Pembuat Onar di Keluarga Count (Ep. 43 - 45)
Chapter 37: Berdiam Diri (4)
Ron menganggukkan
kepala mendengar ucapan Cale, dan menambahkan satu hal lagi sebelum pergi.
“Saya mengerti.
Ngomong-ngomong, tuan muda, Anda tentu ingat Anda harus mengunjungi istana
lusa, iya kan?”
Sebelum raja
mengumumkan dimulainya festival di alun-alun kota, para bangsawan dijadwalkan
bertemu dengan putra mahkota. Itu bukan pertemuan yang serius maupun jamuan
makan, tapi sesuatu di antara keduanya. Pertemuan itu akan berlangsung di sayap
istana tempat di mana pertemuan penting biasanya dilaksanakan.
Cale teringat pada
putra mahkota dan istana sebelum pikirannya melayang ke tempat lain.
‘Kira-kira Taylor dan
Cage baik-baik saja tidak ya.’
Putra tertua yang terbuang
dan pendeta gila. Cale berpikir mereka berdua mungkin sangat baik-baik saja.
“Mm.”
Tapi tiba-tiba, bulu
kuduknya berdiri, dia lantas mengusap kepala belakangnya. Rasa ngeri itu
membuat Cale membulatkan pikirannya.
‘Lebih baik jangan
memikirkan mereka.’
Cale akan sangat
berdiam diri di istana. Bahkan jika seseorang mengumpatnya, dia hanya akan
duduk diam lantas kembali pulang. Cale melirik meja di depan mereka. Sebuah
surat dari Eric ada di atasnya.
[Cale. Kau tidak perlu
melakukan apa pun, sama sekali. Hyung-nim ini akan mengurus semuanya untukmu.
Mengerti?...]
Eric Wheelsman, salah
satu bangsawan di Wilayah Timur Laut, mengiriminya surat setiap hari. Sudah
sangat jelas Eric mengkhawatirkan apa yang mungkin terjadi. Cale meraih surat
di atas meja itu dan membuangnya ke pojokan.
“Kalau begitu saya
akan pastikan mereka membungkus botol alkohol terbaik kita.”
“Bagus.”
Cale sedang memandangi
Ron beranjak pergi, ketika dia melihat wajah-wajah yang tidak dia lihat
beberapa lama masuk melalui pintu yang terbuka. Ron melirik mereka berdua
lantas menutup pintu. Keduanya yang baru saja masuk menghampiri Cale dan
berbicara.
“Kurasa aku bisa
membunuh mereka jika mereka lengah.”
“Aku tahu cara kita
bisa membunuh mereka.”
Mereka adalah On dan
Hong. Kedua anak kucing ini, yang Cale tidak pernah lihat selama beberapa lama,
tampak bersemangat, karena kelihatannya mereka sudah menemukan cara untuk
membunuh Manusia Siluman sekuat Suku Serigala.
“Kerja bagus.”
Kedua anak kucing
datang dan menggosok-gosokkan wajah mereka di kaki Cale setelah mendengar
pujiannya terhadap mereka. Cale mendorong mereka berdua karena merasa sikap
mereka mengesalkan. Tak lama Ron kembali memasuki kamar.
“Tuan muda.”
“Apa?”
Ron menatap Cale, yang
menjawab seolah tidak peduli, lantas bertanya.
“Bolehkah saya pergi
sebagai pelayan pribadi Anda ke istana?”
“Kenapa kamu
menanyakan pertanyaan yang sudah jelas? Siapa lagi yang akan pergi jika bukan
kamu?”
Jawaban itu membuat
Ron membulatkan pikirannya untuk pergi.
Orang-orang yang
menyebut diri mereka ‘Arm’, dan menguasai dunia hitam di Kontinen Timur telah
mulai memperluas jangkauan mereka ke Kontinen Barat. ‘Arm’ hanyalah satu cabang
dari organisasi itu, dan tidak seorang pun tahu identitas asli mereka.
Keluarga Molan adalah
keluarga pembunuh bayaran generasi kelima yang berusaha menguasai dunia hitam
di Kontinen Timur, dan Ron Molan, penerus keluarga Molan, membenci dan merasa
takut pada ‘Arm’ ini.
“Tuan muda.”
“Apa?”
“Anda akan jadi sangat
keren di istana.”
“Ron.”
Cale menatap Ron,
yang, setelah kembali dari masa cutinya, menyanjungnya tidak seperti dirinya
yang biasa, dan bertanya dengan santai.
“Aku memang punya
wajah dan rupa yang tampan, kan?”
Meeeeeong.
Kedua anak kucing itu
mendengus pada Cale, tapi mereka mau tidak mau setuju dengannya. Cale adalah
pria yang tampan dengan sosok yang apik.
Hal yang paling
disukai Kim Rok Soo dari Cale adalah uangnya, tapi itu pun setelah tubuh dan
wajah Cale. Bibir Cale terlihat seperti ingin tersenyum.
“Tentu saja. Tuan muda
kita adalah paket lengkap.”
Tapi senyum itu segera
lenyap.
‘Apa yang barusan
kudengar?’
Nada suaranya sangat
lembut, hangat dan perhatian. Bahkan kedengaranya seperti Ron sedang turut
bercanda bersamanya. Cale merinding di
sekujur tubuhnya, lantas memalingkan kepala dan melihat Ron berdiri dengan
senyum puas di wajahnya. Itu tampak berbeda dari saat Ron berpura-pura puas.
Cale sekarang
benar-benar merasa merinding di sekujur tubuhnya. Tapi Ron tidak peduli dan
terus melanjutkan tugasnya.
“Kalau begitu saya
akan keluar sekarang. Saya harus pergi melapor ke wakil kepala pelayan Hans.”
“Oh? Oh. Silakan,
pergilah segera.”
Ron segera pergi, dan
Cale mulai bertanya-tanya sembari menatap pintu yang tertutup.
‘Kenapa dia bersikap
begini?’
Tapi Cale tidak ingin
mencari tahu alasannya. Apa bagusnya merasa tertarik dengan kehidupan Ron? Cale
menatap lama pintu yang tertutup itu, lalu wajahnya dipenuhi ekspresi kebingungan.
Tok tok tok.
Seseorang mengetuk
pintu. Kucing merah Hong berujar.
“Baunya seperti seekor
serigala.”
Cale menatap pintu dan
berkata.
“Masuklah.”
Terdengar suara klik
dan pintu itu perlahan terbuka. Cale dapat melihat si serigala remaja, Lock,
berdiri dengan canggung di pintu. Lock ragu-ragu sejenak, lantas berkata.
“Halo, saya, saya
datang untuk berterima kasih. Saya tidak tahu kapan waktu yang tepat untuk
mampir, jadi, jika tidak keberatan, bolehkah saya masuk sebentar?”
“Masuklah.”
Cale tidak mau mendengar
suara canggung ini lebih lama lagi, jadi dia melambaikan tangan mengisyaratkan
Lock masuk ke dalam. Lock menutup pintu dengan hati-hati dengan ekspresi gugup,
dan menghampiri Cale. Cale menunjuk sofa di seberangnya.
“Duduklah.”
“Terima kasih.”
Lock duduk di sofa dan
melirik Cale. Tidak seperti ucapan Cale sebelumnya yang mengingatkan Lock pada
pamannya, orang ini, bernama Cale Henituse, memiliki aura yang membuatnya sulit
didekati.
Daripada sulit karena
dia kuat seperti pamannya, rasanya seakan sulit berbicara kepada Cale.
“Katakan apa yang ada
di benakmu.”
“Jadi begini.”
Lock tampak sedang
memikirkan apa yang hendak dia katakan, lantas terlonjak dari tempat duduknya
dan membungkuk ke arah Cale.
“Terima kasih banyak!”
Lock terlihat sangat
naif, penakut, dan, dalam beberapa aspek, bodoh. Dia benar-benar sesuai dengan
profil yang digambarkan di novel.
‘Kepribadiannya
berubah di novel setelah mengamuk pertama kali, tapi kelihatannya saat ini
masih sama saja.’
Cale merespons ucapan
terima kasih Lock.
“Tentu. Kamu memang
perlu berterima kasih.”
“Maaf? Ah, ya.”
Raut wajah Lock
terlihat ganjil saat dia duduk kembali. Cale mengamati Lock duduk dan
berbicara.
“Tidak perlu berterima
kasih padaku lagi, kamu bisa pergi.”
“Ah, yah, sebenarnya.”
Lock tidak dapat
berdiri lagi, dan hanya mengerakkan bibirnya tanpa mengatakan apa pun. Dia
telah mendengar cerita dari Rosalyn, kedua anak Suku Kucing, Choi Han, dan
bahkan Hans, yang membuatnya berpikir masak-masak, lagi dan lagi. Tapi dia masih
belum mencapai keputusan.
Cale hanya mengamati
Lock tanpa bersuara. Itu karena dia tahu bagaimana Lock akan bersikap sehingga
dia sedang mencoba mengusir Lock keluar dari sini.
“Jadi, tuan muda,
begini.”
Lock tidak tahu
bagaimana sebaiknya memulai. Dia terus-menerus melirik Cale sesekali sambil
menatap kakinya. Lock menggigit pelan bibirnya beberapa kali. Dia tidak begitu
menyukai kepribadiannya ini. Pada saat itu, Lock mendengar sebuah suara yang
dingin.
“Utarakan saja.”
“Maaf?”
Lock mengangkat
kepalanya untuk melihat Cale. Ini pertama kalinya Lock membuat kontak mata
dengan Cale sejak masuk ke kamar ini. Cale mempertahankan kontak mata dengan
Lock, lantas terus berbicara.
“Bagus. ketika kamu
berbicara kepada seseorang, kamu harus membuat kontak mata seperti ini.”
Dia melanjutkan.
“Utarakan semua yang
ingin kamu katakan.”
Cale menengok jam
lantas kembali menatap Lock, yang sedang memandangi Cale dengan ekspresi kosong
di wajahnya.
“Setidaknya aku akan
mendengar apa yang hendak kamu katakan.”
“Ah.”
Lock berseru pelan.
Dia mengepalkan tangannya yang gemetar dan akhirnya berbicara.
“Saya, saya seorang
kakak.”
Suaranya terdengar
lemah. Badannya besar, tapi dia masih seorang remaja.
“Saya harus menjaga
adik-adik saya.”
Lock tahu dia masih
banyak kekurangan untuk dipanggil anggota Suku Serigala. Akan tetapi, dia
memiliki 10 adik yang perlu dia lindungi dan rawat saat ini.
Lagi pula.
“Saya juga seorang
keponakan dan adik laki-laki.”
Suku Serigala Biru
mencintai dan menyayangi Lock yang penakut dan bodoh. Dia tidak dapat melupakan
tentang keluarganya, teman-temannya, dan tetangga-tetangganya yang sangat
peduli padanya.
“Itulah mengapa saya
harus membalas dendam.”
Itu sebabnya dia harus
membalas mereka untuk semua hal yang mereka rampas darinya.
Lock meremas tangannya
yang gemetar dan mengatakan apa pun yang terlintas di pikirannya. Setelah dia
melakukannya, dia merasa kepalanya menjadi sedikit jernih. Dia lalu menundukkan
kepalanya dan dapat melihat kaki dan karpet. Kemudian dia mendengar sebuah
suara.
“Nak.”
Lock mengangkat
kepala. Cale Henituse. Pemilik kediaman besar yang bahkan Lock tidak dapat
bayangkan ketika dia masih tinggal di desanya, adalah seseorang yang Choi Han
hyung anggap pantas mempertaruhkan setidaknya 2/3 nyawanya untuknya. Pria itu
berbicara blak-blakan kepadanya.
“Kamu adalah seekor
serigala.”
Lock mulai mengingat
kenangan masa lalunya. Dia dapat melihat dirinya di Suku Serigala Biru.
“Serigala melindungi
dan memprioritaskan keluarga mereka, bahkan dibanding dirinya sendiri. Aku
menganggap mereka suku yang membanggakan.”
Lock dapat melihat
wajah yang tersenyum di depannya.
“Aku telah mendengar
apa yang ingin kamu katakan.”
Pada saat itu, Lock
dapat melihat pria ini dan segala sesuatu di ruangan ini dengan jelas. Di
setiap sisi Cale tampak dua anak Suku Kucing yang menggemaskan, dan sinar
matahari yang masuk ke dalam ruangan membuat suasananya terasa sangat damai.
Lock akhirnya teringat kata-kata yang perlu
dia sampaikan, dan hendak katakan.
“Terima kasih banyak
atas bantuan Anda. Dan… tolong bantu saya.”
Pemilik suasana damai
ini berbicara.
“Berterima kasih
sekali saja sudah cukup.”
Alasan Cale sangat
kepikiran tentang bagaimana bersikap layaknya pembuat onar belakangan ini
adalah karena Choi Han dan Naga Hitam. Naga Hitam itu sendiri merupakan sebuah
masalah, sedangkan Choi Han menjadi masalah karena hal-hal yang dia bawa
bersamanya.
“Aku tidak ingin
membantumu.”
Cale tidak ingin
menolong Lock. Akan tetapi, dia tahu betul rasa sakit yang kesepuluh anak-anak
serigala rasakan setelah kehilangan orang tua serta sokongan dari orang tua mereka.
Dia telah mengalaminya sendiri. Lagi pula, dia terlanjur punya andil dalam
situasi ini. Dia tidak ingin bertanggung jawab untuk semua hal.
Dia berencana untuk
melakukan hal seminimal mungkin, sehingga dia impas.
Cale terus berbicara
kepada Lock, yang menundukkan kepalanya setelah mendengar Cale berkata dia
tidak ingin membantu mereka.
“Akan tetapi, aku
memang punya rencana untuk membuat kesepakatan denganmu.”
“…Kesepakatan?”
“Ya.”
Cale terus berbicara.
“Kamu ingin dibantu
apa? Dan apa yang kamu bisa lakukan untukku sebagai balasan?”
Cale tidak punya
keinginan untuk mengajari serigala remaja ini, yang belum memiliki pengalaman apa
pun. Itu urusan Choi Han dan Rosalyn. Cale berdiri, karena dia masih punya
beberapa hal untuk diurus sebelum pergi ke istana, lantas berkata sekali lagi
kepada serigala remaja itu.
“Kembalilah ketika
kamu sudah punya jawabannya.”
Lock berpikir sejenak,
lantas bangkit dari tempat duduknya dan menundukkan kepalanya.
“Saya mengerti. Saya
akan kembali untuk menemui Anda ketika saya sudah menemukan jawabannya.”
“Tentu.”
Cale menepuk pelan
kepala Lock sekali. Sorot mata Lock saat mendongak cukup memuaskan.
***
Cale meraih undangan
putra mahkota dan turun dari kereta kuda. Pertemuan itu dimulai pukul 5 sore.
Cale memandangi istana itu, yang tidak bisa dibandingkan dengan gabungan
kediaman Henituse dan kediaman mereka di ibu kota.
Istana Kegembiraan.
Nama lokasi pertemuan itu disebut dengan Istana Kegembiraan, yang dibangun oleh
raja untuk membagikan kegembiraannya atas kelahiran putra mahkota. Namun, saat
ini raja lebih menyukai pangeran ketiga.
Cale berencana bertemu
Eric, Gilbert, dan Amiru di luar istana dan masuk bersama-sama. Dia melihat ke
arah istana itu lantas berpikir.
‘Apakah ini juga
klise?’
Kebetulan sekali
seseorang tiba di istana tepat ketika Cale sampai.
“Wow, siapa ini?
Bukankah ini tuan muda Cale kita yang terkenal?”
‘Haahhh.’
Cale menahan diri
untuk tidak mendesah. Dia dapat merasakan rasa tidak suka dari orang yang
berdiri di hadapannya hanya dari nada suara mereka. Orang yang mendekatinya itu
Neo, penerus Viscount Tolz.
‘Kenapa aku harus
bertemu salah satu antek-antek Venion saat ini?’
Neo Tolz adalah salah
satu penjahat stereotipikal. Dia pergi ke sana kemari melakukan perintah Venion.
Desa tempat Naga Hitam
disiksa milik Viscount Tolz.
Dan orang-orang
Viscount Tolz tidak pernah menyukai keluarga Henituse. Itu karena, meskipun
mereka hanya dipisahkan oleh sebuah gunung, kemakmuran wilayah mereka berbeda
drastis. Akan tetapi, di masa lalu, mereka pernah akrab dengan keluarga
Henituse.
Semuanya berubah
begitu mereka berada di bawah faksi Marquis Stan lima tahun yang lalu. Tentu
saja, mereka tidak akan mengatakannnya terang-terangan, tapi mereka diam-diam
mencoba mengambil kendali pertemuan bangsawan-bangsawan di Wilayah Timur Laut.
Neo Tolz tersenyum
cerah saat berdiri di depan Cale.
“Kau sendirian?”
Mereka tidak terlalu
jauh dari pintu masuk istana, dan Wakil Kapten dan Ron sedang berbicara dengan
penjaga untuk mendapat izin masuk. Cale, yang hanya membawa sedikit orang
bersamanya, memandang rendah Neo.
Neo melihat Cale
sendirian, dan menyuruh bawahannya pergi.
“Aku akan
berbincang-bincang dengan tuan muda Cale sebentar. Pergi mintakan izin agar
kita bisa masuk.”
Neo mengirim
bawahannya ke penjaga istana, dan mendekat satu langkah ke arah Cale. Begitu
mereka berdua berdiri berdekatan, Neo berbicara.
“Tuan muda Cale.”
Neo memasang senyum
hangat dan ramah di wajahnya, lantas berbicara dengan suara pelan yang hanya
bisa didengar Cale.
“Kenapa pembuat onar bermasalah
sepertimu datang ke istana?”
‘Haahhh,
kekanak-kanakan sekali. Apakah karena ini dunia di dalam buku? Atau karena ini
dunia fantasi? Apakah mungkin berandal seperti ini ada di dunia nyata juga?
Mereka pasti ada karena dia memprovokasiku seperti ini.’
Putra seorang Viscount
berani berbicara begini kepada putra seorang Count? Cale berpikir itu hanya
terjadi karena ini adalah novel, tapi menghadapi ini secara langsung membuat
Cale sangat frustasi.
‘Aku bahkan bukan
tokoh utamanya. Bisakah aku tidak berurusan dengan hal klise seperti ini?’
Cale ingin menyuruh
Ron untuk membunuh penjahat-penjahat bodoh ini yang tidak berperilaku sesuai
posisi mereka.
Cale terus memandang
rendah Neo. Ekspresi Neo menjadi semakin cerah. Bagi Neo, Cale adalah pembuat
onar yang tampak bagus di luar. Bagi seseorang seperti Neo, yang harus menjilat
Venion selama dia berada di ibu kota, Cale adalah mangsa empuk untuk diganggu.
“Apa? Apa kau ingin
melempariku dengan botol? Atau kau ingin memukulku? Coba saja.”
‘Dia hanya sedang memprovokasiku.
Dia melakukannya dengan sengaja. Dia tidak bisa membawa masuk benda sihir ke
dalam istana, jadi dia tidak akan bisa membawa alat perekam sihir ke dalam. Itu
sebabnya dia berusaha memanas-manasiku di sini.’
Jika Cale membuat keributan
di sini, orang-orang akan melihatnya sebagai perkelahian antara seorang pembuat
onar dengan seorang bangsawan terhormat. Itu hanya akan menguntungkan Neo,
itulah mengapa dia berusaha memprovokasi Cale untuk menjatuhkan nama keluarga
Henituse.
Cale hanya berdiri
diam. Dia lalu mendengar sebuah suara di dalam kepalanya.
Si naga sedang
berbicara kepadanya melalui sihir.
-Sungguh berengsek. Dia mengingatkanku pada si
keparat Venion.
‘Dia memang
antek-antek Venion.’
Walaupun cale tidak
dapat mengatakan itu keras-keras, naga itu terus berbicara dalam benak Cale.
-Haruskah aku membunuhnya?
‘Aku rasa kau tidak
perlu melakukannya.’
Cale menggelengkan
kepala kepada naga yang mengikutinya sambil tetap tak terlihat.
Melihat Cale
menggelengkan kepalanya membuat Neo memprovokasi Cale sekali lagi, karena
kelihatannya Cale tidak akan melawan.
Pada saat itu, tatapan
Cale berpaling ke sebuah kereta yang baru saja tiba.
Bang! Pintu kereta terbuka
begitu kereta itu berhenti, dan Eric Wheelsman keluar dari dalam kereta. Gilbert
dan Amiru juga berada di dalam kereta itu.
Cale memberi isyarat
kepada Eric, yang bergegas datang dengan mata membelakak, dengan matanya seraya
menunjuk Neo dengan jari telunjuknya.
“Hyung-nim.”
Suara tulus Cale yang
memanggil dirinya, serta tatapan dingin di mata Cale, memberitahu Eric semua
yang perlu dia tahu.
‘Buat dia enyah.’
Sorot mata Cale yang
berdiri dengan tenang mengirimkan pesan itu kepada Eric.
***
Proofreader: Harlianti
<<<
>>>
===
No comments:
Post a Comment