Wednesday, December 29, 2021

[Spoiler] Trash of the Count’s Family (#773)




Chapter 773: Lahirnya Seorang Pahlawan? (7)

Penerjemah: Shira Ulwiya

 

Basen dikejutkan oleh Cale yang melemparkan buku itu. Ron dan CH tidak melihat buku itu tetapi kebingungan. Cale berdiri dari tempat tidur dan berkata kalau dia harus pergi ke kamarnya dulu. Sudah lama sejak dia begitu marah. Bahkan jika Hilsman palsu adalah kerabatnya, api menyala di mata Cale memikirkan dirinya dirampok. Cale ingin segera pergi ke rumah Henituse tetapi tersentak ketika dia melihat Ron.

Ron tersenyum lembut sambil membelai pisau teh dengan jarinya. Dia mengatakan kalau kamar tuan mudanya dirampok dan bertanya apakah dia tidak salah dengar. Cale ketakutan pada saat itu karena Ron tampak seperti akan menggorok leher Hilsman palsu dengan pisau teh itu. CH bertanya apakah dia harus pergi dulu, dan Cale menjadi gugup juga.

CH terus mengeluarkan dan menyembunyikan bilah pedang dari sarungnya. CH terlihat tenang, tetapi menggumamkan 'rumah kami'. Entah mengapa, dia tampak lebih marah daripada saat monster tak berperingkat menyerang Puzzle City. Kemarahan Cale mereda saat melihat pemandangan menakutkan Ron dan CH. Basen memberi tahu Cale kalau ayah mereka tidak menyuruhnya segera datang. Basen juga mengatakan kalau mereka menyimpan catatan yang ditinggalkan Hilsman palsu, sehingga Cale dapat memeriksanya ketika dia tiba di rumah.

Basen berhenti sebelum melanjutkan kalau Cale harus menerima Medali Pahlawan yang saat ini sedang dibahas. Itu adalah pertama kalinya karena dianugerahkan oleh benua timur dan barat. Tidak ada yang akan pernah menerima medali seperti itu. Dia menambahkan kalau medali juga memiliki peringkat, dan orang lain akan menerima 'Medali Kontinental' juga. Tapi Cale akan mendapatkan medali dengan peringkat tertinggi, Medali Pahlawan.

CH memperhatikan dua bersaudara itu dan berpikir kalau Basen mungkin tidak terlihat seperti Deruth, tetapi tindakannya mirip dengan Deruth. Dua bersaudara itu saling menatap untuk waktu yang lama. Cale memecah kesunyian dan berkata kalau dia tidak ingin tercatat dalam sejarah. Basen tersenyum dan Cale bertanya kalau Basen tahu itu, kan? Basen mengangguk dan berkata ya, mereka akan mengurusnya jadi Cale hanya perlu memikirkan kepulangannya saja (Basen berbohong, hahaha).

***

Di ruang konferensi di Balai Kota Puzzle, beberapa orang duduk di meja bundar. Mereka adalah perwakilan negara-negara, dan semuanya tampak ceria. Mereka memulai dengan agenda pertama mereka. Hanya Litana yang memiliki ekspresi aneh. Dia melihat perwakilan dari benua barat dan mereka yang berasal dari benua timur. Dia bergumam 'sungguh ambigu' (ini adalah kata Korea yang berarti kalau motif seseorang itu ambigu), dan ketika perwakilan Askosan bertanya apa yang dia katakan, dia bilang bukan apa-apa.

Dia tersenyum tetapi tidak terlihat ceria. Dia memperhatikan kalau Toonka atau Alberu tidak ada di sini. Singkatnya, perwakilan yang sesungguhnya tidak ada di sini. Hanya Valentino dan pangeran dari Kerajaan Breck yang menjadi perwakilan yang sesungguhnya. Perwakilan Askosan kemudian berkata kalau mereka harus mulai dengan peringkat medali, dan kanselir Kerajaan Caro yang datang ke sini bukannya Valentino, siap menjawab. Tapi seseorang memasuki ruangan tanpa mengetuk. Dia adalah Clopeh.

"Sir Clopeh."

Litana berdiri dari tempat duduknya.

“….Kesatria Penjaga.”

Paerun, Norland, dan Askosan. Putri mahkota Norland, yang berasal dari tiga negara utara, meneteskan air liur.

Clopeh melihat sekeliling dan kemudian beranjak ke kursi kosong, duduk.

"Salam."

Dia adalah salah satu pahlawan yang berpartisipasi dalam Pertempuran Kota Puzzle, yang umumnya dikenal sebagai 'Perang Putih', dan perwakilan Paerun yang memiliki militer paling kuat di antara tiga negara utara.

“Ehem. Sir Clopeh, apakah Anda baik-baik saja?”

Menteri luar negeri Askosan, salah satu dari tiga negara utara, berbicara kepada Clopeh.

"Saya baik-baik saja."

Clopeh melanjutkan sambil tersenyum.

"Saya dengar kalau Anda akan memberikan medali sebagai hadiah untuk pertempuran ini."

"Ah! Anda sudah dengar!”

Ekspresi perwakilan Askosan menjadi cerah.

“Kami sedang mempersiapkan ini untuk para pahlawan, termasuk Sir Clopeh, yang menderita dalam pertempuran ini.”

Kanselir Kerajaan Caro menambahkan.

“Ini akan menjadi kehormatan yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam sejarah karena medali akan disiapkan oleh benua timur dan barat.”

Pada saat itulah.

"Ha ha ha-"

Clopeh terang-terangan tertawa.

“…Sir Clopeh?”

Senyumnya yang sangat terbuka dan menyegarkan menimbulkan keraguan di antara mereka yang berbicara dengannya.

“Ehem.”

Hanya Litana dan beberapa orang lainnya yang menatap mereka dengan ekspresi aneh.

Clope tersenyum.

“Oh, betapa lucunya.”

Tapi dia masih tersenyum.

"Kalian salah."

"Maaf?"

"…Apa maksud Anda?"

Saat ekspresi perwakilan dari Askosan dan Caro menegang, Clopeh berkata dengan acuh tak acuh.

"Ini bukan hanya medali atau sesuatu yang akan menilai suatu kehormatan yang akan tercatat dalam sejarah."

Clopeh tahu.

Dalam legenda-legenda. Dalam mitos-mitos.

Ini bukan tentang medali. Medali hanyalah bonus.

Tangannya menunjuk ke jendela.

"Sejarah telah dibuat dan akan dibuat hari ini."

Bukan di tempat ini tapi di seluruh dunia.

Clopeh tahu dan percaya itu.

"Sir Clopeh."

Pewaris Kerajaan Norland berikutnya membuka mulutnya.

"Sir Clopeh, apakah Anda tidak menyukai medali itu?"

Menteri luar negeri Askosan melambaikan tangannya.

“Ah, apa mungkin.”

Clopeh membuka mulutnya saat dia melihat pewaris Kerajaan Norland.

"Itu benar."

"Maaf?"

Ketika menteri luar negeri Askosan menatapnya dengan heran, putri mahkota Norland menganggukkan kepalanya seolah-olah dia sudah menduganya.

"Sir Clopeh, apa maksud Anda dengan itu?"

Mendengar pertanyaan kanselir Kerajaan Caro, Clopeh menatapnya.

“Pangeran Valentino tidak ada di sini. Perwakilan Kerajaan Caro lebih kecil dari yang kukira. Bahkan lebih rendah dari Pangeran Valentino.”

Clopeh membuka mulutnya dengan acuh tak acuh dan tatapan dingin.

“Kalian tidak berencana untuk mengakhiri ini hanya dengan medali, kan?”

“…Hanya medali?”

"Ya."

Clopeh datang ke sini begitu dia mendengar berita itu.

Dia telah melihat secara langsung sebuah legenda besar yang tak seorang pun akan pernah melihatnya lagi.

Dia telah mengalaminya bersama dengannya.

Orang itu telah bekerja keras dengan serius.

"Menteri Luar Negeri."

Clopeh kesal – tidak, dia sangat tidak senang.

Kecuali mereka yang turut menderita, ada yang hanya berdiri diam dan mencari untung. Orang yang sekadar menonton.

Apakah mereka mengatakan kalau mereka ingin memberikan medali, menyatakannya sebagai suatu kehormatan?

Khususnya, orang-orang yang tidak tahu tentang peristiwa yang terjadi di belakang layar akan menjadi orang yang memberi peringkat dan mengevaluasi mereka yang bertarung?

Untuk sang pahlawan.

Untuk sang legenda.

Dia harus diperlakukan dengan baik.

Tentu saja pahlawan yang ia kenal adalah pahlawan sejati yang tidak terlalu memperhatikan hal-hal sepele tersebut.

Clopeh memandang kanselir Kerajaan Caro. Matanya sedingin ular. Ada aura dingin yang luar biasa dari sosoknya yang bermartabat.

"Menteri luar negeri, apakah Anda baik-baik saja?"

Dia mengalihkan pandangannya ke Menteri Luar Negeri Askosan.

"Anda baik-baik saja. Bukankah Anda hanya menonton selama Perang Putih?”

Kata-kata yang dia ucapkan dengan nada tenang tetapi memiliki aura yang tajam dan menakutkan.

“A-Apa maksud Anda? Apa yang baru saja Anda katakan-!"

Bang!

Kanselir Kerajaan Caro membanting meja dengan telapak tangannya dan berdiri.

Tapi Clopeh hanya melihat sekeliling.

Putri mahkota Norland, rektor Kerajaan Breck, perwakilan Mogoru…

Satu per satu. Dia mengamati mereka dengan mata tanpa emosi. Dia hanya memeriksa untuk melihat apakah mereka baik-baik saja.

Dia terakhir melihat Litana yang tertutup debu dan staf yang kelelahan dari Kerajaan Whipper.

"Yah."

Tuk, tuk.

Jarinya mengetuk meja.

“Mari kita bahas lagi.”

Krieett.

Pintu setengah terbuka tempat Clopeh masuk terbuka lebar.

"Ya. Ayo lakukan lagi.”

Sebagian besar dari mereka yang duduk berdiri dari tempat duduk mereka.

"Putra Mahkota! Apakah Anda baik-baik saja?"

Litana buru-buru berlari keluar.

Alberu yang berwajah pucat mengatakan kalau dia baik-baik saja sambil memasuki ruangan dengan kursi roda yang didorong oleh Tasha. Litana tersenyum pahit ketika Alberu tidak terlihat baik-baik saja meskipun mengatakan kalau dia baik-baik saja. Tasha menutup pintu dan Alberu berkomentar dengan senyum cerah kalau itu aneh. Ada konferensi yang diadakan di Kerajaan Roan, tetapi tidak ada perwakilan dari Kerajaan Roan di sini. Jadi itu benar-benar aneh. Beberapa orang menghindari tatapannya.

Sekarang setelah krisis berakhir, orang-orang mulai bergerak untuk kepentingan negara mereka. Mereka yang mengatakan kalau mereka akan membantu setelah perang telah mundur satu per satu. Mereka tidak kehilangan banyak orang. Harol dari Kerajaan Whipper yang diam sampai sekarang, berbicara dan setuju kalau itu aneh. Senyum Alberu semakin dalam dan berkata kalau mereka harus memperbaikinya karena itu aneh.

Alberu mengatakan kalau Cale menolak medali. Beberapa orang terkejut dan kebingungan, sementara beberapa orang lainnya diam-diam mengangguk. 'Seperti yang diduga ...' pikir Clopeh saat matanya berbinar. Dia berharap sampai batas tertentu kalau Cale akan menolaknya karena dia tahu kalau Cale adalah pahlawan sejati yang tidak peduli dengan hal-hal seperti itu. Jadi dia bertekad untuk memastikan kalau sang legenda dan pahlawan itu akan diperlakukan dengan baik.

Alberu menunjuk ke luar jendela dan berkata kalau mereka perlu membicarakan pemulihan Kota Puzzle terlebih dahulu. Kerajaan Roan telah menderita banyak kerusakan. Alberu pada dasarnya menusuk hati nurani perwakilan lainnya. Menteri Askosan terbatuk dan berkata dengan ekspresi sedih kalau Alberu pasti mengkhawatirkan masa depan. Seseorang dari benua timur setuju. Tapi tidak seperti kata-kata simpatik mereka, ada kilatan di mata mereka.

Kerajaan Roan telah tumbuh terlalu kuat, jadi perlu ditekan. Yang lain berpikir apakah mereka seharusnya mengirim kesatria atau penyihir mereka. Orang-orang dari Norland dan Breck menutup mulut mereka, sementara kanselir Caro melihat sekeliling. Litana mencengkeram sandaran tangannya dan hendak berbicara, tetapi seseorang mengetuk pintu.

Komandan kesatria yang tidak disebutkan namanya yang ragu-ragu ketika Alberu bertanya apa yang terjadi. Beberapa orang menyambut baik perubahan topik karena kedatangannya, sementara yang lain senang karena suasana yang berat menjadi ringan. Kesatria itu gugup karena dia tahu ada motif tersembunyi baginya berada di sini, tetapi akhirnya berbicara.

Dia mengatakan kalau dia telah mengidentifikasi semua pasukan di kota, dan menyerahkan dokumen yang mencantumkan mereka. Dia mengatakan kalau jika Alberu memberitahunya apa yang harus dilakukan, dia akan bergerak sesuai dengan itu. Alberu melihat sekeliling sambil memegang dokumen. Dia tahu kalau sebagian besar kekuatan Kerajaan Roan terkonsentrasi di Puzzle City. Semua pahlawan juga ada di sini. Jadi ketika para perwakilan menyadari hal ini, Alberu tersenyum.

Dia memerintahkan komandan kesatria untuk menunggu saja. Angin dingin berhembus di ruang konferensi. Clopeh dan Harol tersenyum, sementara Litana dan perwakilan Kerajaan Breck memegang dahi mereka sambil berseru. Tapi yang lain menegang. Alberu memandang orang-orang itu dan bertanya dengan suara lembut apakah perang benar-benar berakhir.

***

Cale sedang mengemasi tasnya tanpa mengetahui tentang acara di ruang konferensi. Raon bertanya apakah dia akan pergi sekarang. Cale berkata dia akan menjelaskannya nanti, jadi mereka harus berteleportasi sekarang. Raon berhenti dan bertanya apakah dia akan mengambil buku hitam Dewa Kematian. Cale bimbang ketika dia melihat buku itu, dan dengan ragu mengatakan kalau dia harus mengambilnya.

Raon mengambilnya, tetapi buku itu tiba-tiba terbuka dan halaman-halamannya berkibar-kibar. Cale mengerutkan kening sementara Raon terkejut. Dia menyuruh Raon untuk memberikan itu kepadanya karena dia tidak ingin benda menjijikkan itu ada di dekat Raon. Tapi buku hitam itu bergerak sendiri. Buku itu terbang di udara melesat menuju Cale. CH terkejut dan mencoba mendekati Cale.

Tetapi wajah Cale dikejutkan oleh buku hitam yang terbuka. Halaman-halaman buku hitam menutupi wajahnya, dan Cale merasa seperti ditampar meskipun tidak sakit. Dia kemudian mendengar suara Dewa Kematian bergema di benaknya. Dewa Kematian berkata 'Ha, sulit untuk berbicara denganmu. Jadi ayo kita ngobrol, hah?’ (Cara Dewa Kematian mengatakan itu terdengar sedikit kesal…. Singkatnya, Dewa Kematian kesal karena Cale melemparkan buku itu, hahaha) Yang lain meneriakkan nama Cale. Ron mendukung Cale yang jatuh ke belakang. Cale perlahan menutup matanya. Cale yang ditampar wajahnya oleh sebuah buku kemudian pingsan.

***

[Baca Spoiler TCF Bahasa Indonesia di https://shiraulwiya.blogspot.com/]

Sumber: https://adarterra.wordpress.com/ 


<<<

Chapter 772      

>>>            

Chapter 774

===

Daftar Spoiler 


Thursday, December 23, 2021

Remarried Empress (#285) / The Second Marriage




Chapter 285: Lukisan (2)

Penerjemah: Shira Ulwiya

 

Karena takut memikirkan apa yang terjadi denganku dan Heinley di depan Grand Duke Kapmen, aku menghitung dari 1 hingga 10 berulang kali sejak dia masuk.

Grand Duke Kapmen berhenti sejenak dan berkata sambil tertawa terbahak-bahak,

“Maaf, Yang Mulia. Sulit bagi saya untuk memahami Anda seperti ini.”

"Apakah Anda tidak memahami saya?"

"Saya mendengar suara hati Anda pada saat bersamaan."

Apa yang harus aku lakukan? Aku tidak bisa berhenti menghitung dalam pikiranku.

Grand Duke Kapmen tersenyum canggung. Tapi segera ekspresinya menjadi sangat serius dan dia berkata,

“Saya tidak tahu pikiran apa yang Anda coba cegah agar saya tidak mengetahuinya, tetapi setelah Anda mendengar ini, Anda tidak akan dapat memikirkan hal lain. Salah satu dari tiga tim pertama yang berangkat untuk uji coba perdagangan telah ditangkap di Whitemond.”

Dia benar. Segera, aku tidak bisa memikirkan hal lain lagi.

Kekaisaran Barat kaya akan permata dan berbagai sumber daya alam, itu juga negara dengan jumlah tambang terbesar, tetapi tidak memiliki laut. Kekaisaran Barat dikelilingi oleh pegunungan dan negara-negara lain.

Tidak ada kekurangan air di Kekaisaran Barat karena ada banyak sungai dan danau besar, tetapi tidak ada angkatan laut. Sebaliknya, Kekaisaran Barat memiliki pasukan yang luar biasa karena kondisi geografisnya, jadi Angkatan Laut tidak diperlukan.

Untuk alasan ini, Kekaisaran Barat menyewa beberapa pelabuhan, yang terdekat adalah Whitemond.

Kekaisaran Barat telah menggunakan pelabuhan Whitemond selama lebih dari dua puluh tahun, dan salah satu tim dari misi ini dijadwalkan melewati pelabuhan itu untuk pergi ke Rwibt. Karena jarak terpendek, itu juga tim yang diharapkan untuk mendapatkan hasil terbaik.

Tapi apakah tim itu ditangkap?

“Apakah ada masalah?”

“Saya tidak tahu detailnya. Bawahan saya, yang seharusnya bergabung dengan tim dan memimpinnya, tertunda karena dia merasa sakit. Begitu dia tiba di Whitemond, tim sudah ditangkap.”

Aku bangkit dari sofa dengan tergesa-gesa.

"Saya harus berbicara dengan Heinley terlebih dahulu."

Meskipun aku bertanggung jawab atas ini, itu bukan sesuatu yang bisa aku selesaikan sendiri jika itu adalah masalah antar negara.

Mengapa tim itu ditangkap? Bukankah Whitemond telah menjadi negara sekutu sejak Kekaisaran Barat adalah sebuah Kerajaan? Mengapa justru sekarang ketika Kerajaan Barat menjadi Kekaisaran Barat?

Aku harap alasannya tidak terkait dengan itu. Kalau tidak, itu tidak bisa diselesaikan dengan mudah…

Aku menemui Heinley begitu aku sampai di depan kantornya.

“Ratuku. Sebenarnya, aku hendak mencari Ratuku.”

Dia keluar dari kantornya di sebelah McKenna, yang memiliki ekspresi sangat serius.

Apakah Heinley tersenyum?… Apakah aku salah lihat? Ya, aku pikir aku salah lihat. Dia juga memiliki ekspresi serius.

"Ratuku, apa kamu sudah mendengarnya?"

"Tentang apa yang terjadi di Whitemond?"

"Ya. Kami menerima informasi melalui merpati pos, bahkan anggota tim tidak tahu mengapa mereka ditangkap.”

***

Sovieshu, yang keluar berpakaian seperti orang biasa, berhenti di depan sebuah toko dalam perjalanannya dalam sebuah penyelidikan rahasia.

Komandan kesatria, yang mengikutinya, mengalihkan pandangannya ke arah yang Sovieshu lihat.

Itu adalah toko berdinding kaca, jadi kamu bisa melihat lukisan di dalamnya di mana orang terkenal muncul.

Komandan kesatria menghela napas di dalam hati. Orang itu adalah mantan permaisuri. Permaisuri Navier dalam lukisan besar.

Sovieshu berdiri diam sejenak, tenggelam dalam pikirannya, sebelum memasuki toko.

"Selamat datang!"

Pemilik toko bergegas dengan penuh semangat saat pintu depan terbuka. Namun, langkah pemilik toko otomatis melambat saat melihat Sovieshu.

Meskipun dia mengenakan pakaian orang biasa dan wajahnya setengah tertutup, ada tekanan yang secara alami muncul dari Sovieshu.

Pemilik toko, yang telah berurusan dengan bangsawan dalam banyak kesempatan, dengan cepat menyadari bahwa Sovieshu adalah pria dengan status sangat tinggi dan tetap diam. Mereka yang berstatus tinggi tidak suka ditanyai terlebih dahulu. Lebih baik membiarkan mereka melihat-lihat dengan bebas.

Berkat ini, Sovieshu dapat sepenuhnya menghargai lukisan yang tergantung di dinding tanpa gangguan dari siapa pun.

Dalam lukisan itu, Navier duduk acuh tak acuh dalam gaun merah. Apa yang tidak biasa adalah bahwa Sovieshu sendiri tampak berbaring di pangkuannya.

Sovieshu tiba-tiba merasakan sakit di dadanya. Dia merasa sesak napas.

"Tuan muda?"

Komandan kesatria bergegas ke Sovieshu untuk membantunya.

"Jangan khawatir."

Sovieshu melambaikan tangannya untuk menunjukkan bahwa dia baik-baik saja, dan mencoba meredakan rasa sakitnya dengan mengetuk ringan hatinya yang sakit.

Dia telah membuat dirinya sesibuk mungkin untuk melupakan penderitaan yang dia alami di Kekaisaran Barat.

Mengapa aku harus melihat lukisan ini di sini…

Dia merasa merinding saat mengingat rasa sakit yang tak tertahankan. Sovieshu berbalik dan meninggalkan toko.

Namun, dia bahkan tidak berhasil mengambil tiga langkah keluar lantas dia kembali dan berkata kepada pemilik toko,

"Jual lukisan itu padaku."

Meskipun itu adalah toko yang menjual lukisan, pemiliknya awalnya tidak berniat untuk menjual lukisan itu.

Dia ingin meninggalkan lukisan ini tergantung di toko sebagai jimat keberuntungan.

Namun, tekanan intens dari Sovieshu yang terpancar terlalu kuat untuk ditolak.

Pemilik toko berkata dengan ragu-ragu,

"Lukisan itu sangat mahal."

“Itu tidak masalah.”

Bertekad, Sovieshu memberinya kantong uang kecil. Kemudian, dia memerintahkan komandan kesatria untuk menutupi lukisan itu dengan kain hitam dan membawanya ke kamar tidurnya.

Setelah penyelidikan rahasia selesai, Sovieshu segera kembali ke istana.

"Dan lukisan itu?"

“Itu ada di kamar Yang Mulia. Saya sedang menunggu Anda untuk memberi tahu saya di mana Anda ingin menggantungnya.”

Sovieshu meminta lukisan itu digantung di tempat yang bisa dilihatnya sambil berbaring di tempat tidur.

Begitu komandan kesatria pergi, Sovieshu duduk di tempat tidur dan melihat lukisan itu dengan cermat.

Itu adalah lukisan yang sangat hidup dan indah.

Sovieshu meludahkan umpatan dan mencengkeram kepalanya. Matanya mulai terbakar.

Dia baik-baik saja sekarang setelah begitu banyak menderita di Kekaisaran Barat. Mengapa ini tiba-tiba muncul ...

Namun terlepas dari rasa sakitnya, dia tidak bisa mengalihkan pandangannya dari lukisan itu.

Suatu hari yang agak panas ketika hampir tidak ada angin bertiup, dia pergi piknik dengan Navier di lapangan di dalam Istana Kekaisaran. Hari itu, sambil berbaring di pangkuan Navier, dia menekan dagunya dan menertawakannya. Navier, yang sedang membelai rambut Sovieshu, menariknya seolah-olah dia melakukannya secara tidak sengaja. Akibatnya, Sovieshu berbalik dan menggelitik kakinya.

Sovieshu masih bisa dengan jelas mendengar Navier tertawa geli…

"Sialan."

Sekali lagi, matanya menegang dan rasa sakit yang mendalam menimpanya.

Saat dia terengah-engah, air mata mulai jatuh di pipinya.

'Apa artinya ini? Kenapa sekarang?'

Bahkan lukisan itu tampak buram karena air matanya.

Saat dia menyeka air mata dengan tangannya, dia menemukan sesuatu di lukisan yang tidak dia sukai.

Mata Navier. Alih-alih menatapnya, matanya melihat ke tempat lain.

"Kamu melihat ke mana?"

Sovieshu bertanya kepada Navier tentang lukisan itu, seolah dia bisa menjawab. Pandangan Navier terangkat.

‘Kenapa dia tidak menatapku?’

Ini membuatnya kesal, sepertinya dia sedang melihat orang lain.

"Navier."

Sambil menangis tak terkendali, Sovieshu mendekati lukisan itu dan menempelkan dahinya ke gaun Navier.

“Navier. Jangan berpaling. Lihat aku."

Tidak ada tanggapan.

Sovieshu berlutut dan akhirnya berkata di antara isak tangisnya,

“Navier, aku merindukanmu. Navier, aku ingin bertemu denganmu. Navier, aku harap kamu kembali.”

***

[Baca Remarried Empress Bahasa Indonesia di https://shiraulwiya.blogspot.com/]

Diterjemahkan dari https://novelutopia.com/ 


<<<

Chapter 284          

>>>             

Chapter 286

===

Daftar Chapters 


Remarried Empress (#284) / The Second Marriage




Chapter 284: Lukisan (1)

Penerjemah: Shira Ulwiya

 

Mana yang lebih buruk? Bahwa Heinley mengira aku mencoba menghindarinya, atau bahwa aku hanya tertarik pada tubuhnya?

Yang pertama membuatku terlihat seperti wanita berhati dingin. Yang kedua membuatku terlihat seperti orang bodoh.

Memikirkan hal ini aku tidak bisa tetap tenang, jadi aku meletakkan pena dan bangkit dari kursi.

Memangnya apa salahku? Suasana hati mengalir seperti itu, bukan? Aku hanya terbawa oleh situasi. Jadi mengapa?

Apa karena aku menyentuhnya? Dia juga menyentuhku. Jadi ketika dia menyentuhku, itu adalah cinta, tetapi ketika aku menyentuhnya, aku hanya menginginkan tubuhnya?

Jika aku hanya tertarik pada tubuhnya, aku tidak akan mengkhawatirkan diriku dengan hal lain.

Aku berharap seperti itu, aku akan bersenang-senang setiap hari, bekerja di siang hari dan bermain dengan tubuhnya di malam hari!

Itu menyakitkan karena aku tidak hanya tertarik pada tubuhnya, tetapi bahkan lebih…

Jika dia sering berbicara tentang mandi bersama, melakukannya di tempat lain, di posisi lain, bermain peran, dan banyak hal lainnya! Bagaimana bisa aku menjadi orang yang kotor karena memasukkan tanganku ke celananya sedikit!?

“Yang Mulia? Tampaknya ada hal yang mengganggu Anda.”

Saat aku mondar-mandir di ruang tamu dengan bibir mengerucut, dayang-dayangku juga tampak cemas.

Aku menggelengkan kepalaku mendengar kekhawatiran Countess Jubel,

"Jangan khawatir, hanya saja ada sedikit masalah yang muncul."

Kemudian Laura berlari seperti tupai dan bertanya,

"Apa yang terjadi? Diskusikan dengan kami, Yang Mulia! Kemudian, kami mungkin dapat menemukan solusi cepat untuk masalah Anda. Katanya menyatukan beberapa kepala selalu dapat menemukan jalan, kan?”

Terima kasih, Laura. Tapi aku tidak bisa mengatakan kalau suamiku menganggapku seorang bidadari yang hanya menginginkan tubuhnya.

Aku tidak bisa mendiskusikan masalah memalukan ini dengan siapa pun. Apa yang harus didiskusikan? Jika seseorang mengetahui hal ini, aku akan mati karena malu.

Pada saat itu, ada ketukan di pintu.

"Saya akan membukanya!"

Laura, yang berlari ke pintu dengan bersemangat, segera kembali dan berteriak,

"Yang Mulia, Grand Duke Kapmen ada di sini untuk menemui Anda!"

Oh… Astaga. Ini tidak mungkin!

Dari semua waktu... Duke justru datang saat ini!

"Bisakah kamu menyuruhnya datang nanti?"

"Dia bilang ini masalah mendesak ..."

"Masalah yang mendesak?"

"Ini tentang tiga tim penguji pertama!"

Aku mengertakkan gigi dan mengepalkan tinjuku, tetapi tidak ada yang bisa dilakukan.

"Biarkan dia masuk."

Ya Tuhan, aku harap apa yang terjadi sebelumnya dengan Heinley tidak terlintas dalam pikiranku di depan Grand Duke Kapmen.

***

Tiga nona muda sebaya sedang duduk berdampingan di tangga, dan di depan mereka dua anjing besar sedang bermain menggigit ekor satu sama lain.

Anjing-anjing itu menggonggong dan melompat dengan gembira, tetapi para nona muda itu memasang ekspresi bosan.

Dengan kepergian Duchess Tuania, dan bahkan Permaisuri Navier, akhir-akhir ini masyarakat kelas atas menjadi sangat membosankan.

Pesta besar dan kecil diadakan di di berbagai tempat, tetapi tidak ada pesta yang diselenggarakan oleh bangsawan berstatus sangat tinggi, yang sedikit membosankan.

Hanya ketika bangsawan berstatus tinggi menyelenggarakan pesta, beragam kepribadian berkumpul. Duke dan Duchess Troby pergi ke Kekaisaran Barat, sementara Duke Tuania mengalami depresi dan tetap terkurung di rumahnya setelah bercerai.

Marquis Farang adalah tipe pria yang lebih menyukai kompetisi berburu, anggar, dan melatih merpati pos daripada berpesta.

Marquis Karl jarang mengadakan pesta, mungkin karena dia adalah kepala sekretaris kaisar, sementara para nona muda enggan pergi ke pesta yang diselenggarakan oleh Grand Duke Lilteang karena temperamennya yang buruk.

Dan Permaisuri Rashta hanya bertemu dengan para pria, jadi para nona muda pasti akan bosan.

Akhirnya Rivetti, yang duduk diam, bertanya dengan rasa ingin tahu,

"Apakah kamu pernah memiliki hubungan romantis?"

Alischute menatap Rivetti dengan heran,

"Apakah ada seseorang yang kamu sukai?"

Alischute adalah sahabat Laura, tetapi sejak Laura pergi ke Kekaisaran Barat, dia bergaul dengan Rivetti dan Anne.

Rivetti berpikir, 'Mengapa aku harus mengatakan jika ada seseorang yang aku sukai? dan menjawab dengan tegas,

"Tidak."

"Lalu mengapa kamu tiba-tiba berbicara tentang hubungan romantis?"

Anne, yang mendengarkan dengan tenang, berkata dengan suara serius,

“Hubungan romantis itu terjadi setelah menikah. Tidak baik untuk menyebarkan desas-desus kalau Anda berkencan sebelum menikah, Rivetti.”

Rivetti mengerucutkan bibirnya. Dia juga sangat menyadari filosofi bangsawan tentang 'memisahkan cinta dari pernikahan,' tetapi kata-kata itu sedikit mengganggunya karena fakta bahwa itu menyebabkan perceraian Navier, permaisuri yang paling dia sukai.

“Ini bukan hubungan romantis karena aku menyukai siapa pun. Itu karena itu perlu.”

"Mengapa? Untuk menikah?"

"Sampai tingkat tertentu."

Alischute dan Anne, yang bosan, menatap Rivetti dengan binar di mata mereka.

"Siapa dia?"

“Siapa yang ingin kamu nikahi?”

“Apakah ayahmu menentangnya? Jika tidak, minta ayahmu untuk membicarakan pernikahan dengan keluarganya.”

Bibir Rivetti terpelintir. Jika dia bisa, dia pasti sudah melakukannya.

Tapi dia membidik Kaisar, bukan bangsawan biasa. Lagi pula, dia melakukannya karena balas dendam, bukan cinta. Dia bermaksud merayunya dan lalu membuangnya.

Ayah dan saudara laki-lakinya tidak akan membantunya dalam hal ini. Tentu saja, bahkan jika mereka ingin membantunya, keluarganya tidak memiliki status yang cukup untuk membujuk Kaisar untuk mengambilnya sebagai selirnya.

"Itu tidak mungkin. Aku sudah mencoba merayunya, tapi dia sepertinya tidak tertarik padaku.”

"Berapa umurnya? Apakah dia terlalu tua atau terlalu muda? Mungkin itu sebabnya dia tidak tertarik padamu.”

Anne telah membuat komentar cerdas lainnya. Rivetti ragu-ragu, memikirkannya, dan menjawab,

“Dia lebih tua. Tapi usia kami tidak begitu berbeda jauh.”

“Kamu ceria dan energik, bukankah itu pesonamu? Kamu harus menunjukkannya.”

"Bagaimana?"

“Kenapa kamu tidak menunjukkan dirimu yang kuat? Ketika ada kompetisi berburu, tembakkan panah dengan baik di depannya.”

"Aku tidak tahu cara menembakkan panah."

"Kalau begitu naik kuda dengan baik!"

Para nona muda memberikan pendapat mereka, tetapi itu tidak terlalu membantu.

Akhirnya, Rivetti melupakan topik rayuan sementara dia tertawa dan bercanda dengan teman-temannya. Dia baru menyesalinya, setelah berpisah dari mereka.

'Ah! Bagaimana kami beralih dari masalah rayuan ke topik seni ramal tapak tangan itu?’

Rivetti menepuk kepalanya dengan ringan, meratapi kebodohannya.

Meski begitu, dia senang berkumpul dengan teman-temannya. Rivetti berjalan santai kembali ke rumah.

Tapi di tengah jalan, dia merasakan seseorang mengikutinya.

Rivetti berhenti dan melihat ke belakang.

'Hah?'

Meskipun hari mulai gelap, ada beberapa orang yang lewat di sini, jadi dia tidak bisa memastikan apakah ada orang yang mengikutinya.

Meski merasa sedikit gelisah, Rivetti akhirnya tetap berjalan. Ada banyak orang yang lewat, jadi dia pikir tidak ada yang mengikutinya secara terang-terangan.

“…”

Tetapi setelah beberapa langkah, dia sekali lagi diliputi oleh ketakutan yang tidak menyenangkan.

Meskipun dia berjalan cepat selama beberapa saat, sensasi aneh itu tidak menghilang. Rivetti berhenti lagi dan melihat ke belakang.

Orang-orang masih datang dan pergi seperti biasa. Tidak ada tanda-tanda ada orang yang mengikutinya.

‘Apakah itu imajinasiku?’

Rivetti, yang setengah mengalihkan pandangannya ke depan, melihat ke belakang lagi ketika dia menyadari fakta yang mengejutkan.

Pejalan kaki itu!

Itu adalah pejalan kaki yang sama! Dia yakin mereka adalah orang yang sama seperti ketika dia melihat ke belakang untuk pertama kalinya.

Pada titik ini, Rivetti panik dan merinding.

Dia menoleh ke depan dengan cepat dan berlari.

Kemudian, pejalan kaki itu berhenti dan mengalihkan pandangannya ke punggung Rivetti pada saat bersamaan.

Seorang anak yang berjongkok di antara peti kayu di sudut gang menyaksikan pemandangan itu, menjilati sepotong permen.

Itu adalah hari terakhir Rivetti terlihat.

***

[Baca Remarried Empress Bahasa Indonesia di https://shiraulwiya.blogspot.com/]

Diterjemahkan dari https://novelutopia.com/ 


<<<

Chapter 283           

>>>             

Chapter 285

===

Daftar Chapters