Friday, April 2, 2021

Trash of the Count’s Family (#37)

 


Pembuat Onar di Keluarga Count (Ep. 43 - 45)

Chapter 37: Berdiam Diri (4)

 

Ron menganggukkan kepala mendengar ucapan Cale, dan menambahkan satu hal lagi sebelum pergi.

“Saya mengerti. Ngomong-ngomong, tuan muda, Anda tentu ingat Anda harus mengunjungi istana lusa, iya kan?”

Sebelum raja mengumumkan dimulainya festival di alun-alun kota, para bangsawan dijadwalkan bertemu dengan putra mahkota. Itu bukan pertemuan yang serius maupun jamuan makan, tapi sesuatu di antara keduanya. Pertemuan itu akan berlangsung di sayap istana tempat di mana pertemuan penting biasanya dilaksanakan.

Cale teringat pada putra mahkota dan istana sebelum pikirannya melayang ke tempat lain.

‘Kira-kira Taylor dan Cage baik-baik saja tidak ya.’

Putra tertua yang terbuang dan pendeta gila. Cale berpikir mereka berdua mungkin sangat baik-baik saja.

“Mm.”

Tapi tiba-tiba, bulu kuduknya berdiri, dia lantas mengusap kepala belakangnya. Rasa ngeri itu membuat Cale membulatkan pikirannya.

‘Lebih baik jangan memikirkan mereka.’

Cale akan sangat berdiam diri di istana. Bahkan jika seseorang mengumpatnya, dia hanya akan duduk diam lantas kembali pulang. Cale melirik meja di depan mereka. Sebuah surat dari Eric ada di atasnya.

[Cale. Kau tidak perlu melakukan apa pun, sama sekali. Hyung-nim ini akan mengurus semuanya untukmu. Mengerti?...]

Eric Wheelsman, salah satu bangsawan di Wilayah Timur Laut, mengiriminya surat setiap hari. Sudah sangat jelas Eric mengkhawatirkan apa yang mungkin terjadi. Cale meraih surat di atas meja itu dan membuangnya ke pojokan.

“Kalau begitu saya akan pastikan mereka membungkus botol alkohol terbaik kita.”

“Bagus.”

Cale sedang memandangi Ron beranjak pergi, ketika dia melihat wajah-wajah yang tidak dia lihat beberapa lama masuk melalui pintu yang terbuka. Ron melirik mereka berdua lantas menutup pintu. Keduanya yang baru saja masuk menghampiri Cale dan berbicara.

“Kurasa aku bisa membunuh mereka jika mereka lengah.”

“Aku tahu cara kita bisa membunuh mereka.”

Mereka adalah On dan Hong. Kedua anak kucing ini, yang Cale tidak pernah lihat selama beberapa lama, tampak bersemangat, karena kelihatannya mereka sudah menemukan cara untuk membunuh Manusia Siluman sekuat Suku Serigala.

“Kerja bagus.”

Kedua anak kucing datang dan menggosok-gosokkan wajah mereka di kaki Cale setelah mendengar pujiannya terhadap mereka. Cale mendorong mereka berdua karena merasa sikap mereka mengesalkan. Tak lama Ron kembali memasuki kamar.

“Tuan muda.”

“Apa?”

Ron menatap Cale, yang menjawab seolah tidak peduli, lantas bertanya.

“Bolehkah saya pergi sebagai pelayan pribadi Anda ke istana?”

“Kenapa kamu menanyakan pertanyaan yang sudah jelas? Siapa lagi yang akan pergi jika bukan kamu?”

Jawaban itu membuat Ron membulatkan pikirannya untuk pergi.

Orang-orang yang menyebut diri mereka ‘Arm’, dan menguasai dunia hitam di Kontinen Timur telah mulai memperluas jangkauan mereka ke Kontinen Barat. ‘Arm’ hanyalah satu cabang dari organisasi itu, dan tidak seorang pun tahu identitas asli mereka.

Keluarga Molan adalah keluarga pembunuh bayaran generasi kelima yang berusaha menguasai dunia hitam di Kontinen Timur, dan Ron Molan, penerus keluarga Molan, membenci dan merasa takut pada ‘Arm’ ini.

“Tuan muda.”

“Apa?”

“Anda akan jadi sangat keren di istana.”

“Ron.”

Cale menatap Ron, yang, setelah kembali dari masa cutinya, menyanjungnya tidak seperti dirinya yang biasa, dan bertanya dengan santai.

“Aku memang punya wajah dan rupa yang tampan, kan?”

Meeeeeong.

Kedua anak kucing itu mendengus pada Cale, tapi mereka mau tidak mau setuju dengannya. Cale adalah pria yang tampan dengan sosok yang apik.

Hal yang paling disukai Kim Rok Soo dari Cale adalah uangnya, tapi itu pun setelah tubuh dan wajah Cale. Bibir Cale terlihat seperti ingin tersenyum.

“Tentu saja. Tuan muda kita adalah paket lengkap.”

Tapi senyum itu segera lenyap.

‘Apa yang barusan kudengar?’

Nada suaranya sangat lembut, hangat dan perhatian. Bahkan kedengaranya seperti Ron sedang turut bercanda bersamanya.  Cale merinding di sekujur tubuhnya, lantas memalingkan kepala dan melihat Ron berdiri dengan senyum puas di wajahnya. Itu tampak berbeda dari saat Ron berpura-pura puas.

Cale sekarang benar-benar merasa merinding di sekujur tubuhnya. Tapi Ron tidak peduli dan terus melanjutkan tugasnya.

“Kalau begitu saya akan keluar sekarang. Saya harus pergi melapor ke wakil kepala pelayan Hans.”

“Oh? Oh. Silakan, pergilah segera.”

Ron segera pergi, dan Cale mulai bertanya-tanya sembari menatap pintu yang tertutup.

‘Kenapa dia bersikap begini?’

Tapi Cale tidak ingin mencari tahu alasannya. Apa bagusnya merasa tertarik dengan kehidupan Ron? Cale menatap lama pintu yang tertutup itu, lalu wajahnya dipenuhi ekspresi kebingungan.

Tok tok tok.

Seseorang mengetuk pintu. Kucing merah Hong berujar.

“Baunya seperti seekor serigala.”

Cale menatap pintu dan berkata.

“Masuklah.”

Terdengar suara klik dan pintu itu perlahan terbuka. Cale dapat melihat si serigala remaja, Lock, berdiri dengan canggung di pintu. Lock ragu-ragu sejenak, lantas berkata.

“Halo, saya, saya datang untuk berterima kasih. Saya tidak tahu kapan waktu yang tepat untuk mampir, jadi, jika tidak keberatan, bolehkah saya masuk sebentar?”

“Masuklah.”

Cale tidak mau mendengar suara canggung ini lebih lama lagi, jadi dia melambaikan tangan mengisyaratkan Lock masuk ke dalam. Lock menutup pintu dengan hati-hati dengan ekspresi gugup, dan menghampiri Cale. Cale menunjuk sofa di seberangnya.

“Duduklah.”

“Terima kasih.”

Lock duduk di sofa dan melirik Cale. Tidak seperti ucapan Cale sebelumnya yang mengingatkan Lock pada pamannya, orang ini, bernama Cale Henituse, memiliki aura yang membuatnya sulit didekati.

Daripada sulit karena dia kuat seperti pamannya, rasanya seakan sulit berbicara kepada Cale.

“Katakan apa yang ada di benakmu.”

“Jadi begini.”

Lock tampak sedang memikirkan apa yang hendak dia katakan, lantas terlonjak dari tempat duduknya dan membungkuk ke arah Cale.

“Terima kasih banyak!”

Lock terlihat sangat naif, penakut, dan, dalam beberapa aspek, bodoh. Dia benar-benar sesuai dengan profil yang digambarkan di novel.

‘Kepribadiannya berubah di novel setelah mengamuk pertama kali, tapi kelihatannya saat ini masih sama saja.’

Cale merespons ucapan terima kasih Lock.

“Tentu. Kamu memang perlu berterima kasih.”

“Maaf? Ah, ya.”

Raut wajah Lock terlihat ganjil saat dia duduk kembali. Cale mengamati Lock duduk dan berbicara.

“Tidak perlu berterima kasih padaku lagi, kamu bisa pergi.”

“Ah, yah, sebenarnya.”

Lock tidak dapat berdiri lagi, dan hanya mengerakkan bibirnya tanpa mengatakan apa pun. Dia telah mendengar cerita dari Rosalyn, kedua anak Suku Kucing, Choi Han, dan bahkan Hans, yang membuatnya berpikir masak-masak, lagi dan lagi. Tapi dia masih belum mencapai keputusan.

Cale hanya mengamati Lock tanpa bersuara. Itu karena dia tahu bagaimana Lock akan bersikap sehingga dia sedang mencoba mengusir Lock keluar dari sini.

“Jadi, tuan muda, begini.”

Lock tidak tahu bagaimana sebaiknya memulai. Dia terus-menerus melirik Cale sesekali sambil menatap kakinya. Lock menggigit pelan bibirnya beberapa kali. Dia tidak begitu menyukai kepribadiannya ini. Pada saat itu, Lock mendengar sebuah suara yang dingin.

“Utarakan saja.”

“Maaf?”

Lock mengangkat kepalanya untuk melihat Cale. Ini pertama kalinya Lock membuat kontak mata dengan Cale sejak masuk ke kamar ini. Cale mempertahankan kontak mata dengan Lock, lantas terus berbicara.

“Bagus. ketika kamu berbicara kepada seseorang, kamu harus membuat kontak mata seperti ini.”

Dia melanjutkan.

“Utarakan semua yang ingin kamu katakan.”

Cale menengok jam lantas kembali menatap Lock, yang sedang memandangi Cale dengan ekspresi kosong di wajahnya.

“Setidaknya aku akan mendengar apa yang hendak kamu katakan.”

 “Ah.”

Lock berseru pelan. Dia mengepalkan tangannya yang gemetar dan akhirnya berbicara.

“Saya, saya seorang kakak.”

Suaranya terdengar lemah. Badannya besar, tapi dia masih seorang remaja.

“Saya harus menjaga adik-adik saya.”

Lock tahu dia masih banyak kekurangan untuk dipanggil anggota Suku Serigala. Akan tetapi, dia memiliki 10 adik yang perlu dia lindungi dan rawat saat ini.

Lagi pula.

“Saya juga seorang keponakan dan adik laki-laki.”

Suku Serigala Biru mencintai dan menyayangi Lock yang penakut dan bodoh. Dia tidak dapat melupakan tentang keluarganya, teman-temannya, dan tetangga-tetangganya yang sangat peduli padanya.

“Itulah mengapa saya harus membalas dendam.”

Itu sebabnya dia harus membalas mereka untuk semua hal yang mereka rampas darinya.

Lock meremas tangannya yang gemetar dan mengatakan apa pun yang terlintas di pikirannya. Setelah dia melakukannya, dia merasa kepalanya menjadi sedikit jernih. Dia lalu menundukkan kepalanya dan dapat melihat kaki dan karpet. Kemudian dia mendengar sebuah suara.

“Nak.”

Lock mengangkat kepala. Cale Henituse. Pemilik kediaman besar yang bahkan Lock tidak dapat bayangkan ketika dia masih tinggal di desanya, adalah seseorang yang Choi Han hyung anggap pantas mempertaruhkan setidaknya 2/3 nyawanya untuknya. Pria itu berbicara blak-blakan kepadanya.

“Kamu adalah seekor serigala.”

Lock mulai mengingat kenangan masa lalunya. Dia dapat melihat dirinya di Suku Serigala Biru.

“Serigala melindungi dan memprioritaskan keluarga mereka, bahkan dibanding dirinya sendiri. Aku menganggap mereka suku yang membanggakan.”

Lock dapat melihat wajah yang tersenyum di depannya.

“Aku telah mendengar apa yang ingin kamu katakan.”

Pada saat itu, Lock dapat melihat pria ini dan segala sesuatu di ruangan ini dengan jelas. Di setiap sisi Cale tampak dua anak Suku Kucing yang menggemaskan, dan sinar matahari yang masuk ke dalam ruangan membuat suasananya terasa sangat damai.

 Lock akhirnya teringat kata-kata yang perlu dia sampaikan, dan hendak katakan.

“Terima kasih banyak atas bantuan Anda. Dan… tolong bantu saya.”

Pemilik suasana damai ini berbicara.

“Berterima kasih sekali saja sudah cukup.”

Alasan Cale sangat kepikiran tentang bagaimana bersikap layaknya pembuat onar belakangan ini adalah karena Choi Han dan Naga Hitam. Naga Hitam itu sendiri merupakan sebuah masalah, sedangkan Choi Han menjadi masalah karena hal-hal yang dia bawa bersamanya.

“Aku tidak ingin membantumu.”

Cale tidak ingin menolong Lock. Akan tetapi, dia tahu betul rasa sakit yang kesepuluh anak-anak serigala rasakan setelah kehilangan orang tua serta sokongan dari orang tua mereka. Dia telah mengalaminya sendiri. Lagi pula, dia terlanjur punya andil dalam situasi ini. Dia tidak ingin bertanggung jawab untuk semua hal.

Dia berencana untuk melakukan hal seminimal mungkin, sehingga dia impas.

Cale terus berbicara kepada Lock, yang menundukkan kepalanya setelah mendengar Cale berkata dia tidak ingin membantu mereka.

“Akan tetapi, aku memang punya rencana untuk membuat kesepakatan denganmu.”

“…Kesepakatan?”

“Ya.”

Cale terus berbicara.

“Kamu ingin dibantu apa? Dan apa yang kamu bisa lakukan untukku sebagai balasan?”

Cale tidak punya keinginan untuk mengajari serigala remaja ini, yang belum memiliki pengalaman apa pun. Itu urusan Choi Han dan Rosalyn. Cale berdiri, karena dia masih punya beberapa hal untuk diurus sebelum pergi ke istana, lantas berkata sekali lagi kepada serigala remaja itu.

“Kembalilah ketika kamu sudah punya jawabannya.”

Lock berpikir sejenak, lantas bangkit dari tempat duduknya dan menundukkan kepalanya.

“Saya mengerti. Saya akan kembali untuk menemui Anda ketika saya sudah menemukan jawabannya.”

“Tentu.”

Cale menepuk pelan kepala Lock sekali. Sorot mata Lock saat mendongak cukup memuaskan.

***

Cale meraih undangan putra mahkota dan turun dari kereta kuda. Pertemuan itu dimulai pukul 5 sore. Cale memandangi istana itu, yang tidak bisa dibandingkan dengan gabungan kediaman Henituse dan kediaman mereka di ibu kota.

Istana Kegembiraan. Nama lokasi pertemuan itu disebut dengan Istana Kegembiraan, yang dibangun oleh raja untuk membagikan kegembiraannya atas kelahiran putra mahkota. Namun, saat ini raja lebih menyukai pangeran ketiga.

Cale berencana bertemu Eric, Gilbert, dan Amiru di luar istana dan masuk bersama-sama. Dia melihat ke arah istana itu lantas berpikir.

‘Apakah ini juga klise?’

Kebetulan sekali seseorang tiba di istana tepat ketika Cale sampai.

“Wow, siapa ini? Bukankah ini tuan muda Cale kita yang terkenal?”

‘Haahhh.’

Cale menahan diri untuk tidak mendesah. Dia dapat merasakan rasa tidak suka dari orang yang berdiri di hadapannya hanya dari nada suara mereka. Orang yang mendekatinya itu Neo, penerus Viscount Tolz.

‘Kenapa aku harus bertemu salah satu antek-antek Venion saat ini?’

Neo Tolz adalah salah satu penjahat stereotipikal. Dia pergi ke sana kemari melakukan perintah Venion.

Desa tempat Naga Hitam disiksa milik Viscount Tolz.

Dan orang-orang Viscount Tolz tidak pernah menyukai keluarga Henituse. Itu karena, meskipun mereka hanya dipisahkan oleh sebuah gunung, kemakmuran wilayah mereka berbeda drastis. Akan tetapi, di masa lalu, mereka pernah akrab dengan keluarga Henituse.

Semuanya berubah begitu mereka berada di bawah faksi Marquis Stan lima tahun yang lalu. Tentu saja, mereka tidak akan mengatakannnya terang-terangan, tapi mereka diam-diam mencoba mengambil kendali pertemuan bangsawan-bangsawan di Wilayah Timur Laut.

Neo Tolz tersenyum cerah saat berdiri di depan Cale.

“Kau sendirian?”

Mereka tidak terlalu jauh dari pintu masuk istana, dan Wakil Kapten dan Ron sedang berbicara dengan penjaga untuk mendapat izin masuk. Cale, yang hanya membawa sedikit orang bersamanya, memandang rendah Neo.

Neo melihat Cale sendirian, dan menyuruh bawahannya pergi.

“Aku akan berbincang-bincang dengan tuan muda Cale sebentar. Pergi mintakan izin agar kita bisa masuk.”

Neo mengirim bawahannya ke penjaga istana, dan mendekat satu langkah ke arah Cale. Begitu mereka berdua berdiri berdekatan, Neo berbicara.

“Tuan muda Cale.”

Neo memasang senyum hangat dan ramah di wajahnya, lantas berbicara dengan suara pelan yang hanya bisa didengar Cale.

“Kenapa pembuat onar bermasalah sepertimu datang ke istana?”

‘Haahhh, kekanak-kanakan sekali. Apakah karena ini dunia di dalam buku? Atau karena ini dunia fantasi? Apakah mungkin berandal seperti ini ada di dunia nyata juga? Mereka pasti ada karena dia memprovokasiku seperti ini.’

Putra seorang Viscount berani berbicara begini kepada putra seorang Count? Cale berpikir itu hanya terjadi karena ini adalah novel, tapi menghadapi ini secara langsung membuat Cale sangat frustasi.

‘Aku bahkan bukan tokoh utamanya. Bisakah aku tidak berurusan dengan hal klise seperti ini?’

Cale ingin menyuruh Ron untuk membunuh penjahat-penjahat bodoh ini yang tidak berperilaku sesuai posisi mereka.

Cale terus memandang rendah Neo. Ekspresi Neo menjadi semakin cerah. Bagi Neo, Cale adalah pembuat onar yang tampak bagus di luar. Bagi seseorang seperti Neo, yang harus menjilat Venion selama dia berada di ibu kota, Cale adalah mangsa empuk untuk diganggu.

“Apa? Apa kau ingin melempariku dengan botol? Atau kau ingin memukulku? Coba saja.”

‘Dia hanya sedang memprovokasiku. Dia melakukannya dengan sengaja. Dia tidak bisa membawa masuk benda sihir ke dalam istana, jadi dia tidak akan bisa membawa alat perekam sihir ke dalam. Itu sebabnya dia berusaha memanas-manasiku di sini.’

Jika Cale membuat keributan di sini, orang-orang akan melihatnya sebagai perkelahian antara seorang pembuat onar dengan seorang bangsawan terhormat. Itu hanya akan menguntungkan Neo, itulah mengapa dia berusaha memprovokasi Cale untuk menjatuhkan nama keluarga Henituse.

Cale hanya berdiri diam. Dia lalu mendengar sebuah suara di dalam kepalanya.

Si naga sedang berbicara kepadanya melalui sihir.

-Sungguh berengsek. Dia mengingatkanku pada si keparat Venion.

‘Dia memang antek-antek Venion.’

Walaupun cale tidak dapat mengatakan itu keras-keras, naga itu terus berbicara dalam benak Cale.

-Haruskah aku membunuhnya?

‘Aku rasa kau tidak perlu melakukannya.’

Cale menggelengkan kepala kepada naga yang mengikutinya sambil tetap tak terlihat.

Melihat Cale menggelengkan kepalanya membuat Neo memprovokasi Cale sekali lagi, karena kelihatannya Cale tidak akan melawan.

Pada saat itu, tatapan Cale berpaling ke sebuah kereta yang baru saja tiba.

Bang! Pintu kereta terbuka begitu kereta itu berhenti, dan Eric Wheelsman keluar dari dalam kereta. Gilbert dan Amiru juga berada di dalam kereta itu.

Cale memberi isyarat kepada Eric, yang bergegas datang dengan mata membelakak, dengan matanya seraya menunjuk Neo dengan jari telunjuknya.

“Hyung-nim.”

Suara tulus Cale yang memanggil dirinya, serta tatapan dingin di mata Cale, memberitahu Eric semua yang perlu dia tahu.

‘Buat dia enyah.’

Sorot mata Cale yang berdiri dengan tenang mengirimkan pesan itu kepada Eric.

 

***

Proofreader: Harlianti


 <<<

Chapter 36                   

>>>             

Chapter 38 

===

Daftar Isi 


 

No comments:

Post a Comment