Saturday, September 4, 2021

[Spoiler] Trash of the Count’s Family (#734)

 



Chapter 734: Bukankah Ini Keterlaluan? (4)

Penerjemah: Shira Ulwiya

 

Begitu dia membuka matanya untuk memainkan peran sebagai satu-satunya pelayan pangeran, Cale memulai persiapannya dan menuju kamar tidur Alberu. Tapi Alberu tidak ada di sana, jadi Cale mencarinya. Alberu tidak ada di ruang belajar dan sepertinya tidak keluar dari istana, jadi Cale menuju ke aula pelatihan bawah tanah. Dia membawa handuk, kendi berisi air dingin, dan gelas.

Cale mengagumi dirinya sendiri, berpikir dia telah bekerja sangat keras. Jika Alberu di luar kuil mengetahui tentang situasi ini, Cale berpikir bahwa Alberu akan merasa tersentuh. Cale merasa bangga pada dirinya sendiri ketika dia memasuki ruang pelatihan. Tapi Alberu malah mengarahkan tombaknya ke Cale ketika dia melihat handuk dan air yang dibawa Cale.

Cale menjawab kalau tangan Alberu seharusnya tidak gemetar ketika mengarahkan senjata ke musuh. Karena kata-kata itu, gemetar Alberu menghilang, dan rasa malu muncul sebentar di matanya. Cale melihat sekeliling aula pelatihan dan memperhatikan tempat itu tampak lusuh dibandingkan dengan yang dia kenal sebelumnya.

Dia memberi tahu Alberu jika dia ingin Cale tidak melihatnya, dia seharusnya menyembunyikan tempat itu dengan lebih teliti. Alberu menggigit bibirnya, dan Cale berkata sambil tersenyum bahwa Alberu sepertinya sengaja membawa Cale ke aula pelatihan. Karena tidak ada yang menghentikan Cale untuk menuju ke sini. Guru seni bela diri dark elf Alberu juga tidak ada di sini.

Ekspresi Alberu berubah. Alih-alih menggigit bibirnya karena malu, dia tersenyum dengan kaku. Cale mengatakan bahwa jika Alberu ingin tahu tentang niatnya, Alberu seharusnya bertanya padanya daripada mengarahkan tombak padanya. Jadi Alberu menurunkan tombaknya dan meminta handuk. Cale menyerahkan handuk kepadanya dan Alberu menyeka keringat dari dahinya.

Alberu dengan hati-hati mengatakan bahwa sejauh ini, ini adalah pertama kalinya seorang pelayan melakukan pekerjaan mereka dengan baik di istananya selama bertahun-tahun. Jadi dia waspada dan ingin tahu tentang Cale. Dia menghela napas dan melanjutkan bahwa sudah lama sejak seseorang melakukan pekerjaan dasar di istana ini. Alberu mencengkeram handuk dan mengatakan bahwa karena apa yang dilakukan Cale, dia tidak tahu bagaimana memperlakukan Cale. Dia mengatakan bahwa dia pikir dia bisa memercayai Cale, tetapi dia juga tidak bisa mempercayai siapa pun dengan mudah.

Tetapi pada saat itu, Cale mengatakan kepadanya bahwa dia berbohong. Cale mengatakan bahwa Alberu tidak sepenuhnya memercayainya, dia juga tidak ingin memercayai Cale sejak awal. Cale menuangkan air ke dalam gelas dan menambahkan bahwa Alberu tertarik padanya, tetapi tidak secara positif. Jika Cale adalah penghalang, Alberu bermaksud untuk menyingkirkannya.

Alberu mengundang pelayan barunya ke aula pelatihan untuk bertanya tentang niat Cale di tempat di mana mereka sendirian. Pangeran pertama yang diasingkan dari istana ini kemudian bingung apakah harus memercayai pelayan ini atau tidak. Tetapi pada saat yang sama, dia memberi tahu si pelayan bahwa dia tidak tahu bagaimana menghadapi Cale seolah-olah dia ingin memercayai Cale. – Jadi ketika Cale mempertimbangkan semua ini, dia tahu bahwa Alberu berbohong.

[Baca Spoiler TCF Bahasa Indonesia di https://shiraulwiya.blogspot.com/]

Cale menahan tawanya dan tahu bahwa Alberu tidak akan merasa kebingungan untuk memercayai pelayan yang baru dia temui selama sehari. Alberu mampu bertahan hidup di tempat ini, dan dia juga memiliki dark elf di sisinya. Jadi dia tidak akan memercayai seorang pelayan yang hanya dia temui selama sehari untuk berada di sisinya. Sebaliknya, pelayan ini mungkin menjadi variabel yang akan merusak segalanya baginya. Mungkin Alberu akan mengusir Cale, atau membiarkan Cale di dekatnya dan menggunakannya untuk menyembunyikan dirinya dari orang lain.

Cale memberi tahu Alberu bahwa dia mungkin akan meninggalkan istana ini lebih awal seperti yang dikatakan Alberu kemarin. Alberu menatapnya dengan ekspresi penasaran, dan Cale dengan acuh tak acuh menjawab bahwa sampai saat itu, dia akan melakukan apa pun yang dia inginkan. Alberu menyeringai dan berkata bahwa Cale mungkin akan diusir. Jika Cale terus bertindak seperti itu, Alberu yakin bendahara atau seseorang yang berpangkat lebih tinggi akan mengusir Cale.

Cale hanya tersenyum dan memanggilnya 'Yang Mulia' lagi. (Kata Bahasa Korea yang digunakan untuk 'Yang Mulia' adalah panggilan yang hanya digunakan oleh putra mahkota/putri mahkota di Dinasti Goryeo Korea.) Alberu mengerutkan keningnya, dan Cale bertanya kepada Alberu apakah dia ingin tahu apa niat Cale.

Cale memberi tahu Alberu bahwa dia berpikir Alberu akan menjadi matahari berikutnya. Ekspresi Alberu bergetar sejenak, dan Cale melanjutkan bahwa dia berpikir begitu karena itu masuk akal. Alberu ingin bertanya apa yang dia maksud dengan itu, tetapi menahan pertanyaannya. Cale mengatakan bahwa ini adalah saat yang paling gelap sebelum matahari terbit. Alberu dengan tajam menjawab jika yang dimaksud Cale adalah matahari akan segera terbit dan mengalahkan kegelapan. Alberu menambahkan bahwa dia lebih menyukai kegelapan.

Tapi Cale menyeringai dan melangkah lebih dekat ke Alberu. Dia berbisik kepada Alberu bahwa jika Alberu menjadi matahari, dia tidak boleh melupakan Cale. Alberu melangkah mundur dan bertanya apakah yang dikatakan Cale itu adalah niatnya. Dia mengatakan bahwa Cale punya niat lain, jadi Cale menjawab bahwa terserah Alberu untuk mencari tahu apa niat lainnya itu.

Cale keluar, mengatakan bahwa dia akan menyiapkan sarapan. Alberu berkata lembut dengan senyum cerah untuk membuat sarapan sederhana. Dia mengatakan bahwa makan siang dan makan malam kemarin terlalu banyak. Tetapi Cale menjawab bahwa permintaannya akan sulit dipenuhi. Cale dengan tegas mengatakan bahwa remaja perlu makan banyak untuk tumbuh lebih tinggi. Seorang anak berusia 15 tahun membutuhkan banyak nutrisi, jadi Alberu harus menyantap sarapan yang banyak.

Setelah dia mengatakan itu, Cale membungkuk dan meninggalkan ruang pelatihan. Dia mendengar Alberu bergumam bahwa Cale benar-benar melakukan hal semau-maunya. Cale ingin menjawab bahwa dia berniat melakukannya semaunya sendiri, tetapi berhenti karena dia bertemu bendahara di luar. Bendahara itu meneriakinya dengan marah seraya berjalan ke Cale. Dia menunjuk ke Cale, memanggilnya idiot dan bertanya apakah dia tahu apa yang telah dia lakukan.

Beberapa pelayan mengikuti si bendahara, dan para pelayan dark elf juga ada di sana. Mereka semua tutup mulut mendengar teriakan bendahara yang murka. Cale menjawab dengan senyum licik bahwa dia tahu apa yang telah dia lakukan. Dia telah bekerja keras melakukan tugas yang diberikan bendahara kepadanya. Bendahara ingin mengatakan sejak kapan dia mengatakan itu, tetapi Cale menjawab bahwa bendahara telah menyuruhnya melakukan semua tugas 'dasar' yang terkait dengan istana.

[Baca Spoiler TCF Bahasa Indonesia di https://shiraulwiya.blogspot.com/]

Cale tersenyum karena menurutnya itu menyenangkan. Bendahara itu marah dan berteriak bahwa karena Cale, dia dalam masalah. Cale memiringkan kepalanya dan bertanya apa yang terjadi pada bendahara. Dia melanjutkan, “Kenapa? Apakah ada masalah? Padahal saya mengikuti aturan?”. Mendengar berondongan pertanyaan Cale, wajah bendahara itu memutih alih-alih memerah, dan dia membuka mulutnya.

Tapi dia tidak bisa melanjutkan perkatannya karena seseorang memanggilnya. Bendahara mengabaikan suara itu. Karena apa yang dilakukan Cale kemarin, terjadi kekacauan di bagian dapur, persediaan, dan pakaian istana. Masalahnya adalah jika Cale melakukan kesalahan, bendaharalah yang akan disalahkan untuk itu. Suara itu memanggil lagi, dan bendahara dengan marah berkata nanti lalu tertegun.

Dia menyadari bahwa orang yang memanggilnya adalah pelayan dari istana pangeran ketiga. Pelayan itu mengatakan bahwa 'mereka' sedang mencarinya. Bendahara tidak bertanya siapa 'mereka' yang sedang mencarinya. Jika itu adalah istana pangeran ketiga, itu pasti pangeran ketiga sendiri atau orang-orang yang dekat dengannya. Jadi bendahara itu menarik napas dalam-dalam dan berkata bahwa dia akan menemui Cale nanti.

Dia buru-buru menuju ke istana pangeran ketiga, dan ketika dia pergi, Cale tertawa terbahak-bahak. Dia bertanya-tanya dalam hati apakah bendahara akan menyuruhnya berhenti besok. Dia memikirkan apa yang harus dia lakukan jika dia dikeluarkan. Tetapi selama dua hari berikutnya, Cale tidak dikeluarkan.

***

Cale membuka matanya sebagai anak buah Venion dan tersenyum ketika dia menyadari bahwa mereka telah tiba di vila Viscount Tolz. Dia melihat keluar jendela ke arah pintu masuk gua tempat Raon berada. Dia melihat Venion masuk ke gua dengan seorang kesatria. Cale berpaling ke sisi tempat tidur dan mencari tasnya. Dia mengambil dua botol dari dalamnya.

Dia telah mencari tahu dari perpustakaan istana kerajaan bahwa botol-botol itu adalah racun paralisis. Seseorang mengetuk pintu, memanggil Cale untuk bergegas sebelum Venion marah. Cale menyadari bahwa pemilik tubuh ini bertanggung jawab atas alkohol dan hiburan Venion. Cale berpikir dalam apakah dia harus menggunakan botol ini ke Venion. Pelayan yang memanggilnya bertanya kepada Cale mengapa dia memasang wajah yang begitu serius tetapi sangat lambat. Dia bertanya kepada Cale apakah dia merasa sakit, tetapi Cale menyangkalnya, mengatakan bahwa dia merasa sangat baik.

***

[Baca Spoiler TCF Bahasa Indonesia di https://shiraulwiya.blogspot.com/]

*** 

Sumber: https://adarterra.wordpress.com/ 


<<<

Chapter 733           

>>>            

Chapter 735

===

Daftar Spoiler 


Thursday, September 2, 2021

Remarried Empress (#245) / The Second Marriage

 



Chapter 245: Siapa Kamu? (2)

Penerjemah: Shira Ulwiya

 

Saat aku tertidur, tiba-tiba tercium aroma lezat.

Keinginan untuk tidak mau bangun beradu dengan keinginan untuk mencium aroma lezat itu lebih lama.

Aku menggelengkan kepalaku dari sisi ke sisi dengan mata tertutup, tetapi akhirnya terbangun karena mendengar tawa canggung di dekatku.

“Heinley?”

Begitu aku membuka mata, aku melihat Heinley berdiri di samping troli makanan.

"Apa itu?"

Ketika aku bertanya, sambil duduk di tempat tidur, Heinley melepas tutup perak di troli. Ada telur dadar dan kopi hitam.

"Sarapan."

Bukan itu maksudku… Kenapa troli itu ada disini…? Apakah dia membawanya setelah dia bangun?

Melihatnya dengan keheranan, Heinley mengambil sepotong telur dadar dengan garpunya.

Setelah aku membuka mulut dan memakannya, dia bertanya dengan senyum bangga.

"Bagaimana rasanya?"

“Enak, tapi…”

"Aku koki yang hebat?"

"Kamu sangat hebat."

“Itu hobiku.”

Banyak bangsawan tidak tahu cara memasak, apalagi keluarga kekaisaran. Dia benar-benar pria yang luar biasa. Dan pria seperti itu mengaku bahwa dia mencintaiku.

Saat aku merenung, Heinley kembali menyodok sepotong telur dadar.

"Apakah ada hal lain yang ingin kamu makan, Ratuku?"

"Dan kau akan melakukan semuanya untukku?"

"Tentu saja."

Heinley terus memberiku makan dengan penuh semangat, sementara aku membuka mulutku dengan canggung.

Setelah melakukannya beberapa kali lagi, aku tidak tahan dan harus bertanya.

“Heinley?”

"Ya, Ratuku?"

Apakah ... Apakah ini kebiasaan bangsamu?

“?”

“Burung biasanya saling memberi makan. Apakah kamu dulunya diberi makan …?”

Heinley mengerutkan kening seolah dia tidak pernah memikirkan apa yang aku katakan.

Kemudian dia menatapku sejenak dan menyilangkan tangannya dengan ekspresi serius.

Apakah aku membuat kesalahan? Apakah dia merasa tidak enak karena aku memperlakukannya seperti burung?

Tampak berpikir, Heinley mengaku setelah beberapa saat.

“Aku tidak yakin, Ratuku. Tapi sekarang setelah kau menyebutkannya, aku pikir juga begitu. ”

“Meskipun ayahku sangat keras, anehnya, dia selalu memastikan untuk memberiku makan.”

"!"

Aku tidak pernah terlalu dekat dengan saudara laki-lakiku, tetapi anehnya dia juga memberiku makan.”

"Ah."

“Kalau dipikir-pikir, aku sudah memikirkan ini sejak aku jatuh cinta pada Ratuku, ‘Aku harus menjadi orang yang memberinya makan.'”

Jadi jika kami punya anak, apakah Heinley akan memberinya makan? Itu akan menyenangkan

Pada saat itu, sebuah ide aneh muncul di benakku.

"Heinley, ada sesuatu yang membuatku sangat penasaran, tidak, itu penting."

"Ya, Ratuku?"

“Mungkin orang-orang dari bangsamu…”

“?”

"Apakah mereka dilahirkan sebagai telur?"

[Baca Remarried Empress Bahasa Indonesia di https://shiraulwiya.blogspot.com/]

***

Sovieshu memanggil Marquis Karl untuk memberinya perintah rahasia.

“Sertifikat perdagangan budak Rashta mungkin berada di dalam istana kekaisaran. Temukan dan bawa padaku. ”

Marquis Karl bertanya dengan cemas.

"Apakah itu benar, Yang Mulia?"

Aku tidak yakin. Itulah yang dikatakan Koshar kepada Rashta. ”

Mungkin saja Koshar sengaja berbohong karena kebenciannya pada Rashta.

Namun, dua fakta tidak diragukan lagi benar. Bahwa Koshar telah mengambil sertifikat perdagangan budak perusahaan dagang, dan bahwa sertifikat itu saat ini hilang.

"Kamu harus mencari dengan hati-hati, kalau tidak ini bisa diketahui."

Marquis Karl menjawab dengan ekspresi tegas.

"Ya, Yang Mulia."

Jika sertifikat perdagangan budak muncul sebelum bayi Rashta lahir ... Tidak, itu akan menjadi masalah besar jika muncul bahkan setelah bayi itu lahir.

Dia harus menemukannya dengan segala cara.

***

Sementara itu, Rashta sudah mulai mencari sertifikatnya sendiri.

Sovieshu memiliki banyak pembantu dekat yang bertindak untuknya dengan mulut tertutup, tetapi Rashta tidak memilikinya.

Duke Elgy adalah seorang teman, tetapi bukan bawahan.

Jadi dia harus menemukan sertifikat itu tanpa bantuan siapa pun.

"Salam untuk Yang Mulia Permaisuri."

“Selamat pagi, Yang Mulia.”

Namun, semua orang mengenalinya sebagai Permaisuri, jadi rasanya canggung bergerak diam-diam.

Di mana pun Rashta lewat, orang-orang menundukkan kepala untuk memberi salam.

Kecuali Rashta menyapa terlebih dahulu, tidak akan ada percakapan panjang, tetapi tindakannya terbatas karena dia berada di bawah tatapan orang lain.

Apa itu di sana? Atau di pojok sana? Aku pikir ada lubang di sisi itu juga ... "

Rashta menghentak lantai, tidak dapat membungkuk dengan tenang untuk melihat ke sudut mana pun karena statusnya sebagai Permaisuri.

Dia pikir akan mudah menjadi Permaisuri. Tapi dalam hal ini itu adalah gangguan.

"Aku membutuhkan pembantu dekat atau bawahan sesegera mungkin."

Sebagai seorang permaisuri, dia seharusnya bisa menangani orang dengan ujung jarinya.

Rashta menggerutu saat dia mencari-cari dengan putus asa. Namun saat dia berjalan di jalan yang menuju ke istana utama, dia tiba-tiba melihat kereta yang sangat bagus.

Siapa gerangan itu?

Dia mengira itu adalah kereta yang digunakan oleh tamu terhormat yang menuju istana selatan, tetapi kereta itu membelok dari jalan ke istana selatan dan langsung menuju istana utama.

Rashta menatap kereta dengan curiga, karena tidak biasanya seseorang pergi sejauh itu.

Mungkin merasakan tatapannya, kusir menghentikan kereta.

Kemudian, dia turun dari tempat duduknya dan menyapa Rashta.

"Merupakan suatu kehormatan untuk bertemu Yang Mulia Rashta."

Rashta mengangguk sebagai sapaan, lalu menyentakkan dagunya ke arah kereta dan bertanya.

"Siapa yang ada di kereta itu?"

Tapi reaksi kusir itu aneh.

Dia tidak menjawab pertanyaan itu. Dia hanya melihat sekeliling tempat itu seolah-olah sulit baginya untuk menjawab.

"Siapa disana?"

Ketika Rashta bertanya dengan cemberut, kusir itu menatap Rashta dan berkata,

"Itu ... Itu Nona Evely."

"Nona Evely?"

Rashta mengerutkan kening. Dia tidak tahu siapa Evely ini.

Setelah menjadi Permaisuri, Rashta mendapati bahwa ada terlalu banyak bangsawan di dunia ini.

Bangsawan dari sudut pandang seorang budak, dan bangsawan dari sudut pandang seorang permaisuri, benar-benar berbeda.

"Bagaimana aku bisa tahu siapa dia hanya dengan nama 'Evely'?"

“Siapa Nona Evely?”

Rashta bertanya langsung kali ini, tetapi kusir itu tidak menjawab, bahkan lebih bimbang.

Rashta mengerutkan kening lagi, dan tiba-tiba sebuah fakta yang sangat tidak menyenangkan muncul di benaknya.

Sang kusir menyapanya dengan suara lantang sambil berkata, 'Yang Mulia Rashta', jadi orang di dalam kereta itu pasti sudah mendengarnya. Namun, orang itu tidak punya sopan santun untuk keluar dan memberi hormat kepada Permaisuri.

Rashta memerintahkan dengan marah ke arah kereta.

“Aku tidak tahu siapa kamu, tetapi kamu tidak punya sopan santun. Keluarlah dan beri hormat sekarang juga!”

Beberapa saat kemudian…

Pintu kereta terbanting terbuka dan sepatu kuning terlihat. Dari dalam kereta muncul seorang gadis yang belum pernah dilihat Rashta sebelumnya.

Seorang gadis yang terlihat seumuran dengan Rivetti.

Rashta terkejut ketika dia hendak meneriaki gadis itu.

Meskipun Rashta yakin dia tidak mengenalnya, gadis itu menatapnya seolah dia adalah musuh.

Tatapan dinginnya membuat Rashta tersentak. Namun, dia segera menjadi lebih marah.

'Apakah dia menatapku seperti ini meskipun dia tahu aku permaisuri?'

Itu benar-benar tidak sopan!

"Kamu pikir kamu siapa melihat Rashta seperti itu?"

Sang kusir merasa malu, jadi dia buru-buru mendekati gadis bernama 'Evely' dan berkata,

“Nona Evely, ini Yang Mulia Permaisuri. Lekas beri hormat.”

Kusir itu tampak takut, tetapi dia lebih takut pada Rashta.

Akhirnya, gadis itu dengan enggan membuka mulutnya. Namun, kata-kata yang keluar bukanlah salam atau permintaan maaf.

Baik Rashta maupun kusir tidak menduganya.

"Kamu bukan Permaisuri yang aku kenal."

Matanya penuh dengan ketidakpuasan, suaranya teredam, dan kata-katanya berani. Ketiga hal itu memicu kemarahan Rashta.

Rashta tidak bisa lagi menahan amarahnya dan melangkah maju.

Tepat pada saat itu, Baron Lant, yang berlari dari istana utama, berkata,

"Yang Mulia, dia adalah tamu Kaisar!"

***

[Baca Remarried Empress Bahasa Indonesia di https://shiraulwiya.blogspot.com/]

Diterjemahkan dari https://novelutopia.com/ 


<<<

Chapter 244                

>>>             

Chapter 246

===

Daftar Chapters 




Remarried Empress (#244) / The Second Marriage

 



Chapter 244: Siapa Kamu? (1)

Penerjemah: Shira Ulwiya

 

Mata Alan terbelalak.

"Tapi -"

Viscount Roteschu mendecakkan lidahnya.

“Kamu pria yang tidak peka dan acuh tak acuh. Bagaimana bisa kamu tidak mengerti perasaannya?”

“Perasaannya?”

“Dia bertingkah dingin di luar, tapi jauh di lubuk hatinya dia tidak seperti itu. Dia bahkan memberi kita rumah besar ini untuk merawat putranya, yang wajahnya belum pernah dia lihat. Dia pasti sangat ingin bertemu dengannya.”

"Ah."

Alan berseri-seri mendengar kata-kata Viscount Roteschu.

"Jadi begitu. Rashta masih tetap baik dan penuh kasih sayang.”

Namun, Alan segera menjadi khawatir dan bertanya,

“Tapi bayinya sangat mirip Rashta, Ayah. Bukankah orang-orang juga akan merasa… warna rambutnya yang tidak biasa mencurigakan?”

“Sembunyikan saja rambutnya dengan topi. Bukannya kamu punya topi yang dipakai bayi?

Begitu Viscount Roteschu mengeluhkan sikapnya yang khawatir, Alan pelan-pelan berhasil diyakinkan.

"Baiklah."

"Cepat melamar untuk audiensi, ada banyak orang yang tertarik."

"Ya."

Alan pergi dengan bayi di gendongannya.

Viscount Roteschu tersenyum jahat ketika dia melihatnya pergi.

***

Saat itu sudah larut malam.

Setelah menyisir rambut dan mengenakan gaun, aku pergi ke kamar tidur bersama. Saat aku masuk, Heinley diam-diam keluar dari balik pintuku dan mengangkatku.

Dalam sekejap mata, kedua kakiku melayang di udara.

“Heinley!”

Saat aku mencengkram lehernya karena terkejut, dia berputar sedikit sambil menggendongku dalam pelukannya, tersenyum dan menyandarkan kepalanya ke kepalaku.

Ketika aku memeluknya lebih erat karena takut terjatuh, Heinley menggosok-gosokkan dahinya ke dahiku dan bertanya.

“Aku mengejutkanmu?”

“Kenapa kamu selalu bersembunyi?”

"Ini seru ... Apakah kamu tidak menyukainya?"

“Bukan itu, tapi…”

Apa dia akan tersinggung jika aku bertanya apakah ini juga kebiasaan suku berkepala burung?

Saat aku ragu-ragu, Heinley berjalan langsung ke tempat tidur dan menurunkanku.

Setelah aku duduk di tempat tidur, dia duduk di sebelahku. Lalu, dia membelai rambutku. Sentuhan lembutnya membuat mataku terpejam sendiri.

Memaksa diriku untuk tetap terjaga, aku bertanya padanya.

“Berapa lama kau bersembunyi di balik pintuku? Aku tidak mendengar suara apapun.”

“Hmm yah… sekitar lima menit yang lalu…”

"Lima menit?"

“…Sebenarnya, sepuluh menit.”

"Kamu bersembunyi di belakang pintu selama sepuluh menit!?"

Mataku terbelalak ketika mendengar dia telah menunggu selama sepuluh menit.

Begitu aku menatapnya dengan terkejut, Heinley menghindari tatapanku dan melepaskan tangannya dari rambutku.

Kali ini dia menekan bagian lembut jariku dan tersenyum. Dia kemudian bertanya, sementara kami secara alami berpegangan tangan.

“Ratuku. Istriku. Apa ada yang ingin kau katakan padaku?”

"Ya, untungnya kamu bertanya."

"Apa itu?"

"Ini tentang Grand Duke Kapmen."

“…”

Ekspresi Heinley menjadi kaku.

Dia sepertinya langsung memahami pentingnya kata-kataku.

Aku menegakkan tubuh dan memberitahunya tentang kesepakatan dengan Grand Duke Kapmen.

“Grand Duke Kapmen mengakui kesalahannya. Sebagai imbalannya, aku sepakat dengannya untuk memasukkan tiga klausa yang menguntungkan bagi kita dalam perdagangan antara Kekaisaran Barat dan Rwibt. ”

"Jadi begitu.."

"Apakah kamu juga setuju?"

“Tentu saja.”

"Jika kamu punya ide lain ..."

"Tidak, itu tidak masalah."

“Tapi ekspresi itu…?”

"Ah. Aku hanya berpikir Ratuku akan memberitahukanku sesuatu yang lain.”

Ketika aku menyipitkan mata, Heinley menambahkan dengan cepat.

“Tapi ini juga sangat penting. Ya… aku mengerti, Ratuku.”

Apakah Heinley mengharapkan sesuatu yang lain? Apakah ada sesuatu yang harus aku katakan padanya?

"Ratuku, apakah ada hal lain yang ingin kau katakan padaku?"

Melihatnya bersikeras dengan pertanyaan itu, dia sepertinya ingin mendengar sesuatu yang spesifik.

Karena aku tidak menjawab, Heinley langsung bertanya, "Apakah kau ingin petunjuk?"

"Ya."

"Petunjuknya adalah ... pasangan suami istri."

Setelah berpikir sejenak, aku menyadari niatnya.

"Aku tahu."

Sudut mulut Heinley sedikit naik.

Aku menyuruhnya menunggu di sana sebentar, lalu cepat-cepat pergi ke kamarku dan membawa daftar tugas yang telah aku buat di siang hari.

“Ratuku?”

Aku duduk kembali di tempat tidur dan berkata dengan bangga seraya menyerahkan buku catatan itu kepada Heinley,

"Aku menulis apa yang harus aku lakukan."

Dia ingin melihat ini, kan?

Hanya karena kami sudah menikah bukan berarti tidak ada rahasia. Namun, pasangan suami istri saling menceritakan banyak hal.

Heinley mungkin menginginkan itu.

Namun, Heinley nyaris tidak bergumam, "Oh ..." dengan ekspresi pahit.

Bukan ini yang dia inginkan?

Kemudian dia menambahkan,

"Itu rencana yang bagus."

“Apakah ini membosankan?”

Aku senang menulis dan membaca hal-hal seperti ini, bukankah orang lain juga begitu?

“Istriku, itu tidak membosankan. Itu tidak membosankan, tapi…”

Lalu tiba-tiba, matanya melebar dan tatapannya terfokus pada setiap kata di buku catatan. Sebelum aku menyadarinya, dia memegang buku catatan itu dengan kedua tangannya.

Setelah membaca buku catatan itu sekitar lima kali, Heinley mengembalikannya kepadaku dan berkata,

“Ini benar-benar rencana yang bagus, istriku.”

"Tapi ekspresimu masih sama saja."

"Aku akan mencarikanmu asisten dan menyiapkan kantor sesegera mungkin .."

Dia tidak menanggapi kata-kataku, tapi aku membiarkannya.

"Terima kasih."

“Tidak, kurasa lebih baik bagi Ratuku untuk memilih orang yang tepat.”

Setelah mengangguk, Heinley tiba-tiba berhenti berbicara.

Kenapa dia diam saja sekarang?

Ketika aku menatapnya dengan bingung, Heinley berkata dengan ragu-ragu,

“Aku tidak menulis apa-apa… aku tidak punya apa-apa yang bisa kutunjukkan padamu.”

Ah, dia pikir aku menyerahkan buku catatanku padanya untuk itu. Alih-alih mengatakan bukan itu masalahnya, aku berujar menyayangkan hal itu,

"Benarkah? Aku juga ingin membaca milikmu.”

Kalau tidak, dia akan malu.

Untungnya, itu berhasil. Tetapi dalam sekejap mata, senyumnya menghilang, dia menutupi wajahnya dengan satu tangan dan melihat ke bawah.

Ada apa dengannya kali ini?

Melihatnya dari dekat, wajahnya juga memerah.

Ada apa?

Sementara aku kebingungan, Heinley menggelengkan kepalanya dan bertanya lagi.

“Ratuku. Hal pertama yang kau katakan kepadaku sangatlah penting, yang kedua sangat membantu, tetapi apa yang ingin aku dengar adalah sesuatu yang lebih personal.”

“Lebih personal?”

Aku tidak mengerti apa yang dia maksud.

Mungkinkah yang dia maksud adalah bercengkerama dengan tubuh kami atau semacamnya? Dari wajahnya, dia sepertinya tidak memiliki niat itu ...

Jadi, apakah dia ingin aku menjawab pengakuannya?

Aku bisa sedikit menebaknya, tapi aku menggelengkan kepalaku pura-pura tidak tahu apa-apa.

"Aku tidak tahu, aku tidak tahu apa maksudmu."

Tetapi alih-alih bertanya lebih jauh, Heinley hanya menghela napas, berbaring miring dan mengulurkan tangannya.

Masalahnya adalah lengannya mengambil tempatku. Itu tepat di atas bantalku.

Juga, meskipun aku bolak-balik melihat lengan dan wajahnya, dia tidak menarik lengannya.

Akhirnya, aku memberitahunya terus terang dan dengan agak malu.

"Heinley, ini tempatku."

"Apa?"

Aku ingin dia memindahkan lengannya.

"Ini tempatku."

Setelah mengulanginya dengan tegas, mata Heinley melebar dan dia perlahan menarik lengannya.

“Jika kamu ingin tidur dengan tangan terentang, berbaringlah sedikit lebih jauh ke kiri, Heinley. Tempat tidurnya cukup besar, jadi kamu bisa melakukannya.”

Setelah dengan lembut menepuk lengannya yang ditarik, aku berbaring di tempat tidur dan mematikan nyala lampu.

Namun, begitu kamar tidur menjadi gelap, aku merasakan sedikit angin bertiup di sampingku.

“?”

Saat aku bertanya-tanya mengapa, bahu Heinley berguncang dengan bibir tertutup rapat.

“Heinley?”

Saat aku menyalakan kembali lampu dan duduk, Heinley tertawa seolah dia tidak tahan lagi.

Tidak lama kemudian dia berhasil tenang dan meminta maaf dengan tulus.

"Maafkan aku. Aku- aku hanya ingin Ratuku tidur menggunakan lenganku sebagai bantal.”

"!"

***

[Baca Remarried Empress Bahasa Indonesia di https://shiraulwiya.blogspot.com/]

Diterjemahkan dari https://novelutopia.com/ 


<<<

Chapter 243               

>>>             

Chapter 245

===

Daftar Chapters