Showing posts with label Remarried Empress (The Second Marriage). Show all posts
Showing posts with label Remarried Empress (The Second Marriage). Show all posts

Thursday, March 24, 2022

Remarried Empress (#321) / The Second Marriage




Chapter 321: Penyangkalan (2)

Penerjemah: Shira Ulwiya

 

Begitu aku bangun keesokan harinya, pikiran pertama yang muncul di benakku adalah, 'Aku lapar.'

Aku ingin makan roti panggang Heinley. Roti tipis dan renyah itu. Baru ketika keinginan untuk makan roti sedikit mereda, aku ingat apa yang terjadi kemarin.

Sementara aku dikejutkan oleh kenyataan yang tidak terduga, Heinley dengan lembut memanggilku "Ratuku".

Ketika aku duduk dengan tergesa-gesa, aku melihat Heinley masuk dari kamarnya dengan troli makanan.

"Apakah kamu bangun lebih awal?"

“Ratuku, aku tahu kamu belum bisa makan dengan baik akhir-akhir ini. Aku membuat sarapan dengan memikirkan makanan yang kamu sukai.”

“Bau ini…”

"Ah, apakah kamu tidak suka aroma sarapan?"

Aku menggelengkan kepalaku dan berjalan cepat ke depan troli makanan. Melepaskan kain kuning muda yang menutupi piring, aku bisa melihat telur dadar, sup sayuran, dan roti panggang yang ingin aku makan.

Aku tidak bisa menghentikan tanganku untuk langsung menyambar roti, aku merobek sepotong roti, mencelupkannya ke dalam sup dan mengunyahnya. Indera pengecapku, yang tidak dapat merasakan rasa selama hampir sepuluh hari, akhirnya mulai bekerja.

"Sangat lezat."

“Aku sedih melihat Ratuku makan dengan terburu-buru.”

"Bukankah wajar makan seperti ini jika enak?"

"Aku merasa kamu ingin makan, tapi tidak bisa."

“Kebetulan, aku sangat ingin makan ini.”

Memasukkan sepotong roti kembali ke mulutku, aku menunjuk ke apa yang tersisa. Baru setelah aku selesai makan aku mulai mengkhawatirkan citraku.

'Betapa bodohnya aku! Aku memakan semuanya tanpa menunggu Heinley.’

Untungnya, aku tidak makan roti Heinley juga …. Begitu aku memikirkannya, Heinley bahkan menawariku roti panggangnya sendiri.

"Apa yang terjadi dengan Whitemond?"

Setelah aku merasa puas, aku bisa bertanya seolah-olah tidak ada yang terjadi.

Meskipun di dalam hati aku sangat malu, aku tidak menunjukkannya sama sekali.

Sebenarnya, aku ingin bertanya padanya tentang percakapannya dengan McKenna kemarin. Namun, aku takut dia akan menjawab, 'Aku telah bersiap untuk menyerang negaramu.' Aku belum siap untuk mendengarnya.

Jadi aku akan mengesampingkan pertanyaan itu untuk saat ini. Aku juga sangat penasaran dengan hasilnya dengan Whitemond. Ketika aku tiba, raja sudah pergi.

“Apa yang raja katakan? Karena dia datang sejauh ini, sepertinya dia juga tidak ingin berperang…”

"Raja berkata Whitemond dapat mengizinkan kita menggunakan pelabuhan itu lagi."

“Itu bagus, bukan?”

"Yah, itu agak ambigu."

"Mengapa?"

“Sebelum kita bisa menggunakan pelabuhan, dia menuntut kita menandatangani perjanjian kalau pelabuhan tidak akan pernah digunakan sebagai alasan untuk menyerang mereka. Juga, dia ingin perjanjian tersebut dijamin oleh Aliansi Wol.”

“Jika kita menuruti tuntutan mereka, apakah kita bisa menggunakan pelabuhan seperti dulu? Apakah tidak ada bedanya?”

"Tepat sekali."

"Dalam perjanjian itu akan ada klausul* yang memungkinkan kita untuk melawan jika ada bahaya?" (*klausul : ketentuan tersendiri dari suatu perjanjian … [sumber : KBBI])

"Ya."                    

Itu cukup menyeluruh. Apakah itu bahkan akan memasukkan klausul kalau perjanjian itu tidak akan berpengaruh selama pelabuhan itu tidak digunakan?

Bukan untuk memulai perang, tapi untuk bisa merespon provokasi dari pihak lain.

Tetapi dengan klausul ini, bukankah Whitemond akan setuju untuk diserang selama pelabuhan tersebut tidak digunakan?

"Apa yang akan kamu lakukan?"

“Alih-alih cara yang rumit, kita harus mengambil cara yang mudah…”

Heinley, yang bergumam pada dirinya sendiri, mengalihkan pandangannya dan diam-diam mengubah kata-katanya,

“Aku perlu memikirkannya lagi.”

***

Sementara Navier dan Heinley menyembunyikan pikiran mereka yang sebenarnya.

Ayah Christa, Duke Zemensia, sedang belajar di rumahnya. Di belakangnya, seorang bawahan melihat sekeliling dengan gelisah.

Bawahan itu terkejut karena Duke Zemensia tua tidak melakukan apa-apa meskipun ada desas-desus kuat yang beredar tentang kemungkinan tidak suburnya Permaisuri Navier.

Bukan karena dia telah memutuskan untuk berpihak pada Permaisuri, melainkan karena dia tidak tahu niat Permaisuri karena Permaisuri tidak menunjukkan reaksi apa pun.

“Akan sulit bagi Marquis Ketron untuk bergerak sekarang. Marquis memutuskan untuk sepenuhnya mengubah posisi keluarga setelah skandal Marquis.” Dia menganggap masa depan anak-anaknya lebih penting daripada kesetiaan antara Marquis dan Mantan Ratu, jadi dia sepertinya menekan Marquis agar tetap diam.

Bawahan itu melanjutkan dengan gugup.

“Bukankah kita harus menentukan posisi kita sesegera mungkin? Antara membalas dendam atau mengubah sisi.”

Akhirnya, Duke Zemensia tua berbicara dengan suara keras sambil diam-diam menatap sampul buku.

“Kemungkinan besar rumor ketidaksuburan itu adalah jebakan.”

"Apakah maksud Anda Permaisuri tidak infertil?"

“Bukan hanya tidak subur, tapi mungkin saja dia sedang hamil. Kalau tidak, dia tidak akan begitu percaya diri dalam memasang jebakan ini.”

Mata bawahan itu melebar.

“Bukankah Marquis Ketron yang memulai rumor itu? Selain itu, setiap kali membicarakan penerus, Permaisuri mengubah topik pembicaraan dengan ekspresi serius.”

"Apakah menurutmu Permaisuri Navier, yang pernah memerintah Kekaisaran Timur, bahkan tidak bisa mengatur ekspresinya?"

“Ah…”

“Si kaisar yang licik bagai rubah itu juga membiarkan rumor itu berlalu. Mereka pasti merencanakan sesuatu.”

"Saya mengerti. Lalu apa yang harus kita lakukan?”

Bawahan itu bertanya dengan wajah khawatir.

"Saat ini yang terbaik adalah berhati-hati, jadi kita akan tutup mulut."

Duke Zemensia berbicara dengan berat, perlahan berbalik dan melihat bingkai foto di atas meja di ruang kerjanya. Di bingkai foto, Christa kecil sedang duduk di pangkuannya sambil tersenyum lebar.

Sang Duke, dengan air mata di matanya, membuka mulutnya tanpa daya,

“Yang aku inginkan sekarang adalah melihat putriku. Apakah Christa masih tidak membalas?”

"Tidak. Sepertinya dia sangat kesal karena Duke tidak ikut campur untuk membelanya.”

Sang Duke, yang berdiri tertegun sejenak seperti pohon mati, mengangkat bingkai foto yang tergeletak di atas meja.

"Kalau begitu aku harus pergi langsung."

***

Viscount Roteschu telah menetapkan perbatasan Palme yang gersang sebagai titik awal dalam pencarian Rivetti dan juga untuk 'saudara perempuan Rashta'.

Palme adalah tempat di mana kelompok bandit terkenal beroperasi, Seribu Abadi. Meskipun mereka saat ini tidak seaktif di sekitar tempat ini, dulunya mereka aktif ketika Viscount dan Viscountess Isqua kehilangan putri mereka.

Viscount dan Viscountess Isqua tidak kehilangan putri mereka di Kekaisaran Timur, tetapi mereka telah mengatakan kalau mereka terperangkap dalam serangan oleh seribu bandit abadi, jadi ada kemungkinan putri mereka yang lain telah sampai sejauh ini.

Viscount Roteschu terlalu sibuk dengan kedua pencarian tersebut. Tidak berlebihan apa yang dia katakan pada Rashta, dia bahkan tidak tahu bagaimana kabar Alan belakangan ini.

Terkadang dia mengkhawatirkan apa yang mungkin dilakukan Alan karena kepribadiannya yang bodoh, tetapi dia mencoba meyakinkan dirinya sendiri kalau tidak ada hal buruk yang bisa terjadi.

Alan selalu tinggal di rumah untuk merawat putranya.

Setelah beberapa hari mencari, Viscount Roteschu akhirnya menemukan petunjuk tentang putri asli Keluarga Isqua. Dia mengetahui kalau gadis itu mungkin telah dikirim ke Panti Asuhan Derose setelah melalui dua orang tua asuh.

Itu bukan petunjuk yang dia inginkan setelah menghabiskan berhari-hari mencari informasi tentang Rivetti.

Tapi dia tetap pergi ke panti asuhan itu. Dia berharap menemukan petunjuk tentang putrinya sendiri saat mencari putri Keluarga Isqua.

“Mari kita lihat… Berapa rentang usianya? Apakah Anda tahu ciri-ciri fisiknya? Jika Anda tidak tahu apa-apa tentang kepribadiannya, itu tidak masalah, kepribadian anak-anak terus berubah. Selain itu, jika dia terjebak dalam sekelompok bandit, kemungkinan besar kepribadiannya telah berubah secara drastis… Hmm. Anda bahkan tidak tahu ciri-ciri fisiknya.”

Saat direktur panti asuhan mencari-cari catatan waktu ketika Keluarga Isqua kehilangan putri mereka, Viscount Roteschu menatap dengan bingung pada potret Permaisuri Navier yang tergantung di dinding kantor direktur.

Malahan, panti asuhan ini disokong oleh Empress Navier. Itu juga panti asuhan yang disokong Rashta dengan uang Navier.

“Oh, betapa beruntungnya.”

Pada saat itu, direktur menghela napas dan tersenyum. Kemudian dia menyerahkan dokumen yang sedang dia periksa ke arah Viscount Roteschu.

“Hanya dua gadis yang memasuki panti asuhan kami saat itu.”

"Hanya dua orang?"

“Kami tidak ingin menerima orang lain karena sudah penuh, tetapi kami tidak punya pilihan selain menerima dua orang lagi karena keadaan yang tidak menguntungkan yang dialami gadis-gadis itu.”

Viscount Roteschu buru-buru melihat dokumen yang ditunjukkan direktur kepadanya.

Ada dua potret kecil berdampingan. Di bawah salah satu potret tertulis 'ditarik kembali'.

"Gadis ini…"

“Seperti yang saya katakan, dua orang diterima. Satu orang pergi lima tahun lalu karena untungnya orang tua kandungnya datang untuk menjemputnya. Jadi ini satu-satunya gadis yang ada.”

Direktur mengarahkan jarinya ke gadis tanpa catatan di bawahnya dan tersenyum lebar.

“Dia adalah kebanggaan panti asuhan kami. Namanya Evely.”

***

[Baca Remarried Empress Bahasa Indonesia di https://shiraulwiya.blogspot.com/]

Diterjemahkan dari https://novelutopia.com/ 


<<<

Chapter 320          

>>>             

Chapter 322

===

Daftar Chapters 


Remarried Empress (#320) / The Second Marriage




Chapter 320: Penyangkalan (1)

Penerjemah: Shira Ulwiya

 

Heinley memanggil McKenna ke kantornya di tengah malam. Begitu dia masuk, Heinley memberitahunya,

"Kurasa kita punya masalah."

McKenna bertanya dengan getir.

"Ada masalah di jam selarut ini?"

"Ini terkait dengan fenomena penurunan penyihir."

McKenna memiringkan kepalanya.

"Bagaimana bisa ada masalah?"

Logika untuk mencuri mana dari seorang penyihir itu sederhana. Namun, tidak mudah untuk memenuhi semua syarat tersebut, sehingga orang tidak menyadari logika sederhana itu. Hanya karena kecelakaan mengerikan di masa kecilnya, Heinley bahkan menyadari kondisi ini.

"Itu karena kalung mana."

"Ah."

McKenna menghela napas pelan.

"Masih belum pasti kalau kalung itu yang jadi masalahnya."

"Saya mengerti."

McKenna mengangguk dan bertanya,

"Jadi, haruskah saya pergi ke sana untuk memeriksa situasinya?"

Dia ingin pergi memeriksa situasi sehingga dia bisa istirahat. Pekerjaan menjadi berat akhir-akhir ini. McKenna mengajukan diri lagi, senang dengan ide bagus yang dia buat.

 “Tidak ada yang lebih baik dari saya untuk melakukan ini. Saya akan memeriksa untuk melihat apakah kalung itu benar-benar menjadi masalahnya, Yang Mulia.”

"Kau punya pekerjaan yang harus dilakukan, McKenna."

“…”

"Cuma bercanda. Anda akan menarik terlalu banyak perhatian. Anda sudah terkena panah.”

Ekspresi Heinley berubah antara kekhawatiran dan keseriusan, lalu dia berpikir sejenak sebelum melanjutkan.

"Aku ingin mengirim seseorang yang tidak mencolok dan berhati-hati."

“Apa pendapat Anda tentang burung gagak? Dia kecil dan cepat.”

“Baiklah, kirim burung gagak untuk memeriksa situasinya. Jika dia berpikir kalau kita akan ketahuan karena kalung itu, dia harus melakukan apa saja untuk mendapatkannya kembali.”

"Saya mengerti."

"Jika dia tidak bisa membawanya kembali, maka dia harus menghancurkannya."

“Akan saya pastikan begitu.”

Setelah Heinley selesai dengan masalah ini, dia menepuk pundak McKenna dan menuju pintu untuk pergi.

Pada saat yang sama, McKenna menghela napas dalam hati.

Dia sudah selesai dengan pekerjaannya hari ini. Dia sekarang akan kembali ke kamarnya untuk beristirahat dan mencoba menyelesaikan beberapa masalah dengan Heinley dalam mimpinya.

Namun, Heinley tetap berdiri di depan pintu alih-alih membukanya. Meskipun dia hanya perlu memutar kenop pintu, dia menatapnya dengan kedua tangannya di bawah.

Saat McKenna mendekat, dia bertanya,

"Ada apa, Yang Mulia?"

Saat itulah Heinley berseru, "Ahh". Tidak ada tanggapan lain.

Begitu McKenna melihat gagang pintu yang dilihat Heinley, dia langsung berteriak, "Hah?!"

Gagang pintunya berwarna putih.

"Apa yang terjadi?"

Kenop pintu telah berubah menjadi sangat putih sehingga bahkan mata telanjang dapat mengetahui kalau itu membeku, dan es di atasnya tampak setinggi 0,7 cm. Seseorang baru saja membekukan kenop pintu.

McKenna dengan cepat bergumam kaget,

“Penyihir Es…!”

Hanya penyihir yang bisa melakukan ini, tetapi sejauh yang diketahui McKenna, saat ini tidak ada penyihir es di istana kekaisaran. Faktanya, ada sangat sedikit penyihir di Kekaisaran Barat.

“Yang Mulia, sepertinya seseorang memata-matai kita! Apakah itu Kekaisaran Timur? Apakah Kekaisaran Timur menyusupkan mata-mata ke istana kekaisaran?”

McKenna bertanya dengan panik. Namun, ekspresi Heinley tenang. Heinley meletakkan tangannya di kenop pintu tanpa sepatah kata pun. Ketika tangannya menyentuhnya, es itu terlepas dari kenop pintu yang beku dengan mudah.

***

Burung gagak. Kalung. Ketahuan.

Apakah ini ketiga kata kuncinya…?

Alih-alih melarikan diri ketika percakapan tiba-tiba berakhir, aku seharusnya masuk dan bertanya langsung, 'Apa yang kalian bicarakan?'

Setelah aku berkeliaran sebentar, aku kembali ke tempat tidur dan berbaring miring.

Tapi kata-kata Heinley terus muncul di kepalaku. Apakah dia benar-benar terlibat dalam fenomena penurunan penyihir? Apa hubungan antara burung gagak dan kalung? Bagaimana jika Heinley ada hubungannya dengan fenomena seperti itu… Apa yang harus aku lakukan?

Aku ingat bagaimana Evely terisak karena kehilangan mana-nya.

Pada saat itu, aku mendengar suara pintu dibuka. Suara itu menembus setiap inci tubuhku. Aku buru-buru memejamkan mata dan membungkus diri dengan seprai. Saat suara lembut langkah kaki mendekat, detak jantungku semakin cepat.

Lalu aku merasakan kehadiran seseorang di dekat wajahku.

"Apakah kamu tidur?"

Suara yang berbisik di telingaku rendah dan penuh kasih sayang. Suara itu jelas milik Heinley-ku.

"Mimpi indah."

Suaranya lebih hangat dari seprai. Setelah dia mencium pipiku dengan bibirnya, dia dengan hati-hati berbaring di tempat tidur dan menarikku ke dalam pelukannya.

Aku bisa merasakan dada berotot Heinley menyentuh punggungku dan napasnya di belakang leherku.

Memelukku, Heinley tertidur.

Detak jantungku perlahan menjadi tenang. Aku melepaskan tanganku dari seprai dan meletakkannya di lengannya yang melilitku.

Bahkan jika Heinley mencuri mana penyihir, aku tidak bisa menyalahkannya. Dia tampaknya memiliki jiwa kompetitif melawan Kekaisaran Timur. Malahan, itu adalah negara saingan.

Heinley adalah Kaisar Kekaisaran Barat, jadi wajar saja jika dia ingin negaranya berada di puncak.

Para siswa Akademi Sihir datang dari seluruh dunia, tetapi proporsi dari Kekaisaran Timur adalah yang tertinggi. Faktanya, sebagian besar lulusan akademi diserap oleh Kekaisaran Timur …

Aku datang dari Kekaisaran Timur. Orang tuaku, saudaraku, keluargaku, nenek moyangku dan teman-temanku semua ada di sana.

Aku mencintai negaraku sama seperti Heinley mencintai negaranya. Aku akan mencintai Kekaisaran Barat seperti aku mencintai Heinley, aku akan mencintai orang-orang dari Kekaisaran Barat seperti aku mencintai orang-orang dari Kekaisaran Timur, dan jika kedua kekaisaran bertarung demi kepentingan yang sama, aku bertekad untuk memberikan yang terbaik untuk Kekaisaran Barat.

Namun, aku tidak bisa menginjak-injak Kekaisaran Timur untuk mencintai Kekaisaran Barat.

Heinley seharusnya tahu bagaimana perasaanku jika dia terlibat dalam fenomena penurunan penyihir.

Meskipun secara rasional aku bisa mengerti, secara emosional aku tidak bisa tidak membencinya.

Jadi… aku harap tidak.

***

[Baca Remarried Empress Bahasa Indonesia di https://shiraulwiya.blogspot.com/]

Diterjemahkan dari https://novelutopia.com/ 


<<<

Chapter 319          

>>>             

Chapter 321

===

Daftar Chapters 


Sunday, March 20, 2022

Remarried Empress (#319) / The Second Marriage




Chapter 319: Percaya (2)

Penerjemah: Shira Ulwiya

 

Pada akhirnya aku datang sendirian ke restoran yang Heinley dan aku telah rencanakan untuk datang bersama. Aku duduk di meja yang sama seperti sebelumnya, memesan hidangan yang sama dari menu dan, ketika aku menunggu makanan tiba, merenungkan kata-kata Sovieshu dan dekan.

Ekspresi Sovieshu menjadi suram ketika dia menyebutkan fenomena penurunan penyihir. Dekan menekankan bahwa dia adalah seorang penyihir dan warga Kekaisaran Timur, selanjutnya dia berbicara tentang 'kecurigaan'.

'Kecurigaan' apa sebenarnya? Apakah mereka berdua berpikir bahwa Kekaisaran Barat menyebabkan fenomena penurunan penyihir?

Mungkin memang demikian.

Kalau tidak, sikap dingin dekan dan keseriusan Sovieshu yang tiba-tiba, yang telah memintaku untuk kembali, tidak masuk akal.

Namun, kecurigaan itu benar-benar tidak masuk akal. Bagaimana mungkin Kekaisaran Barat melakukan hal seperti itu? Memangnya Heinley orang seperti apa?

… Orang seperti apa.

Aku tiba-tiba teringat bahwa aku, yang tidak memiliki sedikit pun mana, menjadi seorang penyihir. Aku juga ingat efek samping dari tempat tidur mana yang Heinley ceritakan kepadaku.

Aku merasakan sesak yang tak bisa dijelaskan di dadaku. Aku memaksakan diri untuk minum air dingin untuk menghilangkan keraguan.

Meskipun Heinley cukup licik, dia tidak mungkin sekejam itu.

Bagaimana dia bisa mencuri mana penyihir? Bayangan penderitaan Evely begitu jelas di benakku sehingga aku tidak percaya bahwa Heinley adalah penyebabnya. Itu omong kosong.

Untungnya, pelayan membawa makanan yang aku pesan sebelum aku memikirkannya lagi.

Tapi saat itu aku sudah kehilangan semua nafsu makanku. Nafsu makan yang sudah lama tidak aku rasakan. Meskipun perutku keroncongan karena lapar, aku mengerutkan kening hanya karena hendak memasukkan makanan ke dalam mulutku.

Ketika aku berusaha untuk makan di luar keinginanku, seorang pegawai membawakanku koran hari ini.

“Um… Nona. Silahkan.”

Duduk sendirian dengan cemberut sepertinya tidak pantas.

"Terima kasih."

Kataku dengan senyum yang dipaksakan dan membuka koran dengan satu tangan. Pikiranku kacau, jadi aku ingin memikirkan hal lain.

Begitu aku membuka koran, perhatianku langsung tertuju pada nama Rashta yang ada di sebuah artikel.

Apa ini?

Aku menaruh sendok untuk memegang koran dengan benar.

Apakah seorang pria muncul yang mengaku sebagai ayah kandung Rashta?

Ini adalah berita yang belum mencapai Kekaisaran Barat.

Aku telah memberi tahu Countess Jubel kalau ada sesuatu yang perlu aku pikirkan, jadi dia duduk di meja terpisah di belakangku. Baru saja, dia bersandar untuk melihat apakah aku juga menerima koran dari pegawai dan berbisik,

"Yang Mulia, apakah Anda melihat ini di koran?"

"Aku baru saja melihatnya."

"Astaga. Apa-apaan ini? Aku akan menyimpan korannya. Apakah ada lagi yang lebih lezat?”

Aku membaca koran dengan saksama. Pria yang mengaku sebagai ayah kandung Rashta telah muncul beberapa hari yang lalu. Tentu saja, Rashta membantahnya.

Aku bisa membayangkannya. Setelah dia menjadi orang tua bangsawan untuk menghilangkan desas-desus bahwa dia telah menjadi budak, dia tidak akan pernah menerima orang biasa sebagai ayah kandungnya. Bahkan jika itu memang benar.

Namun, pada akhirnya dia tampaknya telah berubah pikiran. Dia mengatakan bahwa pria yang mengaku sebagai ayah kandungnya telah membesarkannya sebagai seorang anak untuk sementara waktu, meskipun dia sebenarnya bukan ayahnya.

Pria itu juga tiba-tiba mengubah pendiriannya setelah Rashta membuat pernyataan seperti itu, dia setuju dengan kata-katanya.

Wartawan bernama Joanson, yang menulis artikel tersebut, mempertanyakan hal ini secara tersirat, 'bagaimana seseorang dapat mengubah sisi ceritanya secara drastis?', dan secara halus menimbulkan kecurigaan bahwa pria tersebut telah diancam atau menerima uang.

“Luar biasa, luar biasa. Yang Mulia. Apakah Anda membaca bagian ini?”

Aku mengangguk sambil melanjutkan membaca artikel itu. Countess Jubel memanggilku lagi dengan gaduh.

“Wanita itu pasti membuat wartawan ini marah. Dia menimbulkan kecurigaan dari beberapa sudut.”

"Ya."

Wartawan itu rupanya menargetkan si ayah kandung dalam artikel tersebut. Apakah dia penipu?

Tetapi fakta bahwa dia berani mengangkat masalah uang dan ancaman menunjukkan bahwa itu sebenarnya artikel yang dia tulis untuk menyakiti Rashta.

Bagaimanapun, tampaknya Rashta menyatakan bahwa dia akan mendukung pria yang baru muncul dan orang tua bangsawannya yang sebenarnya.

Tapi jurnalis ini menyerang Rashta di bagian terakhir artikel sambil berpura-pura mengkhawatirkannya.

[Permaisuri benar-benar memiliki hati yang baik. Sangat baik dia ingin mendukung keduanya, tetapi seorang permaisuri juga harus memiliki tekad. Orang biasa sering menjadi korban penipuan karena terlalu baik, jika Permaisuri bertindak dengan cara yang sama, itu dapat merugikan seluruh negeri. Bukankah lebih baik bagi Yang Mulia untuk mengikuti tes di kuil untuk mengetahui siapa orang tua kandungnya, dan dengan demikian hanya mendukung mereka?]

"Astaga! Bagaimana bisa rasanya begitu lezat?!”

Aku bisa mendengar suara ceria Countess Jubel di belakangku. Aku minum air dan melipat koran.

Sebelumnya, aku sangat fokus pada apa yang terjadi dengan Sovieshu dan dekan sehingga aku tidak memperhatikan bisikan tentang Rashta. Semua orang di restoran membicarakannya.

Dari, "Ada juga kasus surat perjanjian utang, Permaisuri Rashta seorang pembohong," Sampai, “Wartawan ini selalu berbicara buruk tentang Permaisuri Rashta. Kata-katanya tidak bisa dipercaya.”

'Bukankah dia seharusnya bahagia di samping Sovieshu dan putrinya? Apa yang terjadi, Rashta?'

***

Beberapa hari kemudian aku kembali ke Kekaisaran Barat.

Setibanya di sana, aku harus menenangkan Heinley, yang mendatangiku seperti anak anjing yang gelisah. Lalu aku memberitahunya apa yang terjadi dengan Sovieshu dan dekan.

“Aku tahu kamu tidak akan pernah melakukan itu. Sepertinya ada kesalahpahaman.”

"Jadi kamu tidak mendapatkan bantuan terkait manamu?"

"Tidak. Sebenarnya, aku ingin mengunjungi dekan lagi, tapi… aku tidak melakukannya karena dia kesal.”

Aku mencengkeram tangan Heinley dengan erat, mencium punggung tangannya, dan berkata,

"Kamu tidak akan menyakiti orang lain dengan tangan yang begitu indah."

"!"

“Heinley. Aku tidak berpikir kamu akan membuat orang lain menderita seperti Evely menderita.

“Ratuku…”

“Aku akan bertanya pada Grand Duke Kapmen tentang mana. Grand Duke mengambil kelas di akademi dari awal sampai akhir, jadi dia bisa membantuku.”

Aku tidak repot-repot berbicara tentang Rashta. Tidak perlu.

Heinley memelukku erat-erat tanpa sepatah kata pun.

Malam itu, berbaring di dada Heinley dengan mata tertutup, semua kekhawatiran perjalananku ke Wirwol mencair.

Sebelum aku menyadarinya, dia telah menjadi orang yang spesial bagiku. Pangeran dari negara tetangga ini, yang seperti anak anjing besar dan elang yang licik, sekarang adalah suamiku. Berada di sisinya saja membuatku merasa nyaman.

Tenggelam dalam aroma tubuhnya, keletihan beberapa hari terakhir menyapuku dan aku tertidur sementara aku mengelus-elus otot-otot Heinley.

Ketika aku membuka mata lagi, aku bingung karena Heinley tidak ada di sampingku.

Aku pikir mungkin ada sesuatu yang harus dia lakukan, jadi aku hendak kembali tidur. Namun, tiba-tiba aku merasa sangat lapar. Aku ingin makan roti yang biasa dibuat Heinley.

Aku belum makan dengan baik selama berhari-hari, jadi aku bangun dan pergi mencari Heinley.

Dia tidak ada di kamarnya…

Jadi aku pergi ke kantornya. Pintu kantor tertutup.

Saat itu tanpa sadar aku menyentuh kenop pintu, berpikir untuk kembali ke kamar tidur. Lapisan es tipis keluar dari tanganku, kenopnya membeku, dan setelah klik sedikit, pintu terbuka hampir tanpa suara.

Astaga! Besok aku harus bertemu dengan Kapmen!

Saat aku menatap bingung ke tanganku, aku mendengar suara lembut melalui pintu yang sedikit terbuka.

“Kirim gagak untuk memeriksa situasinya. Jika dia berpikir kalau kita akan ketahuan karena kalung itu, dia harus melakukan apa saja untuk mendapatkannya kembali.”

***

[Baca Remarried Empress Bahasa Indonesia di https://shiraulwiya.blogspot.com/]

Diterjemahkan dari https://novelutopia.com/ 


<<<

Chapter 318          

>>>             

Chapter 320

===

Daftar Chapters 


Remarried Empress (#318) / The Second Marriage




Chapter 318: Percaya (1)

Penerjemah: Shira Ulwiya

 

"Tidak."

Aku berbicara setegas mungkin.

“Kalau begitu, Navier—”

"Aku bilang tidak."

"Kamu bisa kembali kapan pun kamu mau."

Tetapi Sovieshu melanjutkan dengan mengatakan apa yang dia inginkan.

"Dengarkan aku. Aku bilang tidak. Aku bilang tidak."

Meskipun aku berbicara dengan sedikit kesal, Sovieshu tetap mengatakan hal yang sama.

“Jangan angkuh.”

“Sovieshu.”

Mengapa dia bersikap seperti ini? Meskipun di pernikahanku dia telah mengaku kepadaku bahwa dia mencintaiku... Aku pikir dia telah menerima bahwa aku bahagia di samping Heinley.

Kata-kata terakhir itu seperti tersangkut di tenggorokanku. Itu terasa mencekik dan menyengat, jadi aku menjilat bibirku beberapa kali.

"Aku akan pergi sekarang." Tetapi pada akhirnya aku menelan semuanya, mundur selangkah, dan mengucapkan selamat tinggal, "Sepertinya tidak ada lagi yang bisa dikatakan."

Namun, Sovieshu belum selesai,

"Aku sudah dengar."

Sekarang apa lagi?

"Apa yang sedang kamu bicarakan?"

“Suamimu telah membuatmu menderita.”

“Siapa yang memberitahumu itu?”

"Banyak orang."

“Aku tidak tahu siapa yang memberitahumu, tetapi kamu harus memecatnya. Entah dia menangani informasi yang sangat buruk atau memiliki penilaian yang buruk.”

“Navier. Kesampingkan harga dirimu.”

Ahh… astaga! Sovieshu.

Saat aku menahan keinginan untuk menarik rambutnya dengan tangan kosong, aku berkata, untuk menarik batas,

“Yang Mulia Sovieshu. Sekarang saya lebih bahagia dari sebelumnya. Saya tidak tahu apa yang Anda dengar, tetapi itu bukan urusan Yang Mulia. Anda adalah mantan suami saya. Sejak kita bercerai, apa yang terjadi dalam hidup saya bukanlah urusan Anda.”

“Apakah kamu lebih bahagia dari sebelumnya? Lebih bahagia daripada ketika kita memiliki hubungan yang baik?”

Nada bicara Sovieshu dan milikku secara alami berubah antara teman yang tumbuh bersama, pasangan suami-istri yang bercerai, dan penguasa negara yang kuat.

Aku menatapnya dalam diam.

Apakah aku lebih bahagia di masa kecilku? Tentu saja, saat-saat paling bahagia adalah di masa kecilku, sebelum aku terluka. Aku tidak pernah mengalami hal buruk. Harapan untuk masa depan bersinar cerah. Aku hanya dikelilingi oleh orang-orang yang menyayangiku. Saat ketika tidak ada perjuangan politik, ketika aku tidak mengalami pengkhianatan, ketika saudara lelakiku tinggal bersama orang tuaku, orang tua Sovieshu memujaku, Rashta tidak ada, dan Sovieshu adalah sahabatku.

Orang tuaku lebih sehat dan lebih muda. Ketika aku pulang ke rumah setelah seharian bekerja keras di kelas, aku akan bermanja-manja pada orang tuaku untuk melupakan rasa lelah.

Ya. Itu adalah waktu yang sangat bahagia. Tapi bukankah pria di depanku sendiri yang menghancurkan hari-hari itu?

“Masa kecilku juga bahagia.”

Ekspresi Sovieshu berseri-seri,

“Tapi aku hanya bahagia karena masa kecilku, bukan karena Yang Mulia ada di sisiku. Apakah kamu mengerti? Jika aku bisa memotong dengan gunting saat-saat ketika aku berdiri di samping Yang Mulia pada masa itu, aku akan memotong semuanya sejak lama.”

Namun, ekspresinya menjadi muram lagi begitu dia mendengar kata-kata ini.

Aku menatapnya dengan dingin seolah berkata, 'Sudah cukup? Bisakah aku pergi sekarang?’

“Aku tahu apa yang terjadi antara Kaisar Heinley dan mantan Ratu Christa.”

Mendengar apa yang baru saja dia katakan, aku akhirnya bisa mengerti mengapa Sovieshu begitu ngotot hari ini sehingga aku kembali.

Sovieshu takut Heinley akan meninggalkanku seperti yang telah dia lakukan.

"Itu hanya rumor."

"Apa kamu yakin?"

"Ya. Bahkan jika itu benar, itu bukan urusan Yang Mulia.”

Aku tidak ingin bertukar kata lagi dengan Sovieshu, itu melelahkan secara mental. Aku berbalik, menggelengkan kepalaku dengan ekspresi yang benar-benar jijik.

"Aku akan pergi."

“Aku akan menemanimu.”

“Tidak perlu.”

"Permaisuri."

Aku tidak tahu kata-kata apa yang akan keluar dari mulutku jika dia terus bersikeras. Aku mengesampingkan kesopanan sejenak dan melanjutkan dalam diam.

"Ngomong-ngomong, Permaisuri."

Namun, Sovieshu memanggilku kembali dan mendekatiku dari belakang.

Mengapa dia tidak mencoba berbicara seperti itu sebelum perceraian? Aku ingin memukul kepalanya.

"Apa yang membawamu kemari?"

"Yang Mulia tidak perlu tahu."

“Jika orang biasa yang datang, kamu benar. Tapi karena Permaisuri Kekaisaran Barat yang datang, aku perlu tahu.”

Akhirnya aku harus berhenti lagi. Saat aku berbalik dengan cemberut, dia berdiri dengan ekspresi yang tidak biasa sehingga dia tidak terlihat seperti seseorang yang dengan cerdik memanfaatkan posisinya.

Meskipun aku mengerutkan kening, dia benar. Wirwol dikatakan berfungsi sebagai daerah otonom, tetapi kaisar menutup matanya agar para penyihir dapat beroperasi dengan bebas. Wirwol jelas merupakan wilayah Kekaisaran Timur.

"Aku datang untuk menemui dekan."

Dengan enggan, aku memberitahunya alasan kunjunganku tanpa terlalu rinci. Aku tidak peduli dia tahu ini.

"Kenapa dekan?"

"Apakah aku harus memberitahumu itu juga?"

"Apakah itu rahasia?"

"Ya."

Kali ini, ekspresi Sovieshu menjadi sangat suram. Perubahan ekspresinya begitu mendadak sehingga aku khawatir aku salah bicara.

Ada apa dengan dia? Saat aku menatapnya dengan heran, dia bertanya dengan hati-hati.

"Apakah kamu juga terlibat dalam masalah ini?"

"Masalah apa?"

Aku tidak tahu apa yang dia bicarakan, tetapi dari ekspresinya yang sangat serius, tampaknya itu masalah yang rumit.

"Fenomena penurunan penyihir."

"Maksud kamu apa?"

Jika itu 'kenaikan' bukannya 'penurunan', itu mungkin ada hubungannya denganku. Sudah jelas dia tidak menanyakan itu.

“Kamu tidak tahu?” Sovieshu bergumam pelan. Kemudian dia menambahkan bahkan tanpa menunggu jawaban,

"Jika kamu benar-benar tidak tahu, aku menyarankan agar kamu berhati-hati dengan Kaisar Heinley."

***

Akhirnya, aku bisa meninggalkan Sovieshu untuk pergi ke kantor dekan, tetapi dia membuat pikiranku bingung.

Kata-katanya masih menghantuiku.

Mengapa dia pertama bertanya padaku apakah aku memiliki hubungan dengan fenomena penurunan penyihir dan kemudian memberitahuku agar waspada terhadap Heinley?

Kegelisahanku semakin parah ketika aku bertemu dengan dekan.

Dekan, yang sudah lama tidak kulihat, memiliki ekspresi yang lebih buruk dari biasanya. Kesan cerianya telah menghilang, dan tiga garis kerutan yang dalam terbentuk di dahinya.

Sekarang, kata-kata aneh Sovieshu muncul di benakku, dan aku merasa khawatir.

Tetap saja, pura-pura tidak memperhatikan, aku menyapa dekan dengan ramah,

"Maaf atas kunjungan mendadak ini."

"Tidak apa-apa…"

Dekan membungkuk sedikit tidak nyaman. Jelas bahwa dia tidak peduli untuk mengatur ekspresinya.

Aku yakin bahwa ekspresi dekan itu tidak buruk hanya karena dia sedang dalam suasana hati yang buruk. Dia sepertinya kesal padaku.

Tetapi aku pura-pura tidak memperhatikan lagi, memberinya hadiah, dan mengemukakan alasan kunjunganku.

"Dekan. Aku benar-benar datang untuk meminta bantuanmu.”

"Bantuan?"

"Ini ada hubungannya dengan mana ..."

Pada saat itu, bahkan sebelum aku bisa menyelesaikan kata-kata aku, dekan memotongku dan berkata dengan datar,

“Maaf, Yang Mulia. Saya tidak bisa membantu Anda sekarang."

Seperti yang aku bayangkan, dia tidak senang denganku. Itu membuatku sedikit sedih. Kami tidak cukup dekat untuk menghabiskan waktu bersama, tetapi aku pikir kami memiliki hubungan yang saling menghormati. Sikap dingin dekan membuatku kecewa.

Aku tidak ingin menunjukkan kelemahan, jadi aku bertanya dengan santai.

"Apakah karena aku pergi ke Kekaisaran Barat?"

Tidak ada alasan lain bagi dekan untuk bersikap dingin terhadapku.

Namun, dekan membantahnya.

“Tidak sama sekali, Yang Mulia. Tolong jangan salah paham dengan saya. Saya menyambut pernikahan kedua Yang Mulia dengan tangan terbuka.”

Lantas?

“Kenapa tiba-tiba…?”

"Saya seorang penyihir dan warga Kekaisaran Timur."

Apa yang dia maksudkan? Dia tidak suka aku menjadi penyihir karena itu akan berkontribusi pada kekuatan Kekaisaran Barat? Tapi dia pernah sedikit membantu Heinley, kan? Selain itu, dekan bahkan tidak tahu bahwa aku bisa menjadi penyihir.

"Sampai kecurigaan saat ini terbukti salah, saya tidak punya pilihan selain menjauh dari Kekaisaran Barat."

“Kecurigaan?”

"… Maafkan saya."

Aku semakin tidak mengerti apa yang sedang terjadi.

“Itu tidak ada hubungannya dengan Yang Mulia. Meskipun itu mungkin, saya tidak berpikir Permaisuri adalah orang yang seperti itu.”

Dekan menambahkan sambil menatapku dengan perasaan campur aduk.

"… Saya harap tidak begitu."

***

[Baca Remarried Empress Bahasa Indonesia di https://shiraulwiya.blogspot.com/]

Diterjemahkan dari https://novelutopia.com/ 


<<<

Chapter 317         

>>>             

Chapter 319

===

Daftar Chapters 


Sunday, March 13, 2022

Remarried Empress (#317) / The Second Marriage




Chapter 317: Kenapa Dia Di Sini (2)

Penerjemah: Shira Ulwiya

 

Kesunyian memenuhi kereta yang berderak.

Meskipun aku masih tidak nafsu makan, aku tidak merasa pusing karena gerakan kereta dan anginnya segar. Dengan langit yang cerah ini, cuaca sangat cocok untuk perjalanan.

‘Aku benar-benar ingin kami pergi bersama.’

Saat aku bersandar di jendela kereta menyaksikan pemandangan hijau berubah menjadi bangunan megah, aku merasa sedikit sedih. Bayangan Heinley yang mengobrol di sampingku terus muncul di pikiranku.

'Sejak kapan dia menyergap pikiranku secara alami?'

"Sepertinya kita hampir sampai, Yang Mulia."

Aku tenggelam dalam pikiran ketika aku mendengar suara bersemangat Countess Jubel. Pada saat itu, aku ingat apa yang terjadi sebelum aku pergi dan tertawa.

Fakta bahwa aku bisa menjadi penyihir juga merupakan rahasia, tetapi aku hanya akan menyimpannya sebagai kartu andalanku.

Aku tidak perlu menyembunyikannya dari semua orang seperti yang aku lakukan dengan kehamilanku, jadi aku memberi tahu para dayang tentang tujuan perjalanan ini.

Para dayangku sangat bersemangat sehingga mereka semua ingin menemaniku.

Melihat Rose dan Laura mengeluh bersama, Countess Jubel tidak bisa menahan tawa.

"Anda tampak ceria, Yang Mulia."

"Yah, aku berpikir kalau lain kali aku harus datang dengan Nona Rose dan Nona Laura ..."

Tepat ketika Mastas hendak berbicara, kereta berhenti dan Viscount Langdel membuka pintu.

"Kita telah tiba, Yang Mulia."

Viscount Langdel mengulurkan tangannya kepadaku dan aku turun dari kereta.

"Terima kasih."

Ngomong-ngomong... apa dia baik-baik saja? Dia memiliki ekspresi muram di bawah sinar matahari.

Mungkinkah karena dia jauh dari Duchess Tuania?

"Aku minta maaf kamu harus mengantarku dalam perjalanan panjang ini."

Aku meminta maaf, berpikir itu mungkin salahku, tetapi Viscount Langdel segera menjawab.

"Apa? Tidak, tidak. Anda adalah penyelamat saya, nyonya yang saya layani meskipun hanya sementara.”

Meskipun dia menyangkalnya, rona wajahnya baik….

Saat aku merenungkan apakah tidak sopan untuk bertanya, Viscount Langdel bergumam sambil mengulurkan tangannya ke Countess Jubel untuk turun dari kereta juga.

“Sebenarnya ini karena Nian.”

Countess Jubel bertanya dengan tergesa-gesa sebelum turun dari kereta.

“Apa yang terjadi dengan Nian?”

Di Kekaisaran Timur, Nian adalah fokus gosip masyarakat kelas atas.

Sejak aku tiba di sini, desas-desus tentang aku tidak berhenti beredar, jadi dia tetap berada di belakang layar. Countess tampak penasaran karena dia sudah lama tidak mendengar kabar tentang Nian.

Viscount Langdel menanggapi dengan cemberut.

"Itu semua karena Marquis Liberty."

Kenapa dengannya? Marquis Liberty adalah putra tertua Duke Liberty. Dia tidak secara resmi menyandang gelar marquis, semua orang memanggilnya marquis karena dia adalah penerusnya. Dia juga kakak laki-laki William, saudara angkat Mullaney.

Setelah Countess Jubel turun dari kereta, Mastas menolak tangan Viscount Langdel dan bertanya,

“Maksudmu si kadal pemalu?”

"Ya, kadal itu."

'Kenapa kadal?'

Mata Countess Jubel berbinar seolah dia mendengar seorang pria melangkah di antara Viscount Langdel dan Nian, jadi dia bertanya,

Viscount Langdel menjawab dengan muram,

“Kurasa dia jatuh cinta pada Nian. Dia muncul di pesta mana pun yang diselenggarakan atau dihadiri Nian, tidak peduli seberapa kecil atau besar.”

Countess Jubel tertawa dan menjabat tangannya seolah-olah dia membuat keributan karena hal sepele.

“Tadinya aku pikir itu masalah gawat. Dia bukan pria pertama atau kedua di belakangnya, mengapa kamu begitu peduli?"

“Dia memiliki status yang lebih tinggi, lebih stabil… dan memiliki penampilan yang lembut.”

Mastas buru-buru nimbrung dan menghibur Viscount Langdel,

“Viscount juga memiliki penampilan yang lembut.”

"Apakah itu pujian ?!"

"Tentu saja! Viscount juga kadal yang hebat.”

"Apakah itu benar-benar pujian?"

Pada saat seperti ini, Viscount Langdel tidak terlihat seperti komandan kesatria transnasional yang menakutkan. Melihat Viscount Langdel mengangguk mendengar pujian Mastas, aku menggigit bibirku untuk menahan tawa.

Tapi Viscount Langdel, yang sedang berjalan santai, tiba-tiba berhenti dan ekspresinya menjadi kaku. Wajah polosnya menghilang, dan ekspresi sengit dari sang komandan kesatria langsung muncul.

Ada masalah apa?

Aku menolehkan kepalaku ke arah yang dia lihat.

Alasannya mudah dimengerti.

Sovieshu…

Ada Sovieshu.

Dia juga memiliki ekspresi kaku, seolah-olah dia tidak berharap melihatku di sini. Para kesatria di belakang Sovieshu tampak tidak nyaman. Suasana cerah tiba-tiba berubah berat.

Kami saling memandang dengan canggung sejenak, lalu dengan hati-hati mendekati satu sama lain seolah-olah seseorang telah mendorong kami.

Kami berdua menempati posisi yang terlalu tinggi untuk berpura-pura bahwa kami tidak pernah bertemu. Sebagai kaisar dan permaisuri dari negara-negara kuat, kami harus menunjukkan rasa saling menghormati.

Selain itu, ini adalah jalan yang lurus. Jika aku ingin menghindarinya, aku harus melewati semak-semak di kedua sisinya. Itu akan terlihat seolah aku akan melarikan diri.

Sekitar tiga langkah jauhnya, kami berhenti lagi. Aku menyapanya dengan sopan dengan senyum seorang permaisuri.

“Aku sudah dengar tentang kelahiran sang bayi. Selamat."

"… Terima kasih."

Sovieshu menjawab dengan canggung.

Aku mengangkat sudut bibirku dan mengangguk tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Kemudian aku menambahkan,

"Apakah Anda memberikan bayi itu hadiah dari saya, atau apakah Anda membuangnya?"

Ketika Rashta hamil, aku memilih pedang sebagai hadiah untuk anaknya. Sebuah pedang yang mewah dan indah, tapi dekoratif. Pedang yang berarti hidup tanpa bekerja, atau hidup tanpa usaha.

Ekspresi Sovieshu segera membeku.

"Yah. Itu hadiah yang Anda berikan kepada Rashta, jadi saya tidak tahu di mana itu.”

"Saya mengerti."

Aku mengangguk dan melihat ke arah yang seharusnya aku tuju. Itu adalah arah dari mana Sovieshu muncul.

Aku ragu-ragu. Bisakah aku mengucapkan selamat tinggal dan melanjutkan perjalanan? Bisakah aku memberitahunya untuk membiarkan aku lewat, bahwa aku memiliki urusan yang harus diselesaikan?

"Mundur."

Aku rasa tidak.

Sovieshu memerintahkan para kesatrianya untuk mundur. Kemudian, aku mengarahkan pandangan yang menunjukkan hal yang sama kepada para kesatria di belakangku.

Viscount Langdel mengerutkan kening, tetapi tidak mengatakan apa-apa. Meskipun Wirwol berfungsi sebagai daerah otonom, itu masih wilayah Kekaisaran Timur, jadi Sovieshu dapat bertanya, 'Apa yang dilakukan orang yang diasingkan di sini?' Untuk beberapa alasan, dia sepertinya berusaha menghindarinya.

Terakhir, aku juga meminta Countess Jubel dan Mastas untuk mundur.

Aku tidak bisa mengabaikan permintaannya dengan enteng, dia masih Kaisar Kekaisaran Timur.

Begitu semua orang pergi, Sovieshu bertanya,

“Aku pikir kamu akan hidup dengan baik. Mengapa kamu kehilangan begitu banyak berat badan?”

Anehnya, dia terdengar sangat kesal.

Memang benar bahwa aku telah kehilangan berat badan, aku tidak makan banyak akhir-akhir ini.

Tetapi aku tidak bisa mengatakan bahwa aku kehilangan nafsu makan karena aku hamil. Sementara aku tetap diam mencoba mencari jawaban, Sovieshu bertanya lagi.

"Apakah karena suamimu?"

***

[Baca Remarried Empress Bahasa Indonesia di https://shiraulwiya.blogspot.com/]

Diterjemahkan dari https://novelutopia.com/ 


<<<

Chapter 316          

>>>             

Chapter 318

===

Daftar Chapters 


Remarried Empress (#316) / The Second Marriage




Chapter 316: Kenapa Dia Di Sini (1)

Penerjemah: Shira Ulwiya

 

Rashta berulang kali meremas sandaran tangan kursinya.

Matanya tertuju pada permadani indah di dinding seberangnya, tetapi pikirannya tidak benar-benar terfokus pada permadani itu.

Dia mengingat peringatan Joanson.

Rashta akhirnya bangkit dari kursi. Semakin dia memikirkannya, semakin parah sakit kepalanya, jadi dia akan berbaring di tempat tidur untuk tidur siang. Apa lagi tempat yang lebih baik untuk melupakan dan melarikan diri dari kenyataan selain mimpi indah?

“Yang Mulia. Kaisar ada di sini.”

Tapi sekarang sepertinya dia bahkan tidak akan bisa melarikan diri. Mendengar bahwa Sovieshu telah datang, Rashta bergumam dalam ketakutan dan ketidakberdayaan.

“Biarkan dia masuk…”

Di masa lalu, kehadirannya membuatnya merasa baik. Bagaimana itu berubah menjadi hubungan yang tidak menyenangkan dalam waktu kurang dari setahun?

Rashta menatap pria yang masuk itu dengan sedih. Berbeda dengan Rashta yang kuyu, Sovieshu masih memancarkan martabat dan pesona.

Tapi dia memiliki ekspresi yang sangat dingin, yang membuat Rashta semakin ketakutan. Dia telah membaca artikel itu!

"Apa itu benar?"

Sovieshu langsung ke intinya. Dia bertanya segera setelah dia menutup pintu. Seperti yang ditakuti Rashta, dia sepertinya telah membaca artikel di koran hari ini.

“Aku bertanya apakah itu benar, Rashta. Benarkah apa yang diklaim dalam artikel itu?”

Rashta merespons dengan lemah.

"Apakah kamu datang ke sini untuk mencari jawaban atau apakah kamu sudah memilikinya?"

Suaranya yang menyedihkan dan ekspresi pucatnya bisa menimbulkan rasa kasihan, tetapi tatapan Sovieshu tetap acuh tak acuh.

'Kemana perginya pria yang menyanyikan lagu pengantar tidur di perutku beberapa bulan yang lalu? Sovieshu saat ini bahkan mengambil putriku dariku.'

"Apakah kamu akan percaya jawaban Rashta?"

"Bagaimana jika aku tidak percaya padamu?"

“…”

"Jujurlah. Kamu harus memberitahuku sekarang sehingga aku dapat membantu menyelesaikannya.”

Rashta menggigit bibirnya.

Melihat koran yang terhampar di meja kopi, Sovieshu melanjutkan,

“Apakah orang itu ayah kandungmu atau bukan, bukan salahmu dia muncul begitu tiba-tiba. Aku tidak bermaksud menyalahkanmu untuk ini. Jadi jujurlah padaku. Mari kita permudah ini.”

“Jika Rashta berbohong…. Akankah Yang Mulia juga meninggalkan Rashta?”

“Jangan buang-buang waktuku.”

"Apa maksudmu, mari kita permudah ini?"

“Rashta.”

Dia merasa sangat tercekik oleh suara Sovieshu.

Rashta ragu-ragu dan menjawab,

"Dia bukan ayah kandungku."

Rashta menurunkan matanya untuk menghindari tatapan Sovieshu.

Melihat Rashta tetap seperti itu untuk sementara waktu, Sovieshu dengan tenang berkata, "Tidak apa-apa." Kemudian, dia berbalik dan berjalan keluar. Dia tidak bertanya lagi apakah itu benar.

'Apakah dia menyadari aku berbohong?' Khawatir dia akan kembali kapan saja, Rashta membeku ketakutan, menelan ludah.

Namun, Sovieshu tidak kembali dan dia terlambat menyesalinya.

Dia tidak ingin menjadi gangguan bagi Sovieshu, jadi dia mengatakan bahwa pria itu bukanlah ayah kandungnya. Bahkan jika Sovieshu menyelesaikannya, dia tidak ingin dia berpikir dalam prosesnya, 'Dia wanita yang tidak kompeten dan menyusahkan.'

Sovieshu sudah tahu tentang kebohongan Rashta. Begitu dia memasuki kantor, dia menyebutkan ini kepada Marquis Karl,

"Pada akhirnya dia berbohong."

"Lagi?"

"Ya. Lagi."

Marquis Karl menghela napas,

“… Tapi kali ini aku merasa sedikit kasihan padanya. Pasti karena pria itu Rashta menjadi budak. Dan sekarang dia telah muncul kembali.”

Sovieshu mengangguk. Itulah mengapa dia berniat membantunya jika dia menjawab dengan jujur, itu adalah kesempatan yang dia berikan kepadanya.

"Apa yang akan Anda lakukan, Yang Mulia?"

“Jika aku membiarkannya, dia akan menyakiti putriku. Orang seperti itu tidak memiliki keraguan dan tidak mungkin dia akan berubah di masa mendatang. Dia harus ditangani secara diam-diam sebelum terlambat.”

“Haruskah kita melakukannya sekarang?”

“Ada banyak orang yang menaruh perhatian saat ini. Akan lebih baik berurusan dengannya begitu perhatian orang beralih ke masalah lain … atau setelah aku meninggalkan ibukota.”

***

“Yah, lebih baik melakukannya sesegera mungkin. Nanti usia kehamilannya akan semakin tua…”

Heinley, yang diam-diam membelai perutku, akhirnya memutuskan bagaimana menangani masalah pergi ke Wirwol.

Dia sepertinya berpikir lebih baik pergi sekarang daripada di lain waktu di masa mendatang.

“Tetapi dokter istana menerangkan kepada saya kalau beberapa bulan pertama membutuhkan perhatian yang paling besar.”

Bantalan di punggungku telah bergeser, jadi aku mengulurkan tangan untuk menyesuaikannya.

Setelah aku bersandar di bantal, Heinley meletakkan tangannya di perutku lagi dan menjawab,

“Itu juga membuatku sangat khawatir, Ratuku. Tapi nanti tidak bisa disembunyikan kalau kamu hamil.”

"Itu benar."

Saat perutku membesar, semua orang akan tahu kalau aku hamil. Berita itu akan mencapai negara lain juga.

Heinley menghela napas.

“Bukankah negara-negara tetangga waspada sejak kita mendeklarasikan diri sebagai sebuah kekaisaran? Jika tersiar kabar kalau kamu hamil, hidupmu bisa dalam bahaya di kemudian hari.”

"Kamu benar."

“Aku sudah menyiapkan kereta yang besar dan nyaman. Anggap saja seperti liburan beberapa hari.”

"Ya."

Aku menjawab, dan meletakkan tanganku di atas tangan Heinley di perutku. Heinley memutar tangannya untuk menautkan jari-jarinya dengan jariku dan berbisik,

“Ratuku. Jika kita pergi ke Wirwol, kita akan melewati jalan itu juga.”

“Tempat kita makan malam bersama.”

"Ya. Tempat itu."

Pikiran kami terhubung, Heinley mencium tanganku dan tersenyum lebar. Aku membungkuk untuk mencium dahi Heinley. Meskipun dia tidak pernah tahu kapan es akan keluar dari tanganku, dia tampaknya tidak takut sedikit pun.

Kami juga ingin keluar bersama setelah sekian lama, jadi kami akan memanfaatkan perjalanan ke Wirwol.

Di situlah aku memintanya untuk menikah denganku ...

Segera setelah kami memutuskannya, kami mulai mempersiapkan perjalanan.

Karena ini bukan kunjungan resmi, melainkan kunjungan singkat, persiapannya pun tidak memakan banyak waktu.

Apa-apa yang penting disiapkan, dan kereta itu didekorasi seperti kereta bangsawan biasa.

Heinley sesekali menyebutkan nama-nama restoran lezat di Wirwol, mengatakan dengan sangat antusias bahwa kami akan pergi mengunjunginya satu per satu.

Tapi dua hari sebelum kami pergi. Pesan mendesak datang dari Whitemond. Raja Whitemond akan datang sendiri untuk bertemu dengan Heinley. Dia ingin membicarakan masalah pelabuhan secara pribadi, bukan melalui delegasi.

Mengingat saat pesan itu tiba, raja pasti sudah meninggalkan negaranya.

Whitemond bukanlah negara yang jauh. Jika raja pergi segera setelah mengirim pesan, dia akan tiba di sini pada saat Heinley dan aku pergi, kecuali jika ada keadaan khusus yang terjadi.

Aku memegang pipinya dengan kedua tangan dan menghibur Heinley yang pilu.

"Tinggallah. Aku bisa pergi sendiri.”

Aku merasa kasihan pada Heinley, yang bersemangat tentang perjalanan bersama kami, tetapi itu tidak dapat ditunda.

“Tidak, Ratuku. Itu berbahaya."

“Viscount Langdel berkata dia akan mengawalku dengan Kesatria Supranasional. Apa yang bisa berbahaya?”

"Tetapi…"

“Heinley. Raja negara lain akan mengunjungi kita secara langsung. Kita tidak bisa absen pada saat yang bersamaan. Terutama kamu."

Heinley mengangguk dengan enggan setelah aku berbicara dengan tegas. Meskipun terkadang dia tampak bertindak secara emosional, Heinley sebenarnya tidak memiliki masalah memisahkan masalah publik dari masalah pribadi.

"Aku akan kembali segera setelah aku belajar tentang mana."

Begitu aku berjanji, Heinley kembali mengangguk dengan sedih.

***

[Baca Remarried Empress Bahasa Indonesia di https://shiraulwiya.blogspot.com/]

Diterjemahkan dari https://novelutopia.com/ 


<<<

Chapter 315         

>>>             

Chapter 317

===

Daftar Chapters