Monday, March 29, 2021

Trash of the Count’s Family (#35)

 


Pembuat Onar di Keluarga Count (Ep. 40 - 41)

Chapter 35: Berdiam Diri (2)

 

Rosalyn tersenyum.

“Aku dengar kau pembuat onar, tapi kurasa itu bohong.”

Hampir seketika itu juga Rosalyn berhenti menggunakan nada bicara formal, seperti yang Cale duga. Meskipun kebanyakan orang mungkin tidak tahu bagaimana rupa putri dari kerajaan lain, tapi lain halnya dengan bangsawan.

Bangsawan tingkat rendah mungkin kesulitan mengumpulkan informasi, tapi pada tingkat seorang Count, seperti keluarga Henituse, memiliki informasi tentang bangsawan dan keluarga kerajaan dari negara tetangga adalah pengetahuan dasar. Menjadi bangsawan itu bukan sekedar bermain-main dan bersenang-senang.

Cale membalas ucapan Rosalyn.

“Memang benar saya terkenal sebagai pembuat onar. Akan tetapi, seorang mage harus membuat penilaian mereka sendiri berdasarkan panca indera mereka.”

“Kau benar, tuan muda Cale. Kami hanya percaya pada hal-hal yang kami alami sendiri.”

Cale berpikir cara bicara Rosalyn agak aneh. Dia berbicara informal kepadanya sebagai seorang putri kerajaan, tapi ketika dia mengacu ke dirinya sebagai bagian dari komunitas mage dengan menggunakan sebutan ‘kami’, dia berbicara secara formal.* Identitasnya sebagai mage tampak sangat penting baginya.

“Tapi putri-nim.”

“Rosalyn.”

Kelihatannya dia tidak suka diperlakukan seperti seorang putri kerajaan.

“Okelah kalau begitu. Nona Rosalyn, apa Anda sudah selesai bertanya?”

“Ya. Sudah.”

Dia menjawab sambil tersenyum.

“Tuan muda Cale, sepertinya Anda tidak ingin terlibat dengan saya?”

Walaupun Cale tahu dia putri kerajaan, dia hanya memberitahunya untuk tinggal di sini semaunya lalu pergi. Rosalyn tidak menganggap itu kurang sopan atau apa. Malahan, dia lebih suka seperti ini. Jika dia menginginkan perlakuan khusus, dia pasti sudah mengungkap nama panjang dan identitasnya seketika itu juga.

Nanun, dia tidak ingin diperlakukan begitu. Lagi pula, dia merasa berterima kasih pada Cale karena sudah memberitahunya tentang kondisi Lock.

“Benarkah? Saya hanya bersikap begitu karena kelihatannya putri-nim lebih suka seperti ini.”

‘Bohong.’

Rosalyn menganggap perkataan Cale hanya sebagai alasan semata.

Seorang manusia yang bepergian bersama seekor naga. Dia dikenal sebagai pembuat onar oleh publik, tapi pada kenyataannya dia tidak seperti itu. Dia bisa dengan mudah mengungkap keberadaannya jika dia benar-benar ingin.

Dia berterima kasih pada Cale, yang tersenyum seolah-olah dia tidak tahu apa-apa.

“Tampaknya kau belum memberitahu keluarga kerajaan Roan. Terima kasih banyak.”

“Bukan masalah. Hal seperti itu harus berdasarkan keinginan orang yang bersangkutan sendiri.”

Cale berpikir putra mahkota akan menerobos masuk ke kediaman ini jika Cale melaporkannya ke istana.

“Kau benar, tuan muda Cale. Aku tidak ingin mengungkap jati diriku. Jika kerajaan ini membuatmu dalam masalah di masa mendatang, tolong beritahu mereka bahwa aku yang memintamu melakukannya. Aku akan mengirim pengantar pesan untuk mendukung ceritamu.”

“Mengerti.”

“Terima kasih sudah mengizinkanku tinggal di sini. Aku akan mengurus urusanku dan tidak akan membuatmu dalam masalah.”

‘Tidak membuatku dalam masalah.’

Cale berterima kasih pada Rosalyn, yang memberinya jawaban yang paling ingin dia dengar.

“Terima kasih banyak.”

“Tidak perlu khawatir, memang harusnya begitu.”

Rosalyn menolak ucapan terima kasih Cale lantas lanjut menyantap makanannya. Cale dan Rosalyn, mereka berdua tidak perlu berbicara lagi. Rosalyn hanya melirik si naga sesekali.

Mau tidak mau dia melakukannya. Sebagai mage, tatapannya terus mengarah pada si naga. Naga itu berhenti memakan sosis yang awalnya diperuntukkan bagi Cale lantas berpaling dan melihat Rosalyn. Setelah dari tadi mengabaikan lirikan Rosalyn, dia akhirnya berbicara.

“Makan makananmu sendiri. Ini punyaku.”

Naga Hitam menarik piring sosis ke dekatnya. Cale dengan santai menumpuk lebih banyak makanan ke piring itu untuk si naga. Naga Hitam itu ketagihan pada rasa steik, yang berbeda dari makan daging mentah, serta  makanan lain yang beraneka ragam di atas meja.

Rosalyn melirik Cale, dan Cale dengan sembunyi-sembunyi mengangkat empat jarinya tanpa sepengetahuan si naga. Empat tahun. Rosalyn tersenyum menyadari arti pesan Cale, dan menjawab si naga.

“Ya, naga-nim. Saya tidak akan berani mengincar makanan Anda.”

Naga Hitam itu kembali makan, begitu juga dengan Rosalyn dan Cale.

Itu adalah suasana makan yang tenang dan damai.

Setelah selesai, Cale naik ke atas kereta untuk pergi menemui bangsawan Wilayah Timur Laut. Bangsawan Wilayah Timur Laut hanya terdiri dari 10 keluarga bangsawan. Jumlahnya lebih jika kamu memasukkan baron dan di bawahnya, tapi pilar Wilayah Timur Laut adalah ke-10 keluarga ini. Dari 10 keluarga itu, tiga orang yang akan Cale temui hari ini berasal dari tiga keluarga yang dekat dengan keluarga Henituse sejak lama.

“Sungguh dilema.”

Itu sebabnya Cale merasa khawatir. Choi Han yang menemaninya sebagai penjaga, hati-hati bertanya.

“Apanya? Jika saya bisa membantu, silakan beritahu saya.”

“Bukan apa-apa. Kamu tidak perlu tahu.”

Cale menjawab singkat lantas mulai berpikir lagi. Choi Han mengamati Cale dan ikut merasa cemas. Ini pertama kalinya Choi Han melihat Cale secemas ini.

Cale tidak tahu harus melakukan apa.

Keributan macam apa yang harus dia perbuat agar terlihat seperti pembuat onar?

Cale menyadari setelah terjerat beban berat seperti Choi Han dan Naga Hitam. Dia merasa dilema tentang bagaimana cara hidup sebagai pembuat onar.

Bangsawan Wilayah Timur Laut pasti pernah melihat tingkah onar Cale di masa lalu. Mereka juga pasti sudah mendengar berita tentang perbuatan onar Cale di wilayah Henituse. Itu sebabnya dia harus jadi lebih waspada, tidak, dia harus lebih berulah lagi.

“Hmm.”

Cale melihat kedua tangannya. Bertingkah seperti orang brengsek? Itulah cara agar terlihat sebagai pembuat onar paling buruk. Sementara Cale berpikir tentang apa yang bisa dia lakukan untuk bertingkah buruk, kereta kuda itu berhenti di depan sebuah kediaman. Karena semua bangsawan Wilayah Timur Laut memiliki kediaman di area yang sama di ibu kota, letaknya tidak terlalu jauh.

“Selamat datang, tuan muda Cale-nim.”

Cale melihat kepala pelayan tua yang menyambutnya di gerbang, dan melihat bangunan di belakang kepala pelayan itu.

Ini adalah kediaman Count Wheelsman. Wilayah Count Wheelsman terletak di bagian awal Wilayah Timur Laut, dan dia tidak begitu berkuasa maupun sangat kaya. Itulah mengapa dia bisa membangun hubungan dekat dengan Count Henituse di Wilayah Timur Laut, di mana tidak terdapat Duke atau Marquis. Count Henituse menyukai pertemanan ini karena, bagi seseorang seperti dia, yang wilayahnya terletak jauh di pelosok Wilayah Timur Laut, mengenal seseorang yang wilayahnya dekat dengan ibu kota sangatlah bermanfaat.

Cale memikirkan tentang penerus Count Wheelsman.

‘Eric Wheelsman.’

Wakil kepala pelayan Hans telah hati-hati menasihati Cale sebelum dia berangkat ke pertemuan ini.

‘Tuan muda, memiliki hubungan baik dengan tuan muda Eric memang hal yang bagus, tapi saya membicarakan ini untuk bertanya apakah menurut Anda tidak bersikap terlalu dekat satu sama lain di depan bangsawan lain di pertemuan itu adalah tindakan yang lebih cerdas.’

Hal itu membuat Cale tahu bahwa Eric dan pemilik asli tubuh ini sangatlah dekat. Akan tetapi, informasi tentang Eric dari laporan informasi bangsawan menggambarkan Eric sebagai orang baik yang sedikit kaku.

“Tuan muda Cale, bolehkah saya mengantar Anda ke dalam?”

“Tentu.”

Cale mengikuti kepala pelayan tua ke dalam kediaman Wheelsman.

Eric Wheelsman, Gilbert Chetter, dan Amiru Ubarr. Mereka bertiga ada di dalam kediaman. Cale masih memikirkan tentang bagaimana dia harus bersikap di depan mereka seraya masuk ke dalam.

Pada akhirnya, dia justru tidak perlu mengkhawatirkan hal itu.

“Cale. Setidaknya kau masih mendengarkan hyung ini. Benar, kan?”

Raut wajah Cale tampak bingung. Eric Wheelsman mendorong kacamatanya naik setelah melihat ekspresi Cale. Saat ini, Cale duduk di meja dengan dikelilingi tiga orang bangsawan seolah dia sedang diwawancara.

‘Ini aneh.’

Tapi suasananya lebih seperti mereka sedang menghiburnya daripada mewawancarainya. Eric Wheelsman lantas berbicara.

“Bukankah kau juga berpikir itu menjengkelkan?”

Putri Viscount Ubarr Amiru dan putra Baron Chetter Gilbert menukas.

“Dia benar. Tuan muda Cale, aku dengar kau tidak menyukai formalitas yang menjengkelkan.”

“Tuan muda Cale, menganggap sesuatu itu menjengkelkan tidaklah salah.”

Rasanya seperti mereka sedang menghibur seorang anak kecil. Pertama-tama, Cale merespons perkataan mereka.

“Ya, itu menjengkelkan.”

“Iya kan! Apa kubilang!”

Tap.

Eric menepuk meja dengan pelan. Kelihatannya bukan karena dia sedang marah, tapi lebih seperti gerakan tidak sadar.

Dia menatap Cale, yang dulunya adalah anak kecil yang menggemaskan hingga dia tumbuh besar menjadi pembuat onar, dan perlahan melanjutkan.

“Itu sebabnya kau tidak perlu mengatakan atau melakukan apapun. Diam saja! Diam saja dan kami akan mengurus semuanya untukmu. Toh kau benci hal-hal dan formalitas yang menjengkelkan.”

Cale balas menjawab dengan ekspresi tertarik.

“Aku sangat pandai berdiam diri.”

“Huh? Kau? Ah, ya. Kau memang seperti itu. Kau sangat pandai melakukannya.”

Eric dikenal kaku, tapi dia juga tipe orang yang mengkhawatirkan segala hal. Tapi itu karena dia senang memikirkan segala hal sebelum benar-benar terjadi.

Dia berbicara kepada Cale, yang menjadi kekhawatiran terbesarnya sejak kemarin, ketika dia tahu bahwa yang datang ke ibu kota memang benar Cale. Dua orang lainnya menatap Eric seakan-akan sedang menyemangatinya.

“Beberapa bangsawan Wilayah Timur Laut lain mungkin mencoba mengganggumu. Mereka yang bersekutu dengan Marquis Stan atau Duke lain pasti akan mencoba melakukannya. Tapi satu-satunya yang kau perlu lakukan adalah diam dan kami akan mengurus semuanya untukmu. Bagaimana menurutmu?”

Inilah yang Eric paling khawatirkan. Dari 10 pilar keluarga, hanya keempat keluarga ini yang tidak bersekutu dengan pihak manapun. Para bangsawan lain yang bersekutu dengan bangsawan berperingkat lebih tinggi dari wilayah luar pasti ingin menawarkan seluruh kelompok bangsawan di Wilayah Timur Laut masuk ke barisan mereka.

Mereka perlu waspada, waspada, dan bahkan lebih waspada. Kelompok empat bangsawan ini harus menjadi pusat. Begitulah cara mereka menjadi faksi terkuat di Wilayah Timur Laut, dan, untuk melakukan itu, keluarga Henituse yang kaya raya tidak boleh menyebabkan masalah di ibu kota.

Eric, serta dua orang lainnya, menunggu jawaban Cale tanpa suara.

“Itu akan bagus sekali.”

Cale menjawab sambil memasang senyum lembut di wajahnya. Eric  berpikir Cale masih tampak seperti anak baik di masa lalu, asalkan dia tidak minum-minum, lalu berbicara.

“Aku juga berencana memberi salam kepada putra mahkota. Aku yakin kau menganggap ini menjengkelkan dan ingin segera minum-minum, tapi itu akan sulit. Asalkan kau melakukan salam sapaan itu, kami akan mengurus SISANYA!”

‘Oh?’

Cale menyeringai. Dia menganggap suasana ini cukup menarik. Dia mengangkat gelas anggur di depannya. Cale dapat melihat Gilbert tersentak saat melihatnya melakukan itu.

Cale berpikir ini juga aneh. Dia mungkin pembuat onar yang bermasalah, tapi karena mereka di pihak yang sama, satu-satunya hal yang bisa mereka lakukan adalah melindunginya. Dia membasahi mulutnya dengan anggur itu, lantas berkata.

“Bagus sekali.”

“Iya, kan?”

Eric tersenyum cerah sementara gelasnya memantulkan cahaya dari lampu gantung.

Cale memutuskan untuk menerima tawaran ketiga bangsawan ini agar tidak berbuat apapun dan mendapat perlindungan mereka. Dia sangat menyukai rencana ini.

“Satu-satunya yang kau perlu lakukan hanya datang, duduk, dan bersantai.”

“Bagus sekali. Kedengarannya sempurna.”

Itu tawaran yang sangat bagus, tepat seperti yang Cale sukai. Dia dengan tenang menyantap makanan di depannya, seraya berpikir dia bersyukur datang ke sini hari ini. Namun, Eric, Gilbert, dan Amiru tidak melepas kewaspadaan mereka. Cale Henituse adalah seseorang yang bahkan pernah melempar botol saat pertemuan bangsawan-bangsawan Wilayah Timur Laut ketika semuanya tampak baik-baik saja.

Mereka terutama berhati-hati karena mereka datang ke sini untuk meyakinkan putra mahkota agar berinvestasi pada wilayah pantai Timur Laut, tempat keluarga Gilbert dan Amiru bermukim.

“Anggur dari wilayah Henituse memang sangat enak.”

Tentu saja, Cale tahu tentang keinginan kedua keluarga itu untuk mengajak putra mahkota berinvestasi dari informasi yang Hans serahkan kepadanya. Keempat keluarga itu berbagi informasi satu sama lain tanpa ada rahasia. Namun, Cale tahu bahwa investasi dari putra mahkota tidak mungkin terjadi.

‘Bagaimana dia bisa berinvestasi ketika perang akan meletus dari bagian selatan Kontinen Barat? Meskipun mungkin akan beda cerita jika investasi itu tentang angkatan laut.’

Keempat bangsawan itu berbincang-bincang sesekali seraya meneruskan santapan mereka. Ketiga bangsawan itu tampak sedikit rileks setelah Cale menyelesaikan acara makan itu tanpa membuat keributan.

Mereka semua merasa cukup puas dengan pertemuan ini.

***

Cale beristirahat sebentar setelah pulang ke kediamannya, lantas mendengar Choi Han sudah kembali, sehingga Cale memanggilnya ke kamar.

“Cale-nim, Anda memanggil saya?”

“Penginapan itu?”

“Baik-baik saja. Untunglah, anak-anak itu penuh semangat.”

Cale berubah pucat setelah memikirkan 10 anak Suku Serigala yang penuh semangat. Sebaliknya, Choi Han tampak lebih rileks dan bahagia.

“Jadi tidak ada hal lain yang perlu dilakukan?”

“Ya?”

Cale menganggukkan kepala lantas berdiri. Baru saat itulah Choi Han menyadari Cale tidak memakai piama atau bajunya yang biasa. Dia memakai baju yang sangat kasual.

Cale berjalan melewati tempat tidurnya seraya berkata.

“Aku akan berbaring di tempat tidur, jadi pergi beritahu Hans dia bisa berhenti berdiri di luar pintu dan pergi tidur. Dia akan pergi bahkan tanpa menengok sedikitpun.”

Choi Han menatap jendela beranda yang terbuka. Malam itu langit cerah. Dia lalu bertanya pada Cale.

“Apa Anda akan keluar?”

“Ya.”

Cale menjawab sambil tersenyum.

“Aku membiarkan beranda terbuka seperti sebelumnya, jadi datanglah ke kamarku.”

“Saya mengerti.”

Sorot mata Choi Han berubah. Dia teringat pada apa yang Cale katakan kemarin. Cale berkata dia akan memberitahu Choi Han bagaimana mencari mage peminum darah itu.

“Apakah hanya kita berdua, tanpa On atau Hong?”

Choi Han bertanya dengan ekspresi serius, tapi sebuah jawaban datang dari tempat lain.

“Aku juga akan pergi.”

Naga Hitam melepas sihir menghilangnya dan masuk melalui jendela beranda. Choi Han menatap Naga Hitam lantas menoleh kembali ke Cale. Cale menjawab dengan nada yang bahkan lebih santai dari sebelum-sebelumnya.

“Kita bertiga akan pergi.”

_____________________________

* Bahasa Korea memiliki gaya Bahasa formal dan informal yang khas, sehingga sulit untuk diterjemahkan dengan tepat ke dalam Bahasa Indonesia.

 

***

Proofreader: Tsura

 

 <<<

Chapter 34                   

>>>             

Chapter 36 

===

Daftar Isi 


 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Sunday, March 28, 2021

Remarried Empress (#173) / The Second Marriage (Eps. 85 part 2)

 


Chapter 173: Posisi Canggung (2)

 

Wanita itu bagian dari kelompok pedagang yang bertugas sebagai agen untuk orang penting lainnya. Dia berbicara tanpa henti. Dia tidak pernah berbicara terlalu dalam tentang dirinya sendiri, dia juga tidak bertanya tentangku sama sekali. Yang kudengar darinya hanyalah gosip yang dia dapatkan dari kenalan dan koleganya.

Aku tegang ketika dia membicarakan masalah permaisuri yang baru saja bercerai dan menikah lagi. Tetap saja, menarik untuk mendengar sendiri reaksi orang-orang terhadap kejadian itu.

“Aku mendukung tindakan Yang Mulia.”

"Benarkah?"

“Yah, beberapa orang mengatakan dia bertindak egois. Tapi itu bukan urusan mereka, jadi mereka tidak seharusnya mengkritik."

“…”

“Dia tidak meminta cerai, itu tidak dibicarakan dengannya, dan itu sepihak. Tapi setelah perceraian? Persetan saja, bukan?"

Aku mengangguk keras, hampir seperti mengucapkan "terima kasih".

"Iya. Persetan." (TN: Navier menggunakan nada formal saat berbicara)

"Tapi nada bicaramu sangat aneh."

"!"

Wanita itu terus berbicara, sampai kereta berhenti agar kami bisa makan.

Saat makan, seorang pengemudi kereta yang baru muncul, lantas dia mengganti kudanya dan naik ke kursi pengemudi. Setelah itu, wanita itu dan aku kembali ke kereta. Aku berasumsi kami akan melakukan perjalanan sampai ke ibu kota Kerajaan Barat, lantas aku menatap ke luar jendela untuk menikmati pemandangan di luar. Aku tidak tahu apakah kesatria Sovieshu sedang memburuku, tetapi semuanya tampaknya berjalan cukup baik sejauh ini.

Berbeda dengan dugaanku, wanita itu menurunkanku sebelum kami melintasi perbatasan Barat. Dia meninggalkanku di sebuah desa kecil di negara tetangga, memberi tahuku bahwa aku diminta dibawa ke sini. Dia berpisah setelah mengucapkan "Hati-hati", dan kemudian menghilang.

Aku berdiri di tempat aneh ini sendirian. Tidak lama kemudian, Heinley muncul di atas seekor kuda besar. Aku mengedipkan mataku karena terkejut.

"Kapan Anda sampai di sini?"

Dia datang dari dalam desa, bukan dari luar. Dengan kata lain, dia tiba sebelum aku, padahal keretaku tidak berhenti untuk bermalam.

“Saya sampai sedikit lebih cepat dari Anda.”

“Saya tidak melihatmu sama sekali—”

“Jalur perjalanan kita berbeda.”

Jadi, apakah aku bepergian melalui jalan raya, dan Heinley mengambil jalan pintas? Yah, dia tampaknya tidak datang dengan kereta. Aku menganggukkan kepalaku, dan dia tersenyum dan mengulurkan tangannya.

“Apakah Anda tahu cara mengendarai kuda?”

***

 

Sudah lama sekali sejak aku berkendara dengan bebas. Heinley bahkan telah menyiapkan pakaian berkuda untuk kami, dan aku sangat bersemangat sehingga begitu aku naik kuda, aku memacu penuh kudanya.

"Ratu, bukankah ini terlalu cepat?"

Heinley terdengar sedikit panik saat dia mencengkeram pinggangku dari belakang. Angin menelan kata-katanya. Aku menoleh kembali padanya dan tersenyum.

"Saya suka ini."

Sebagian besar bangsawan berpartisipasi dalam olahraga rekreasi, termasuk menunggang kuda. Aku terlalu sibuk untuk itu setelah menjadi permaisuri, tetapi aku dulu suka berkuda. Sebelum aku menjadi putri mahkota, aku biasa menunggang kuda poni sendirian di taman, dan setelah aku menjadi putri mahkota, permaisuri saat itu memberiku seekor kuda hitam yang indah.

Sovieshu juga suka menunggang kuda, jadi bersama-sama kami akan…

‘Aku harus berhenti memikirkan itu.’

Setiap kali aku memikirkan tentang masa lalu, itu selalu tentang Sovieshu. Aku telah menerima begitu saja bahwa dia selalu bersamaku saat itu. Aku menyingkirkan pikiran tentang dia dengan paksa, lalu menyadari bahwa Heinley tidak bersuara sedikit pun.

'Apakah dia tidak suka berkendara cepat?'

“Heinley?”

Aku bergegas memanggilnya.

"…Ya."

Dia langsung menjawab, tapi suaranya terdengar lemah.

"Apakah Anda takut? Haruskah saya memperlambat kudanya?”

Aku memandangnya dengan cemas, tapi dia menggelengkan kepalanya. Saat dia melakukannya, aku merasakan dadanya menyentuh punggungku. Aku tiba-tiba merasa minder dengan kedekatan kami, jadi aku meremas tali kekang lebih erat. Aku sudah lama tidak berkendara, dan aku ingin duduk di depan. Itu berarti tangan Heinley mencengkeram pinggangku begitu erat sehingga tidak ada ruang di antara tubuh kami.

"Heinley."

“Ya, Ratu.”

“Anda… Anda bisa sedikit melonggarkan peganganmu…”

“Nanti saya bisa jatuh.”

“…”

“Ini menakutkan.”

Heinley tidak sadar diri karena aku. Apakah hanya aku? Percuma saja tubuhku menegang.

‘Karena posisi duduk kami sangat dekat, Heinley mungkin merasakannya.’

Aku merasa seperti aku satu-satunya yang bertingkah aneh, dan aku mempercepat kudaku agar aku bisa merasakan angin dan mengabaikan tangan Heinley. Itu tidak berhasil, jadi aku akhirnya melambat sedikit.

Tunggu, apa itu tadi? Aku bisa merasakan sedikit getaran di punggungku. Aku ingat bagaimana Heinley tertawa diam-diam dengan Duke Elgy ketika aku berjongkok di dalam peti.

Mungkin jika Heinley dan aku berganti posisi sekarang… tapi itu masih akan membuat kami dalam posisi duduk yang canggung. Duduk di belakang berarti aku harus memeluk Heinley dari belakang, seperti yang dia lakukan padaku sekarang. Kemudian dia pasti akan merasakan jantungku berdebar kencang di punggungnya. Aku tidak punya pilihan bagus.

Heinley menatapku sambil tersenyum.

"Saya akan memegang kendali denganmu. Apakah tidak apa-apa? ”

Itu berarti dia tidak perlu memelukku begitu erat. Aku menganggukkan kepalaku.

"Itu akan lebih baik. Hanya sedikit sempit… ”

Heinley tertawa dan meraih kendali. Dia tidak menutupi tanganku, tapi jari kami saling bersentuhan. Tidak hanya tangan kami yang bersentuhan, tapi juga lengan kami.

Aku menggigit bibir dan memaksakan diri untuk melihat lurus ke depan. Sebelumnya dia hanya memeluk pinggangku, tapi kali ini aku dikelilingi oleh buaian lengannya.

“Menurutku… mengendarai kereta adalah ide yang bagus.”

"Saya dengar Anda suka menunggang kuda."

“Saya juga suka naik kereta.”

"Tapi kudanya lebih cepat, Ratu."

“Mengapa kita tidak mencari kuda lain?”

“Akan sulit untuk mendapatkan kuda lain sekarang… dan bahkan jika kita melakukannya, berhenti untuk mencari kuda akan menunda kita terlalu lama. Kerajaan Barat sudah cukup dekat, dan McKenna sedang menunggu. Mengapa? Apa Anda merasa mual?"

Aku tidak bisa mengatakan kepadanya bahwa aku malu dengan sentuhan dada, lengan, dan tangannya, jadi aku menjawab dengan "Tidak". Seperti yang dia katakan, kami tidak punya waktu untuk berhenti.

‘Dia tidak keberatan, dan anehnya aku satu-satunya yang sadar diri. Ini… hal biasa. Kami hanya menunggang kuda bersama.’

Aku menelan kembali kebodohanku, dan mengencangkan peganganku pada tali kekang kuda.


*** 


<<<

Chapter 172                   

>>>             

Chapter 174 

===

Daftar Chapters 


Remaried Empress (#172) / The Second Marriage (Ep. 84 part 2 - 85)

 


Chapter 172:  Posisi Canggung (1)

 

Peti itu tampak besar, tetapi tidak terasa seperti itu setelah berada di dalamnya. Aku memeluk lututku dan berpikir dalam hati 'Apa yang sedang aku lakukan sekarang?' Seandainya orang melihat situasi ini, alih-alih seorang ratu, aku lebih mirip seorang buronan.

Kereta kuda itu melaju dengan mulus, tetapi peti itu terletak di dekat roda. Sedikit saja kereta itu terantuk, tubuhku akan terguncang, membuat kepalaku membentur bagian atas peti, diikuti oleh punggung dan kakiku yang membentur lantai. Setelah beberapa guncangan yang menyakitkan, aku berhasil menemukan posisi yang sedikit mengurangi penderitaanku.

"Ratu, Anda baik-baik saja?"

Dari waktu ke waktu, Heinley akan berbicara untuk menghiburku.

“Ratu, kita akan segera melintasi perbatasan.”

Alih-alih berbicara, aku mengetuk dinding peti sebagai jawaban.

Aku tahu suaraku terdengar aneh dari dalam peti. Pertama kali Heinley berkata, "Apakah Anda baik-baik saja?" Aku menjawab, "Saya baik-baik saja." Aku mendengar Duke Elgy terkikik, dan aku tersipu malu.

Namun, bahkan ketukan dariku tampaknya menghibur Duke Elgy. Aku mendengar dia tertawa lagi, diikuti oleh Heinley yang membentaknya untuk berhenti. Itu tidak membantu, dan aku menggigit bibir.

"Apa? Kamu juga tersenyum. Satu-satunya perbedaan adalah kamu tidak bersuara.”

Karena Duke Elgy, percakapan mereka sepertinya tiba-tiba berhenti, tetapi aku tahu bahwa Heinley pasti berdebat diam-diam dengannya.

‘Haaah…’

Aku menghela napas dan memejamkan mataku dengan erat.

Aku lebih baik tertidur. Waktu akan berlalu lebih cepat jika seperti itu.

 

***

 

Kurasa pikiranku lebih lelah dari yang  kukira. Aku ingat memejamkan mata dan berpikir untuk tidur. Ketika tutup peti terbuka dan aku mengedipkan mata dengan bingung karena hembusan udara segar, aku menyadari bahwa aku pasti sudah tertidur. Heinley tersenyum padaku dari atas, dan aku balas tersenyum malu-malu.

“Ini seperti adegan dari dongeng. Begitu dia membuka matanya dan menatapku, aku merasakan jantungku berdebar kencang."

Aku tersipu mendengar pujiannya. Aku berterima kasih untuk itu, tentu saja, tapi kata-katanya berlebihan untuk seleraku. Aku meluruskan lututku dan berdiri dengan gemetar.

"Ah. Hati-hati.”

Heinley mengulurkan tangan untuk membantuku berdiri.

“Tidak baik bagimu terus-terusan berada di posisi yang sama, cepatlah, Ratu.”

Setelah aku menarik diriku berdiri, aku mengusap gaunku yang berkerut dan tersenyum kembali padanya. Aku berbicara sebelum dia bisa memberiku pujian yang memalukan lagi.

“Apakah kita sudah sampai?”

"Tidak. Ini adalah kota perbatasan. ”

“Tapi para penjaga…”

"Saya rasa mereka belum menerima perintah apa pun."

Terlepas dari kata-katanya, dia melirik hati-hati ke luar kereta.

“Kita akan segera sampai.”

Aku keluar dari peti sepenuhnya, meraih tangan Heinley, dan turun dari kereta. Duke Elgy sedang berbicara dengan pengemudi kereta dengan wajah serius. Ketika dia melihatku, dia tersenyum dan melambai pada diriku yang tampak sedikit acak-acakan.

Sementara itu, aku berbalik untuk melihat sekeliling kami. Kota-kota perbatasan adalah tempat-tempat penting di negara kami, dan aku telah mengunjungi semuanya setidaknya sekali. Kakakku sendiri juga diasingkan ke kota perbatasan.

'Ah. Ini pasti Lux.’

Walau ini bukan kota perbatasan tempat kakakku tinggal.

'Aku tertidur sepanjang perjalanan kami ke sini?'

Aku mengedipkan mata karena terkejut, dan Duke Elgy telah selesai berbicara dengan Heinley dan mendekatiku.

“Saya hanya bisa mengantar Anda sampai sini.”

“Terima kasih, Duke Elgy.”

“Saya juga bersenang-senang, Ratu.”

Aku tidak terkejut dia memanggilku "Ratu", seperti di rumah Troby dia memanggilku "mantan permaisuri". Aku tiba-tiba memikirkan tentang reaksi Heinley, lantas aku melirik ke arahnya. Dia tersenyum ringan.

"Ah. Itu menjengkelkan. Wajah bahagia itu.”

Heinley tampak santai saat mendengarkan Duke Elgy menggodanya. Malahan… Heinley dan Duke Elgy tampak cukup dekat. Jika tidak, mereka tidak akan berbicara begitu santai dengan satu sama lain.

Duke Elgy mendecakkan lidahnya.

"Saya tidak tahu apakah mereka kelompok pedagang yang baik, tapi saya yakin mereka dapat diandalkan. Mereka sedang menunggu Anda, dan Anda bisa pergi ke sana dan menemui mereka, Yang Mulia."

“Heinley…?”

Apakah mereka berbicara satu sama lain saat aku tidur? Heinley berbalik ke arahku, tetapi dia tidak terlihat terkejut.

“Jika kita pergi bersama, kita akan dicurigai.”

“Apakah Anda akan menggunakan grup pedagang lain? Atau prajurit bayaran?”

“Yah… tidak juga. Saya akan pergi sendiri.”

“Itu berbahaya. Kita harus pergi bersama.”

Kecil kemungkinan Sovieshu akan mencoba menangkap Heinley lagi, tetapi raja tanpa pengawal tidak dapat melintasi perbatasan sendirian. Tempat ini jarang dikunjungi, tetapi mungkin ada bandit seperti Seribu Abadi, dan dia bahkan mungkin bisa dirampok!

Namun, Heinley, memberiku senyum percaya diri dan berkata dia akan baik-baik saja, dan Duke Elgy membuat komentar serupa menyetujui pendapat Heinley.

"Heinley cepat dan sulit ditangkap, jadi jangan khawatirkan dia."

Aku ingin memprotes dan mengatakan bahwa itu berbahaya, tetapi aku menahan lidahku. Aku telah melihat Heinley datang ke Wirwol sendirian, dan dia bahkan memasuki istana Kekaisaran Timur tanpa terdeteksi. Walaupun kekhawatiranku tidak kunjung hilang, aku mengangguk setuju. Jika Heinley benar-benar ahli dalam bergerak sendirian tanpa terdeteksi, maka kehadiranku hanya akan membahayakannya.

“Jadi, Heinley. Aku juga akan pergi. Ratu, berhati-hatilah."

Duke Elgy pergi dengan kereta hitam yang membawa kami ke sini, lantas Heinley dan aku masuk ke penginapan yang tampak biasa. Seorang wanita mendekat dan melihat kami secara bergantian.

“Siapa yang akan aku bawa?”

Aku mengangkat tanganku, tapi jantungku berdebar kencang di dadaku. Beberapa hari telah berlalu sejak perceraianku, dan aku yakin wajahku telah tersebar di seluruh poster di kekaisaran. Desas-desus tentang permaisuri yang bercerai dan menikah lagi bahkan akan mencapai kota-kota perbatasan yang paling terisolasi.

Jubah dan kerudung panjangku menutupi wajahku, tapi jika dia memintaku untuk melepaskannya…

"Ayo pergi."

Wanita itu tidak bertanya apa-apa, lantas berbalik dan pergi.

'Apakah aku akan pergi begitu saja?'

Aku memandang Heinley, mencari kepastian, dan dia tersenyum padaku.

“Jangan khawatir. Saya telah bekerja dengan mereka beberapa kali — ah, dan mereka tidak tahu bahwa saya adalah seorang pangeran. Bagaimanapun, mereka sempurna untuk pekerjaan ini."

Yah, jika itu yang dikatakan Heinley. Aku balas mengangguk padanya dan mengikuti wanita itu.

Heinley mengawasiku dari jarak tertentu, lalu melihatku naik ke kereta lain. Dia berdiri di sana sampai kereta berangkat. Wanita itu berbicara kepadaku, jadi aku melihat ke sisi lain sejenak, dan kemudian melihat ke luar jendela. Heinley sudah pergi.

Aku mendengar pekikan burung di atas kepalaku.


*** 


<<<

Chapter 171                   

>>>             

Chapter 173 

===

Daftar Chapters