Sunday, May 16, 2021

Remarried Empress (#196) / The Second Marriage (Ep. 101 part 2)

 


Chapter 196: Terus Manjakan Aku (1)

Penerjemah: Shira Ulwiya


Bahkan setelah Viscount Roteschu pergi, pikirannya yang runyam tidak mudah tenang. Rashta mondar-mandir di sekitar kamarnya lantas melihat jam. Sovieshu tidak akan kembali sampai nanti. Rashta dengan gugup melangkah keluar ke koridor, melihat sekeliling, dan menuju Istana Barat. Setelah permaisuri pergi, Istana Barat menjadi tenang dan sunyi.

Semua dayang yang dulunya ramai di Istana Barat kembali ke rumah mereka sementara jumlah pelayan dan pegawai sangat berkurang. Mereka hanya datang sekali sehari untuk membersihkan koridor, tetapi Rashta tahu bahwa ini belum waktunya bagi para pelayan untuk datang dan bersih-bersih. Dia dengan cepat memasuki Istana Barat.

Ini adalah hobi barunya. Dia akan memasuki kamar Permaisuri untuk memperbaiki suasana hatinya.

Ketika dia meminta kuncinya dari Sovieshu, Sovieshu merasa itu tidak masuk akal tetapi memberikannya tanpa banyak komentar. Itu adalah kamar kosong, jadi dia tidak peduli pada apa yang Rashta lakukan.

Bagian dalam ruangan bahkan belum dibersihkan karena permaisuri baru belum terpilih, jadi Rashta masuk dan keluar ruangan itu menghindari tatapan orang-orang.

Hari ini juga sama. Rashta dengan cepat menutup pintu saat dia memasuki ruangan. Dia merasa lebih baik setelah menutup pintu di belakangnya. Rashta bersandar di pintu dan menatap kamar kosong yang mewah itu. Furniturnya masih ada, tapi tidak digunakan oleh siapa pun. Anehnya, tempat ini terasa sangat suram.

'Akan lebih baik jika aku menggunakannya,' pikir Rashta dalam hati saat dia berjalan di sekitar ruangan. Walaupun dia sekadar berkeluyuran, Rashta mulai merasa lebih baik.

Rashta, yang merasa seperti permaisuri, tersenyum ketika dia meniru gerakan tubuh yang dia lihat dilakukan Navier sebelumnya. Dia tidak pandai belajar. Tidak peduli seberapa banyak dia belajar, dia tidak mendapatkan hasil yang baik. Tapi cara bicara dan perilakunya sudah cukup menyerupai bangsawan.

Salah satu guru etiket, yang pernah mengajar Navier, sangat terkejut sehingga dia bertanya, "Bagaimana Anda bisa terlihat sangat mirip dengan Navier?"

‘Bagian terpenting adalah etiket, cara berbicara, dan perilaku.'

Dia yakin semua orang yang membandingkannya dengan mantan permaisuri akan terkejut pada hari pernikahan nanti. Ini membuat suasana hati Rashta menjadi jauh lebih baik. Benar-benar jauh lebih baik. Sejak dia masuk ruangan itu, Rashta mulai memeriksa semua furnitur di kamar satu per satu. Lalu tiba-tiba, dia menemukan sesuatu yang aneh.

'Apa ini?'

Bagian atas kursi, yang pada pandangan pertama tidak terlihat aneh, sedikit menonjol.

Ketika dia mengambil bantalan dari kursi itu, dia tiba-tiba menemukan sebuah kotak kayu. Sesuatu yang dia anggap sampai sekarang hanyalah sebuah kursi, sebenarnya menyembunyikan sebuah kotak kayu. Tapi itu bukanlah hal yang paling mengejutkannya sejauh ini. Ada setumpuk dokumen di dalam kotak kayu itu.

'Apakah ini dokumen milik mantan permaisuri?'

Rashta mengeluarkan dokumen itu karena penasaran.

'Permohonan untuk pendanaan negara?'

Beberapa dokumen terkait dengan topik itu. Lainnya terkait dengan panti asuhan.

Setelah melihat jam dan memastikan bahwa dia masih punya waktu, Rashta duduk dan memeriksa dokumen itu dengan hati-hati. Dokumen-dokumen itu ditulis dengan kata-kata yang mudah dimengerti, jadi dia bisa tahu tentang apa itu jika dia membacanya dengan cermat. Dokumen-dokumen itu membahas panti asuhan, panti jompo, fasilitas pendukung untuk orang tua tunggal, rumah sakit gratis, layanan makan, dan lain-lain.

Semua ini adalah institusi yang disponsori secara pribadi oleh Permaisuri Navier atas nama Keluarga Kekaisaran.

[Baca Remarried Empress Bahasa Indonesia di https://shiraulwiya.blogspot.com/]

Selain itu, ada surat di akhir dokumen. Rashta memegang dokumen itu dengan satu tangan dan surat itu dengan tangan lainnya.

'Untuk Nona Rashta ...'

Surat itu ditulis dalam gaya yang tenang, di mana dia menyatakan bahwa dia tidak dapat lagi memberikan dukungan untuk tempat-tempat ini setelah perceraian karena dia mensponsori mereka atas nama Keluarga Kekaisaran. Disebutkan pula bahwa pengajuan dana negara tidak mungkin dilakukan sekarang, karena pendanaan negara diperbarui setiap tahun.

Dia telah menyiapkan permohonan untuk pendanaan negara terlebih dahulu untuk digunakan ketika Rashta menjadi permaisuri, jadi ketika saatnya tiba, dia harus mengajukan permohonan untuk pendanaan negara atas namanya.

Namun, kini banyak organisasi yang menerima dana negara, sehingga bisa ditolak karena masalah anggaran. Jika itu terjadi, Navier menyatakan bahwa Rashta harus melanjutkan itu dengan uangnya sendiri atas nama keluarga kekaisaran, seperti yang dia lakukan sebelumnya.

Selain itu, dia tidak membicarakan hal lain.

Itu adalah surat yang monoton, seolah-olah sesuatu yang akan diberikan kepada penerus mereka.

Kalaupun ada satu waktu di mana dia mengungkapkan perasaannya, adalah ketika dia mengatakan bahwa Rashta tidak boleh mensponsori mereka atas namanya sendiri karena semuanya bisa kacau. Setelah membaca surat itu, Rashta merasa sangat aneh. Seolah-olah untuk memperburuk perasaannya, ada sesuatu yang terjatuh.

Itu adalah dua surat perjanjian pendanaan dalam jumlah yang sangat besar.

Seandainya isi surat itu benar, itulah jumlah uang yang dibutuhkan untuk bisa mensponsori lembaga-lembaga ini selama dua tahun.

'Wawancara itu benar. Dia benar-benar tahu tentang perceraian itu.'

Rashta mengerutkan kening. Dia merasa lebih tidak senang karena merasa bersalah pada Permaisuri jauh di dalam hatinya, tapi dia tidak bisa mengakui bahwa Navier adalah Permaisuri yang hebat.

Mengakui hal ini akan membuatnya merasa tidak enak karena menyingkirkan Permaisuri yang baik.

Tetapi Rashta tidak bisa menganggap dirinya sebagai orang jahat.

Permaisuri cukup beruntung dilahirkan seperti itu, tetapi Rashta mengalami kesulitan untuk sampai ke sini. Bahkan setelah dia sampai di sini, dia masih harus berjuang untuk bertahan hidup.

Meskipun Rashta tidak menyakiti Permaisuri, Permaisuri Navier mencoba mendepaknya. Bukankah Permaisuri Navier mencoba menyingkirkan Rashta, tetapi dia akhirnya diusir karena tindakannya sendiri?

'Betul sekali. Bukankah akan berbeda jika dia tidak menggunakan pil aborsi atau meminta saudara laki-lakinya untuk menyerangku sejak awal?'

Maka dia akan hidup tanpa digulingkan dari posisi permaisuri. Mantan permaisuri sendiri yang menyebabkan ini terjadi pada dirinya. Rashta tidak percaya bahwa dia telah menulis surat yang bisa membuat siapa pun tertawa. Itu munafik.

'Dia membenci Rashta, kan?'

Sangat yakin, Rashta dengan marah mengambil surat perjanjian pendanaan, surat, dan dokumen itu.

'Bukankah seharusnya mereka disponsori atas nama Rashta?'

Rashta mendengus jijik.

'Keadaan bisa menjadi kacau? Dia hanya mengatakan itu karena dia tidak ingin reputasi Rashta naik.'

Mensponsori organisasi ini akan memungkinkan siapa pun untuk mendapatkan kepercayaan orang-orang.

"Aku akan melakukan semuanya atas nama Rashta. Bukankah Rashta yang akan melakukannya? Mengapa aku harus menulisnya atas nama Keluarga Kekaisaran?'

[Baca Remarried Empress Bahasa Indonesia di https://shiraulwiya.blogspot.com/]

***

Diterjemahkan dari https://novelutopia.com/ 


<<<

Chapter 195                   

>>>             

Chapter 197

===

Daftar Chapters 



Saturday, May 15, 2021

[Spoiler] Trash of the Count's Family (#691)

 


Chapter 691: Menara Batu Yang Hancur (3)

Penerjemah: Shira Ulwiya


Sebuah dinding lain dibangun di atas penghalang. Itu adalah dinding kabut merah yang tembus pandang. Litana melihat On dan Hong dan menelan ludah. Macan kumbang hitamnya, Ten, memekik, dan Litana menyadari bahwa ketika Ten memekik seperti itu, itu berarti ada sesuatu yang berbahaya. Dia menoleh ke naga singa dan melihat sesuatu seperti pusaran air di mata monster itu. 

Litana menatap Cale yang mengarahkan tangannya ke bawah. Mereka kemudian mendengar Rasheel berteriak kepada semua orang agar merunduk / tiarap ke tanah. Monster itu menembakkan sesuatu dari matanya. Cahaya hitam melesat ke depan dalam lintasan lurus, tetapi perisai batu memblokir lintasan hitam itu (mulai sekarang saya akan menyebutnya laser mata <eye beam>). Tapi Litana menyadari bahwa serangan laser mata itu berbeda dari serangan napas naga. 

Valentino bertanya dengan lantang serangan apa itu, dan dia tidak bisa menyembunyikan tangannya yang gemetar. Serangan laser mata itu tidak seperti serangan napas naga yang hanya ditembakkan sekali. Serangan laser mata itu adalah sesuatu yang terus-menerus ditembakkan. Dia kemudian mendengar seseorang mengatakan bahwa itu seperti mana mati. Valentino menoleh ke orang itu, dan menyadari bahwa orang itu adalah Clopeh Sekka. 

Clopeh mengatakan kepadanya bahwa tidak apa-apa, dan jangan takut. Dia berdiri tegak saat dia merekam seluruh kejadian. Dia kemudian berkata dengan suara takzim, "Saya percaya". (Ya, Clopeh menggunakan kata-kata yang sama dengan Joo Ho Shik.) Saat Clopeh terlihat seperti kesatria pelindung yang suci dan mulia, dia melanjutkan, "Pada pahlawanku, legenda masa depan." Clopeh tertawa dengan suara lirih, tetapi tawanya tidak terdengar oleh orang lain karena kebisingan di sekitarnya. 

Semua bebatuan menyerang naga singa, dan monster itu dengan cepat berbalik dan memblokir bebatuan dengan perisai putihnya. Cale tersenyum dan berkata kepada anak-anak kucing, yang sedang menunggu momen itu, agar mulai menyerang. Anak-anak kucing itu menggerakkan dinding kabut merah mereka. Karena monster itu berbalik untuk memblokir bebatuan, punggungnya menghadap ke kedua anak kucing. 

[Baca Spoiler TCF Bahasa Indonesia di https://shiraulwiya.blogspot.com/]

Anak-anak kucing itu mengingat apa yang dikatakan Ron kepada mereka. Bahwa jika mereka menemukan celah, mereka tidak boleh melewatkannya. Itulah salah satu dasar dalam mencari informasi penting. Sementara itu, Eruhaben, Rasheel, dan Mila tahu apa yang coba dilakukan anak-anak kucing itu, jadi mereka mencoba menarik perhatian naga singa itu dengan menyerangnya dan mencegahnya berbalik. 

Perisai batu Cale terus memblokir laser mata, jadi pada saat itu para naga mampu menyerang si monster. Laser mata yang tidak terblokir oleh perisai batu memusnahkan bangunan yang dikenainya. Tidak ada suara ledakan. Bangunan-bangunan itu berubah menjadi hitam dan menghilang ke udara. 

Seseorang berteriak bahwa tersisa 10 menit sebelum fase 3 berakhir. Mereka kemudian mendengar suara kucing mengeong. Di saat yang sama, kabut merah menyentuh punggung monster itu. Mulai dari sayapnya, kabut merah menyelubungi punggung dan seluruh tubuh monster itu. Monster itu tidak peduli dengan kabut itu. Ia terus menembaki perisai batu dan memblokir serangan 3 naga. 

Tapi kabut merah perlahan menelan monster itu dari ujung kepala sampai ujung kaki. Itu adalah kabut yang sangat halus dan tipis yang menempel di tubuh naga singa, sehingga kabut racun itu tidak akan membahayakan sekutu mereka. On dan Hong mulai berkeringat seperti Cale, tetapi Cale mengatakan kepada mereka untuk tidak melakukannya secara berlebihan sampai kelelahan. Mereka tidak menoleh ke Cale karena mereka terus fokus untuk mengendalikan kabut merah itu, tetapi mereka tahu bahwa orang yang menyuruh mereka untuk tidak melakukannya secara berlebihan adalah orang yang selalu melakukannya secara berlebihan hingga kelelahan.

Detik-detik berlalu, On dan Hong tersenyum. Senyuman mereka mirip dengan senyum Cale, tapi anehnya bercampur dengan senyuman Ron ketika dia berpura-pura bersikap baik. Jika Cale melihat senyuman itu, dia akan teringat Ron. Tetapi dia tidak melihatnya karena dia sibuk memblokir serangan naga singa dengan kekuatan kuno batunya. Kedua anak kucing itu bergumam bahwa mereka bisa melakukannya, dan Cale tersenyum. 

Para nagalah yang pertama menyadari perubahan pada naga singa itu. Rasheel bertanya pada Eruhaben apakah monster itu melambat, tetapi Eruhaben mengabaikan kata-katanya. Eruhaben teringat saat dia mengajar Raon dan kedua anak kucing pada saat itu. Racun paralisis dan racun tidur adalah racun yang sangat umum, dan dapat digunakan tanpa batas waktu karena sifatnya yang lemah. Kabut bisa digunakan tanpa batas waktu, tetapi sulit dikendalikan. Jadi, mengendalikannya dengan baik adalah tantangannya. 

Eruhaben tertawa saat mengingat itu. Dia bertanya-tanya dengan lantang makhluk hebat mana yang mengajari anak-anak itu saat dia tersenyum. Semua orang kemudian memperhatikan perubahan pada naga singa. Racun bekerja pada monster itu karena gerakannya mulai melambat. Racun paralisis secara bertahap menyebar ke seluruh tubuh monster dari luka di punggungnya.

[Baca Spoiler TCF Bahasa Indonesia di https://shiraulwiya.blogspot.com/]

Cale memberi tahu anak-anak kucing itu, "Kerja bagus," dan anak-anak kucing itu tersenyum. Tapi On berkata bahwa akan sulit untuk menghentikan monster itu sepenuhnya. Mereka tidak akan bisa bertahan selama beberapa menit. 4 menit tersisa sebelum fase 3 berakhir. Tetapi anak-anak kucing itu tidak akan mampu mempertahankan kabut merah selama waktu yang tersisa. Namun, Cale mengatakan bahwa itu tidak menjadi masalah. Dia memberi tahu mereka bahwa mereka hanya harus meneruskan apa yang mereka lakukan, dan itu sudah cukup. 

Mata anak kucing berbinar mendengar kata-katanya, dan mereka melihat Cale mengangkat cambuk gasingnya. Para elemental angin melaporkan ke Cale bahwa Gashan dan para harimau sedang menuju ke suku beruang. Paus-paus itu juga mulai bergerak. Elemental chuuni melaporkan bahwa Beacrox telah melaporkan situasi tersebut ke Violan. Lock dan suku serigala juga mulai bergerak. 

Cale menunggu berita terakhir dari Ron dan para Molan yang mencari rumah dengan lorong menuju ruang bawah tanah. Akhirnya, elemental angin melaporkan bahwa Ron menemukan total 7 lokasi, dan mereka siap untuk memulai penyerangan. Cale tersenyum dan menyuruh anak-anak kucing untuk menarik kabut mereka. 

Hanya tersisa 3 menit sebelum fase 3 berakhir. Cale mengangkat tangannya ke langit dan menembakkan tombak air ke langit. Pada saat itu, mereka yang mengetahui operasi penyelamatan mengatakan bahwa itu adalah sinyal untuk menyerang kamp suku beruang. Violan mengangkat tangannya dan memberi tahu para penyihir untuk menghentikan sementara alat pengganggu mana selama satu menit. Dia juga teringat Rosalyn yang mampir ke ruangan itu sebelum keluar lagi. 

Rosalyn menuju ke tempat dimana mana bisa digunakan, yaitu ruangan tempat Raon berada. Anak-anak kucing memperhatikan mana yang telah stabil dan mengatakan bahwa sekarang giliran adik laki-laki mereka. Orang lain juga menyadari bahwa mana telah stabil. Rasheel juga menyadarinya, tetapi merinding ketika dia merasakan mana yang terkonsentrasi di satu tempat. 

Eruhaben juga menatap tempat Raon dan Rosalyn berada. Mana berkecamuk di tempat itu, dan Eruhaben dengan bangga mengatakan bahwa mereka adalah murid-muridnya. Mana hitam dan merah bercampur dan bertambah besar. Sementara itu, Mary mendekati Cale dan kedua anak kucing. Dia menggunakan benang hitamnya untuk mengikat anggota tubuh naga singa yang telah diperlambat oleh kabut.

Batu-batu di langit kurang dari seribu, dan Cale sekali lagi meluncurkan panah air ke udara. Dia menyuruh semua orang untuk merobohkan monster itu.

[Baca Spoiler TCF Bahasa Indonesia di https://shiraulwiya.blogspot.com/]

*** 

Sumber: https://adarterra.wordpress.com/ 


<<<

Chapter 690              

>>>            

Chapter 692

===

Daftar Spoiler 


Friday, May 14, 2021

Trash of the Count’s Family (#51)

 





Pembuat Onar di Keluarga Count

Chapter 51: Ke dalam pusaran air

Penerjemah: Shira Ulwiya / Proofreader: Tsura

 

Cale melihat keluar melalui sebuah jendela kecil di perahu. Warna air laut yang bergejolak sama sekali tidak jernih. Warnanya putih dan biru karena merefleksikan dasar laut, dan warna birunya semakin gelap semakin dekat ke titik pusat pusaran air.

‘Kamu mungkin bisa mati jika terseret ke dalamnya.’

Cale memikirkan tentang bom sihir baru di kotak sihir yang berada di kediamannya. Dia kemudian memalingkan pandangannya ke depan dan melihat pulau terkecil dari gugusan pulau di depannya.

“Tuan muda, pulau di sana itu! Pusaran air di depan pulau itu adalah yang terburuk. Anda mungkin akan mengucapkan selamat tinggal kepada dunia seketika jika terseret ke dalamnya! Hahaha!”

Nelayan itu sangat berani. Dia bahkan tidak melihat wajah Wakil Kapten berubah semakin pucat saat dia terus berbicara.

Cale menahan keinginannya untuk muntah dan memperhatikan kata-kata nelayan tersebut.

“Ada sebuah legenda yang mengatakan bahwa pusaran air itu muncul karena ulah seorang pencuri yang mencuri sesuatu dari dewa, tapi, aiya!”

Kapal itu oleng ke satu sisi. Cale menelan ludah setelah melihat ombak menabrak jendela kapal.

“Aigoo, kapal ini hampir terguling. Hei nak, kayuh yang benar!”

“Maaf, ayah!”

Pasangan ayah dan anak ini benar-benar berani.

“Oleh karena itu, tuan muda.”

“Hei.”

Pada akhirnya, Cale mengangkat tangannya untuk menghentikan orang tua itu dan dengan tegas mulai berbicara.

“Mari bicara setelah kita sampai di pulau itu.”

“Itulah yang nona Amiru juga katakan! Kita hampir sampai.”

[Baca Trash of the Count's Family Bahasa Indonesia di https://shiraulwiya.blogspot.com/]

Orang tua itu mulai mengayuh dengan cekatan. Kapal yang sedang bergerak saat dia terus mengayuh entah bagaimana berputar dan berbelok menghindari semua pusaran air. Cale memperhatikan setiap pusaran air yang mereka lewati.

‘Jejak angin yang dimuntahkan oleh Suara Angin.’

Kekuatan kuno yang disebut, ‘Suara Angin’, menciptakan angin, ‘gasing’, dan memutarnya sekuat mungkin. Dan, seiring berjalannya waktu, gasing-gasing itu menciptakan gasing baru, menghasilkan banyak pusaran air yang terlihat saat ini.

“T, tuan muda, saya, saya seharusnya melindungi Anda… Ugh.”

Cale tidak menghiraukan kata-kata Wakil Kapten dan mencengkeram pegangan perahu. Dia tidak ingin mati tenggelam.

Akhirnya, kapal itu sampai di sebuah pulau dan Cale sekali lagi dapat merasakan tanah di bawah kakinya.

“Kita sudah sampai. Perjalanan tadi lebih mudah dari biasanya.”

Anak lelaki si nelayan mengangguk, menyetujui kata-kata ayahnya. Cale menatap ke belakang kedua orang itu untuk melihat Wakil Kapten yang sedang bersandar.

“Huuueeekkk.”

Wakil Kapten menderita mabuk laut yang parah sampai-sampai Cale bertanya-tanya dalam hati jika dia mungkin berakhir sekarat. Cale menepuk lengan Beacrox saat Beacrox berjalan melewatinya dan menunjuk Wakil Kapten. Beacrox mengernyitkan dahi sebelum mengeluarkan sepasang sarung tangan putih dari sakunya dan memakainya seraya menuju ke arah Wakil Kapten.

Cale sedikit tersentak saat dia melihat sarung tangan itu.

‘Bukankah itu sarungan tangan yang dia pakai saat menyiksa seseorang untuk menjaga dirinya tetap bersih?’

Beacrox tampaknya mempunyai persediaan sarung tangan yang tidak terbatas. Setelah mengamati keberadaan sarung tangan ini untuk pertama kalinya, Cale berhenti menatap Beacrox dan Wakil Kapten lalu melihat-lihat sekeliling pulau.

Tidak ada pasir di pulau ini, sebagai gantinya, pulau ini dikelilingi oleh bebatuan. Jika kamu melihat sedikit lebih jauh dari bibir pantai, kamu juga dapat melihat sebuah hutan kecil. Mungkin lebih tepat untuk menyebutnya sebagai taman daripada hutan karena mereka mengatakan kamu dapat berjalan mengelilinginya kurang dari satu jam.

[Baca Trash of the Count's Family Bahasa Indonesia di https://shiraulwiya.blogspot.com/]

“Pak tua.”

“Ya, tuan muda.”

“Lanjutkan ceritamu sebelumnya, tentang pencuri itu.”

Orang tua itu berhenti memandangi anaknya yang menjangkarkan kapal dan menunjuk ke arah jalan kecil yang mereka lewati untuk sampai ke sini. Dia sedang menunjuk ke arah pusaran air besar di depan pulau ini.

“Dahulu kala, ada seorang pencuri yang lebih cepat dari siapa pun juga. Langkah-langkah si pencuri sangatlah ringan dan berhati-hati sehingga, kabarnya, dia dapat berjalan di atas air tanpa menciptakan riak-riak air.”

Itu benar-benar Suara Angin. Tentu saja, berjalan di atas air agak dilebih-lebihkan.

“Pokoknya, pencuri itu mencuri sesuatu milik dewa. Legenda mengatakan bahwa pencuri itu melompat dari Tebing Angin bersama benda tersebut. Anda tahu tebing yang mana itu, kan? Itulah bagaimana benda milik dewa dan pencuri tersebut menghilang dari dunia ini, begitu juga bagaimana pusaran-pusaran air ini terbentuk.”

Orang tua itu tersenyum selembut keriput kecoklatan di lengannya.

 “Oleh sebab itu dahulu di masa lalu ada pengorbanan untuk benda milik dewa tersebut.”

“Tapi tidak lagi?”

“Jika itu memang benda milik dewa, kenapa dewa menyusahkan manusia dan bukannya mengambil kembali benda miliknya?”

Cale setuju dengan orang tua itu.

Itu bukanlah benda milik dewa. Itu adalah kekuatan manusia. Itu sebabnya dewa tidak bisa mengambilnya.

“Kalau begitu aku akan pergi berkeliling pulau dulu.”

“Ya, tuan. Saya akan menunggu Anda di sini.”

Orang tua itu berjalan menuju anaknya saat Wakil Kapten melompat muncul.

“Tuan muda, saya juga, ugh.”

Dia lalu kembali meringkuk. Cale mendecak lidahnya dan memberi isyarat kepada Beacrox untuk mendekat. Begitu Beacrox sampai, Cale berbisik di telinga Beacrox.

“Karena kamu adalah anaknya Ron, aku yakin kamu juga tidak normal.”

“Lalu?”

Cale menepuk pundak Beacrox yang bahkan tidak gugup sama sekali dan lanjut berbicara.

“Tahan Wakil Kapten di sini.”

“…Apa Anda akan baik-baik saja sendirian?”

“Memangnya apa yang berbahaya di sini? Aku juga punya perisaiku.”

“Tolong berhati-hatilah.”

Beacrox setuju untuk mengikuti perintah Cale tanpa banyak bertanya. Ini sebabnya Cale membawa Beacrox bersamanya. Dia butuh seseorang di sekitarnya untuk sementara waktu, seseorang yang kuat, tetapi tidak terlalu bertekad untuk melindunginya. Juga seseorang yang bisa dia perintah.

Itulah alasan mengapa Beacrox adalah pilihan yang tepat.

[Baca Trash of the Count's Family Bahasa Indonesia di https://shiraulwiya.blogspot.com/]

“Aku akan segera kembali.”

Cale berjalan menuju ke arah hutan di tengah-tengah pulau.

“Tolong tembakkan perisai Anda ke udara jika Anda berada dalam bahaya.”

“Tuan muda, saya akan berada tepat di belakang, ugh.”

Cale tidak sepenuhnya mendengarkan Beacrox dan Wakil Kapten saat dia berjalan ke dalam hutan. Dia kemudian berbicara dengan pelan segera setelah dia berada cukup jauh dari yang lain.

“Bagaimana menurutmu?”

Naga Hitam menjawab.

“Seperti yang kau bilang, ada sesuatu di bawah pusaran air di depan pulau ini. Ini mirip dengan kekuatan dari gua waktu itu.”

Naga Hitam sedang membicarakan tentang saat Cale memperoleh Vitalitas Jantung. Cale masuk ke dalam hutan dengan langkah santai. Tidak ada alasan untuk melihat ke dalam hutan. Dia datang hanya untuk melihat pusaran air itu.

‘Aku memang perlu sedikit mencari tahu tentang medan di sini, karena kami akan terbang kembali ke sini malam hari nanti.’

Cale menanyakan satu hal lagi.

“Tidak ada seorang pun di sini, kan?”

“Tidak ada.”

Tidak ada seorang pun selain rombongan Cale di pulau ini. Cale akhirnya dapat bernapas lega. Dia mengkhawatirkan gerombolan paus yang dilihatnya kemarin.

“Tapi ada mayat.”

“Apa?”

Cale langsung membeku. Dia mulai mengernyitkan dahi dan melihat ke atas. Naga Hitam menyingkirkan sihir tak kasatmatanya dan muncul di depan Cale.

“Ketika tadi aku melihat ke bawah, ada tiga mayat di sisi lain pulau.”

Cale sama sekali tidak menduga akan adanya mayat. Cale mundur tiga langkah ke arah kapal. Dia punya perasaan buruk bahwa sesuatu yang naas akan terjadi jika dia terus berjalan ke arah sisi lain pulau. Akan tetapi, Naga Hitam terus berbicara.

“Tapi itu bukanlah mayat manusia.”

Cale mengangkat kedua tangannya untuk menutupi matanya. Jika bukan manusia, artinya mereka memiliki ciri yang unik. Tetapi, mereka juga tidak menyerupai binatang.

“Jadi mereka mirip dengan manusia, tapi berbeda.”

Maka hanya ada satu jawaban yang tersisa.

“Apakah tangan dan kaki mereka terlihat aneh?”

Naga Hitam menganggukkan kepalanya dengan bersemangat.

“Itu benar! Tangan dan kaki mereka tampak aneh. Terlihat seperti sirip!”

Sirip. Itu adalah ciri khas dari seekor duyung.

Gerombolan paus dan duyung. Cale merasa khawatir dan diliputi keraguan. Paus dan duyung harusnya belum muncul saat ini.

‘Tidak.’

Cale segera memperbaiki pola pikirnya. Perang antara Suku Paus dan para duyung memiliki sejarah yang bahkan lebih panjang dari sejarah tertua perang manusia. Akan tetapi, momen ketika hal ini terungkap di novel adalah ketika Choi Han terlibat dengan Suku Paus.

[Baca Trash of the Count's Family Bahasa Indonesia di https://shiraulwiya.blogspot.com/]

Cale memanggil Naga Hitam.

“Hei, kamu.”

“…Jangan memanggilku kamu.”

“Terus aku harus panggil kamu apa?”

“Kau akan segera tahu.”

‘Apa sih yang dia bicarakan?’

Cale berpikir Naga Hitam yang tengah mempelajari bahasa manusia belakangan ini akan memilih nama untuk dirinya sendiri, jadi dia menunjuk ke arah sisi lain pulau dengan dagunya.

“Apa kamu yakin tidak ada siapa pun di sana?” 

“Tidak ada keberadaan makhluk hidup. Begitu juga di dalam air.”

“Kalau begitu tunjukkan jalannya.”

Dia harus pergi melihat mayat duyung-duyung itu. Hanya untuk memastikan dan melindungi dirinya dari bahaya.

“Kamu harus berada di depanku.”

Cale mendorong Naga Hitam di depannya sembari berjalan menuju sisi lain pulau. Dia kemudian mulai mengerutkan dahi segera setelah sampai di sisi lain hutan dan melihat mayat-mayat itu.

“…Dugaanku benar.”

Seperti yang diduga, itu adalah mayat duyung. Lebih jelasnya, ada tiga mayat, semuanya dengan kondisi leher patah. Selain itu, kaki dan lengan mereka juga terpelintir. Cale semakin mengerutkan dahinya setelah melihat penampakan duyung-duyung itu dengan mata kepalanya sendiri alih-alih teks dalam novel.

Mayat-mayat itu benar-benar kering, seperti layaknya mumi. Tetapi, duyung memang terlihat berbeda dari manusia.

Terdapat sirip di kaki dan tangan mereka, sementara kulit mereka tampaknya tertutupi sisik. Dan alih-alih telinga, mereka justru memiliki insang.

[Baca Trash of the Count's Family Bahasa Indonesia di https://shiraulwiya.blogspot.com/]

“Kenapa kau tidak mendekat?”

Naga Hitam bertanya dengan rasa penasaran kepada Cale, yang sedang mengamati dari kejauhan. Cale segera menjawab si Naga Hitam.

“Ini mengerikan.”

“…Betul juga. Aku lupa kalau kau manusia yang lemah.”

Naga Hitam mengangguk dan terbang mendekati mayat-mayat duyung tersebut. Dia lalu mulai berbicara sendiri.

“Sepertinya mereka dihajar sampai tewas. Mereka juga tampaknya tewas baru-baru ini. Selain itu, aku bisa melihat darah merah di bawah sirip-sirip mereka. Kurasa telah terjadi pertempuran.”

‘Itu pasti paus. Pasti seekor paus yang membunuh duyung-duyung ini.’

Suku Paus memiliki sedikit populasi, sama seperti naga, tetapi mereka adalah makhluk terkuat di lautan. Itulah bagaimana mereka dapat melindungi lautan dari para duyung.

Para duyung ingin membuat kerajaan di dalam laut. Akan tetapi, Suku Paus tidak setuju membagi wilayah mereka dengan yang lain. Itu karena mereka adalah spesies yang perlu bermigrasi mengikuti cuaca.

‘Suku Paus berjumlah sedikit, tetapi mereka terlalu kuat bagi para duyung untuk bertingkah semau mereka. Tetapi, para duyung mendadak menjadi lebih kuat.’

Para duyung mulai menjadi lebih kuat, menempatkan Suku Paus dalam situasi yang sulit. Itulah saat Choi Han muncul dan membantu para paus. Setidaknya, itulah isi novel pada akhir jilid ke-5.

Cale memberitahu Naga Hitam bahwa mereka harus segera kembali dan berpaling dari mayat duyung tersebut.

“Tidak apa-apa membiarkan mereka seperti ini?”

“Ya.”

Mayat duyung tidak akan luruh di darat, sebaliknya, ia akan mengering seutuhnya. Agar bisa luruh, ia harus berada di dalam air. Ketika itu terjadi, bau dari mayat itu akan menyebar ke seluruh lautan, memberi sinyal kepada duyung lain untuk mengambil mayat itu.

Karena alasan itulah Suku Paus dengan sengaja membiarkan mereka di darat seperti ini.

‘Aku juga harus segera menyelesaikan urusanku dan pergi dari sini.’

Kemungkinan hanya ada satu anggota Suku Paus yang bertarung melawan duyung-duyung ini. Jika mereka ada dua, mereka tidak tidak akan meninggalkan mayat-mayat ini di darat. Mereka akan melemparnya ke dalam laut untuk memancing lebih banyak duyung dan bertempur dengan mereka. Dia memilih bersikap seperti ini karena dia sendirian.

[Baca Trash of the Count's Family Bahasa Indonesia di https://shiraulwiya.blogspot.com/]

Cale kembali ke kapal dan berbicara kepada yang lain.

“Ayo kembali. Tidak banyak hal yang bisa dilihat di sini.”

Wakil Kapten, yang baru saja mulai pulih dari mabuk lautnya, kembali menjadi pucat, tapi Beacrox terlihat membeli banyak ikan dari si nelayan dan menjawab dengan riang.

“Tuan muda Cale, kita akan makan ikan bakar untuk makan malam.”

“Ide bagus.”

Setelah kembali ke kediamannya, Cale tengah menunggu waktu berlalu dengan perut kenyang oleh ikan bakar. Ketika gelap akhirnya menghinggapi desa kecil itu, dia mengeluarkan peralatan selam dari kotak sihir yang dia dapatkan dari Billos.

Cale berdiri di ambang jendela menghadap Tebing Angin dan lautan Timur Laut saat dia mulai berbicara kepada On dan Hong.

“Jaga rumah baik-baik.”

“Kami tidak akan membiarkan siapa pun masuk.”

“Hati-hati di jalan.”

Cale menganggukkan kepalanya untuk merespons para bayi kucing sebelum melihat ke arah Naga Hitam.

Naga Hitam melihat ke arah Cale dengan percaya diri dan melafalkan sebuah mantra sambil lalu.

“Terbang.”

Saat itulah, tubuh Cale mengambang di udara.

“Ayo pergi.”

Naga Hitam memimpin di depan dan Cale mengikuti di belakangnya. Cale tengah membawa bom sihir saat mereka terbang tinggi di udara untuk menghindari orang-orang.

Rencana Cale hari ini adalah untuk menyerang pusaran air dengan tepat lalu kabur. Saat orang-orang berhamburan keluar karena terkejut, Cale sudah menghilang layaknya angin tanpa suara.

Bom sihir versi Naga Hitam ini dijadwalkan meledak sepuluh menit kemudian.

[Baca Trash of the Count's Family Bahasa Indonesia di https://shiraulwiya.blogspot.com/]

 

 ***

Diterjemahkan dari https://eatapplepies.com/


<<<

Chapter 50                   

>>>             

Chapter 52 

===

Daftar Isi