Monday, May 24, 2021

Trash of the Count’s Family (#53)

 


Pembuat Onar di Keluarga Count

Chapter 53: Sedang Berpikir (1)

Penerjemah: Shira Ulwiya / Proofreader: Tsura

 

Cale mulai berpikir.

‘Haruskah aku kabur?’

Tapi kedua mata Paus itu menatapnya dengan saksama. Dia juga tampak memberi kekuatan pada kedua tangannya, karena Cale dapat melihat Paus itu membenamkan jari-jarinya ke dalam tanah. Kekuatannya bukan main meskipun dia tampak hampir mati.

Dia punya satu pertanyaan di pikirannya.

‘Seorang anggota suku Paus terluka oleh racun duyung?’

Sebuah jawaban segera terlintas di pikiran Cale.

Darah campuran.

Hanya itu satu-satunya jawaban yang mungkin.

Cale segera mengingat isi novel ‘Kelahiran Pahlawan’. Tidak ada karakter berdarah campuran di Suku Paus yang jumlah anggotanya hampir sama sedikitnya dengan naga.

‘Tapi ada satu yang sudah meninggal.’

 Cale mulai mengerutkan dahi dan merasa khawatir.

“Ugh.”

Paus itu tidak mampu merangkak lagi. Tubuhnya mulai gemetar tanpa bisa melakukan apa pun lagi. Saat itulah, Cale mendengar suara Naga Hitam di kepalanya.

-    Manusia, apa kamu tidak akan membantunya?

Naga Hitam bertanya dengan ragu-ragu. Cale tidak merespon pertanyaan itu dan berdiri tegak. Dia benci memiliki perasaan yang tidak perlu dan mengulurkan bantuan tanpa alasan. Akan tetapi.

“Hei.”

Cale menghampiri Paus berdarah campuran itu dan berjongkok di hadapannya. Siluman Paus yang gemetaran di tanah perlahan-lahan mengangkat kepalanya.

[Baca Trash of the Count's Family Bahasa Indonesia di https://shiraulwiya.blogspot.com/]

Laki-laki berambut panjang ini benar-benar sesuai dengan cerita tentang bagaimana para Paus sangat rupawan sampai-sampai membuat Elf terlihat seperti cumi-cumi. Laki-laki berparas elok itu menatap Cale.

“…Selamatkan-“

Cale menjawab tanpa emosi dalam suaranya.   

“Ya. Aku akan menyelamatkanmu.”

Siluman Paus berdarah campuran. Cale tahu bahwa lebih menyakitkan bagi Paus ini untuk hidup daripada mati tidak beberapa lama lagi. Dia yakin bahwa Paus ini juga mengetahui hal ini.

Cale teringat percakapan antara Raja Paus dan Lock di novel.

< “Kamu adalah Serigala berdarah murni.”

“Kenapa Anda berkata seperti itu?”

“Anakku tidak berdarah murni.”

“Hmm? Noona bukan Paus berdarah murni?”

“Bukan dia. Aku punya anak laki-laki yang berdarah campuran. Itu sebabnya…. dia banyak mengalami kesulitan. Dia terlalu lemah untuk hidup di lautan.”

“Lalu apa dia hidup di darat?”

“Tidak. Anak laki-lakiku itu meninggalkan dunia ini sebelum aku.” >

Raja Suku Paus sekaligus mediator dunia laut adalah seseorang dengan rambut dan mata berwarna biru. Meskipun Cale tidak bisa mengatakan dengan pasti karena saat itu gelap, wajah Paus yang sekarang sedang menatapnya itu agak mirip dengan wajah Raja Paus seperti yang digambarkan di novel.

Cale menatap ke arah sepasang mata berwarna biru laut dan mulai berbicara.

“Tidurlah sejenak. Semuanya akan baik-baik saja saat kamu bangun nanti.”

Kedua mata biru itu mengerjap beberapa kali sebelum perlahan-lahan menutup. Cale mengamati Paus berdarah campuran yang tidak sadarkan diri itu, sebelum menghampirinya dan memeriksa kedua kakinya.

“Bagaimana menurutmu?”

Naga Hitam menampakkan dirinya ketika Paus berdarah campuran itu jatuh tak sadarkan diri dan segera medekati Paus itu. Dia kemudian membuat bola cahaya kecil dengan sihir agar mereka dapat melihat kakinya lebih baik.

[Baca Trash of the Count's Family Bahasa Indonesia di https://shiraulwiya.blogspot.com/]

“Lukanya parah.” 

Kulit Suku Paus sangat tebal dan keras. Sekalipun terlihat tanpa cela dan elok, kulit mereka juga sangat keras. Sayangnya, Paus berdarah campuran ini tidak memiliki keistimewaan itu. Itu sebabnya tubuhnya terpengaruh oleh serangan duyung dan terkena racun. Naga Hitam memandang Cale dengan ekspresi aneh di wajahnya sementara Cale mengamati Paus itu.

“…Kamu benar-benar manusia yang aneh. Kamu sangat lemah dan aneh.”

“Hentikan omong kosongmu.”

Cale menunjuk ke arah Paus itu dan memberi perintah kepada Naga Hitam.

“Celupkan tubuhnya ke dalam air.”

 “…Apa kamu membohonginya?”

Naga Hitam tampak benar-benar terkejut. Ekspresi terkejut pada wajah reptil ini terlihat cukup serius.

“Manusia, kamu bilang kamu akan menyelamatkannya! Kamu memang lemah, tapi kamu selalu menepati janjimu sampai saat ini! Jadi mengapa kamu menyuruhku mencelupkannya ke dalam air?! Apa kamu mencoba membuatnya mati lemas?!”

Haaahhh.

Cale menghela napas panjang. Dia lalu meraih bola cahaya yang mengapung di udara. Bola itu tidak terasa panas.

“Aku melakukan ini untuk menolongnya.”

Dia kemudian menambahkan.

“Setelah kamu memasukkannya ke dalam air, kamu ingat mayat yang kamu lihat sebelumnya, kan?”

“…Sebenarnya kamu mencoba menyuruhku melakukan apa?”

“Tidak banyak. Pergi dan bawakan aku sebuah lengan.”

Naga Hitam tercengang. Cale tidak memedulikannya dan berjalan ke dalam gua. Itu karena Naga Hitam tidak membantah perintahnya, meskipun dia benar-benar tampak kaget.

“…Aku akan melakukan apa yang kamu suruh untuk saat ini.”

Naga Hitam itu benar-benar penurut. Cale tidak menoleh ke belakang dan terus berjalan ke depan. Dia perlu menyelesaikan urusannya dan kembali sebelum penduduk desa menjadi gaduh.

[Baca Trash of the Count's Family Bahasa Indonesia di https://shiraulwiya.blogspot.com/]

Gua itu tidaklah dalam, dan Cale berhasil mencapai ujung gua dengan cepat.  

‘Ketemu.’

Benda berharga yang Toonka temukan adalah sebuah “Genangan Air Kecil’. Cale mengeluarkan salah satu benda yang dia bawa bersamanya. Benda itu adalah sebuah alarm. Alarm itu akan memberitahu Cale jika ada orang lain yang mendekati lokasi ini.

‘Aku hanya perlu mengambilnya sebelum aku pergi.’

Cale menciduk sedikit air genangan itu ke dalam sebuah botol kecil.

‘Air Pemadam-Api.’

Air selalu lebih kuat dari api, tapi kekuatan air ini sedikit berbeda. Jika Cale mencelupkan benda yang akan didapatkan Lock untuknya ke dalam air ini, ini akan menjadi benda yang sangat berharga.

Ini akan menjadi barang berharga yang akan menyelamatkan hutan yang sekarat.

Cale kembali ke pintu masuk gua. Naga Hitam sepertinya sudah kembali dengan membawa sebuah lengan, dia menyerahkan lengan itu kepada Cale dengan ekspresi tak menentu. Cale melihat tubuh Paus berdarah campuran yang basah kuyup itu.

“Mari kita pulang.”

Naga Hitam mendesah lantas mengangkat Paus berdarah campuran, sebuah lengan duyung, dan Cale ke udara lalu terbang kembali ke rumah.

Cale mendapat sambutan yang tidak biasa dari On dan Hong setibanya di kamar.

“Kau pulang tepat waktu!”

“Kepala pelayan itu menggendor pintu dari tadi!”

Cale sudah tahu bahkan tanpa kedua bayi kucing itu memberitahukannya. Dia dapat mendengar suara Hans di luar pintu. Hans terdengar seperti akan menangis.

“Tuan muda, saya tidak berani masuk karena Anda bilang Anda akan membunuh saya jika saya membangunkan Anda. Itu sebabnya saya hanya akan terus menggendor pintu. Bisakah Anda membuka pintunya tuan muda?”

Cale melepas pakaian selam dan melemparnya ke sudut kamar sebelum mengeluarkan sebuah alat dari kotak sihir dan melemparkannya ke arah Naga Hitam. Dia kemudian mengenakan mantel mandinya dan membuka pintu.

[Baca Trash of the Count's Family Bahasa Indonesia di https://shiraulwiya.blogspot.com/]

“Tuan muda, nona muda Amiru meminta saya untuk memastikan bahwa Anda aman. Jadi tolong bangun dan buka-“

“Kamu mau apa?”

“Oh! Tuan muda! … Apa Anda sedang mandi?”

Cale menyapu rambut basahnya ke belakang dan dengan santai menjawab pertanyaan Hans.

“Aku tidak bisa tidur, jadi aku berendam di pemandian air laut.”

“Ah, Anda tadi berada di kamar mandi. Berarti saya tidak perlu mengkhawatirkan nyawa saya, karena Anda tidak sedang tidur.”

“….Entahlah.”

“Maafkan saya, tuan muda.”

Ahem, hem. Hans berdehem lantas mengamati Cale dan mulai berbicara.

“Apa Anda baik-baik saja? Keadaan di luar sedang kacau saat ini. Ledakan keras terdengar beberapa kali tadi. Saya rasa sesuatu telah terjadi di laut.”

Cale melihat keluar jendela yang dia masuki tadi. Desa itu kini sudah sepenuhnya terang oleh cahaya, meskipun ini masih tengah malam. Dia juga dapat melihat beberapa cahaya bergerak ke arah laut.

Tampaknya Amiru  telah membuat keputusan berani untuk mengirim orang ke laut, meskipun adanya bahaya pusaran air, karena rencana pengembangan sudah di depan mata.

 “Ada suara keras, tapi mereka belum memastikan penyebabnya?”

“Nona muda Amiru mengatakan orang-orang akan pergi ke laut. Saya yakin penyebabnya pasti akan segera diketahui cepat atau lambat.”

Menurut pendapat Cale, Amiru akan merasa senang karena puasaran air di pulau tengah telah lenyap. Hal itu saja akan meningkatkan nilai pesisir pantai ini secara melonjak.

“Benarkah?”

“Ya, tuan.”

“Kalau begitu kamu bisa pergi sekarang.”

Hans membungkuk dengan hormat kepada Cale sebelum segera keluar dari ruangan. Pada saat yang sama, Naga Hitam mematikan alat tak kasatmata, menampakkan dirinya dan Paus berdarah campuran yang masih tak sadarkan diri, begitu juga dengan lengan duyung di atas tubuhnya.

[Baca Trash of the Count's Family Bahasa Indonesia di https://shiraulwiya.blogspot.com/]

On dan Hong tidak bergerak dari sudut ruangan setelah melihat lengan duyung itu. Kedua bayi kucing ini merasa takut terhadap banyak hal konyol.

Cale pergi ke kamar mandi dan menyendok air laut dari bak mandi. Naga Hitam mengamatinya dengan rasa penasaran saat Cale mencelupkan satu sisi lengan duyung itu ke dalam air laut.

Ssssshhhh-

Bunyi seperti sesuatu terbakar dapat terdengar, tapi kenyataanya, lengan yang mengering itu justru kembali ke bentuk semula dengan cepat. Perubahan mendadak mayat itu membuat On dan Hong lari dan bersembunyi di bawah tempat tidur. Lengan mayat itu sepenuhnya kembali normal tidak lama kemudian. Cale melihat ke arah kaki manusia Paus itu. Tidak seperti sebelumnya, cairan hijau itu bercampur dengan air laut.

Cale mengeluarkan sebuah pisau.

Pada saat itu, kelopak mata laki-laki yang tidak sadarkan diri itu mulai berkedut dan tubuhnya mulai bergerak.

“Sepertinya dia akan segera bangun. Manusia, singkirkan pisau itu!”

Naga Hitam berteriak dan laki-laki itu membuka matanya. Hal pertama yang dilihat laki-laki itu adalah Cale yang sedang mengangkat pisau di atas kepalanya. Cale tersenyum kepada manusia Paus itu untuk memberitahunya agar rileks saat keduanya membuat kontak mata. Mata manusia Paus itu mulai bergetar ketika pisau itu bergerak.

Jleb.

Pisau itu menikam lengan duyung dan merobek kulitnya. Cairan mulai mengalir keluar dari lengan yang terpotong itu. Itu adalah darah duyung. Ketika lengan itu kembali normal, begitu juga dengan darahnya.

Cale mulai berbicara kepada laki-laki yang gemetar itu,

“Bagus.”

Darah mengucur keluar dan jatuh ke kaki laki-laki itu.

Sssshhhhh.

Cairan hijau di kaki laki-laki itu mulai mengeluarkan suara seperti desisan ketika bersentuhan dengan darah duyung itu.

Cale menyerahkan lengan berdarah kepada laki-laki itu.

“Minum darah ini sebelum kering. Itu cara terbaik.”

[Baca Trash of the Count's Family Bahasa Indonesia di https://shiraulwiya.blogspot.com/]

Jilid ke-5. Ini adalah metode penyembuhan yang Rosalyn temukan untuk mengobati Lock, yang terluka setelah bertarung melawan seekor duyung. Metode ini masih belum diketahui di dunia ini.

Mata laki-laki ini, yang terlihat berumur awal 20-an, kembali bergetar. Begitu juga dengan On, Hong dan Naga Hitam.

Pada akhirnya, laki-laki itu terlihat lebih baik. Dia memutuskan untuk meminum darah itu setelah melihat darah yang menetes tadi berhasil menyembuhkan kakinya secara perlahan.

Cale lanjut berbicara sambil melihat ekspresi kebingungan di wajah Paus berdarah campuran itu

“Apa? Bukannya kamu yang telah membunuh duyung ini?”

Ekspresi laki-laki itu mengeras. Cale mencemooh setelah melihat ekspresi itu. Sangat aneh melihat Paus itu menjadi sangat gugup setelah ditanya jika dia telah membunuh seekor duyung.

Cale lalu kembali menuang sisa darah ke atas kaki siluman Paus itu, sebelum menaruh lengan itu kembali ke dalam air. Lengan itu mulai luruh di dalam air di bawah pandangan Cale.

Cale terus memperhatikan lengan itu meluruh saat dia mulai berbicara kepada siluman Paus itu.

“Jika kamu seekor Paus, kamu mungkin perlu kembali ke laut sebelum pagi agar bisa sembuh sepenuhnya. Tidurlah sebentar dan kembalilah sendiri ke tempat asalmu.”

Wajah laki-laki itu berubah aneh. Itu adalah tatapan garang yang berbeda dari Choi Han. Ini adalah seseorang yang selalu diremehkan, seseorang yang selalu diingatkan bahwa dia tidak sebaik anggota sukunya yang lain. Ini adalah tatapan garang yang hanya mungkin dimiliki oleh seseorang seperti itu.

“Bagaimana kamu tahu aku seekor Paus?”

“Siapa lagi yang bisa membunuh tiga duyung?”

“…Aku harus segera pulang.”

Cale merasa dia akan berakhir mendengarkan cerita yang tidak penting, jadi dia segera melambaikan tangannya.

“Aku tidak ingin mendengar cerita tidak pentingmu.”

Itu sebabnya Cale tidak menanyakan nama Paus itu atau membiarkan Hans melihat Paus itu.

“Aku hanya menyelamatkanmu karena aku bilang begitu ketika kamu memintaku menolongmu.”

Cale berbaring di atas tempat tidur. Dia perlu mandi, tetapi saat ini dia terlalu lelah.

“Aku akan tidur. Jangan berisik saat kau pulang nanti.”

[Baca Trash of the Count's Family Bahasa Indonesia di https://shiraulwiya.blogspot.com/]

Cale menutup matanya. Tidak ada hal yang dia perlu khawatirkan karena naga itu ada bersamanya. Dia kemudian teringat kata-kata terakhir Raja Paus yang dia ucapkan kepada Lock di dalam novel.

< “Itu sebabnya aku tidak mau kehilangan anggota keluarga lagi.” >

Ini alasan mengapa kali ini Kim Rok Soo memilih untuk mengambil langkah ini. Dia sendiri telah mengalami kehilangan seluruh anggota keluarganya. Tentu saja, dia tidak punya rencana menderita kerugian dari pengalaman ini.

< ”Jika anak itu masih hidup, aku akan menyerahkan takhta kepada putriku dan hidup di dunia manusia bersamanya. Aku merasa anak itu akan senang jika kami melakukannya.”

“Mm, aku juga berpikir noona akan menjadi Ratu yang baik. Tetapi karena noona adalah orang yang juga penuh kasih sayang, bukannya dia juga akan ingin hidup bersama Anda, Tuan?”

“Tentu saja. Dia mencari di sepanjang lautan ketika putraku menghilang.”

“Aku yakin seluruh lautan akan kacau balau jika noona yang melakukan pencarian. Hei tuan, siapa nama putramu?”

“…Nama putraku adalah Paseton.” >

Penyelamat putra raja. Baik Raja Paus yang sekarang maupun Ratu Paus di masa depan, bukankah dia akan bisa memanfaatkan hal ini nantinya?

Tetapi, yang paling penting, Suku Paus harus memenangi perang melawan para duyung. Cale jatuh tertidur dengan pikiran tenang. Ketika dia terbangun keesokan paginya, Paseton sudah menghilang.

Kucing merah Hong memberi laporan.

“Dia bilang dia akan kembali malam nanti.”

“Sama sekali tidak ada alasan baginya untuk melakukan-.”

Cale hanya mengangkat bahu tanpa menyelesaikan kalimatnya. Tetapi, beberapa saat kemudian, perasaan ‘apakah ini benar-benar perlu’, yang lebih besar memenuhi pikirannya.

“Tuan muda Cale! Saya minta maaf karena datang sepagi ini, tapi saya perlu memberitahu Anda sebuah berita yang sangat luar biasa!”

Nona muda Amiru tersenyum cerah. Sangat jarang melihat Amiru yang biasanya tenang seperti ini. Dia sepertinya langsung datang dari laut, melihat dia masih mengenakan jas hujan dan beberapa orang datang bersamanya.

“Apa Anda tahu apa itu?”

“Sama sekali tidak.”

[Baca Trash of the Count's Family Bahasa Indonesia di https://shiraulwiya.blogspot.com/]

Dibandingkan dengan Amiru yang bersemangat, Cale justru tenang. Tidak, dia hampir tanpa emosi.

“Pusaran air, pusaran air di depan pulau tengah telah lenyap! Ia lenyap dalam semalam tanpa menyisakan jejak sedikitpun!”

‘Aku yang membuatnya begitu.’

Cale tidak dapat memberitahunya bahwa dialah yang telah melakukannya, jadi dia hanya mengalihkan pandangan. Di dekat Amiru adalah nelayan veteran dan beberapa kesatria, termasuk Toonka.

Seperti yang digambarkan di novel, Toonka memiliki rambut cokelat panjang seperti surai singa. Laki-laki dengan penampilan berbahaya ini yang tampaknya dia bisa dan akan mengirim orc terbang dengan satu tamparan, mendecak lidahnya dan mulai berbicara sendiri.

“Mengecewakan. Aku ingin mencoba melompat ke dalam pusaran air itu. Haruskah aku melompat ke pusaran yang lain sebagai gantinya?”

Dia benar-benar b*jingan gila.

Pada saat itu, Amiru mulai berbicara dengan bersemangat kepada Cale sekali lagi.

“Tuan muda Cale! Sebagai ganti investasi keluarga Henituse, saya ingin menunjukkan pada Anda pemandangan laut Ubarr yang tenang. Maukah Anda pergi ke pulau tengah bersama saya?”

Cale perlu menunjukkan ketulusan dalam proyek ini sampai seseorang tiba dari wilayah Henituse. Cale tersenyum lembut kepada Amiru dan bertanya.

“Apakah semua orang di sini akan pergi?”

“Ya.”

Ujung bibir Cale gemetar mendengar jawaban pendek Amiru.

Amiru, yang tidak melihat itu dan hanya melihat senyum lembutnya, menunjuk Toonka dan terus berbicara.

“Ah, ini pertama kalinya Anda bertemu orang ini, kan? Orang ini adalah orang yang hampir terjebak di pusaran air itu. Tuan Bob, ini adalah tuan muda Cale Henituse.”

‘Bob?’

Cale menunjukkan ekspresi aneh di wajahnya.

Toonka berusaha tersenyum dengan seringainya yang mengerikan. Itu bahkan lebih menakutkan daripada melihat ogre tersenyum.

“Senang bertemu denganmu. Namaku Bob.”

Bob. Toonka benar-benar menggunakan nama yang cocok sebagai alias. Nama itu sama konyolnya dengan dirinya.

[Baca Trash of the Count's Family Bahasa Indonesia di https://shiraulwiya.blogspot.com/]

***

Diterjemahkan dari https://eatapplepies.com/


<<<

Chapter 52                   

>>>             

Chapter 54 

===

Daftar Isi 


 

Sunday, May 23, 2021

Remarried Empress (#199) / The Second Marriage (Ep. 102 part 2 - Ep. 103 part 1)

 


Chapter 199: Titik Puncak (2)

Penerjemah: Shira Ulwiya


Hatiku dipenuhi dengan begitu banyak kegembiraan sehingga aku menggenggam seprai begitu bangun tidur dan membentangkannya berulang kali.

Faktanya, semua orang bertanya-tanya mengapa Kerajaan Barat tidak memproklamasikan dirinya sebagai Kekaisaran. Aku juga tidak tahu jawabannya.

Namun, semua orang meyakini bahwa Kerajaan Barat memiliki kekuatan dan kekayaan untuk menjadi Kekaisaran.

Jantungku berdegup kencang, hari pernikahan kami akan menjadi saat Kerajaan menjadi Kekaisaran. Tak diragukan lagi, peristiwa ini akan terukir dalam sejarah. Sungguh luar biasa mengetahui bahwa aku akan menjadi bagian dari sejarah itu. Sungguh menakjubkan dan mengagumkan melihat Heinley, yang selama ini jauh dari takhta, bergerak maju dengan cara ini.

'Aku harus menjadi permaisuri yang baik.'

Walau sebenarnya meskipun tidak menjadi kerajaan, aku tetap harus menjadi ratu yang baik.

Sebagai Permaisuri pertama yang Menikah Kembali dan Permaisuri Kekaisaran Barat pertama, aku harus lebih berhati-hati dengan tindakanku dan fokus pada peran Permaisuri.

'Tidak, sekarang bukan waktunya untuk memikirkan itu.'

Aku buru-buru turun dari tempat tidur dan mengambil buku yang aku baca setiap hari sejak aku tiba di sini. Dalam buku ini, juru tulis Kerajaan Barat mencatat pertemuan raja selama sekitar dua puluh tahun.

Setelah beberapa saat, para dayang datang untuk membantuku berganti pakaian untuk sarapan, tetapi kecuali untuk waktu-waktu itu, aku tidak pernah berhenti membaca buku itu.

Aku begitu asyik dengan buku itu sehingga aku bahkan tidak menyadari waktu berlalu.

Rose memanggilku, “Yang Mulia. Mondrae, jurnalis dari Blue Newspaper, ingin bertemu dengan Yang Mulia Ratu.”

"Blue Newspaper?"

"Itu salah satu dari tiga surat kabar yang memiliki izin untuk mengakses istana kerajaan."

Begitu aku mendengarnya, aku tahu apa yang sedang terjadi. Tiga surat kabar yang memiliki izin untuk mengakses istana kerajaan pasti sedang bersaing satu sama lain, tetapi aku hanya memberikan dua wawancara kepada salah satu dari mereka.

Jadi wartawan ini pasti datang ke sini dalam keadaan cemas.

Masalahnya adalah… dia terlambat mewawancaraiku, jadi dia ingin menulis artikel yang sesensasional mungkin. Itu berarti kemungkinan dia akan mengajukan pertanyaan yang tidak menyenangkan.

"Apa yang ingin Anda lakukan?"

Setelah memikirkannya beberapa saat, aku menjawab, "Biarkan dia masuk."

Lagi pula aku tidak bisa menghindarinya selamanya. Rose pergi dengan wajah cemas, dan segera jurnalis bernama Mondrae masuk.

Mondrae memiliki sosok seorang pria kekar.

Melihat dia masuk dengan wajah penuh tekad, dia sepertinya sudah siap.

Namun aku menyapanya dengan senyuman seolah-olah aku tidak menyadarinya. Setelah menyapa, Mondrae memberikan beberapa pujian formal.

Aku pikir dia akan menanyakan pertanyaan yang sulit, tetapi wawancara itu dimulai dengan normal.

"Reputasi Yang Mulia dikenal luas, kami telah banyak mendengar tentang kemampuan Anda. Jadi, Yang Mulia pasti akan menjadi ratu yang baik untuk Kerajaan Barat."

Apa yang dia sembunyikan di balik kata-katanya itu?

Dia melanjutkan, "Tapi saya juga sedikit khawatir."

Ini dia.

“Reputasi Yang Mulia dapatkan sebagai Permaisuri, pada dasarnya, karena kecintaan Anda yang besar pada Kekaisaran Timur.”

“…”

Tampaknya pertanyaan sulit yang dia pilih sedikit lebih sulit dari yang kuharapkan.

Aku tidak dapat berbicara tanpa berpikir, jadi Mondrae melanjutkan dengan wajah yang sangat cemas, “Itu tidak akan menjadi masalah selama Kerajaan Timur dan Kerajaan Barat tidak berkonflik tetapi… jika kedua negara itu suatu hari nanti bersaing untuk mendapatkan keuntungan, apa yang akan Yang Mulia lakukan dalam posisi yang canggung ini?”

[Baca Remarried Empress Bahasa Indonesia di https://shiraulwiya.blogspot.com/]

***

Sovieshu gelisah, dia tidak bisa berhenti bertanya-tanya apakah surat yang dia kirim ke Navier telah sampai ke tangannya tanpa kendala.

'Apakah kesatria yang membawa surat itu tiba-tiba tersesat? Mungkinkah dia bertemu dengan bandit yang sangat kuat yang mencuri surat itu? Bagaimana jika kesatria itu tidak dapat menyerahkan surat itu karena serangan jantung mendadak?'

Sovieshu terlalu khawatir dia mungkin kehilangan surat itu. Bahkan jika bandit yang sangat kuat muncul, dia tidak akan bisa mencuri surat itu, tapi saat ini Sovieshu tidak bisa berhenti membayangkan yang tidak-tidak. Hanya membayangkan bahwa sesuatu yang buruk bisa terjadi pada surat itu membuatnya bergidik.

Dia yakin bahwa ketika surat itu sampai ke tangan Navier, semuanya akan kembali seperti semula.

Namun, meski gelisah, dia tetap harus masuk ke ruang audiensi.

'Aku pasti sudah gila'.

Dia terlanjur merasa risau, tetapi ada banyak permintaan hari ini untuk memberkati pasangan yang akan menikah.

Sovieshu tidak ingin melihat satu pun dari mereka, jadi suasananya secara alami terasa berat.

Namun, pasangan yang mengajukan permintaan ini menganggap suasana yang berat itu sebagai dampak dari wibawa kaisar.

Ini karena Sovieshu mengatur ekspresi wajahnya dengan baik dan tersenyum ramah setiap saat meskipun dia memberikan restu yang tidak tulus.

Untungnya, orang terakhir yang dia lihat di ruang audiensi hari ini bukanlah pasangan yang sedang jatuh cinta, yang akan menikah. Mereka adalah pasangan suami istri dengan seorang gadis berusia sekitar empat belas tahun.

“Gadis ini akan menjadi putri kami mulai hari ini. Kami mohon untuk memberkati gadis ini, Yang Mulia."

Sama seperti saat membawa bayi yang baru lahir untuk diberkati, mereka membawa putri angkat mereka untuk diberkati.

Kali ini, Sovieshu dengan tulus memberkati masa depan gadis itu.

Kemudian dia tiba-tiba teringat anak yatim piatu yang disponsori Navier.

Setelah menyelesaikan tugasnya di ruang audiensi, Sovieshu pergi ke koridor dan memerintahkan Marquis Karl.

"Bawa ajudan Navier ke kantor."

Saat dia pergi ke kantor dan memeriksa beberapa gugatan, dua ajudan Navier masuk.

"Kamu ajudan Navier?", tanyanya.

Kedua ajudan itu menjadi gugup karena panggilan mendadak Sovieshu, dan mereka menjadi lebih cemas ketika Sovieshu menyebutkan mantan permaisuri.

Mereka takut kaisar akan melampiaskan amarahnya kepada mereka.

"Ya, Yang Mulia."

“Ada seorang yatim piatu yang Navier asuh sendiri. Siapa yang bertanggung jawab untuk itu?"

Ketika Sovieshu menyebutkan anak yatim piatu yang diasuh Navier, salah satu ajudannya melangkah maju, bingung, "Itu adalah tugas saya, Yang Mulia."

'Mengapa kaisar menanyakan pertanyaan seperti itu?', pikir ajudan itu. Ekspresinya membeku, tidak dapat memahami situasinya.

Sovieshu meneruskan apa yang ingin dia katakan, "Gadis itu, aku mendengar mana-nya menghilang."

"Itu benar, Yang Mulia."

"Bagaimana kabarnya sekarang, bagaimana dengan tunjangannya?"

“Dia masih di Akademi Sihir, dan sejauh yang saya tahu, dia menerima tunjangan dari Duke Troby…”

"Kamu tidak lagi bertanggung jawab untuk itu?"

"Saya bekerja di departemen lain sekarang," jawab ajudan itu, memelototi Sovieshu.

Setelah perceraian Navier, otomatis dia beralih departemen. Sovieshu mengangguk dan memerintahkan, "Duke Troby tidak lagi perlu mendanai dia."

Ajudan itu terkejut dengan kata-kata Sovieshu dan langsung bertanya, "Maaf?"

“Gadis itu, tahukah kamu bagaimana rupanya?”

"Iya. Saya biasa bertemu dengannya secara berkala untuk melihat keadaannya."

"Aku ingin melihatnya, jadi bawa dia ke sini."

Ajudan itu bahkan lebih bingung.

Sovieshu telah memerintahkan untuk membawa gadis itu karena Navier sangat menyukainya, jadi dia ingin mensponsorinya secara langsung.

Namun, Sovieshu menentang untuk meninggalkan gadis itu, yang kehilangan mananya, di Akademi Sihir.

Jika dia tetap di tempat itu, gadis itu akan terus menyesali kehilangan mananya dan berpikir bahwa dia tidak berguna.

Cepat atau lambat dia harus menghadapi kenyataan, jadi dia lebih suka membawanya dan membantunya menemukan masa depan yang lain.

Sovieshu bahkan akan mengizinkannya tinggal di ibu kota jika gadis itu setuju.

Kemudian, ketika Navier kembali suatu hari nanti, dia akan merasa lega dan bahagia.

Namun, para ajudan itu merasa tidak nyaman karena mereka tidak dapat membayangkan bahwa Sovieshu, yang dengan terang-terangan meninggalkan permaisuri, akan menjaga gadis yang sangat disayangi Navier.

[Baca Remarried Empress Bahasa Indonesia di https://shiraulwiya.blogspot.com/]

***

Kedua ajudan itu bukan satu-satunya yang bingung dengan tindakan Sovieshu.

"Apakah dia memerintahkan untuk membawa seorang wanita?" Rashta bertanya dengan tercengang ketika dia mendengar dari Viscount Roteschu bahwa Sovieshu telah memerintahkan untuk membawa seorang wanita.

“Bicaralah dengan jelas. Seorang wanita atau seorang gadis?"

“Aku tidak tahu. Tapi, sebagai murid Akademi Sihir, dia pasti seumuran dengan Rivetti.”

"Akademi Sihir ...", Rashta mengerang.

Dia merasa sakit hati karena Sovieshu telah memerintahkan untuk membawa seorang gadis yang berbakat dalam sihir.

Setelah menyingkirkan Navier seorang bangsawan yang agung, kepalanya berputar memikirkan seorang penyihir yang datang kali ini.

Dia pikir Sovieshu tidak akan pernah selingkuh darinya. Apakah itu kesalahpahaman?

Orang lain mungkin berpikir Sovieshu berselingkuh dengan Rashta, tetapi Rashta tidak menganggap cinta Sovieshu padanya adalah perselingkuhan yang sederhana.

Sovieshu dan Navier menikah karena alasan politik. Baik Sovieshu maupun Navier tidak saling mencintai.

Rashta mengerutkan kening saat dia menggosok kedua tangannya.

Dia membawa seorang gadis sebelum pernikahan. Bagaimana jika Sovieshu berubah pikiran dan menjadikan gadis lain itu sebagai permaisuri? Dia merasa cemas. Bahkan jika saat ini dia belum dewasa, dia akan menjadi dewasa dalam waktu sekitar satu tahun jika dia seumuran dengan Rivetti.

Karena perbedaan usia antara Sovieshu dan gadis itu tidak terlalu besar, dia bisa menjadi pasangannya tanpa masalah.

Tidak seperti Rashta, Viscount Roteschu berkata dengan optimis, “Belum diketahui dia dibawa untuk alasan apa. Kita lihat saja."

“…”

Tapi kata-katanya berikutnya kontradiktif, "Lagi pula, bukankah aku sudah memberitahumu? Kau perlu berhati-hati sebelumnya."

Rashta meletakkan kedua tangan di perutnya.

Viscount Roteschu terus menambahkan bahan bakar ke dalam api, “Mungkin sekarang hanyalah kesalahpahaman. Tapi itu mungkin menjadi kenyataan suatu hari nanti."

"Berhentilah mencoba memprovokasi Rashta, dan pikirkan tentang bagaimana mempersiapkan momen itu."

"Hmmm, tapi aku tidak bisa memikirkan hal yang lain ..." Viscount Roteschu bersenandung nakal atas teguran Rashta.

Alasan utama dia datang menemui Rashta adalah untuk membuatnya merasa cemas, untuk membuatnya menyadari betapa dia membutuhkannya. Semakin Rashta merasa cemas, semakin baik baginya.

Setelah Viscount Roteschu pergi, Rashta akhirnya bersandar di sofa, menyandarkan kepala di atasnya, dan memejamkan mata.

Dia ingin segera berlari ke Sovieshu dan bertanya tentang gadis yang dibawanya. Jika dia membawanya untuk tujuan pekerjaan, Rashta akan menjadi sangat lega.

Namun, Rashta khawatir Sovieshu akan menganggap interogasinya sebagai kecemburuan yang menjengkelkan.

Kecemburuan yang sedang mungkin membuatmu lebih dekat dengan pasanganmu, tetapi kecemburuan yang berlebihan bisa membuat pasanganmu lelah.

Setelah melihat Viscount Roteschu pergi, Delise dengan hati-hati berbicara kepada Rashta, "Um ... Rashta."

Dia melanjutkan, “Yang Mulia Kaisar bukanlah orang seperti itu. Jangan terlalu khawatir.”

Dia telah mendengar seluruh percakapan antara Rashta dan Viscount Roteschu sambil menunggu di samping.

Namun, Rashta tidak merasa lebih baik dengan penghiburan Delise.

Dia tahu bahwa Delise jelas menyukai Sovieshu, jadi sangat menjengkelkan melihatnya berpihak padanya.

Rashta menggerutu dengan tatapan serius, "Aku tidak tahu seberapa baik kamu pikir kamu mengenal Yang Mulia, tetapi apakah kamu pikir kamu mengenal Yang Mulia lebih baik daripada Rashta, istrinya?"

Delise menyadari bahwa Rashta tersinggung atas ucapannya dan segera menutup mulutnya.

[Baca Remarried Empress Bahasa Indonesia di https://shiraulwiya.blogspot.com/]

***

Diterjemahkan dari https://novelutopia.com/ 


<<<

Chapter 198                   

>>>             

Chapter 200

===

Daftar Chapters 


Remarried Empress (#198) / The Second Marriage (Ep. 102 part 1)


 

Chapter 198: Titik Puncak (1)

Penerjemah: Shira Ulwiya


Aku tidak bermaksud untuk berada di posisi yang dominan seperti ini.

Ketika aku menarik tanganku dengan malu, ekspresi tersipu Heinley segera lenyap, dan dia berbisik dengan mata menyeringai, "Barusan hatiku berdebar-debar, Ratu."

“Apa kamu bercanda dalam situasi seperti ini?”

"Aku bercanda justru karena kita berada dalam situasi seperti ini."

"…Yah. Ketidaktahuan adalah kebahagiaan.”

"Apa maksudmu?"

Heinley, yang tidak menyadari bahwa dayang-dayang telah salah memahami percakapan kami, tampak bingung dengan kata-kataku.

Aku mengetuk gagang pintu tanpa alasan dan duduk di kursi di dekat meja teh.

Heinley berjingkrak dengan langkah ringan, seolah melompat kegirangan, dan duduk di hadapanku.

“Tidakkah kau terlalu merasa kesepian saat aku ada di sampingmu?”

Mendengar itu, aku mengerti mengapa Heinley masih bercanda.

Dia masih merasa cemas akan wawancaraku.

Aku merasa berterima kasih atas perhatiannya, jadi aku mengulurkan tanganku dan meraih tangannya, "Aku baik-baik saja, Heinley. Merindukan teman-teman lamaku memang tidak dapat dihindari, tetapi aku tidak merasa kesepian di sini."

"Betulkah?"

"Ada Rose, ada Mastas, ada saudaraku ... dan ada kamu juga di sini."

"!"

Heinley tersenyum lebar, senang mendengar kata-kata itu, dan bergumam, "Itu benar."

Saat aku melihat senyuman itu, aku merasakan sensasi kesemutan yang aneh.

Rasanya sulit untuk diam di satu tempat, sampai-sampai aku merasa ingin berjalan ke sana kemari.

Pada akhirnya, aku tidak tahan lagi. Aku bangkit dan berjalan perlahan mengitari ruangan.

Tapi itu tidak berhasil, jadi aku segera beralih ke topik lain, "Aku telah melihat tempat di mana acara pernikahan sedang dipersiapkan."

“Apakah kau berbicara tentang Aula Perjamuan Besar?”

"Mungkin."

"Bagaimana menurutmu?"

Untungnya, Heinley mengikuti topik ini.

Mungkin itu adalah topik yang lebih penting baginya, dia bahkan mendengarkan kata-kataku dengan mata berbinar-binar.

Heinley melanjutkan, “Aku memerintahkan agar Aula Perjamuan Besar didekorasi secantik dan seindah mungkin. Bagaimana menurutmu, Ratu?”

Masih ada rasa kesemutan di tangan dan kakiku, tapi aku berusaha sebisanya untuk menjawab setenang mungkin, “Kelihatannya bagus.”

"Syukurlah!"

“Tapi aku khawatir pernikahan itu akan terlalu mewah.”

"Tidak apa-apa. Kerajaan Barat adalah ibu kota permata."

Aku tidak tahu sudah berapa kali dia mengatakan bahwa negara ini adalah ibu kota permata. Sekarang, aku jadi penasaran.

Memangnya seberapa banyak permata yang diproduksi di sini untuk bisa dibangga-banggakan begitu?

Saat aku bertanya-tanya, Heinley bergumam dengan khawatir, “Pasti akan sangat memesona. Pasti."

Dia sepertinya mengira aku cemberut karena aku tidak ingin pernikahan yang mewah.

Aku menggelengkan kepala, "Bukannya aku tidak ingin acaranya mewah."

Ada kalanya ketika sederhana itu lebih sesuai, dan ada kalanya justru bersikap mewahlah yang lebih sesuai.

Saat ini, ada alasannya masing-masing mengapa pernikahan harus mewah atau sederhana, jadi tidak perlu menentangnya hanya karena dia ingin pernikahan itu dilangsungkan secara mewah.

Aku hanya khawatir bahwa itu dilakukan secara berlebihan dan sia-sia.

[Baca Remarried Empress Bahasa Indonesia di https://shiraulwiya.blogspot.com/]

Ada apa dengannya?

Ekspresi Heinley aneh. Dia memasang wajah setengah tersenyum seolah dia ingin membanggakan sesuatu.

Karena ekspresinya yang aneh, aku memanggil namanya, "Heinley, ada apa?"

Heinley kemudian bergumam malu-malu, "Yah, aku tidak punya pilihan selain memberitahumu sekarang ... Aku ingin melakukannya dengan cara yang sangat keren."

“Dengan cara yang keren? Maksud kamu apa?"

"Pengakuan."

“Pengakuan…”

Dia harus mengakui sesuatu… Ah!

“Tidak mungkin… Benarkah?”

Apakah dia mencoba mengatakan bahwa dia menyukaiku?

Mendongak karena malu, Heinley bertanya, bahkan lebih terkejut, "Uh? kau bisa menebaknya?"

Aku memandangnya dengan heran, mencoba menenangkan jantungku yang berdegup kencang.

Apakah dia benar-benar mencoba mengatakan dia menyukaiku? Aku merasa sangat malu.

"Aku tidak menebaknya. Yah, mungkin sedikit… Aku hanya berusaha mengira-ngira itu tentang apa.”

Heinley mengagumiku dengan tatapan yang sangat terkejut, "Kau benar-benar seorang Ratu. Berapa banyak langkah yang sudah kau antisipasi?"

“…”

Aku menutup mulutku dan menurunkan tatapanku dengan tidak nyaman.

Sebenarnya, itu aneh.

Apakah dia berbicara tentang keuntungan menikah dengannya? Tentu saja ada banyak.

Tetapi untuk sebuah pengakuan, aku memikirkan banyak kemungkinan, dan salah satunya adalah cinta.

Mungkin tidak semesra seperti cinta antara Sovieshu dan Rashta, tapi meski sedikit, dia mungkin merasakan semacam ketertarikan padaku.

Namun, di antara hal-hal yang terlintas di benakku, tampaknya itu salah satu yang paling kecil kemungkinannya.

Bahkan jika dia merasakan ketertarikan padaku, aku pikir itu lebih merupakan persahabatan.

Tapi aku jadi malu, dia tidak akan mengakuinya, kan? Tidak, sebaliknya, bagaimana aku harus bereaksi jika dia benar mengakuinya?

Heinley, yang terkejut, tersenyum lembut dan meraih tanganku, “Aku ingin mengejutkanmu. Agak disayangkan karena kau sudah menduganya."

"Itu mengkhawatirkan."

"Iya. kau akan jadi lebih sibuk. Tapi itu sepadan. Nyatanya, ini hanya masalah waktu.”

“…”

"Pada hari pernikahan kita, kau akan menjadi Permaisuri Pertama Kekaisaran Barat."

Heinley berseri-seri dan menatapku dengan bangga dengan wajah bercahaya yang memimpikan masa depan yang cerah.

Tapi pada saat itu, aku belum sepenuhnya memahami kata-katanya.

Permaisuri?

Itu bukanlah pengakuan yang aku harapkan…

Mengapa dia tiba-tiba menyebutkan ini?

"Ratu?"

Aku sangat bingung sehingga aku tidak bisa mengontrol ekspresi wajahku, jadi Heinley bertanya dengan tergesa-gesa, "Ratu? Apakah kau tidak menyukainya?”

***

Aku tidak menyadari betapa luar biasanya kata-kata Heinley sampai keesokan harinya.

Permaisuri Pertama Kekaisaran Barat.

Dia bermaksud untuk memproklamasikan dirinya sebagai Kaisar.

[Baca Remarried Empress Bahasa Indonesia di https://shiraulwiya.blogspot.com/]

***

Diterjemahkan dari https://novelutopia.com/ 


<<<

Chapter 197                   

>>>             

Chapter 199

===

Daftar Chapters