Monday, January 4, 2021

Trash of the Count’s Family (#3)

Pembuat Onar di Keluarga Count (Ep. 2)

Chapter 3: Ketika Aku Membuka Mata (2)


Cale melihat-lihat seluruh sajian makanan di depannya. Dia lalu menggerakkan garpu ke salad yang terbuat dari buah yang tidak dikenalnya. Setelah mengisi perutnya dengan daging, sup dan roti, dia ingin mencicipi sesuatu yang baru.

Buah itu terlihat seperti jeruk, tapi warnanya lebih seperti anggur. Cale memasukkan buah itu ke dalam mulut dan menggigitnya.

“Mm.”

Dalam sekejap, jus buah yang manis memenuhi mulutnya. Dia sangat benci buah asam, sehingga cita rasa yang sangat manis di mulutnya ini membuatnya tanpa sadar mulai berliur.

Pada saat itu, matanya bertatapan dengan ayahnya Deruth, yang sedang memandanginya.

“Cale.”

Deruth memanggil pelan nama Cale kemudian termenung. Dia lalu mengerutkan dahi dan menggerakkan mulutnya. Cale tidak menyukai suasana canggung itu dan mulai berbicara.

“Rasanya enak.”

“Ya, rasanya seperti sampah… hah? Apa kamu bilang enak?”

“Ya. Semuanya terasa sangat lezat.”

Kali ini Cale mengambil buah yang berbeda dan tersenyum setelah sekali lagi mengecap rasa manis di mulutnya. Lagipula si pembuat onar, Cale Henituse, tidak pernah memedulikan tata krama.

Dia mungkin seharusnya tidak melakukan ini saat berbicara dengan ayahnya, sang kepala keluarga, tapi terserahlah. Toh dia seorang pembuat onar.

‘Menjadi pembuat onar adalah yang terbaik.’

Tak seorangpun peduli pada apapun yang dia lakukan. Selama dia bisa mencegah dirinya dipukuli oleh si tokoh utama, hidupnya akan baik-baik saja.

Seperti yang Cale duga, tidak ada yang mengkritik ketidaksopanannya. Malah, Deruth justru memasang senyum di wajahnya lantas menganggukkan kepala.

“Benar, ini memang enak. Senang melihatmu begitu menikmati makananmu.”

Deruth memang terlihat seperti satu-satunya orang yang peduli pada Cale. Dia tidak mengindahkan sikap tidak sopan Cale. Yah, ayah yang benar-benar peduli mungkin harusnya mencoba memperbaiki kepribadian buruk Cale ini… tapi Cale yang ini tidak peduli karena toh dia bukan Cale Henituse yang asli.

“Ya. Tolong pastikan Anda juga makan yang banyak, ayah.”

Basen kembali melontarkan seruan ‘Ho’, dan Cale, yang kali ini mendengarnya, memalingkan pandangannya kembali ke hidangan makanan. Basen yang berusia 15 tahun. Adik laki-laki dari Cale yang dia rasuki, yang usianya tiga tahun lebih muda, sulit dia hadapi.

Tidak seperti Cale si pembuat onar, Basen orangnya pintar, tulus dan sangat bertanggung jawab. Orang-orang di keluarganya mendorong Basen untuk menjadi kepala keluarga berikutnya. Kim Rok Soo setuju dengan pemikiran ini bahkan setelah dia berubah menjadi Cale.

‘Daripada menjalani hidup yang rumit dengan bertanggung jawab atas wilayah kekuasaan ini, aku lebih memilih menggunakan posisiku sebagai kakak seorang Count agar bisa bermalas-malasan dan hidup tenang di satu bagian wilayah.’

Cale tidak berusaha berdebat dengan Basen. Dia dapat mendengar Basen terkesiap dan tahu bahwa Basen sedang merendahkannya, tapi memangnya apa yang bisa dia perbuat mengenai itu?

Ketika Basen menjadi kepala keluarga, berdasarkan kepribadiannya dia mungkin tidak akan membunuh Cale, tapi agar tidak terluka dan pindah ke desa kecil dengan tenang, dia perlu berusaha tidak mencari gara-gara dengan Basen.

‘Jika itu tidak memungkinkan, aku akan mengumpulkan uang lalu pergi ke tempat yang tidak akan dijangkau peperangan.’

Cale pura-pura tidak mendengar seruan terkejut Basen dan lanjut menyantap makanannya. Ketika jam makan telah selesai, ayahnya, Deruth, yang pertama bangkit dari kursinya. Dia tampak puas dengan sarapannya, karena wajahnya dipenuhi dengan senyuman.

‘Tadi benar-benar enak.’

Jika sarapan setiap hari seperti ini, Cale mungkin akan mengorbankan waktu tidurnya agar dapat sarapan setiap saat. Deruth melihat-lihat anggota keluarganya yang berdiri mengikuti dia, lalu mengarahkan pandangan ke putra sulungnya, Cale.

“Cale, ada yang kamu butuhkan?”

Cale merasa bingung dengan sikap peduli Deruth yang tiba-tiba, tapi dia memutuskan untuk menjawab dengan jujur.

“Tolong beri aku uang.”

“Baiklah, aku akan memberimu banyak uang.”

Deruth menjawab tanpa keraguan sedikitpun.

Keluarga ini benar-benar kaya raya.

Wilayah kekuasaan mereka menambang batu marmer dan menanam anggur untuk dibuat minuman beralkohol, karenanya uang mereka sedang berlimpah saat ini.

“Bagus sekali. Tolong beri aku sebanyak-banyaknya.”

Cale dapat melihat kedua adiknya menatap dirinya, tapi tidak ada alasan baginya untuk merasa malu. Bukankah lebih baik meminta uang daripada minum-minum dan berbuat onar?

Lagipula, dia butuh uang untuk menjalankan rencananya. Pertemuan bertuah untuk mendapatkan kekuatan yang cukup agar menjaganya tetap aman. Dia butuh uang untuk dapat membuat pertemuan bertuah itu menjadi kenyataan.

“Tentu saja. Aku akan memberimu sebanyak-banyaknya.”

Cale mulai tersenyum setelah merasa puas dengan jawaban ayahnya. Namun, dia tak bisa berkata apa-apa setelah kembali ke kamarnya dan menerima cek uang dari wakil kepala pelayan, Hans.

Cek yang dikeluarkan melalui kemitraan dengan departemen keuangan dan departemen sihir membuat perasaannya tak menentu.

‘Sebanyak ini?’

Keluarga ini sepertinya tidak hanya sekedar punya uang. Malah, mereka tampaknya punya banyak sekali uang.

Novel itu memang menyebutkan Cale menerima banyak uang saku, tapi tidak menyebutkan jumlah pastinya. Meskipun begitu, dia dapat memahami secara realistis seberapa banyaknya berdasarkan jumlah yang tertulis di cek.

’10 juta gallon.’

Ini hampir setara dengan 10 juta won Korea. Jika seperti ini, Cale dapat mengubah rencananya. Otak Cale dengan cepat memikirkan pilihan-pilihan yang dia miliki.  

“Saya sekarang akan keluar, tuan muda.”

Wakil kepala pelayan itu menyerahkan cek lalu pamit undur diri, tapi Cale tidak merespons. Wakil kepala pelayan Hans menganggap ini hal biasa dan berjalan menuju pintu. Namun, dia segera berhenti.

Itu karena Cale berdiri dari tempat duduknya dan mengatakan sesuatu pada Ron.

“Ron, ayo pergi ke ruang belajar.”

Hans merasa gelisah mendengar kata-kata Cale. Begitu juga dengan Ron.

“…Apa Anda bilang ruang belajar?”

Cale merasa ada yang aneh. Suara orang tua yang licik ini sedikit bergetar. Apa ada alasan dia tidak boleh pergi ke ruang belajar?

“Ya.”

Dia perlu pergi ke ruang belajar untuk menyusun rencana. Tidak ada meja atau bahkan secarik kertas di kamarnya. Yang ada malah botol-botol alkohol dalam jumlah banyak.

“Maaf, tuan muda.”

“Ada apa?”

Cale menatap wakil kepala pelayan yang tampak cemas.

“Ini, pagi ini kami belum sempat membersihkan ruang belajar.”

“Oh ya? Tidak apa-apa jika tidak dibersihkan sehari saja.”

“Tidak, tuan. Kami tidak bisa melakukannya.”

Wakil kepala pelayan itu anehnya sangat bersikeras mengenai hal ini. Dia lalu tersenyum cerah dan mengangkat satu jari tangannya.

“Tolong tunggu satu jam saja! Saya akan mempertaruhkan nama saya untuk memastikan ruang belajar itu sepenuhnya bersih, tidak seperti ruang belajar yang tidak pernah digunakan selama 10 tahun, tapi layaknya ruangan yang baru kemarin digunakan!”

“Tentu, terserah kamu saja.”

Dia tidak keberatan menunggu satu jam

“Bagus sekali. Kalau begitu saya akan pergi melaporkan hal ini kepada tuan besar.”

“Tidak perlu melakukannya, tapi silahkan saja jika kamu inginnya begitu.”

“Ya, tuan muda. Saya akan pergi sekarang.”

“Oke. Baiklah.”

Layaknya seorang wakil kepala pelayan terlatih, Hans menutup pintu tanpa membuat suara dan menghilang. Dia sepertinya terburu-buru. Cale tahu ada tiga wakil kepala pelayan yang tengah bersaing menjadi kepala pelayan resmi. Mungkin karena alasan itulah Hans terlihat sangat bersemangat mengenai hal ini.

“Ron.”

“Tuan muda?”

“Kenapa kamu melamun begitu?”

“Maaf, tuan muda.”

“Tidak perlu minta maaf.”

Ron kembali memasang ekspresi ganjil di wajahnya. Cale menaruh cek berharga itu ke saku dalam bajunya lalu bertanya. Ada banyak hal yang terjadi sehingga dia tidak punya waktu untuk bertanya tentang tanggal hari ini.

“Hari ini tanggal berapa?”

Pertanyaan ini akan terdengar aneh jika orang lain yang bertanya, tapi Ron si pelayan menjawab dengan suara lembut.

“Tanggal 29 bulan 3 tahun 781 berdasarkan Kalender Felix.”

“Mm, itu sebuah masalah.”

“Maaf?”

“Bukan apa-apa.”

Cale menggenggam erat 10 juta gallon di sakunya sekali lagi. Satu-satunya yang bisa dia percaya adalah uang.

Kemarin, tanggal 28 bulan 3 tahun 781 dari Kalender Felix. Itu adalah hari di mana penduduk Desa Harris, desa yang didatangi Choi Han setelah meloloskan diri dari Hutan Kegelapan, tempat di mana Choi Han merasakan kasih sayang manusia untuk pertama kalinya di dunia ini, menjalin pertemanan, dan membentuk keluarga kedua, dibunuh oleh grup assassin yang tidak dikenal.

Bahkan Cale, yang telah membaca sampai jilid kelima, tidak mengetahui identitas asli dari organisasi rahasia yang membunuh para penduduk itu.

Beberapa pembaca mungkin mengatakan sesuatu seperti ini saat membaca tentang situasi ini.

‘Kupikir dia orang yang sangat kuat. Apa yang Choi Han lakukan ketika mereka dibunuh?’

Sangatlah wajar jika berpikir seperti itu. 

Akan tetapi, ada alasan mengapa novel ini disebut [Kelahiran Pahlawan], dan bukannya [Kekuatan Sang Pahlawan] atau [Perang Para Pahlawan].

Kelahiran.

Ini adalah cerita tentang seseorang yang mengatasi berbagai macam rintangan dan membawa rasa sakit dari masa lalunya hingga akhirnya dia menjadi seorang pahlawan. Cinta dan persahabatan terjalin dalam perjalanannya bertemu musuh-musuh dan rekan-rekannya.

Sesuatu yang tidak bisa luput dari sebuah cerita adalah ‘momen kebangkitan’. Dia mungkin memiliki bakat luar biasa dan telah hidup selama puluhan tahun di Hutan Kegelapan, tapi, melalui semua itu, Choi Han masihlah seorang yang polos dan lemah lembut yang tidak mampu membunuh manusia lainnya. Dia tidak punya masalah membunuh monster, tapi Choi Han tidak pernah melukai orang lain.

Untuk mengubah seseorang seperti dirinya menjadi seorang pahlawan, novel itu harus menciptakan sebuah situasi bagi Choi Han. Untuk mengobati wanita yang memperlakukannya bagai putranya sendiri, Choi Han pergi ke Hutan Kegelapan untuk mencari tanaman obat berharga.

Dia harus masuk jauh ke dalam hutan untuk menemukannya, dan, ketika akhirnya berhasil menemukan tanaman itu dan kembali ke desa, dia menemukan mayat-mayat penduduk yang terbunuh, rumah-rumah terbakar, dan gerombolan assassin yang hendak meninggalkan tempat itu.

Choi Han mengamuk setelah melihat ini dan membunuh seseorang untuk pertama kalinya. Tentu saja, orang-orang yang dia bunuh adalah anggota dari organisasi rahasia, dan organisasi rahasia ini sering sekali bentrok dengan Choi Han di sepanjang novel.

 Choi Han baru kembali normal setelah membunuh semua assassin dari organisasi rahasia itu, sebelum akhirnya jatuh ke dalam keputusasaan karena tidak bisa mengumpulkan informasi dari orang yang sudah mati. Dia lalu mengubur mayat para penduduk desa sebelum berjanji pada dirinya sendiri.

‘Aku akan membunuh mereka semua. Aku akan membunuh semua orang yang menyebabkan hal ini.’

Choi Han menyadari apa itu kesedihan akan kematian pada saat ini, tapi pembunuhan pertamanya mulai membuatnya kehilangan akal sehat. Tentu saja, dia mulai merasakan emosi lagi dan mulai menjadi lebih manusiawi setelah bertemu dengan anggota rombongannya nanti di novel, dan tumbuh menjadi pahlawan sejati.

“…Ron.”

“Ya, tuan muda.”

“Tolong bawakan segelas air dingin.”

 “…Saya mengerti.”

Setelah Ron pergi dan dia sendirian di kamarnya, Cale menutupi wajahnya dengan kedua tangan.

Masalahnya adalah kota yang didatangi Choi Han yang sudah kehilangan akal sehatnya setelah meninggalkan Desa Harris adalah kota bernama Western, terletak di pusat wilayah Henituse.

Cale, yang kebetulan bertemu Choi Han, mengganggunya dan akhirnya dia digebuki sampai babak belur. Itulah saat di mana Choi Han bertemu anggota rombongan pertamanya, koki Beacrox yang dapat diandalkan.

‘…Aku berencana pergi ke sana terlebih dahulu dan membantunya.’

Skenario terbaik agar tidak dihajar tidak lagi tersedia. Aku tentunya lebih peduli tentang kemungkinan menyelamatkan penduduk desa, tapi tidak ada hal lain yang bisa aku lakukan pada saat ini.

Sekarang, satu-satunya yang tersisa adalah memastikan aku melakukan hal yang bisa mencegah diriku dipukuli oleh Choi Han yang marah, yang sedang bergerak dengan kecepatan luar biasa dan akan tiba di Kota Western esok hari.

‘Menghindari tokoh utamanya bukanlah ide bagus.’

Dia perlu bertemu dengan Choi Han dan mempertemukannya dengan Ron dan Beacrox. Itu adalah satu-satunya cara agar mereka bertiga meninggalkan tempat ini bersama-sama dan memulai perjalanan resmi mereka. Maka hanya ada satu pilihan yang tersisa.

‘Buat mereka bertemu satu sama lain lalu menyingkir dari jalan mereka.’

Dengan kesan pertama yang paling berkesan, jika memungkinkan.

“Tuan muda.”

“Ah, makasih, Ron.”

Cale meneguk air dari cangkir yang Ron bawa. Dia lalu mengerutkan dahi.

“Ini bukan air dingin?”

“Ini minuman dari perasan lemon.”

Dia benar-benar pria berakal busuk. Dia tahu bahwa, sama seperti Kim Rok Soo, Cale yang asli membenci makanan asam. Tapi dia malah memilih membawa perasan lemon, yang butuh upaya lebih untuk menyiapkannya dibanding air dingin. Cale merasa ingin marah saat mencicipi rasa asam itu, tapi dia tidak bisa melakukannya karena dia takut dengan orang tua pembunuh itu. Dia hanya bisa meminum perasan lemon itu.

“Makasih, ini enak.”

“Tidak masalah. Tuan muda. Kita harusnya bisa segera pergi ke ruang belajar.”

“Bagus sekali.”

Senyum lemah lembut Ron membuat Cale merinding. Dia sekali lagi menggenggam cek berisi 10 juta gallon.

Uang memang satu-satunya hal yang bisa kamu percaya.

 

***

Proofreader: Tsura


<<<

Chapter Sebelumnya   

>>>

Chapter Selanjutnya 

===

No comments:

Post a Comment