Saturday, September 18, 2021

[Spoiler] Trash of the Count’s Family (#740)

 



Chapter 740: Bukankah Ini Keterlaluan? (10)

Penerjemah: Shira Ulwiya

 

CH bertanya kepada KRS apakah dia ingin makan lebih banyak, dan KRS menjawab bahwa dia baik-baik saja sekarang. CH mengeluarkan beberapa pai apel dan bertanya lagi, dan KRS menjawab bahwa dia sudah kenyang. CH kaget karena KRS sudah kenyang hanya karena memakan beberapa potong ayam. Dia mencoba menahan emosinya, tetapi mata KRS bergetar ketika dia melihat CH. CH sedang memikirkan apa yang harus dia lakukan selain membeli baju baru, dan segera memeriksa saldo rekening bank Kim Hyun Soo.

Dia mungkin tidak mengetahui hal-hal modern, tetapi dia masih memiliki akal sehat. Dia tahu bahwa dia tidak bisa meninggalkan KRS seperti ini. CH menyajikan KRS sepotong pai apel dan jus jeruk, mengingat bagaimana mereka pertama kali bertemu. CH mengklaim bahwa dia adalah rekan kerja ayah KRS, dan meminta KRS untuk mengikutinya. Ketika dia mencoba memberi KRS nasi, KRS menyuruhnya memesan ayam.

CH tidak bisa berkata-kata pada keluguan dan kepolosan KRS, tetapi KRS muda tidak benar-benar mempercayai CH. Dia hanya mengikuti CH karena dia tidak mau pulang. CH tidak mengetahuinya. CH memanggil KRS dengan namanya, dan KRS menjawab dengan memanggil CH ‘ajusshi’ (paman). CH tertegun mendengar kata paman, tetapi kemudian berkata dengan wajah tegas.

Dia mengatakan kepada KRS bahwa mulai sekarang, dia tidak boleh mengikuti siapa pun yang dia temui untuk pertama kalinya, bahkan jika mereka memberinya makanan. KRS menatap CH sebelum mengangguk sambil mengatakan bahwa dia tidak akan mengikuti siapa pun. CH memujinya karena menjadi anak yang baik, dan ekspresi KRS bergetar lagi. CH tidak menyadari hal ini saat dia memikirkan kembali suara aneh yang dia dengar beberapa waktu lalu. Suara itu memberinya empat petunjuk, dan jika dia merangkum semuanya, yang dibutuhkan KRS muda adalah sebuah rumah.

Rumah atau tempat bernaung yang baru karena KRS telah menjalani masa kecil yang menyakitkan dan memalukan di tangan kerabatnya. Jadi CH harus mengeluarkan KRS dari tempat itu, dan itu sebaiknya bukan solusi jangka pendek. Dia menatap anak laki-laki yang makan pai apel itu dengan prihatin, tetapi mengalihkan pandangannya ke pedang kayu yang diletakkan di satu sisi. CH berpikir untuk menemukan panti asuhan atau lembaga bantuan anak besok. Dia juga ingin pergi ke rumah KRS dan melihat kerabatnya secara langsung. Tatapannya pada pedang kayu menjadi lebih dingin.

[Baca Spoiler TCF Bahasa Indonesia di https://shiraulwiya.blogspot.com/]

***

Cale meminta sang naga untuk melepaskannya, dan naga itu mendengus lantas memutar kepalanya dan melonggarkan tali. CH memperhatikan mereka dan berjalan menuju Cale, tetapi dia menabrak perisai hitam di sekeliling Cale. CH dan sang naga bertemu pandang, dan naga itu berkata bahwa dia (CH) terlalu kuat untuk pria itu (Cale). CH bertanya-tanya apa yang dibicarakan naga itu, dan dia menoleh ke Cale.

Cale jatuh terduduk ke tanah, dan dia mendengus sambil menggosok pantatnya. Dia berkata 'lihat apa kamu?' tetapi hanya menggumamkannya karena dia takut dipukul oleh keduanya. CH berbisik pelan bahwa dia (Cale) benar-benar seorang manusia. Tatapannya menakutkan tetapi ujung jarinya gemetar. Cale memandang CH dan berkata bahwa CH juga manusia.

Tapi dia bertanya kepada CH apakah dia tinggal di Hutan Kegelapan atau Desa Harris, atau apakah dia seorang kesatria yang dikirim dari wilayah Henituse. Cale menanyakan itu seolah-olah dia tidak mengenal CH, dan CH bingung mendengar kata 'desa' dan 'wilayah.' CH juga tertegun dan bertanya-tanya bagaimana keduanya bisa berbincang karena bahasa yang dia gunakan adalah bahasa Korea. Ketika CH terus merasa kebingungan, naga itu menghadap Cale dan bertanya mengapa sebelumnya Cale meminta naga untuk membawanya ke hutan ini.

Cale tanpa sadar melangkah mundur dan punggungnya menabrak tiang kayu. Naga itu mendecakkan lidahnya dan berkata bahwa Cale itu limbung. Dia memandang Cale dari atas ke bawah dengan ekspresi serius. Cale merasa aneh karena Raon memperlakukannya seperti ini, tetapi segera mengerutkan kening ketika perutnya berbunyi. Sepertinya dia belum makan, jadi dia berkata dengan lantang bahwa dia lapar.

Naga itu menghela napas dan berkata bahwa dia punya banyak hal yang harus dilakukan. Dia memandang CH dan menyuruh CH untuk membawakan mereka sesuatu untuk dimakan. CH menatapnya dengan bingung, dan naga itu menunjuk ke barat daya, mengatakan bahwa ada sebuah desa di sana, jadi CH harus pergi ke sana untuk mendapatkan makanan untuk manusia ini (Cale). Naga itu berkata bahwa dia membenci manusia, jadi dia tidak ingin pergi ke desa.

CH bertanya mengapa naga itu mengatakan dia membenci manusia, namun ingin CH mendapatkan makanan untuk manusia. Sementara itu, Cale senang dengan sikap CH, yang sama sekali berbeda dari yang dia kenal. CH yang sekarang adalah dirinya sebelum merasakan kehangatan penduduk desa Harris, jadi CH tidak terlalu penurut. Cale berpikir bahwa ini bagus karena CH akan dapat pergi ke mana pun di dunia ini tanpa ada yang menusuknya dari belakang.

Dia tersenyum puas, dan CH yang melihat senyum itu tertegun dan menghindari tatapan Cale. Suaranya bergetar ketika dia bertanya apakah ada desa di barat daya. Dia tidak tahu tentang desa itu. Sementara Cale, dia berpikir bahwa CH sangat sabar dan lembut dilihat cara CH berbicara dengan mereka. Jika itu Cale, saat dia melihat naga yang berbicara atau menyadari bahwa ada sebuah desa yang dihuni manusia, dia akan menangkap keduanya dan segera lari ke desa.

Cale bertanya kepada CH apakah dia benar-benar tinggal di sini karena ini adalah tempat yang berbahaya. Tapi CH menutup matanya dan berbalik, mengatakan bahwa dia akan mencari makanan terlebih dahulu. Dia berjalan ke arah yang berlawanan dari desa, dan Cale tidak menghentikannya, mengetahui bahwa CH butuh waktu untuk berpikir sendiri. Cale tersentak ketika dia melihat naga itu menatapnya.

Naga itu bertanya kepada Cale mengapa mereka datang ke sini. Tidak ada orang di sini, dan juga ada banyak monster yang kuat. Dia tahu bahwa ini bukan tempat untuk Cale karena Cale tidak akan sanggup bertahan di sini bahkan untuk sehari saja. Tetapi Cale menjawab bahwa itu karena sang naga membutuhkannya. Naga itu terkejut dan Cale melanjutkan bahwa ini adalah tempat yang bagus bagi sang naga untuk belajar, tumbuh, dan mengenal dunia.

Monster-monster di sini akan membantu Raon tumbuh. Cale menambahkan bahwa ini juga merupakan tempat yang baik bagi sang naga untuk membangun rumahnya. Mendengar kata 'rumah', ekor Raon sedikit berkedut. Cale berdiri dan menyapu tanah dari bajunya, mengatakan bahwa pria yang mereka lihat sebelumnya berada dalam situasi yang sama dengan sang naga. CH tidak tahu banyak tentang dunia karena dia sudah lama sendirian.

Naga itu menatap ke arah hutan, dan menyadari bahwa CH sebenarnya bersembunyi di balik pohon dan tidak mencari makanan. Cale mengatakan bahwa jika keduanya bersama, mereka tidak akan kesepian. Dan karena keduanya kuat, tidak ada yang bisa menyentuh mereka dengan mudah. Cale tidak tahu apa yang harus dilakukan dengan penghinaan Raon, tetapi dia ingin memberi Raon sebuah keluarga.

Dia jelas tidak berniat memaksa Raon untuk melakukannya, tetapi hanya ingin menciptakan peluang bagi keduanya. Naga itu menatap senyum lembut di bibir Cale, berpikir bahwa Cale tidak menyadari bahwa dia sedang tersenyum. Naga itu bertanya bagaimana dengan dia (Cale) saat itu. Cale menyeringai dan berkata bahwa jika naga itu pergi dengan orang jahat seperti dia, itu tidak bagus. Dia tidak ingin meninggalkan Raon atau CH di dekat Venion karena mereka dapat mempelajari hal-hal ilegal, dan dia juga ingin menyingkirkan Venion.

Cale berpikir bahwa sebelum tubuhnya menghilang, Raon akan mengisi hatinya dengan sesuatu yang bukan penghinaan. Cale mengangguk puas, tetapi terkejut ketika tanah tiba-tiba bergetar. Naga itu menghantam tanah dengan sangat keras dengan cakar depannya, dan Cale agak takut, bertanya-tanya mengapa naga itu menjadi marah.

Naga itu berteriak dengan keras bahwa dialah yang akan memberi perintah pada Cale. Mana hitam berputar-putar di sekitar sang naga dan menghancurkan pohon-pohon di dekatnya. Cale menelan ludah ketika dia melihat pohon-pohon raksasa tumbang, dan dengan cepat mengatakan bahwa naga itu dapat memerintahkannya (Cale) sebanyak yang dia inginkan. Naga itu akhirnya tenang dan melirik ke arah timur laut.

CH keluar dari hutan dengan diselubungi aura. Dia perlahan menuju Cale saat dia membelai sarung pedangnya, menanyakan apakah Cale mengenalnya. CH membuat tekad yang kuat, mengatakan bahwa dia tidak akan melewatkan kesempatan itu. Dia berbelok ke barat daya dan membayangkan desa, wilayah, dan segala sesuatu di luar hutan.

CH mengatakan bahwa dia akan meninggalkan tempat ini. Dia mengatakan itu seolah-olah dia membuat janji pada dirinya sendiri, dan seolah-olah dia membuat semacam deklarasi perang. CH melanjutkan bahwa dia akan ikut dengan mereka. Hanya CH yang tahu untuk siapa dan untuk apa deklarasi perang itu. Tidak menyadari hal ini, Cale memegang kerahnya dan dalam hati berteriak bahwa tubuhnya tidak berguna karena tidak memiliki kekuatan kuno.

Dia tidak bisa membuat perisai, dan satu-satunya hal yang baik tentang tubuh ini adalah kesehatannya. Cale memandangi sang naga yang menghela napas dan mengikat Cale ke tiang kayu lagi. Naga itu juga memasang perisai di sekitar Cale, dan mengatakan bahwa mereka (Raon dan CH) akan pergi ke desa. Dia mengepakkan sayapnya dan terbang, tetapi berhenti dan berbalik ke Cale, menyuruhnya diam karena monster bisa saja datang dan bahwa Cale itu lemah.

Cale menatap bengong ke naga itu dan berpikir bahwa tes ini memakan waktu lebih lama dari yang dia kira. Tapi Cale tidak tahu bahwa ketika naga itu terbang ke desa, dia berhenti beberapa kali dan melirik Cale, tersenyum sambil memetik buah di jalan. Cale yang ditinggalkan sendirian berpikir ada sesuatu yang aneh. Dia merasa tengkuknya menjadi dingin karena anehnya dia merasa tidak nyaman. Dia punya firasat kalau ada suatu hal buruk yang akan terjadi.

[Baca Spoiler TCF Bahasa Indonesia di https://shiraulwiya.blogspot.com/]

***

“…Akhirnya, seseorang telah memasuki tahap akhir.”

Alberu Crossman menggosok matanya dengan ekspresi lelah.

Bola di atas kuil.

Bola itu terbagi menjadi enam bagian, tetapi hanya lima yang memiliki warna sekarang.

Semuanya bersinar ungu, dan hanya satu yang berwarna hitam.

Seseorang telah memasuki 'kemarahan.'

"Pertama-tama, itu bukan Cale Henituse."

Siapa dia?

Alberu melanjutkan pengamatannya seraya bertanya-tanya.

Pada saat yang sama, gumaman lembut keluar dari mulut orang yang perlahan berjalan menuju ruang hitam dari ruang ungu.

“Bagaimanapun, ini adalah penghinaan di masa lalu. Ini bukan milikku. Aku hanyalah seseorang yang akan menyaksikan kehidupan seorang legenda.”

Clopeh Sekka menuju ke tes ilusi terakhir "Kemarahan" dengan wajah tenang.

***

[Baca Spoiler TCF Bahasa Indonesia di https://shiraulwiya.blogspot.com/]

Sumber: https://adarterra.wordpress.com/ 


<<<

Chapter 739          

>>>            

Chapter 741

===

Daftar Spoiler 


Sunday, September 12, 2021

Remarried Empress (#251) / The Second Marriage

 



Chapter 251: Tanpa Perasaan (2)

Penerjemah: Shira Ulwiya

 

"Duke!"

Ketika Rashta memasuki ruangan, dia memanggil Duke Elgy sambil menangis. Duke bingung dengan suara menyedihkan Rashta.

“Rashta? Ada apa?"

Rashta menghentak-hentak lantai dengan marah dan dengan cepat duduk di kursi di meja.

Meskipun Duke Elgy masih bingung, dia membawa makanan ringan favorit Rashta yang biasanya.

Rashta menunggu Duke Elgy duduk di sebelahnya dan kemudian mulai berbicara tentang apa yang terjadi di ruang audiensi.

"Rashta pernah menghukum berat seorang pelayan karena mencoba menyakiti Rashta."

Duke Elgy mengangkat alisnya, seolah-olah ini adalah pertama kalinya dia mendengarnya.

"Benarkah?"

“Rashta tidak punya pilihan. Jika kau memaafkan seseorang seperti itu, kau tidak akan pernah tahu apa yang mungkin dilakukan orang itu di masa depan.”

"Tentu saja."

"Tapi Rashta tidak tahu bahwa kakaknya adalah seorang jurnalis, apalagi, jurnalis rakyat jelata yang mewawancarai Rashta."

"Ah…"

Duke Elgy menghela napas ringan. Sikap itu membuat Rashta semakin ketakutan dan sedih.

“Jadi, jurnalis itu datang ke ruang audiensi dan meminta untuk menemukan adiknya yang hilang. Apa yang harus Rashta lakukan?”

“Di mana adiknya?”

“Dipenjara…”

"Mengapa kamu tidak memberitahunya bahwa dia dipenjara karena melakukan kejahatan?"

“Dia tidak akan percaya dia dipenjara karena kejahatan. Bahkan jika dia mengaku bersalah, dia akan membenci Rashta…”

"Maka Yang Mulia akan mengurusnya."

Rashta menggelengkan kepalanya dengan cepat.

“Yang Mulia marah pada Rashta karena menghukumnya. Yang Mulia sebenarnya diam-diam menyukai pelayan itu karena dia sangat cantik.”

Duke Elgy mengangkat alisnya lagi.

"Selain itu, pelayan itu juga mengagumi Yang Mulia."

Rashta berbicara tanpa daya, tetapi dengan cepat menambahkan.

"Namun, bukan itu alasan Rashta menghukum pelayan itu."

"Tentu saja."

Rashta memandang Duke Elgy dengan mata berkaca-kaca.

“Yang Mulia tidak akan membantu Rashta. Dia pergi dengan marah tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Aku tidak tahu harus berbuat apa, aku takut.”

Duke Elgy tersenyum lembut dan berbicara dengan suara yang menenangkan.

“Rashta adalah Permaisuri, jika ada yang salah, martabat keluarga kekaisaran juga akan terpengaruh. Selain itu, kau memiliki anaknya di dalam rahimmu, tidak diragukan lagi pada akhirnya dia akan turun tangan untuk menangani masalah ini. Tenang saja.”

Suaranya tidak ragu-ragu sedikit pun meski terdengar lembut, membuat Rashta merasa yakin.

Rashta merasa lega dan menutupi perutnya dengan tangannya, lalu menatap Duke Elgy dengan mata berkaca-kaca.

“Akan sangat sulit bagi Rashta tanpa Duke.”

"Aku senang bisa membantu Rashta."

Duke Elgy menjawab seolah itu wajar.

Jawabannya terdengar sangat bisa dipercaya, mata Rashta memerah lagi. Sikap Duke Elgy benar-benar berbeda dari reaksi dingin Sovieshu.

Duke Elgy melihat punggung Rashta yang gemetar dan dengan lembut mengulurkan lengannya ke bahunya.

Rashta terkejut sesaat, tetapi segera berlindung di pelukan Duke Elgy tanpa mengatakan apa-apa.

Seperti rusa yang malang, dia membenamkan wajahnya di dada Duke Elgy.

Sudut mata Duke Elgy sedikit melengkung.

[Baca Remarried Empress Bahasa Indonesia di https://shiraulwiya.blogspot.com/]

* * *

Karena aku belum memiliki kantor sendiri, aku mengambil sepuluh buku rekening dari arsip negara dan menumpuknya di meja di kamarku untuk diperiksa.

Aku pikir akan lebih baik untuk membandingkan buku besar sementara aku mengatur gaji dan tugas karyawan.

Tapi sebelum aku bisa menyelesaikan semua ini, McKenna membawakanku dokumen lain.

“Karena Kerajaan Barat telah menjadi Kekaisaran, kita harus menyesuaikan dengan status itu. Untungnya, Yang Mulia, Permaisuri, tahu lebih banyak tentang itu daripada orang lain. Ini benar-benar melegakan!”

Dokumen-dokumen itu berisi serangkaian tugas yang harus ditata ulang, pekerjaan yang akan hilang, pekerjaan yang akan muncul, pekerjaan yang akan digabung atau dipisahkan, dan sebagainya.

Tapi itu semua ditangani secara dangkal dan McKenna ingin aku mengubahnya agar bisa diterapkan.

Itu tidak sulit, tetapi itu membutuhkan banyak pekerjaan.

Saat aku menatapnya dengan linglung, McKenna terbatuk dan mengalihkan pandangannya.

Tetapi dilihat dari sudut mulutnya yang sedikit terangkat, jelas bahwa dia senang memiliki lebih sedikit pekerjaan yang harus dilakukan.

Pada akhirnya, hari itu ternyata menjadi hari yang sangat sibuk karena melakukan tiga hal sekaligus.

Juga, karena orang tuaku masih di Kekaisaran Barat, aku mencoba makan dengan mereka setidaknya sekali sehari, jadi aku punya lebih sedikit waktu.

Rose dan Mastas terkejut ketika mereka pertama kali melihat aku bekerja dengan tiga pena dan enam buku catatan berjajar, tetapi Laura berkata dengan gembira.

"Wanita itu tidak cocok sebagai Permaisuri."

Countess Jubel juga tertawa terbahak-bahak seolah senang,

"Itu benar. Yang Mulia Sovieshu akan mengalami kesulitan.”

Namun di tengah pekerjaan, terdengar ketukan di pintu.

Orang yang masuk adalah salah satu sekretaris Heinley.

"Ada apa?"

Ketika aku bertanya dengan rasa ingin tahu, dia berkata dengan ekspresi paksa yang nyaris tidak menyembunyikan kegembiraannya.

"Kaisar telah meminta saya untuk membawa Yang Mulia ke tempat yang ingin dia tunjukkan pada Permaisuri."

Tempat yang Heinley ingin tunjukkan padaku?

Begitu aku mendengar kata-katanya, aku membayangkan tempat apa yang dia maksud.

Kantorku!

Ketika aku menunjukkan kepada Heinley daftar yang harus dilakukan, dia tersenyum dan berkata dia akan menyiapkannya sesegera mungkin.

Dilihat dari caranya memanggilku, kantornya pasti sudah selesai.

"Ayo pergi!"

Tempat sekretaris Heinley membawaku adalah ke kantor Heinley sendiri.

Apa dia ingin aku mampir ke kantornya dulu?

Tapi bukan begitu.

Tanpa diduga, pintu di seberang kantor Heinley terbuka dan Heinley melangkah keluar.

Begitu mata kami bertemu, dia tersenyum dan berkata, "Di sini."

Ketika aku masuk, aku mendapati kantor yang indah dengan seluruh dinding ditutupi dengan rak buku dan meja besar yang ditempatkan di dekat jendela.

Selain itu, ada area resepsionis kecil yang tersambung dengan kantor.

Kantor itu didekorasi dan dicat dengan kombinasi hijau dan emas yang harmonis.

"Oh…"

"Apakah kamu menyukainya?"

“Sangat, aku sangat menyukainya!”

Saat aku mengangguk dengan kekaguman yang tulus, Heinley berkata dengan senyum bahagia.

“Karena aku pikir sebaiknya kamu memilih asistenmu secara pribadi, aku hanya memilih kandidat-kandidatnya. Aku pikir kau akan menyukai mereka karena mereka semua adalah orang-orang yang berbakat, pekerja keras, dan setia, Ratuku. Jika tidak, aku bisa memilihnya lagi.”

Saat aku membuka dan menutup tanganku dengan gembira, sebuah tangan besar menutupi salah satu tanganku. Menatapnya, Heinley menjalin jari-jarinya dengan jariku sambil berpura-pura fokus pada sesuatu yang lain.

[Baca Remarried Empress Bahasa Indonesia di https://shiraulwiya.blogspot.com/]

***

Kami duduk berseberangan di ambang jendela, mengobrol sebentar sambil tertawa.

Seiring berjalannya waktu, topik pembicaraan beralih ke Christa.

Ekspresi Heinley menjadi kaku ketika kami mulai berbicara tentang Christa, tetapi dia segera berbicara kepadaku dengan canggung tentang perilaku Christa yang tidak biasa di resepsi pernikahan.

Kemudian dia menatapku dan berkata dia tidak tahu bagaimana menghadapinya.

Dia ingin mengirim Christa ke Compshire, tetapi berada dalam posisi yang sulit karena wasiat terakhir saudaranya yang diketahui banyak orang.

Aku juga bingung.

Alih-alih langsung mengatakan, 'Aku pikir kakak iparku menyukaiku,' Heinley hanya memberitahuku tentang perilaku Christa.

Tetapi bahkan dengan itu, tidak sulit untuk mengatakan siapa yang mengisi hati Christa saat ini.

Dan anehnya, setelah mendengar kata-kata itu, kegembiraan melihat kantor itu tiba-tiba memudar.

Apakah Christa jatuh cinta pada Heinley…?

***

[Baca Remarried Empress Bahasa Indonesia di https://shiraulwiya.blogspot.com/]

Diterjemahkan dari https://novelutopia.com/ 


<<<

Chapter 250               

>>>             

Chapter 252

===

Daftar Chapters 


Remarried Empress (#250) / The Second Marriage




Chapter 250: Tanpa Perasaan (1)

Penerjemah: Shira Ulwiya

 

Saat gumaman semakin keras, Rashta terpaksa mengulurkan tangannya.

Alan dengan hati-hati melangkah maju dan menyerahkan bayi itu kepada Rashta. Dengan canggung, Rashta menggendong bayi itu. Wajah yang sangat mirip dengannya tepat berada di hadapannya.

Rashta ketakutan begitu dia melihat mata gelap bayi itu. Bayi itu jelas anaknya.

Meski rambutnya ditutupi topi, Alan pernah memberinya seikat rambut bayi. Jadi dia tahu bahkan rambutnya terlihat seperti rambut Rashta.

Sovieshu, yang duduk di sebelahnya, mengagumi wajah bayi itu.

"Dia sangat imut."

Rashta bahkan lebih takut mendengar suaranya dan memeluk bayi itu untuk menyembunyikan wajahnya.

Bayi itu, yang sedang merengek, secara mengejutkan, menjadi tenang begitu Rashta memeluknya.

Tetapi ketika Rashta memeluk bayi itu, dia teringat tubuh kecil tak bernyawa yang dulu dia dekap.

Dia merasa mual dan menggigil saat mengingat kejadian saat itu. Ketakutan yang mendalam menghampirinya.

Tangan dan kakinya gemetar karena takut setiap saat bayi dalam gendongannya akan memuntahkan darah dan mati seketika.

Apalagi Sovieshu melihat wajah bayi itu.

‘Tidakkah dia merasa aneh melihat bayi yang sangat mirip denganku?

Akhirnya, Rashta tidak tahan lagi dan buru-buru mengembalikan bayi itu kepada Alan.

"Dia bayi yang tampan."

Alan dengan cepat meraih dan memeluk putranya dengan penuh kasih.

Rashta meliriknya dan segera mengalihkan pandangannya.

Keringat dingin mengalir di dahinya.

Dia tidak bisa menatap wajah Sovieshu. Tapi itu adalah kekhawatiran yang tidak perlu. Sovieshu sudah tahu bahwa bayi ini adalah anak Rashta.

Bagi Sovieshu, Rashta merindukan dan mencintai bayinya. Jadi dia pikir dia mengerti ekspresi kakunya, bahkan mengidealkannya.

Sovieshu merasa kasihan pada Rashta, berpikir bahwa ekspresi ini disebabkan oleh betapa sedihnya dia melihat anaknya yang sangat dia rindukan.

Meskipun dia menyadari bahwa Rashta tidak sepolos yang dia bayangkan, setidaknya cinta ini tampak murni dan tulus.

Sementara Alan, Rashta, dan Sovieshu tenggelam dalam pikiran mereka sendiri, sekretaris Kaisar memberi isyarat kepada Alan bahwa gilirannya telah berakhir dan agar undur diriS.

***

“Ahn. Ibumu sedih melihatmu.”

Alan berbisik kepada bayi itu saat dia berjalan menyusuri koridor panjang setelah keluar dari ruang audiensi.

"Dia mungkin sedih dia tidak bisa bersamamu."

Bayi itu tidak menangis, matanya yang hitam bersinar, dan dia berusaha melingkarkan lengan kecilnya di leher Alan.

Alan tiba-tiba menjadi sedih. 'Akulah yang seharusnya duduk di sebelah Rashta. Mengapa Rashta duduk di sebelah pria lain?'

[Baca Remarried Empress Bahasa Indonesia di https://shiraulwiya.blogspot.com/]

***

Sementara itu, sekretaris kaisar menginstruksikan Joanson untuk bergerak maju.

Joanson, jurnalis rakyat jelata, dengan cepat bergerak maju ke tempat yang ditentukan dan dengan sopan menyapa Kaisar dan Permaisuri.

'Apa aku kenal dia?'

Ketika Rashta melihat Joanson, dia yakin dia pernah melihat wajahnya di suatu tempat.

Dia segera teringat jurnalis yang dia temui sebelum pernikahan. 'Ya. Tidak diragukan lagi pria ini adalah jurnalis rakyat jelata.'

Ketika Rashta mengatakan dia akan hidup demi rakyat jelata, dia sangat tersentuh sehingga dia menghujaninya dengan pujian dan momen itu melekat dalam ingatannya.

Faktanya, dia bahkan memuji Rashta dalam sebuah artikel keesokan harinya, mengatakan bahwa dia adalah masa depan Kekaisaran Timur, cahaya dan harapan rakyat jelata.

Rashta tertawa lega.

Dia seseorang yang mendukungku, jadi dia tidak akan mengatakan hal buruk.

Saat dia kembali merasa nyaman, senyum lembut dan indah tampak di wajahnya.

Meskipun dia masih resah memikirkan apa yang baru saja terjadi, dia secara perlahan mampu menilai secara rasional.

'Alan membawa bayi itu ke sini sebagai ancaman. Mungkin karena aku telah bersikap keras pada Viscount Roteschu beberapa hari yang lalu. Viscount berusaha mengingatkanku bahwa dia punya bayi itu di tangannya. Semuanya akan baik-baik saja selama aku menenangkannya dengan baik.’

Sementara Rashta tenggelam dalam pikirannya, Sovieshu bertanya,

"Apa yang membawamu kemari?"

“Adik saya bekerja di istana, tetapi saya belum mendengar kabar darinya selama sebulan. Saya khawatir karena kami selalu bertukar surat, jadi saya pergi menemui pejabat urusan dalam negeri istana dan dia memberi saya jawaban yang membingungkan bahwa dia telah berhenti dari pekerjaan itu.”

Rashta, yang mengira dia akan memujinya, mengerutkan kening. 'Kenapa dia tiba-tiba berbicara tentang saudara perempuannya?'

Selain itu, itu terdengar seperti masalah yang cukup serius.

Sovieshu mendengarkan Joanson dengan ekspresi tegas.

"Lanjutkan."

Adik saya lahir dan besar di rumah, jadi meskipun dia sudah berhenti dari pekerjaannya, dia tidak akan pergi ke tempat lain. Kami tidak pernah bertengkar, juga tidak ada alasan untuk itu. Pejabat urusan internal istana mengatakan dia pasti melarikan diri dengan seorang kesatria yang jatuh cinta padanya, tetapi adikku masih lajang, jadi tidak ada alasan baginya untuk melarikan diri.”

Bangsawan bebas memiliki selir, jadi bahkan jika kesatria itu menikah, tidak ada alasan untuk melarikan diri.

"Itu masuk akal."

Sovieshu mengangguk dan bertanya.

"Adikmu bekerja kepada siapa?"

"Namanya Delise, pelayan yang dekat dengan Permaisuri."

Wajah Rashta memutih mendengar kata-kata Joanson, seolah-olah semua darahnya telah terkuras.

Sovieshu melirik Rashta.

Ketika dia mengatakan dia adalah pelayan yang dekat dengan Rashta, Sovieshu segera tahu siapa adik Joanson.

Dia merujuk kepada pelayan tinggi yang bekerja untuk Rashta.

Sovieshu mendecakkan lidahnya dalam hati. Dia teringat perintah Rashta untuk memotong lidah pelayan itu dan memenjarakannya.

"Kasihan sekali."

Rashta bergumam tak berdaya.

"Permaisuri, apakah Anda tahu apa yang terjadi pada adikku?"

Joanson bertanya pada Rashta dengan tergesa-gesa. Dia masih percaya pada Rashta, jadi dia yakin dia bisa menemukan adiknya selama dia berpegang teguh padanya.

Rashta menggelengkan kepalanya dan menjawab dengan sedih.

“Aku hanya memiliki dua pembantu dekat, jadi mereka punya banyak pekerjaan yang harus dilakukan. Delise berhenti karena dia merasa itu terlalu sulit. Sejak itu aku belum mendengar kabar darinya.”

"Jika adik saya berhenti, dia seharusnya sudah pulang!"

"Aku tahu. Itu sangat aneh."

Mendengar kata-kata Rashta, Joanson menunjukkan wajah putus asa.

Sovieshu turun tangan saat dia melihat Rashta berbohong dengan mudahnya.

"Tenang saja masalah ini akan diselidiki secara menyeluruh, jangan khawatir."

“Terima kasih, Kaisar! Terima kasih, Permaisuri!”

Setelah Joanson buru-buru pamit dan pergi, audiensi berjalan seperti biasa.

Ekspresi Rashta kembali normal.

Tetapi begitu audiensi berakhir, Rashta bertanya pada Sovieshu dengan wajah ketakutan.

"Apakah kau benar-benar akan mengatakan yang sebenarnya kepada jurnalis itu?"

Setelah memanfaatkan kekuatan Permaisuri, Rashta berasumsi bahwa Sovieshu mengetahui hukuman Delise.

Sovieshu bertanya padanya dengan dingin.

"Tidakkah kamu pikir ini akan terjadi?"

“Delise melakukan pelanggaran serius terlebih dahulu!”

“Kalau begitu, kamu seharusnya memberi tahu keluarganya.”

“Rashta… Rashta adalah Permaisuri, jadi kupikir aku bisa melakukan itu.”

"Kamu bisa melakukannya. Tapi kamu tidak akan bisa menghindari kritik.”

"Rashta tidak melakukan kesalahan, Yang Mulia!"

Namun, Rashta telah berulang kali menolak untuk pergi ke kamar Sovieshu…

Burung biru, yang bulunya telah dia cabut, masih berada di kamar Sovieshu... Dia takut burung itu akan bereaksi aneh saat melihatnya.

Jika burung itu ketakutan, Sovieshu akan segera menyadari bahwa bukan Delise yang mencabuti bulunya.

Sovieshu menghela napas dalam-dalam. Kemudian dia dengan sengaja pergi tanpa memberitahunya bagaimana menangani situasinya.

Rashta menginjak lantai berulang kali sebelum pergi ke Duke Elgy dengan panik.

***

[Baca Remarried Empress Bahasa Indonesia di https://shiraulwiya.blogspot.com/]

Diterjemahkan dari https://novelutopia.com/ 


<<<

Chapter 249                

>>>             

Chapter 251

===

Daftar Chapters