Sunday, March 20, 2022

Remarried Empress (#318) / The Second Marriage




Chapter 318: Percaya (1)

Penerjemah: Shira Ulwiya

 

"Tidak."

Aku berbicara setegas mungkin.

“Kalau begitu, Navier—”

"Aku bilang tidak."

"Kamu bisa kembali kapan pun kamu mau."

Tetapi Sovieshu melanjutkan dengan mengatakan apa yang dia inginkan.

"Dengarkan aku. Aku bilang tidak. Aku bilang tidak."

Meskipun aku berbicara dengan sedikit kesal, Sovieshu tetap mengatakan hal yang sama.

“Jangan angkuh.”

“Sovieshu.”

Mengapa dia bersikap seperti ini? Meskipun di pernikahanku dia telah mengaku kepadaku bahwa dia mencintaiku... Aku pikir dia telah menerima bahwa aku bahagia di samping Heinley.

Kata-kata terakhir itu seperti tersangkut di tenggorokanku. Itu terasa mencekik dan menyengat, jadi aku menjilat bibirku beberapa kali.

"Aku akan pergi sekarang." Tetapi pada akhirnya aku menelan semuanya, mundur selangkah, dan mengucapkan selamat tinggal, "Sepertinya tidak ada lagi yang bisa dikatakan."

Namun, Sovieshu belum selesai,

"Aku sudah dengar."

Sekarang apa lagi?

"Apa yang sedang kamu bicarakan?"

“Suamimu telah membuatmu menderita.”

“Siapa yang memberitahumu itu?”

"Banyak orang."

“Aku tidak tahu siapa yang memberitahumu, tetapi kamu harus memecatnya. Entah dia menangani informasi yang sangat buruk atau memiliki penilaian yang buruk.”

“Navier. Kesampingkan harga dirimu.”

Ahh… astaga! Sovieshu.

Saat aku menahan keinginan untuk menarik rambutnya dengan tangan kosong, aku berkata, untuk menarik batas,

“Yang Mulia Sovieshu. Sekarang saya lebih bahagia dari sebelumnya. Saya tidak tahu apa yang Anda dengar, tetapi itu bukan urusan Yang Mulia. Anda adalah mantan suami saya. Sejak kita bercerai, apa yang terjadi dalam hidup saya bukanlah urusan Anda.”

“Apakah kamu lebih bahagia dari sebelumnya? Lebih bahagia daripada ketika kita memiliki hubungan yang baik?”

Nada bicara Sovieshu dan milikku secara alami berubah antara teman yang tumbuh bersama, pasangan suami-istri yang bercerai, dan penguasa negara yang kuat.

Aku menatapnya dalam diam.

Apakah aku lebih bahagia di masa kecilku? Tentu saja, saat-saat paling bahagia adalah di masa kecilku, sebelum aku terluka. Aku tidak pernah mengalami hal buruk. Harapan untuk masa depan bersinar cerah. Aku hanya dikelilingi oleh orang-orang yang menyayangiku. Saat ketika tidak ada perjuangan politik, ketika aku tidak mengalami pengkhianatan, ketika saudara lelakiku tinggal bersama orang tuaku, orang tua Sovieshu memujaku, Rashta tidak ada, dan Sovieshu adalah sahabatku.

Orang tuaku lebih sehat dan lebih muda. Ketika aku pulang ke rumah setelah seharian bekerja keras di kelas, aku akan bermanja-manja pada orang tuaku untuk melupakan rasa lelah.

Ya. Itu adalah waktu yang sangat bahagia. Tapi bukankah pria di depanku sendiri yang menghancurkan hari-hari itu?

“Masa kecilku juga bahagia.”

Ekspresi Sovieshu berseri-seri,

“Tapi aku hanya bahagia karena masa kecilku, bukan karena Yang Mulia ada di sisiku. Apakah kamu mengerti? Jika aku bisa memotong dengan gunting saat-saat ketika aku berdiri di samping Yang Mulia pada masa itu, aku akan memotong semuanya sejak lama.”

Namun, ekspresinya menjadi muram lagi begitu dia mendengar kata-kata ini.

Aku menatapnya dengan dingin seolah berkata, 'Sudah cukup? Bisakah aku pergi sekarang?’

“Aku tahu apa yang terjadi antara Kaisar Heinley dan mantan Ratu Christa.”

Mendengar apa yang baru saja dia katakan, aku akhirnya bisa mengerti mengapa Sovieshu begitu ngotot hari ini sehingga aku kembali.

Sovieshu takut Heinley akan meninggalkanku seperti yang telah dia lakukan.

"Itu hanya rumor."

"Apa kamu yakin?"

"Ya. Bahkan jika itu benar, itu bukan urusan Yang Mulia.”

Aku tidak ingin bertukar kata lagi dengan Sovieshu, itu melelahkan secara mental. Aku berbalik, menggelengkan kepalaku dengan ekspresi yang benar-benar jijik.

"Aku akan pergi."

“Aku akan menemanimu.”

“Tidak perlu.”

"Permaisuri."

Aku tidak tahu kata-kata apa yang akan keluar dari mulutku jika dia terus bersikeras. Aku mengesampingkan kesopanan sejenak dan melanjutkan dalam diam.

"Ngomong-ngomong, Permaisuri."

Namun, Sovieshu memanggilku kembali dan mendekatiku dari belakang.

Mengapa dia tidak mencoba berbicara seperti itu sebelum perceraian? Aku ingin memukul kepalanya.

"Apa yang membawamu kemari?"

"Yang Mulia tidak perlu tahu."

“Jika orang biasa yang datang, kamu benar. Tapi karena Permaisuri Kekaisaran Barat yang datang, aku perlu tahu.”

Akhirnya aku harus berhenti lagi. Saat aku berbalik dengan cemberut, dia berdiri dengan ekspresi yang tidak biasa sehingga dia tidak terlihat seperti seseorang yang dengan cerdik memanfaatkan posisinya.

Meskipun aku mengerutkan kening, dia benar. Wirwol dikatakan berfungsi sebagai daerah otonom, tetapi kaisar menutup matanya agar para penyihir dapat beroperasi dengan bebas. Wirwol jelas merupakan wilayah Kekaisaran Timur.

"Aku datang untuk menemui dekan."

Dengan enggan, aku memberitahunya alasan kunjunganku tanpa terlalu rinci. Aku tidak peduli dia tahu ini.

"Kenapa dekan?"

"Apakah aku harus memberitahumu itu juga?"

"Apakah itu rahasia?"

"Ya."

Kali ini, ekspresi Sovieshu menjadi sangat suram. Perubahan ekspresinya begitu mendadak sehingga aku khawatir aku salah bicara.

Ada apa dengan dia? Saat aku menatapnya dengan heran, dia bertanya dengan hati-hati.

"Apakah kamu juga terlibat dalam masalah ini?"

"Masalah apa?"

Aku tidak tahu apa yang dia bicarakan, tetapi dari ekspresinya yang sangat serius, tampaknya itu masalah yang rumit.

"Fenomena penurunan penyihir."

"Maksud kamu apa?"

Jika itu 'kenaikan' bukannya 'penurunan', itu mungkin ada hubungannya denganku. Sudah jelas dia tidak menanyakan itu.

“Kamu tidak tahu?” Sovieshu bergumam pelan. Kemudian dia menambahkan bahkan tanpa menunggu jawaban,

"Jika kamu benar-benar tidak tahu, aku menyarankan agar kamu berhati-hati dengan Kaisar Heinley."

***

Akhirnya, aku bisa meninggalkan Sovieshu untuk pergi ke kantor dekan, tetapi dia membuat pikiranku bingung.

Kata-katanya masih menghantuiku.

Mengapa dia pertama bertanya padaku apakah aku memiliki hubungan dengan fenomena penurunan penyihir dan kemudian memberitahuku agar waspada terhadap Heinley?

Kegelisahanku semakin parah ketika aku bertemu dengan dekan.

Dekan, yang sudah lama tidak kulihat, memiliki ekspresi yang lebih buruk dari biasanya. Kesan cerianya telah menghilang, dan tiga garis kerutan yang dalam terbentuk di dahinya.

Sekarang, kata-kata aneh Sovieshu muncul di benakku, dan aku merasa khawatir.

Tetap saja, pura-pura tidak memperhatikan, aku menyapa dekan dengan ramah,

"Maaf atas kunjungan mendadak ini."

"Tidak apa-apa…"

Dekan membungkuk sedikit tidak nyaman. Jelas bahwa dia tidak peduli untuk mengatur ekspresinya.

Aku yakin bahwa ekspresi dekan itu tidak buruk hanya karena dia sedang dalam suasana hati yang buruk. Dia sepertinya kesal padaku.

Tetapi aku pura-pura tidak memperhatikan lagi, memberinya hadiah, dan mengemukakan alasan kunjunganku.

"Dekan. Aku benar-benar datang untuk meminta bantuanmu.”

"Bantuan?"

"Ini ada hubungannya dengan mana ..."

Pada saat itu, bahkan sebelum aku bisa menyelesaikan kata-kata aku, dekan memotongku dan berkata dengan datar,

“Maaf, Yang Mulia. Saya tidak bisa membantu Anda sekarang."

Seperti yang aku bayangkan, dia tidak senang denganku. Itu membuatku sedikit sedih. Kami tidak cukup dekat untuk menghabiskan waktu bersama, tetapi aku pikir kami memiliki hubungan yang saling menghormati. Sikap dingin dekan membuatku kecewa.

Aku tidak ingin menunjukkan kelemahan, jadi aku bertanya dengan santai.

"Apakah karena aku pergi ke Kekaisaran Barat?"

Tidak ada alasan lain bagi dekan untuk bersikap dingin terhadapku.

Namun, dekan membantahnya.

“Tidak sama sekali, Yang Mulia. Tolong jangan salah paham dengan saya. Saya menyambut pernikahan kedua Yang Mulia dengan tangan terbuka.”

Lantas?

“Kenapa tiba-tiba…?”

"Saya seorang penyihir dan warga Kekaisaran Timur."

Apa yang dia maksudkan? Dia tidak suka aku menjadi penyihir karena itu akan berkontribusi pada kekuatan Kekaisaran Barat? Tapi dia pernah sedikit membantu Heinley, kan? Selain itu, dekan bahkan tidak tahu bahwa aku bisa menjadi penyihir.

"Sampai kecurigaan saat ini terbukti salah, saya tidak punya pilihan selain menjauh dari Kekaisaran Barat."

“Kecurigaan?”

"… Maafkan saya."

Aku semakin tidak mengerti apa yang sedang terjadi.

“Itu tidak ada hubungannya dengan Yang Mulia. Meskipun itu mungkin, saya tidak berpikir Permaisuri adalah orang yang seperti itu.”

Dekan menambahkan sambil menatapku dengan perasaan campur aduk.

"… Saya harap tidak begitu."

***

[Baca Remarried Empress Bahasa Indonesia di https://shiraulwiya.blogspot.com/]

Diterjemahkan dari https://novelutopia.com/ 


<<<

Chapter 317         

>>>             

Chapter 319

===

Daftar Chapters 


No comments:

Post a Comment