Chapter 251: Tanpa Perasaan (2)
Penerjemah:
Shira Ulwiya
"Duke!"
Ketika Rashta memasuki ruangan, dia memanggil
Duke Elgy sambil menangis. Duke bingung dengan suara menyedihkan Rashta.
“Rashta? Ada apa?"
Rashta menghentak-hentak lantai
dengan marah dan dengan cepat duduk di kursi di meja.
Meskipun Duke Elgy masih bingung, dia membawa
makanan ringan favorit Rashta yang biasanya.
Rashta menunggu Duke Elgy duduk di sebelahnya
dan kemudian mulai berbicara tentang apa yang terjadi di ruang audiensi.
"Rashta pernah menghukum berat seorang
pelayan karena mencoba menyakiti Rashta."
Duke Elgy mengangkat alisnya, seolah-olah ini
adalah pertama kalinya dia mendengarnya.
"Benarkah?"
“Rashta tidak punya pilihan. Jika kau memaafkan
seseorang seperti itu, kau tidak akan pernah tahu apa yang mungkin dilakukan orang itu di masa
depan.”
"Tentu saja."
"Tapi Rashta tidak tahu bahwa kakaknya
adalah seorang jurnalis, apalagi, jurnalis rakyat jelata yang mewawancarai
Rashta."
"Ah…"
Duke Elgy menghela napas ringan. Sikap itu
membuat Rashta semakin ketakutan dan sedih.
“Jadi, jurnalis itu datang ke ruang audiensi
dan meminta untuk menemukan adiknya yang hilang. Apa yang harus Rashta lakukan?”
“Di mana adiknya?”
“Dipenjara…”
"Mengapa kamu tidak memberitahunya bahwa
dia dipenjara karena melakukan kejahatan?"
“Dia tidak akan percaya dia dipenjara karena
kejahatan. Bahkan jika dia mengaku bersalah, dia akan membenci Rashta…”
"Maka Yang Mulia akan
mengurusnya."
Rashta menggelengkan kepalanya dengan cepat.
“Yang Mulia marah pada Rashta karena
menghukumnya. Yang Mulia sebenarnya diam-diam menyukai pelayan itu karena dia
sangat cantik.”
Duke Elgy mengangkat alisnya lagi.
"Selain itu, pelayan itu juga mengagumi
Yang Mulia."
Rashta berbicara tanpa daya, tetapi dengan
cepat menambahkan.
"Namun, bukan itu alasan Rashta menghukum
pelayan itu."
"Tentu saja."
Rashta memandang Duke Elgy dengan mata
berkaca-kaca.
“Yang Mulia tidak akan membantu Rashta. Dia pergi
dengan marah tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Aku tidak tahu harus
berbuat apa, aku takut.”
Duke Elgy tersenyum lembut dan berbicara
dengan suara yang menenangkan.
“Rashta adalah Permaisuri, jika ada yang
salah, martabat keluarga kekaisaran juga akan terpengaruh. Selain itu, kau memiliki
anaknya di dalam rahimmu, tidak diragukan lagi pada akhirnya dia akan turun tangan untuk
menangani masalah ini. Tenang
saja.”
Suaranya tidak ragu-ragu sedikit pun
meski terdengar lembut, membuat Rashta merasa yakin.
Rashta merasa lega dan menutupi perutnya
dengan tangannya, lalu menatap Duke Elgy dengan mata berkaca-kaca.
“Akan sangat sulit bagi Rashta tanpa Duke.”
"Aku senang bisa membantu
Rashta."
Duke Elgy menjawab seolah itu wajar.
Jawabannya terdengar sangat bisa dipercaya,
mata Rashta memerah lagi. Sikap Duke Elgy benar-benar berbeda dari reaksi
dingin Sovieshu.
Duke Elgy melihat punggung Rashta yang gemetar
dan dengan lembut mengulurkan lengannya ke bahunya.
Rashta terkejut sesaat, tetapi segera
berlindung di pelukan Duke Elgy tanpa mengatakan apa-apa.
Seperti rusa yang malang, dia membenamkan
wajahnya di dada Duke Elgy.
Sudut mata Duke Elgy sedikit melengkung.
[Baca Remarried Empress Bahasa Indonesia di
https://shiraulwiya.blogspot.com/]
* * *
Karena aku belum memiliki kantor
sendiri, aku mengambil sepuluh buku rekening dari arsip negara dan menumpuknya di
meja di kamarku untuk diperiksa.
Aku pikir akan lebih baik untuk membandingkan buku besar sementara aku mengatur
gaji dan tugas karyawan.
Tapi sebelum aku bisa menyelesaikan semua ini,
McKenna membawakanku dokumen lain.
“Karena Kerajaan Barat telah menjadi
Kekaisaran, kita harus menyesuaikan
dengan status itu. Untungnya, Yang Mulia, Permaisuri, tahu
lebih banyak tentang itu daripada orang lain. Ini benar-benar melegakan!”
Dokumen-dokumen itu berisi serangkaian tugas
yang harus ditata ulang, pekerjaan yang akan hilang, pekerjaan yang akan
muncul, pekerjaan yang akan digabung atau dipisahkan, dan sebagainya.
Tapi itu semua ditangani secara dangkal dan
McKenna ingin aku mengubahnya agar bisa diterapkan.
Itu tidak sulit, tetapi itu membutuhkan banyak
pekerjaan.
Saat aku menatapnya dengan linglung, McKenna
terbatuk dan mengalihkan pandangannya.
Tetapi dilihat dari sudut mulutnya yang
sedikit terangkat, jelas bahwa dia senang memiliki lebih sedikit pekerjaan yang
harus dilakukan.
Pada akhirnya, hari itu ternyata menjadi
hari yang sangat sibuk karena
melakukan tiga hal sekaligus.
Juga, karena orang tuaku masih di Kekaisaran
Barat, aku mencoba makan dengan mereka setidaknya sekali sehari, jadi aku punya lebih
sedikit waktu.
Rose dan Mastas terkejut ketika mereka pertama
kali melihat aku bekerja dengan tiga pena dan enam buku catatan berjajar, tetapi Laura
berkata dengan gembira.
"Wanita itu tidak cocok sebagai
Permaisuri."
Countess Jubel juga tertawa terbahak-bahak
seolah senang,
"Itu benar. Yang Mulia Sovieshu akan
mengalami kesulitan.”
Namun di tengah pekerjaan, terdengar
ketukan di pintu.
Orang yang masuk adalah salah satu sekretaris
Heinley.
"Ada apa?"
Ketika aku bertanya dengan rasa
ingin tahu, dia berkata dengan ekspresi paksa yang nyaris tidak menyembunyikan
kegembiraannya.
"Kaisar telah meminta saya untuk
membawa Yang Mulia ke tempat yang ingin dia tunjukkan pada Permaisuri."
Tempat yang Heinley ingin tunjukkan padaku?
Begitu aku mendengar
kata-katanya, aku membayangkan tempat apa yang dia maksud.
Kantorku!
Ketika aku menunjukkan kepada
Heinley daftar yang harus dilakukan, dia tersenyum dan berkata dia akan menyiapkannya sesegera mungkin.
Dilihat
dari caranya memanggilku, kantornya pasti sudah selesai.
"Ayo
pergi!"
Tempat
sekretaris Heinley membawaku adalah ke kantor Heinley sendiri.
Apa dia
ingin aku mampir ke kantornya dulu?
Tapi bukan
begitu.
Tanpa
diduga, pintu di seberang kantor Heinley terbuka dan Heinley melangkah keluar.
Begitu mata
kami bertemu, dia tersenyum dan berkata, "Di sini."
Ketika aku
masuk, aku mendapati kantor yang indah dengan seluruh dinding ditutupi dengan
rak buku dan meja besar yang ditempatkan di dekat jendela.
Selain itu,
ada area resepsionis kecil yang tersambung dengan kantor.
Kantor itu
didekorasi dan dicat dengan kombinasi hijau dan emas yang harmonis.
"Oh…"
"Apakah
kamu menyukainya?"
“Sangat,
aku sangat menyukainya!”
Saat aku
mengangguk dengan kekaguman yang tulus, Heinley berkata dengan senyum bahagia.
“Karena aku
pikir sebaiknya kamu memilih asistenmu secara pribadi, aku hanya memilih
kandidat-kandidatnya. Aku pikir kau akan menyukai mereka karena mereka semua
adalah orang-orang yang berbakat, pekerja keras, dan setia, Ratuku. Jika tidak,
aku bisa memilihnya lagi.”
Saat aku
membuka dan menutup tanganku dengan gembira, sebuah tangan besar menutupi salah
satu tanganku. Menatapnya, Heinley menjalin jari-jarinya dengan jariku sambil
berpura-pura fokus pada sesuatu yang lain.
[Baca
Remarried Empress Bahasa Indonesia di https://shiraulwiya.blogspot.com/]
***
Kami duduk
berseberangan di ambang jendela, mengobrol sebentar sambil tertawa.
Seiring
berjalannya waktu, topik pembicaraan beralih ke Christa.
Ekspresi
Heinley menjadi kaku ketika kami mulai berbicara tentang Christa, tetapi dia
segera berbicara kepadaku dengan canggung tentang perilaku Christa yang tidak
biasa di resepsi pernikahan.
Kemudian
dia menatapku dan berkata dia tidak tahu bagaimana menghadapinya.
Dia ingin
mengirim Christa ke Compshire, tetapi berada dalam posisi yang sulit
karena wasiat terakhir saudaranya yang diketahui banyak orang.
Aku juga
bingung.
Alih-alih
langsung mengatakan, 'Aku pikir kakak iparku menyukaiku,' Heinley hanya memberitahuku
tentang perilaku Christa.
Tetapi
bahkan dengan itu, tidak sulit untuk mengatakan siapa yang mengisi hati Christa
saat ini.
Dan
anehnya, setelah mendengar kata-kata itu, kegembiraan melihat kantor itu
tiba-tiba memudar.
Apakah
Christa jatuh cinta pada Heinley…?
***
[Baca
Remarried Empress Bahasa Indonesia di https://shiraulwiya.blogspot.com/]
Diterjemahkan dari https://novelutopia.com/
<<<
>>>
===
No comments:
Post a Comment