia sudah mabuk.

“Tidak apa-apa membiarkannya minum sebanyak itu?”

Choi Han melihat ke arah Hans, yang berada di sampingnya, dan bertanya. Wakil kepala pelayan Hans sedang mengantarkan makanan kepada On dan Hong, yang berwujud kucing. Dia masih tidak tahu mereka berasal dari Suku Kucing. Dia lalu menjawab pertanyaan Choi Han dengan riang.

“Ya! Tidak ada apapun di tangannya. Makanya, itu aman! Dia berjanji dia tidak akan melempar satu botol pun!”

Choi Han sedang membicarakan keselamatan Cale, tapi Hans justru merujuk ke diri mereka sendiri. Choi Han bungkam setelah merasa pembicaraan itu menjadi aneh, dan menjauh dari Hans. Lebih baik meninggalkan Hans sendirian saat dia berada di dekat dua anak kucing itu. Sebagai gantinya, Choi Han mengawasi Cale untuk memastikan dia aman.

“Pemilik penginapan. Alkoholmu rasanya enak. Jauh lebih enak dari yang kubayangkan.”

Cale tampaknya tidak tahu Choi Han sedang menatapnya, dia malah sibuk memuji rasa alkoholnya. Mereka telah minum-minum selama dua jam. Ada beberapa orang yang tidak minum, untuk berjaga-jaga jika terjadi sesuatu, tapi sebagian besar rombongan tengah menikmati suasana gembira ini.

‘Mereka semua sangat gugup di awal-awal, ck.’

Ketika Cale menyuruh mereka berkumpul, karena dia akan minum-minum, para prajurit muncul dengan mengenakan helm. Cale tidak habis pikir, tapi akhirnya memberitahu mereka dia tidak akan melempar satu botol pun agar mereka tenang.

“Desa ini mungkin kecil, tapi ada banyak pegunungan di sekitarnya. Alkohol ini adalah alkohol spesial yang saya buat dari buah dan herba di gunung itu. itu sebabnya harganya agak mahal.”

Seperti yang dikatakan orang tua itu, alkohol ini memang enak. Cale mengagumi alkohol itu, dan mengangkat botol di tangannya ke hadapan orang tua itu.  
“Apa kamu punya banyak alkohol ini?”

“Ya. Lumayan banyak.”

“Kalau begitu ambilkan lagi dan berikan ke semua orang di sini.”

“Tuan muda, Anda tidak perlu-“

Wakil Kapten berseru dengan wajah memerah, tapi matanya berfokus pada botol di tangan Cale. Prajurit yang lain juga melihat ke arah botol itu. Tentu saja, Cale tahu apa yang mereka pikirkan.

“Minum saja. Aku menyuruh kalian minum. Mengerti?”

Semua mata para prajurit yang ada di sana terlihat berkilat. Itu pertama kalinya mereka bersemangat melihat sebuah botol di tangan Cale.

Cale mengamati pemilik penginapan yang gembira membawa alkohol dan camilan untuk semua orang dengan tatapan tajam.

Cale Henituse. Manusia ini memiliki toleransi alkohol yang tinggi. Semua orang mengira dia punya toleransi rendah karena wajahnya memerah dengan cepat dan dia membuat keributan setiap kali dia mabuk, tapi kenyataannya dia melakukan semua hal itu tidak dalam keadaan mabuk sama sekali.

Itu sebabnya kepala Cale saat ini benar-benar jernih. Dia minum lagi selama kurang lebih 30 menit lalu melihat ke arah Choi Han dan berkata.

“Choi Han. Sini papah aku. Aku ingin beristirahat sekarang.”

“Tuan muda, biar saya yang memapah Anda.”

“Tidak apa-apa. Wakil Kapten, istirahatlah sebentar hari ini. Begitu juga dengan prajurit yang lain. Bukankah kalian bertarung kemarin? Ini bukan area yang berbahaya, dan aku merasa tidak enak pada prajurit yang sedang bertugas jaga, tapi kalian semua bisa rileks dan bersenang-senang.”

“Tuan muda-“

“Aku capek. Dah.”

Akan rumit jika Wakil Kapten atau yang lain mengikutinya. Untunglah, tidak satupun mendekat setelah melihat Choi Han memapah Cale. Itu mungkin karena Choi Han tidak minum sama sekali, dan juga orang paling kuat di sana. Tidak ada yang mereka perlu khawatirkan karena orang seperti dia yang akan menjaga Cale.

‘Sisa satu orang lagi.’

Mudah baginya untuk menghindari penjaga di gerbang dan di sekitar penginapan, tapi masih ada Ron. Hans dan Ron tidak akan masuk ke kamarnya jika dia melarang mereka. Akan tetapi, perbedaan di antara keduanya adalah Hans tidak cukup ahli untuk tahu jika Cale masih di kamar, sedangkan Ron justru sangat ahli sehingga dia bisa tahu dengan mudah jika Cale menyelinap keluar.

‘Toh orang tua itu tidak akan peduli dengan apa yang kulakukan.’

Secara realistis, Ron tidak akan menghiraukan apakah Cale menyelinap keluar dan apa yang dia lakukan saat menyelinap. Begitulah sikap Ron selama ini. Akan tetapi, Cale tidak ingin ada masalah ke depannya, jadi dia memutuskan untuk memberi tahu Ron terlebih dahulu.

Melihat Ron menyusul di belakang Choi Han, Cale segera memberitahu Ron.

“Ron, aku akan pergi keluar untuk bermain. Ini rahasia. Mengerti?”

Orang tua ini suka minum-minum, tapi dia tidak minum setetes pun malam ini. Alih–alih minum, dia justru menatap Cale sepanjang malam. Dia benar-benar orang yang menakutkan. Senyum lemah lembut yang Ron sedang berikan padanya saat ini bahkan lebih menakutkan.

“Saya mengerti. Saya akan menunggu Anda.”

“Jangan.”

‘Menungguku, apanya.’

 Seperti yang diduga, Ron menyetujui tanpa mengatakan apapun lagi. Cale terus dipapah Choi Han saat masuk ke kamarnya.

“Aku akan beristirahat. Hans, Ron, jangan masuk untuk membangunkanku kecuali ada keadaan daurat. Kalian tahu kan bagaimana aku jika seseorang mengganggu tidurku?”

Di masa lalu, seorang pelayan dimaki habis-habisan ketika mereka harus membangunkan Cale menggantikan Ron. Meskipun Cale tidak memukul siapapun secara fisik, pelayan itu memberitahu semua pelayan lain di seluruh kediaman tentang bagaimana dia merasa seakan dihantam oleh luapan pukulan makian.

“Tentu saja saya tahu, tuan muda. Silahkan beristirahat dengan baik.”

“Tuan muda, Ron ini akan berdiri tepat di luar kamar Anda.”

Ekspresi Cale mengeras mendengar respons Ron, dia mengamati mereka berdua pergi, lalu diam-diam memberikan perintah kepada Choi Han.

“Gunakan jendela untuk diam-diam kembali ke kamarku.”

Choi Han mengangukkan kepala dan segera menyusul kedua orang lainnya keluar kamar lantas menutup pintu.

Meeeeeeong.

“Apakah sudah waktunya?”

Cale menganggukkan kepala ke arah On dan Hong, yang membuntutinya ke kamar, dan segera membuka kotak itu.

Klik.

Gembok sihir itu terbuka dengan bunyi klik, dan Cale mengeluarkan sebuah seragam dari dalam kotak. Setelah dia selesai berganti pakaian, Choi Han masuk melalui jendela, matanya terbuka lebar karena terkejut.

“Cale-nim?”

Sebelum memakai penutup wajah, Cale melempar seragam hitam di tangannya kepada Choi Han.

“Kamu pakai juga.”

Bola sihir dari waktu itu harusnya menghentikan alat perekam sihir untuk sementara waktu, tapi itu tidak cukup. Cale tidak ingin sampai tertangkap. Itu sebabnya sedari tadi dia minum-minum sejak tengah hari dan menyiapkan seragam ini.

“Apa ini?”

Di bagian dada seragam hitam itu tersemat sebuah lambang bintang putih yang dikelilingi lima bintang merah yang lebih kecil.

‘Apa ini? Seragam organisasi rahasia itu.’

Novel ‘Kelahiran Pahlawan’ dengan jelas dan akurat menggambarkan seragam organisasi rahasia yang Choi Han hadapi dari waktu ke waktu. Seragam ini dipesan khusus oleh Cale agar bisa menirukan penggambaran itu seakurat mungkin. Agar lebih aman, Cale bahkan meminta seragam itu dibuat terpisah, lalu menambahkan sendiri lambang bintang itu.

Itu sebabnya jahitannya tampak agak kasar jika dilihat dari dekat, tapi terlihat cukup bagus jika dari jauh.

Orang-orang yang melihat seragam ini tidak akan mengingat jahitannya yang kasar, mereka hanya akan mengingat bahwa itu adalah ‘Seragam hitam dengan satu bintang putih dan lima bintang merah.’ Bagi Venion, yang tidak pernah bertemu organisasi rahasia itu secara langsung seperti Marquis, laporan dari bawahannya yang melihat seragam ini pasti akan membuatnya murka dan pusing tujuh keliling.

“…Apa kita akan melakukan sesuatu yang buruk?”

Choi Han bertanya sekali lagi setelah melihat Cale tidak menjawab. Melihat Cale juga memakai penutup wajah hitam benar-benar membuatnya terlihat seperti seorang penjahat.

“Ya. Kita akan melakukan sesuatu yang buruk.”

Senyum Cale mengembang di bawah penutup wajahnya.

“Kita akan melakukan sesuatu yang buruk kepada Venion.”

“Ah.”

Choi Han akhirnya tampak paham, lantas segera menunjuk penutup wajah lain di tangan Cale.

“Tolong berikan pada saya.”

Bahkan orang baik punya seseorang yang mereka tidak sukai dan ingin menjailinya. Begitu juga dengan remaja 17 tahun ini, yang menghabiskan puluhan tahun sendirian di dunia ini.

“Ah, anak-anak ini dari Suku Kucing. Mereka adalah Manusia Siluman.”

Cale dengan santai memperkenalkan On dan Hong kepada Choi Han seolah itu bukan apa-apa, dan mereka juga sekedar bertukar sapa. Anak-anak Suku Kucing, yang peka terhadap karakter asli seseorang, telah berhasil memperkirakan kekuatan Choi Han, dan Choi Han sadar mereka bukan kucing biasa selama perjalanan mereka.

“Dia Choi Han, ini On, itu Hong. Perkenalan selesai. Semuanya bersiap-siap.”

Hanya ada sedikit waktu untuk bersiap-siap sebelum Cale menyuruh Choi Han, yang baru saja keluar dari kamar mandi untuk mengenakan seragam dan penutup wajah hitam yang sama.

“Ayo pergi.”

Dia lalu menambahkan, saat berdiri dari depan jendela lantai dua.

“Bopong aku ketika kamu keluar dari jendela. Aku tidak bisa melompat ke bawah tanpa terluka.”

Choi Han menghela napas untuk pertama kali di depan Cale. On dan Hong menghampiri Choi Han dan menepuknya dengan kaki mereka untuk menghibur Choi Han.

Cale sekali lagi menyuruh mereka bergegas.

“Ayo cepat.”

Grup yang keluar dari penginapan dengan selamat bergerak menuju gunung dengan vila Viscount dan penjara naga.

 

***

Proofreader: Tsura

 

 

 <<<

Chapter Sebelumnya                   

>>>             

Chapter Selanjutnya 

===

Daftar Isi 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

2 comments:

  1. Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh, its good to see your blog, kenapa nggak kirim ke Penerbit? Salam dari duniakuliahnusantara.blogspot.com

    ReplyDelete
    Replies
    1. Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh. Thanks for your comment. Ini sebenarnya terjemahan dari webnovel Korea favorit saya. Saya hanya menerjemahkan dari versi bahasa Inggris-nya bagi siapa saja yang ingin baca bahasa indonesianya. Again, thanks for coming over.

      Delete