Chapter 319: Percaya (2)
Penerjemah: Shira
Ulwiya
Pada akhirnya aku
datang sendirian ke restoran yang Heinley dan aku telah rencanakan untuk datang
bersama. Aku duduk di meja yang sama seperti sebelumnya, memesan hidangan yang
sama dari menu dan, ketika aku menunggu makanan tiba, merenungkan kata-kata
Sovieshu dan dekan.
Ekspresi Sovieshu
menjadi suram ketika dia menyebutkan fenomena penurunan penyihir. Dekan menekankan
bahwa dia adalah seorang penyihir dan warga Kekaisaran Timur, selanjutnya dia
berbicara tentang 'kecurigaan'.
'Kecurigaan' apa
sebenarnya? Apakah mereka berdua berpikir bahwa Kekaisaran Barat menyebabkan
fenomena penurunan penyihir?
Mungkin memang demikian.
Kalau tidak, sikap
dingin dekan dan keseriusan Sovieshu yang tiba-tiba, yang telah memintaku untuk
kembali, tidak masuk akal.
Namun, kecurigaan itu
benar-benar tidak masuk akal. Bagaimana mungkin Kekaisaran Barat melakukan hal
seperti itu? Memangnya Heinley orang seperti apa?
… Orang seperti apa.
Aku tiba-tiba teringat
bahwa aku, yang tidak memiliki sedikit pun mana, menjadi seorang penyihir. Aku
juga ingat efek samping dari tempat tidur mana yang Heinley ceritakan kepadaku.
Aku merasakan sesak yang
tak bisa dijelaskan di dadaku. Aku memaksakan diri untuk minum air dingin untuk
menghilangkan keraguan.
Meskipun Heinley cukup
licik, dia tidak mungkin sekejam itu.
Bagaimana dia bisa
mencuri mana penyihir? Bayangan penderitaan Evely begitu jelas di benakku
sehingga aku tidak percaya bahwa Heinley adalah penyebabnya. Itu omong kosong.
Untungnya, pelayan
membawa makanan yang aku pesan sebelum aku memikirkannya lagi.
Tapi saat itu aku
sudah kehilangan semua nafsu makanku. Nafsu makan yang sudah lama tidak aku
rasakan. Meskipun perutku keroncongan karena lapar, aku mengerutkan kening
hanya karena hendak memasukkan makanan ke dalam mulutku.
Ketika aku berusaha
untuk makan di luar keinginanku, seorang pegawai membawakanku koran hari ini.
“Um… Nona. Silahkan.”
Duduk sendirian dengan
cemberut sepertinya tidak pantas.
"Terima
kasih."
Kataku dengan senyum
yang dipaksakan dan membuka koran dengan satu tangan. Pikiranku kacau, jadi aku
ingin memikirkan hal lain.
Begitu aku membuka
koran, perhatianku langsung tertuju pada nama Rashta yang ada di sebuah
artikel.
Apa ini?
Aku menaruh sendok untuk
memegang koran dengan benar.
Apakah seorang pria
muncul yang mengaku sebagai ayah kandung Rashta?
Ini adalah berita yang
belum mencapai Kekaisaran Barat.
Aku telah memberi tahu
Countess Jubel kalau ada sesuatu yang perlu aku pikirkan, jadi dia duduk di
meja terpisah di belakangku. Baru saja, dia bersandar untuk melihat apakah aku
juga menerima koran dari pegawai dan berbisik,
"Yang Mulia, apakah
Anda melihat ini di koran?"
"Aku baru saja
melihatnya."
"Astaga. Apa-apaan
ini? Aku akan menyimpan korannya. Apakah ada lagi yang lebih lezat?”
Aku membaca koran
dengan saksama. Pria yang mengaku sebagai ayah kandung Rashta telah muncul
beberapa hari yang lalu. Tentu saja, Rashta membantahnya.
Aku bisa
membayangkannya. Setelah dia menjadi orang tua bangsawan untuk menghilangkan
desas-desus bahwa dia telah menjadi budak, dia tidak akan pernah menerima orang
biasa sebagai ayah kandungnya. Bahkan jika itu memang benar.
Namun, pada akhirnya dia
tampaknya telah berubah pikiran. Dia mengatakan bahwa pria yang mengaku sebagai
ayah kandungnya telah membesarkannya sebagai seorang anak untuk sementara
waktu, meskipun dia sebenarnya bukan ayahnya.
Pria itu juga
tiba-tiba mengubah pendiriannya setelah Rashta membuat pernyataan seperti itu, dia
setuju dengan kata-katanya.
Wartawan bernama
Joanson, yang menulis artikel tersebut, mempertanyakan hal ini secara tersirat,
'bagaimana seseorang dapat mengubah sisi ceritanya secara drastis?', dan secara
halus menimbulkan kecurigaan bahwa pria tersebut telah diancam atau menerima
uang.
“Luar biasa, luar
biasa. Yang Mulia. Apakah Anda membaca bagian ini?”
Aku mengangguk sambil
melanjutkan membaca artikel itu. Countess Jubel memanggilku lagi dengan gaduh.
“Wanita itu pasti
membuat wartawan ini marah. Dia menimbulkan kecurigaan dari beberapa sudut.”
"Ya."
Wartawan itu rupanya
menargetkan si ayah kandung dalam artikel tersebut. Apakah dia penipu?
Tetapi fakta bahwa dia
berani mengangkat masalah uang dan ancaman menunjukkan bahwa itu sebenarnya
artikel yang dia tulis untuk menyakiti Rashta.
Bagaimanapun,
tampaknya Rashta menyatakan bahwa dia akan mendukung pria yang baru muncul dan
orang tua bangsawannya yang sebenarnya.
Tapi jurnalis ini
menyerang Rashta di bagian terakhir artikel sambil berpura-pura
mengkhawatirkannya.
[Permaisuri benar-benar memiliki hati yang
baik. Sangat baik dia ingin mendukung keduanya, tetapi seorang permaisuri juga
harus memiliki tekad. Orang biasa sering menjadi korban penipuan karena terlalu
baik, jika Permaisuri bertindak dengan cara yang sama, itu dapat merugikan
seluruh negeri. Bukankah lebih baik bagi Yang Mulia untuk mengikuti tes di kuil
untuk mengetahui siapa orang tua kandungnya, dan dengan demikian hanya
mendukung mereka?]
"Astaga! Bagaimana
bisa rasanya begitu lezat?!”
Aku bisa mendengar
suara ceria Countess Jubel di belakangku. Aku minum air dan melipat koran.
Sebelumnya, aku sangat
fokus pada apa yang terjadi dengan Sovieshu dan dekan sehingga aku tidak
memperhatikan bisikan tentang Rashta. Semua orang di restoran membicarakannya.
Dari, "Ada juga
kasus surat perjanjian utang, Permaisuri Rashta seorang pembohong,"
Sampai, “Wartawan ini selalu berbicara buruk tentang Permaisuri Rashta. Kata-katanya
tidak bisa dipercaya.”
'Bukankah dia seharusnya bahagia di samping
Sovieshu dan putrinya? Apa yang terjadi, Rashta?'
***
Beberapa hari kemudian
aku kembali ke Kekaisaran Barat.
Setibanya di sana, aku
harus menenangkan Heinley, yang mendatangiku seperti anak anjing yang gelisah.
Lalu aku memberitahunya apa yang terjadi dengan Sovieshu dan dekan.
“Aku tahu kamu tidak
akan pernah melakukan itu. Sepertinya ada kesalahpahaman.”
"Jadi kamu tidak
mendapatkan bantuan terkait manamu?"
"Tidak.
Sebenarnya, aku ingin mengunjungi dekan lagi, tapi… aku tidak melakukannya
karena dia kesal.”
Aku mencengkeram
tangan Heinley dengan erat, mencium punggung tangannya, dan berkata,
"Kamu tidak akan
menyakiti orang lain dengan tangan yang begitu indah."
"!"
“Heinley. Aku tidak
berpikir kamu akan membuat orang lain menderita seperti Evely menderita.
“Ratuku…”
“Aku akan bertanya
pada Grand Duke Kapmen tentang mana. Grand Duke mengambil kelas di akademi dari
awal sampai akhir, jadi dia bisa membantuku.”
Aku tidak repot-repot
berbicara tentang Rashta. Tidak perlu.
Heinley memelukku erat-erat
tanpa sepatah kata pun.
Malam itu, berbaring
di dada Heinley dengan mata tertutup, semua kekhawatiran perjalananku ke Wirwol
mencair.
Sebelum aku
menyadarinya, dia telah menjadi orang yang spesial bagiku. Pangeran dari negara
tetangga ini, yang seperti anak anjing besar dan elang yang licik, sekarang
adalah suamiku. Berada di sisinya saja membuatku merasa nyaman.
Tenggelam dalam aroma
tubuhnya, keletihan beberapa hari terakhir menyapuku dan aku tertidur sementara
aku mengelus-elus otot-otot Heinley.
Ketika aku membuka
mata lagi, aku bingung karena Heinley tidak ada di sampingku.
Aku pikir mungkin ada
sesuatu yang harus dia lakukan, jadi aku hendak kembali tidur. Namun, tiba-tiba
aku merasa sangat lapar. Aku ingin makan roti yang biasa dibuat Heinley.
Aku belum makan dengan
baik selama berhari-hari, jadi aku bangun dan pergi mencari Heinley.
Dia tidak ada di
kamarnya…
Jadi aku pergi ke kantornya.
Pintu kantor tertutup.
Saat itu tanpa sadar
aku menyentuh kenop pintu, berpikir untuk kembali ke kamar tidur. Lapisan es
tipis keluar dari tanganku, kenopnya membeku, dan setelah klik sedikit, pintu
terbuka hampir tanpa suara.
Astaga! Besok aku
harus bertemu dengan Kapmen!
Saat aku menatap
bingung ke tanganku, aku mendengar suara lembut melalui pintu yang sedikit
terbuka.
“Kirim gagak untuk
memeriksa situasinya. Jika dia berpikir kalau kita akan ketahuan karena kalung
itu, dia harus melakukan apa saja untuk mendapatkannya kembali.”
***
[Baca Remarried
Empress Bahasa Indonesia di https://shiraulwiya.blogspot.com/]
Diterjemahkan dari https://novelutopia.com/
<<<
>>>
===
No comments:
Post a Comment