Sunday, March 13, 2022

Remarried Empress (#317) / The Second Marriage




Chapter 317: Kenapa Dia Di Sini (2)

Penerjemah: Shira Ulwiya

 

Kesunyian memenuhi kereta yang berderak.

Meskipun aku masih tidak nafsu makan, aku tidak merasa pusing karena gerakan kereta dan anginnya segar. Dengan langit yang cerah ini, cuaca sangat cocok untuk perjalanan.

‘Aku benar-benar ingin kami pergi bersama.’

Saat aku bersandar di jendela kereta menyaksikan pemandangan hijau berubah menjadi bangunan megah, aku merasa sedikit sedih. Bayangan Heinley yang mengobrol di sampingku terus muncul di pikiranku.

'Sejak kapan dia menyergap pikiranku secara alami?'

"Sepertinya kita hampir sampai, Yang Mulia."

Aku tenggelam dalam pikiran ketika aku mendengar suara bersemangat Countess Jubel. Pada saat itu, aku ingat apa yang terjadi sebelum aku pergi dan tertawa.

Fakta bahwa aku bisa menjadi penyihir juga merupakan rahasia, tetapi aku hanya akan menyimpannya sebagai kartu andalanku.

Aku tidak perlu menyembunyikannya dari semua orang seperti yang aku lakukan dengan kehamilanku, jadi aku memberi tahu para dayang tentang tujuan perjalanan ini.

Para dayangku sangat bersemangat sehingga mereka semua ingin menemaniku.

Melihat Rose dan Laura mengeluh bersama, Countess Jubel tidak bisa menahan tawa.

"Anda tampak ceria, Yang Mulia."

"Yah, aku berpikir kalau lain kali aku harus datang dengan Nona Rose dan Nona Laura ..."

Tepat ketika Mastas hendak berbicara, kereta berhenti dan Viscount Langdel membuka pintu.

"Kita telah tiba, Yang Mulia."

Viscount Langdel mengulurkan tangannya kepadaku dan aku turun dari kereta.

"Terima kasih."

Ngomong-ngomong... apa dia baik-baik saja? Dia memiliki ekspresi muram di bawah sinar matahari.

Mungkinkah karena dia jauh dari Duchess Tuania?

"Aku minta maaf kamu harus mengantarku dalam perjalanan panjang ini."

Aku meminta maaf, berpikir itu mungkin salahku, tetapi Viscount Langdel segera menjawab.

"Apa? Tidak, tidak. Anda adalah penyelamat saya, nyonya yang saya layani meskipun hanya sementara.”

Meskipun dia menyangkalnya, rona wajahnya baik….

Saat aku merenungkan apakah tidak sopan untuk bertanya, Viscount Langdel bergumam sambil mengulurkan tangannya ke Countess Jubel untuk turun dari kereta juga.

“Sebenarnya ini karena Nian.”

Countess Jubel bertanya dengan tergesa-gesa sebelum turun dari kereta.

“Apa yang terjadi dengan Nian?”

Di Kekaisaran Timur, Nian adalah fokus gosip masyarakat kelas atas.

Sejak aku tiba di sini, desas-desus tentang aku tidak berhenti beredar, jadi dia tetap berada di belakang layar. Countess tampak penasaran karena dia sudah lama tidak mendengar kabar tentang Nian.

Viscount Langdel menanggapi dengan cemberut.

"Itu semua karena Marquis Liberty."

Kenapa dengannya? Marquis Liberty adalah putra tertua Duke Liberty. Dia tidak secara resmi menyandang gelar marquis, semua orang memanggilnya marquis karena dia adalah penerusnya. Dia juga kakak laki-laki William, saudara angkat Mullaney.

Setelah Countess Jubel turun dari kereta, Mastas menolak tangan Viscount Langdel dan bertanya,

“Maksudmu si kadal pemalu?”

"Ya, kadal itu."

'Kenapa kadal?'

Mata Countess Jubel berbinar seolah dia mendengar seorang pria melangkah di antara Viscount Langdel dan Nian, jadi dia bertanya,

Viscount Langdel menjawab dengan muram,

“Kurasa dia jatuh cinta pada Nian. Dia muncul di pesta mana pun yang diselenggarakan atau dihadiri Nian, tidak peduli seberapa kecil atau besar.”

Countess Jubel tertawa dan menjabat tangannya seolah-olah dia membuat keributan karena hal sepele.

“Tadinya aku pikir itu masalah gawat. Dia bukan pria pertama atau kedua di belakangnya, mengapa kamu begitu peduli?"

“Dia memiliki status yang lebih tinggi, lebih stabil… dan memiliki penampilan yang lembut.”

Mastas buru-buru nimbrung dan menghibur Viscount Langdel,

“Viscount juga memiliki penampilan yang lembut.”

"Apakah itu pujian ?!"

"Tentu saja! Viscount juga kadal yang hebat.”

"Apakah itu benar-benar pujian?"

Pada saat seperti ini, Viscount Langdel tidak terlihat seperti komandan kesatria transnasional yang menakutkan. Melihat Viscount Langdel mengangguk mendengar pujian Mastas, aku menggigit bibirku untuk menahan tawa.

Tapi Viscount Langdel, yang sedang berjalan santai, tiba-tiba berhenti dan ekspresinya menjadi kaku. Wajah polosnya menghilang, dan ekspresi sengit dari sang komandan kesatria langsung muncul.

Ada masalah apa?

Aku menolehkan kepalaku ke arah yang dia lihat.

Alasannya mudah dimengerti.

Sovieshu…

Ada Sovieshu.

Dia juga memiliki ekspresi kaku, seolah-olah dia tidak berharap melihatku di sini. Para kesatria di belakang Sovieshu tampak tidak nyaman. Suasana cerah tiba-tiba berubah berat.

Kami saling memandang dengan canggung sejenak, lalu dengan hati-hati mendekati satu sama lain seolah-olah seseorang telah mendorong kami.

Kami berdua menempati posisi yang terlalu tinggi untuk berpura-pura bahwa kami tidak pernah bertemu. Sebagai kaisar dan permaisuri dari negara-negara kuat, kami harus menunjukkan rasa saling menghormati.

Selain itu, ini adalah jalan yang lurus. Jika aku ingin menghindarinya, aku harus melewati semak-semak di kedua sisinya. Itu akan terlihat seolah aku akan melarikan diri.

Sekitar tiga langkah jauhnya, kami berhenti lagi. Aku menyapanya dengan sopan dengan senyum seorang permaisuri.

“Aku sudah dengar tentang kelahiran sang bayi. Selamat."

"… Terima kasih."

Sovieshu menjawab dengan canggung.

Aku mengangkat sudut bibirku dan mengangguk tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Kemudian aku menambahkan,

"Apakah Anda memberikan bayi itu hadiah dari saya, atau apakah Anda membuangnya?"

Ketika Rashta hamil, aku memilih pedang sebagai hadiah untuk anaknya. Sebuah pedang yang mewah dan indah, tapi dekoratif. Pedang yang berarti hidup tanpa bekerja, atau hidup tanpa usaha.

Ekspresi Sovieshu segera membeku.

"Yah. Itu hadiah yang Anda berikan kepada Rashta, jadi saya tidak tahu di mana itu.”

"Saya mengerti."

Aku mengangguk dan melihat ke arah yang seharusnya aku tuju. Itu adalah arah dari mana Sovieshu muncul.

Aku ragu-ragu. Bisakah aku mengucapkan selamat tinggal dan melanjutkan perjalanan? Bisakah aku memberitahunya untuk membiarkan aku lewat, bahwa aku memiliki urusan yang harus diselesaikan?

"Mundur."

Aku rasa tidak.

Sovieshu memerintahkan para kesatrianya untuk mundur. Kemudian, aku mengarahkan pandangan yang menunjukkan hal yang sama kepada para kesatria di belakangku.

Viscount Langdel mengerutkan kening, tetapi tidak mengatakan apa-apa. Meskipun Wirwol berfungsi sebagai daerah otonom, itu masih wilayah Kekaisaran Timur, jadi Sovieshu dapat bertanya, 'Apa yang dilakukan orang yang diasingkan di sini?' Untuk beberapa alasan, dia sepertinya berusaha menghindarinya.

Terakhir, aku juga meminta Countess Jubel dan Mastas untuk mundur.

Aku tidak bisa mengabaikan permintaannya dengan enteng, dia masih Kaisar Kekaisaran Timur.

Begitu semua orang pergi, Sovieshu bertanya,

“Aku pikir kamu akan hidup dengan baik. Mengapa kamu kehilangan begitu banyak berat badan?”

Anehnya, dia terdengar sangat kesal.

Memang benar bahwa aku telah kehilangan berat badan, aku tidak makan banyak akhir-akhir ini.

Tetapi aku tidak bisa mengatakan bahwa aku kehilangan nafsu makan karena aku hamil. Sementara aku tetap diam mencoba mencari jawaban, Sovieshu bertanya lagi.

"Apakah karena suamimu?"

***

[Baca Remarried Empress Bahasa Indonesia di https://shiraulwiya.blogspot.com/]

Diterjemahkan dari https://novelutopia.com/ 


<<<

Chapter 316          

>>>             

Chapter 318

===

Daftar Chapters 


1 comment: