Monday, May 3, 2021

Trash of the Count’s Family (#48)



Pembuat Onar di Keluarga Count

Chapter 48: Entah Bagaimana (6)

Penerjemah: Shira Ulwiya / Proofreader: Tsura

 

Seminggu kemudian, Cale turun dari kereta kuda. Di kereta itu terdapat lambang Kura-Kura Emas Henituse.

-Sudah lama ya.

Cale sepakat dengan apa yang Naga Hitam katakan di dalam kepalanya.

Cale saat ini berada di Alun-Alun Keagungan. Sebuah pagar besar tampak mengelilingi bagian utara alun-alun yang hancur akibat ledakan.

Cale terus berjalan, hanya melihat ke arah tempat duduknya. Brigade kesatria keluarga Henituse, dipimpin oleh Wakil Kapten, mengiringi Cale yang berada di tengah-tengah formasi mereka untuk melindunginya.

Saat Cale sedang berjalan, dia mendengar seseorang mengatakan sesuatu yang membuatnya bergidik.

“Oh, tuan muda Cahaya Perak!”

Cale langsung mengernyit.

“Ahem, hem.”

Cale dapat melihat seringai di wajah Wakil Kapten saat dia berdehem dan Cale semakin mengernyit. Wakil Kapten menundukkan badannya sedikit untuk berbisik di telinga Cale.

“Tuan muda, saya rasa mereka sekarang memanggil Anda ‘tuan muda Cahaya Perak’. Ahem, orang keren seperti Anda pasti akan mendapat panggilan yang keren juga.”

‘Sialan.’

Cale mengumpat di dalam hati.

Tuan muda Cahaya Perak, tuan muda Perisai, dia tidak ingin mendengar hal yang norak dan memalukan itu. Namun, Cale tahu hal ini bisa jadi lebih buruk kalau bukan karena putra mahkota yang mengontrol rumor itu, jadi dia tidak bisa berkata apa pun.

Satu-satunya yang bisa dia lakukan adalah berbicara dengan datar kepada Wakil Kapten, yang mengangkat bahunya.

“Aku yakin mereka akan berhenti jika aku minum dan bersikap seperti biasanya, kan?”

“Ahem, hem!”

[Baca Trash of the Count's Family Bahasa Indonesia di https://shiraulwiya.blogspot.com/]

Wakil Kapten tidak bisa mengatakan apa pun dan berpaling. Itu membuat Cale mulai tersenyum, tapi senyum itu segera lenyap. Itu karena apa yang Wakil Kapten katakan selanjutnya. 

“Saya pikir sebaiknya Anda menghindari alkohol, karena Anda masih dalam masa pemulihan.”

Cale secara resmi masih dalam masa pemulihan dan belum pulih 100 persen.

Cerita resmi yang beredar adalah dia terluka karena menggunakan kekuatan kuno melebihi batasnya demi melindungi orang-orang, menghasilkan keajaiban yang mencegah ledakan itu.

Cerita menakjubkan itu tentunya berasal dari putra mahkota. Itu sebabnya pegawai di kediaman Henituse sibuk melindungi Cale yang terluka.

Bukan hanya pegawai di ibu kota. Cale teringat ayahnya, Count Deruth, yang berencana datang ke ibu kota beberapa hari yang lalu. Inilah yang Deruth katakan melalui komunikasi video.

‘Cale, apa kau melihat wajah-wajah k*parat itu? Ayahmu akan membunuh mereka semua untukmu. Berani-beraninya mereka melakukan hal itu kepada seseorang yang bahkan tidak bisa mengayunkan pedang!’

Walaupun Deruth tahu Cale punya kekuatan kuno, fakta bahwa bahkan adik perempuan Cale lebih pandai menyayunkan pedang daripada Cale membuat Deruth menganggap Cale lemah.

‘Alasan keluarga Henituse tidak melakukan tindakan apa pun bukan karena kita lemah. Ingat ini, Cale. Kita tidak bertindak apa-apa sampai saat ini karena kita kuat. Tidak ada seorang pun yang akan berbuat seperti ini kepadamu di masa mendatang.’

Itulah yang Countess Violan katakan sembari menenangkan Count Deruth. Tapi itu pasti yang sebenarnya, karena tidak ada bangsawan yang mengirim pesan apa pun atau datang mencari Cale begitu Cale meninggalkan istana dan kembali ke kediamannya. Bahkan Eric dan teman-temannya tidak datang.

‘Justru jadi lebih mudah.’

Cale memanfaatkan waktu luang itu dengan sangat efisien. Cale, yang terus menatap lurus saat dia berjalan, dapat melihat kesatria dan prajurit yang menjaga pintu masuk.

“Ah, tuan muda Cale.”

“Apa kau perlu memeriksa identitasku?”

Kesatria itu menggelengkan kepalanya mendengar pertanyaan Cale dan dengan sopan membuka pintu masuk. Cale harus masuk sendirian mulai dari sini. Orang-orang yang diizinkan untuk masuk kali ini jumlahnya jauh lebih sedikit daripada saat perayaan ulang tahun, tapi Cale adalah pengecualian.

“Tuan muda Cale-nim, silakan masuk.”

“Bagus sekali, terima kasih. Pertahankan kerja kerasmu.”

“…Ya tuan!”

[Baca Trash of the Count's Family Bahasa Indonesia di https://shiraulwiya.blogspot.com/]

Cale berpikir kemungkinan kesatria itu sudah terlalu banyak bekerja, jadi dia menepuk-nepuk pundak si kesatria saat kesatria itu membungkuk dan menjawab dengan bersemangat. Dia lalu berjalan masuk, tidak sadar kalau kesatria itu terus memandanginya berjalan untuk waktu yang sangat lama.

Cale terus berjalan dengan santai.

Alun-Alun Keagungan.

Raja berencana untuk menghormati para korban dan memberikan medali kepada beberapa orang atas tindakan mereka selama insiden teror alun-alun hari ini. Penerima medali diberikan hak untuk berdiri di panggung tertinggi kedua, tepat di bawah raja, di alun-alun hari ini.

Cale mengenakan pakaian hitam yang lebih megah dari biasanya dan tiba di tempat duduknya.

“Cale.”

“Hyung-nim, kau datang duluan.”

Cale tersenyum kepada Eric Wheelsman, yang memanggil namanya, lantas berdiri di tempat yang disediakan untuknya. Ini adalah tempat bagi para bangsawan. Cale sedang berdiri di sini. Tapi kenapa?

Eric Wheelsman, Amiru, Gilbert, dan semua bangsawan lain hanya memandangi Cale dalam diam. Itu karena mereka telah mendengar berita tentang Cale.

Cale Henituse telah menolak menerima medali penghargaan dan mempersembahkan medali itu kepada orang lain.

Selain itu, dia menyeret tubuhnya yang masih terluka untuk berpartisipasi dalam upacara penghargaan.

Amiru Ubarr melihat ke arah Cale, yang sedang menengadah ke langit.

“Hari ini hari yang indah. Mungkin karena kita di sini untuk menghormati para korban.”

Rambut merah Cale bergoyang oleh angin dan menciptakan perbandingan yang mencolok dengan pakaian hitamnya. Amiru memasang senyum ingin tahu setelah melihat Cale dengan sifat percaya dirinya yang biasa.

“Ini mungkin karena Anda, tuan muda Cale.”

“Aku?”

Cale menoleh ke Amiru dengan bingung. Amiru membalas dengan senyum yang tenang dan hangat. Cale merasa reaksinya itu aneh, tapi tetap mengatakan apa yang ingin dia katakan.

“Kau akan berangkat hari ini, nona muda Amiru?”

“Ya. Aku rasa kau akan pergi besok? Sampai ketemu di wilayah Ubarr kami.”

Cale hendak mengunjungi wilayah Ubarr setelah upacara ini.

“Ya. Aku ingin melihat laut.”

“Aku sudah dengar. Apa untuk memulihkan diri?”

“Ya. Menghirup udara segar akan bagus untukku.”

‘Memulihkan diri, apanya. Aku benar-benar sehat dan akan pergi ke sana agar jadi lebih kuat lagi.’

Namun, Cale mengiyakan ucapan Amiru dan menganggukkan kepalanya lantas melanjutkan.

“Tentu saja, itu bukan alasan satu-satunya.”

“Ah, benar juga.”

[Baca Trash of the Count's Family Bahasa Indonesia di https://shiraulwiya.blogspot.com/]

Amiru, serta Gilbert dan Eric yang sedang menyimak, mereka semua mulai tersenyum. Senyum mereka mirip dengan senyum Cale. Setelah hari ini, para bangsawan akan mendengar apa yang sedang terjadi.

Pengembangan dan investasi untuk pangkalan militer di pesisir pantai Timur Laut. Itu sebabnya mengapa Amiru dan Gilbert terburu-buru pergi dari ibu kota malam ini. Demi mencegah informasi palsu bocor, juga karena kerajaan ingin segala sesuatunya berjalan secepat mungkin.

Tentu saja, hal ini memungkinkan karena keluarga Henituse setuju untuk meminjamkan sejumlah besar uang kepada wilayah Amiru dan Gilbert. Itulah alasan lain mengapa Cale perlu mengunjungi wilayah Amiru dan Gilbert.

‘Cale, kami berencana untuk mengirim seseorang juga, tapi jika toh kamu akan pergi ke sana, coba lihatlah sekalian kamu di sana.’

‘Ayah, bukankah lebih baik jika seorang pakar yang pergi?’

‘Memiliki lebih banyak pasang mata selalu lebih baik.’

Cale setuju melakukannya seperti yang Deruth minta.

“Mohon kerja samanya.”

“Mohon kerja samanya, tuan muda Cale.”

Cale melambaikan tangan pada Amiru dan Gilbert untuk mengatakan jangan mengkhawatirkan itu, saat dia menoleh kembali ke depan. Raja Zed telah sampai.

Upacara peringatan dan pemberian medali lalu dimulai.

Raja Zed berbicara dengan suara lantang yang lebih tegas dari sebelumnya. Masih ada banyak orang di alun-alun, tapi suasananya benar-benar berbeda. Suasananya sangat sunyi.

“Kita berkumpul kembali di sini hari ini untuk menunjukkan bahwa kita tidak akan meringkuk ketakutan.”

Raja Zed memanggil para penonton sekali lagi. Itu adalah peringatan kepada musuh, serta sesuatu untuk menggerakkan orang-orang. Raja Zed melihat ke alun-alun di bawahnya dari panggung tertinggi saat dia terus berbicara.

“Banyak orang telah menunjukkan tindakan kepahlawanan saat insiden itu. Kita mampu melindungi tanah ini seperti di masa lalu berkat keberanian mereka.”

Sepertinya Raja Zed membuat kontak mata dengan Cale pada saat itu, tapi Cale berharap dia salah lihat. Cale diam-diam berpaling untuk melihat ke arah langit di belakang Raja. Dia lalu teringat apa yang Naga Hitam katakan.

‘Berkat Dewa Matahari? Aku tidak merasakan kekuatan dewa apa pun dari manusia-manusia lemah itu. Satu-satunya yang spesial adalah si putra mahkota.’

Keyakinan bahwa keluarga Crossman diberkati oleh Dewa Matahari tidaklah benar. Cale, yang telah mengetahui kebenaran yang tidak berguna lainnya, memutuskan untuk berpura-pura kalau dia tidak tahu apa pun, seperti biasa. Naga Hitam tampak senang karena Cale memberitahunya untuk menjadikan itu sebagai rahasia di antara mereka berdua, dan mengiyakan dengan senang hati.

[Baca Trash of the Count's Family Bahasa Indonesia di https://shiraulwiya.blogspot.com/]

“Untuk itu, kita sekarang akan menyerahkan medali kepada para individu yang gagah berani!”

Raja Zed memulai upacara penghadiahan medali dan semua orang berdiri satu demi satu untuk menerima medali mereka.

Waaaaaaaaa-

Sorak sorai membahana di alun-alun, seakan-akan tidak pernah sunyi sejak awal. Suara Naga Hitam sekali lagi memenuhi kepala Cale.

-Manusia itu menarik ya.

Whaaaaaaaaaaa-

Cale dapat mendengar suara Naga Hitam, begitu juga dengan sorak-sorai orang-orang kepada kesatria yang baru saja menerima medali. Cale merasa dia dapat menebak apa yang Naga Hitam anggap menarik.

Namun, karena Cale adalah manusia, dia memahami perasaan orang-orang yang masih hidup lebih baik daripada di Naga Hitam. Ada kalanya kita merasa sedih dan ada kalanya kita merasa senang.

Prok, prok, prok.

Itu sebabnya dia juga bertepuk tangan bagi para penerima medali. Suasananya jauh lebih baik sekarang. Semua orang menikmati upacara penghadiahan medali layaknya sebuah festival. Suasana yang gembira ini membuat siapa pun bisa mendekati Cale saat ini.

“Tuan muda Cale.”

Cale menoleh ke arah suara pelan yang memanggil namanya. Ada banyak bangsawan yang telah pulang ke rumah, berpikir kalau ibu kota adalah tempat yang berbahaya karena insiden teror itu. Itu sebabnya jumlah bangsawan di sini lebih sedikit dari sebelumnya, tapi salah satu bangsawan itu menghampiri Cale dan memanggil namanya.

“Ada apa, tuan muda Venion?”

Venion Stan masih di sini. Selain dia, pimpinan dari masing-masing kawasan juga masih di sini.

“Aku dengar kau menolak diberikan medali. Apa kau tidak akan menyesalinya?”

Tatapan para bangsawan yang sejak tadi melihat ke atas panggung berpaling ke arah Venion dan Cale. Cale tidak tahu mengapa Venion tersenyum dengan sangat lembut dan menanyakan pertanyaan itu padanya.

-Aku ingin membunuhnya.

Cale hanya khawatir kalau tubuh Venion akan meledak di sini. Cale berharap Naga Hitam akan bersikap tenang saat dia memikirkan tentang medali itu.

[Baca Trash of the Count's Family Bahasa Indonesia di https://shiraulwiya.blogspot.com/]

Cale telah menolak menerima medali. Alasannya sederhana. Dia tidak ingin ‘tercatat dalam sejarah’.

Terdapat catatan tentang semua raja kerajaan terdahulu di lantai paling tinggi di perpustakaan kerajaan. Di lantai di bawahnya tersimpan catatan tentang semua ‘pahlawan’ yang telah menerima medali kehormatan sepanjang sejarah kerajaan.

Kerajaan beralasan bahwa mereka perlu terus memberikan pahlawan-pahlawan ini uang hadiah mereka untuk mencari keberadaan dan melacak pahlawan-pahlawan ini.

‘Itu mungkin terdengar seperti ketenaran dan kehormatan bagi orang lain, tapi itu terdengar seperti rantai bagiku.’

Cale tidak ingin tercatat dalam sejarah di mana pun. Akan lebih gampang melupakan seseorang yang tidak tercatat dalam sejarah. Siapa yang akan mengingat insiden di alun-alun ini di masa depan nanti ketika perang akan segera meletus? Bahkan seandainya mereka mengingat insiden ini, mereka akan lebih dulu mengingat hal-hal lain.

Fakta bahwa dia tahu tentang ini adalah sebagian dari alasan Cale memutuskan untuk turun tangan selama insiden teror, serta alasan dia ingin menghindari dirinya tercatat dalam sejarah.

Cale tersenyum saat dia melihat ke arah Venion dan berkata.

“Apa yang akan aku sesali?”

Tidak ada yang Cale sesali. Dia telah menerima hadiah yang besar, dan yang lebih penting.

“Sudah cukup bahwa kita berhasil bertahan hidup.”

Dia dapat hidup tanpa terluka parah. Itu adalah kebenaran yang paling penting bagi Cale, tidak, bagi Kim Rok Soo. Area di sekitar Cale menjadi sunyi. Venion berujar setelah beberapa saat untuk memecah kesunyian.

“…Begitu.”

“Ya. Aku juga sangat pemalu. Aku terlalu malu naik ke sana untuk menerima medali.”

Ekspresi Venion berubah ganjil. Namun, Cale mengangkat bahunya dan berpaling untuk bertepuk tangan bagi orang lain yang sedang menerima medali.

Naga Hitam memperdebatkan bagaimana membunuh Venion dengan cepat dan sederhana, lantas dia melihat ke Cale dan orang-orang di sekeliling Cale dan menggelengkan kepalanya.

Ada terlalu banyak orang yang sedang melihat Cale saat ini. Para bangsawan dan orang-orang di bawah panggung sedang memandangi Cale. Naga Hitam berpikir keadaan akan jadi runyam dan menjengkelkan bagi Cale jika dia membunuh Venion sekarang, jadi dia memutuskan untuk bersikap seperti Cale dan berdiam diri, sangat berdiam diri, sambil menonton upacara itu.

[Baca Trash of the Count's Family Bahasa Indonesia di https://shiraulwiya.blogspot.com/]

“Ini mengakhiri upacara hari ini. Akan tetapi, raja ini tidak akan melupakan momen ini. Aku akan mengingatnya hari demi hari agar tidak melupakan pahlawan-pahlawan yang gagah berani!”

Upacara berakhir dengan ucapan terakhir dari raja.

Swiiiiiish-

Angin kencang yang terdengar seperti hujan menyapu sepanjang alun-alun. Cale menyibak rambutnya yang berantakan.

Putra mahkota berkata kalau Cale tidak perlu datang ke acara peringatan hari ini. Namun, Cale tetap datang.

Itu karena dia tahu beratnya kematian seseorang.

Dia mengakhiri acara peringatannya sendiri dan menaruh tangan kanannya di dadanya. Hal ini membuat Eric waspada, dan berkata.

“Cale! Apa ini berlebihan untukmu? Apa jantungmu sakit?”

Cale menatap Eric dengan tidak percaya dan tatapan percaya diri Cale membuat Eric tersenyum canggung dan mundur perlahan-lahan. Eric terlihat sangat malu.

Cale tersenyum melihat reaksi Eric dan menepuk dadanya dua kali. Dia dapat merasakan plakat emas di dalam saku bagian dalamnya saat dia melakukan itu. Itu adalah hadiah yang dia terima dari putra mahkota.

‘Putra mahkota lebih murah hati dari yang aku duga.’

Plakat emas itu memberi Cale dua kesempatan untuk membeli apa pun, berapa pun harganya.

Tidak peduli apakah dia membeli dua potong roti atau dua buah gunung. Yang penting adalah dia hanya bisa menggunakannya dua kali. Cale akan memanfaatkan kedua kesempatan ini dengan sangat efektif di masa depan.

‘Aku yakin putra mahkota berpikir, ‘memangnya berapa banyak yang bisa kau habiskan’ saat doa memberikan ini padaku.

Entah itu, atau dia memberikannya kepada Cale untuk melihat apa yang Cale berhasil beli dengannya.

‘Sayang sekali dia salah.’

Cale mulai tersenyum. Ada banyak benda unik yang kamu bisa beli di dunia, selama kamu tahu bagaimana membelinya.

-Apa yang sedang kau rencanakan, manusia lemah? Berhati-hatilah.

Cale mengabaikan komentar cemas si Naga Hitam, yang telah melihat seringai di wajah Cale. Cale melihat sekeliling tempat dia berdiri dan membuat kontak mata dengan banyak orang.

Namun, dia percaya pandangan-pandangan ini akan lenyap setelah dia meninggalkan ibu kota.

[Baca Trash of the Count's Family Bahasa Indonesia di https://shiraulwiya.blogspot.com/]

Itu sebabnya Cale, yang telah selesai bersiap-siap untuk berangkat besok pagi-pagi sekali setelah kembali ke kediamannya, menyodorkan ke Naga Hitam sepotong steik dan tiga benda lainnya. Naga Hitam memegang piring berisi steik di atasnya, saat dia bertanya.

“Buat apa ini?”

Ketiga benda itu adalah bom sihir yang sumbu peledaknya sudah dilepas. Mana yang dipadatkan masih ada di dalam bom-bom ini. Untuk sekarang, Cale berencana untuk menggunakan salah satu dari ketiga bom ini. Seringai jahat muncul di wajah Cale.

“Menghancurkan pusaran air.”

Cale berencana untuk menjungkirbalikkan lautan Timur Laut Kerajaan Roan tanpa sepengetahuan siapa pun. Hal itu mungkin karena baik para duyung maupun Suku Paus harusnya sedang tidak berada di lautan Timur Laut.

***

Diterjemahkan dari https://eatapplepies.com/


<<<

Chapter 47                   

>>>             

Chapter 49 

===

Daftar Isi 


Sunday, May 2, 2021

Remarried Empress (#189) / The Second Marriage (Ep. 94 part 3 - Ep 95 part 1)

 


Chapter 189: Masih Canggung (2)

Penerjemah: Shira Ulwiya

 

“Kenapa kalian berdua bersama…?”

“Kami kebetulan bertemu di depan pintu.”

Setelah penjelasan singkat, Heinley dengan cepat memahami situasinya, "Ahh!"

Christa diam, tetapi begitu Heinley melangkah keluar dari belakang mejanya, dia mengutarakan pikirannya.

"Yang Mulia, saya dengar Anda berencana menyiapkan pernikahan Anda sendiri, apakah itu benar?"

Heinley berhenti di samping mejanya dan menatap Christa dengan wajah serius.

"Iya. Jadi Anda sudah dengar, kakak ipar."

Aku juga menatap Christa.

‘Dia datang ke sini untuk alasan yang sama denganku.’

Christa tampak sedikit tegang.

Ketika dia melihat tatapan Heinley dan tatapanku, dia tampak semakin tegang. Dia tersenyum canggung dan berbicara dengan hati-hati,

“Yang Mulia, jika diperbolehkan. Saya ingin Anda menyerahkan persiapan pernikahan kepada saya."

Alis Heinley terangkat.

"Kepada Kakak Ipar?"

“Mempersiapkan pernikahan Anda sendiri adalah hal yang jarang dilakukan. Sebagai saudara ipar dan mantan ratu, saya paling sesuai untuk mempersiapkan pernikahan atas nama Anda berdua. Itu yang terbaik.”

Heinley tersenyum canggung dan membuka mulutnya.

Dia sepertinya ingin menolaknya….

Aku mengatakannya lebih dulu, sebelum Heinley dapat berbicara.

“Ini adalah pernikahan yang dimulai secara berbeda dari yang lain, jadi alangkah baiknya membuat persiapannya secara berbeda pula. Lakukan apa yang Anda putuskan dari awal, Heinley.”

Seandainya aku tidak ikut campur, Heinley juga akan menolak, tetapi baginya, Christa adalah istri saudaranya yang meninggal muda.

Akan canggung baginya untuk menghadapi Christa secara langsung. Aku pikir akan lebih baik jika aku yang melakukannya.

[Baca Remarried Empress Bahasa Indonesia di https://shiraulwiya.blogspot.com/]

Christa menatapku dengan alis terangkat, tidak membayangkan aku akan keberatan.

Dia tidak terlihat marah, tapi dia terlihat sedikit terkejut.

Alih-alih berdebat, dia menurunkan pandangannya dan bergumam, "Begitu ..." Lalu dia meminta maaf.

“Saya datang ke sini karena saya berpikir harusnya saya yang menanganinya sebagai saudara ipar Anda dan mantan ratu. Rupanya, saya tidak membaca suasananya dengan tepat. Maafkan saya."

Dia tampak tidak berdaya dan kecewa.

Wajahnya memucat.

Saat dia meminta maaf dengan tenang, itu terasa aneh.

Alih-alih berbicara lebih jauh, dia meninggalkan kantor tanpa berkata apa-apa.

Aku mengerutkan kening saat menatap pintu.

Aku merasa seolah-olah telah mengintimidasi dia. Seolah-olah aku telah mendorong hewan lemah yang memperlihatkan gigi-giginya tanpa daya.

Itu aneh.

Aku tidak pernah merasa seperti ini kepada Rashta, yang berada dalam posisi yang lebih menyedihkan daripada Christa.

Di satu sisi, aku merasa sangat tidak enak setelah menghadapi Christa, jadi aku mengerutkan kening.

Setelah dipikir-pikir, menurutku hal itu disebabkan oleh perbedaan etiket.

Rashta sering membuat pernyataan di luar akal sehatku.

Dia ingin pergi ke tempat-tempat yang tidak seharusnya dia datangi, menyentuh barang-barangku, dan memintaku memperlakukan dia seperti saudara perempuanku.

Bahkan ada saat-saat ketika dia meniruku dengan begitu terang-terangan sampai-sampai membuatku merinding.

Tapi sisi lemah Christa masih masuk akal.

Mungkin itu sebabnya aku merasa sangat tidak enak.

Tentu saja, pikiran manusia itu kompleks, jadi sulit untuk mengetahui dengan jelas….

"Ratu?"

Aku rasa aku terlalu tenggelam dalam pikiranku. Ketika Heinley mendekat dan memanggilku, aku spontan menatapnya karena terkejut.

Heinley menatapku dengan ekspresi khawatir.

“Raut wajahmu muram, apa kamu baik-baik saja?”

"Aku baik-baik saja."

[Baca Remarried Empress Bahasa Indonesia di https://shiraulwiya.blogspot.com/]

Heinley mengerutkan kening mendengar ucapanku, seolah-olah aku sama sekali tidak terlihat baik-baik saja.

“Kamu memintaku untuk tidak ikut campur… tapi menurutku, Ratu. Aku rasa aku harus memberi tahu kakak ipar untuk tidak datang ke kantorku. Apakah kamu tidak setuju?”

Heinley menanyakan pertanyaan itu dengan hati-hati.

“Jangan mengkhawatirkan itu.”

Aku menggelengkan kepala.

Tidak baik baginya untuk terlibat dalam masalah ini dengan cara apa pun.

Alih-alih berbicara tentang Christa, aku beralih ke topik yang ingin kubahas.

"Ah. Aku juga datang ke sini terkait sesuatu. "

“Ratu, apakah kamu ingin mempersiapkan pernikahanmu sendiri?”

"Tidak juga. Aku datang untuk melihat apakah ada yang bisa aku lakukan untuk membantu."

“Yah, ini demi Ratu, jadi aku ingin mengurusnya sendiri.”

"Aku mengerti…"

“Tentu saja kamu harus membantuku mengukur gaun pengantinmu. Tidak mungkin kan memakai ukuranku."

Heinley menambahkan dengan main-main dan tersenyum manis.

Tapi saat dia menyebutkan 'ukuran', aku teringat tubuh telanjangnya di air mancur, yang telah aku lupakan sesaat ketika aku melihat Christa, dan wajahku memanas.

Aku buru-buru menundukkan kepalaku, tapi sudut pandanganku bahkan jadi lebih buruk. Akhirnya, aku mengangkat kepala dan menoleh ke samping.

"Ratu, apakah kamu marah?"

Aku hanya perlu tetap seperti ini sebentar.

Heinley berjalan ke sampingku, menekuk lututnya.

Dia kemudian menatap mataku dari dekat.

Saat aku melihat langsung ke mata ungunya, wajahku semakin memanas.

Ketika aku menggigit bibir bawahku dan menoleh ke samping lagi, Heinley bingung dan bergerak menghadapku lagi.

"Ratu? Apakah kamu benar-benar marah?”

“…”

"Ratu?"

Setelah berputar-putar, aku berpikir kalau ini tidak akan menyelesaikan apa pun.

Itu benar. Aku tidak bisa terus-menerus merasa malu seperti ini. Aku telah memutuskan untuk memberinya kesempatan untuk jujur.

Aku malu, tapi aku tidak bisa membiarkan dia terus menipuku. Merahasiakannya akan menjengkelkan dan canggung bagi Heinley sendiri.

[Baca Remarried Empress Bahasa Indonesia di https://shiraulwiya.blogspot.com/]

Aku akhirnya memutuskan untuk angkat bicara,

“Heinley. Apakah mungkin-"

Aku baru saja akan bertanya padanya apakah dia membohongiku.

Tapi saat aku melihat ekspresinya yang penuh kecemasan. Apa yang keluar dari mulutku benar-benar berbeda.

“Undang Grand Duke Kapmen.”

Ekspresi Heinley menjadi kaku.

"Apa?"

Nama Grand Duke, yang mendadak disebut, sepertinya membuatnya bingung. Aku juga bingung.

Aku bermaksud untuk berbicara tentang Grand Duke Kapmen setelah pernikahan.

Mengapa aku tiba-tiba menyebut dia?

Aku menyesalinya dalam hati, tetapi aku terlanjur melakukannya.

Aku tampak tenang seolah-olah dari awal aku bermaksud untuk mengemukakan topik ini, dan hanya mengatakan apa yang aku rencanakan untuk dikatakan dalam waktu beberapa minggu ke depan.

“Apakah kamu ingat Grand Duke Kapmen? Aku yakin kalian bertemu selama perayaan Tahun Baru."

"Bagaimana mungkin aku tidak mengingatnya?"

Heinley bergumam dengan senyum aneh. Mungkin karena Heinley hampir bertengkar dengannya.

Meskipun Heinley tidak bisa marah karena dia ada di depanku, dia tidak bisa menahan wajahnya agar tidak berkerut.

“Ratu, apakah kamu ingin mengundangnya?”

“Ketika aku berada di Kekaisaran Timur, kami bekerja sama untuk membangun perdagangan antar benua antara kedua negara.”

“Perdagangan… antar benua?”

Namun, raut wajahnya yang berkerut dengan cepat berubah menjadi serius ketika aku menyebutkan perdagangan.

[Baca Remarried Empress Bahasa Indonesia di https://shiraulwiya.blogspot.com/]

"Coba teruskan."

Aku terus berbicara.

"Tapi hal itu gagal saat dia dan Yang Mulia bertengkar."

“Ah, aku mendengar tentang itu. Selain itu…"

Mata Heinley bergerak cepat ke kepalan tanganku.

"Apa itu benar?"

Kemudian, dia menyentuhkan jari ke pipinya.

Dia sepertinya mengacu ke pukulan Grand Duke Kapmen kepada Sovieshu.

"Iya."

“Meski aku bisa memahaminya, itu terlalu sembrono.”

Grand Duke Kapmen, pada saat itu, berada di bawah pengaruh ramuan cinta.

Kalau dipikir-pikir, apakah dia sudah bisa menghilangkan efeknya?

Saat aku berpikir, Heinley meraih tanganku.

"Duduklah. Jangan berdiri."

Dia kemudian membawaku ke mejanya dan memintaku untuk duduk di kursi, bersandar di tepi meja saat aku duduk.

Ini mungkin tidak disengaja, tetapi secara alami tubuh bagian bawah Heinley sejajar dengan mataku.

"!"

Aku mengepalkan tangan dan memutar kursi ke arah jendela. Sekali lagi, masalahnya adalah sudut pandanganku.

Aku bertanya, berpura-pura melihat ke luar jendela melalui celah di antara tirai.

“Aku ingin menyelesaikan perdagangan itu. Jika kamu mengundangnya, aku akan mencoba membuat perdagangan antara Rift dan Kerajaan Barat berhasil."

Heinley bergumam dengan suara yang sedikit teredam.

"Jika Ratu telah mengerjakannya, tentu saja kemungkinan berhasilnya akan tinggi ..."

“Ini adalah perdagangan yang dipelopori negara pertama dengan benua ini. Meskipun perdagangan langsung akan menguntungkan dengan sendirinya, jika perdagangan dengan benua ini menjadi populer, kita akan membuat Rift dan Kerajaan Barat menjadi negara-negara perantara perdagangan. "

“…”

“Bahkan pedagang yang mengalami kesulitan untuk terlibat dalam perdagangan akan merasa lebih nyaman terlibat dalam bisnis yang dipelopori oleh negara, jadi akan lebih baik untuk mendapatkan investasi.”

Aku berbicara dengan penuh tekad ke arah jendela. Peluang keberhasilan bisnis telah dipertimbangkan secara menyeluruh di Kekaisaran Timur.

[Baca Remarried Empress Bahasa Indonesia di https://shiraulwiya.blogspot.com/]

Pada saat itu, Heinley bergumam dengan suara teredam.

“Tapi Ratu, apakah kamu harus melihat ke sana untuk berbicara?”

"!"

"Tolong lihat aku saat berbicara."

“…”

"Jika kamu benar-benar tidak marah padaku, aneh kalau kamu terus menghindari tatapanku."

"Aku ... aku tidak menghindari tatapanmu."

"Benarkah?"

 ***

Diterjemahkan dari https://novelutopia.com/ 


<<<

Chapter 188                  

>>>             

Chapter 190

===

Daftar Chapters 


Remarried Empress (#188) / The Second Marriage (Ep. 94 part 2)

 


Chapter 188: Masih Canggung (1)

Penerjemah: Shira Ulwiya

 

Meskipun dia tidak bisa mendengar percakapan mereka, ekspresi mereka berdua tampak serius.

'Apa yang mereka bicarakan?'

Rashta menyaksikan adegan itu diam-diam.

Dia ingin mendekat untuk menguping, tapi tanahnya berumput jadi dia pasti akan membuat suara jika dia mencoba mendekat.

Rashta menyipitkan matanya.

Duke Elgy adalah seorang sosialita, tetapi desas-desus mengatakan bahwa dia adalah seorang playboy, dan dia kebanyakan bergaul dengan wanita.

Entah dia membuat skandal atau tidak, kebanyakan teman-temannya adalah wanita.

Setidaknya sejauh itulah yang dia tahu.

Bahkan tadi di pesta teh, bukankah dia hanya berbicara dengan para wanita?

Namun, orang yang dia ajak bicara sekarang adalah seorang pria bangsawan.

Mengapa dia datang jauh-jauh kemari untuk melakukan percakapan serius dengan seorang pria bangsawan?

Biasanya, dia akan berpikir itu aneh. Tapi, karena apa yang baru saja terjadi, hatinya terasa berat.

[Baca Remarried Empress Bahasa Indonesia di https://shiraulwiya.blogspot.com/]

Tapi malam itu.

Ketika si pria bangsawan, yang mengungkit cerita tentang putri yang hilang di depan ayah palsunya, datang ke kamarnya untuk meminta maaf, hati Rashta langsung lega.

Karena dia sendiri menyebut nama Duke Elgy dalam permintaan maafnya.

“Duke Elgy sangat marah.”

“Duke Elgy?”

"Iya. Dia berkata bahwa saat di pesta teh saya bersikap tidak sopan tidak hanya terhadap ibu Anda, tetapi juga terhadap Nona Rashta.”

“... Tidak mengapa, hanya saja tiba-tiba kamu mengangkat topik yang menyakitkan dan itu menyakiti perasaan kami.”

"Saya minta maaf, Nona Rashta."

'Jadi itulah mengapa mereka bercakap-cakap dengan serius.'

Rashta merasa lega dan menghela napas lega.

Hanya ada satu orang yang bisa dia percayai sepenuhnya, dan itu adalah Duke Elgy.

Dia bertanya-tanya apakah dia seharusnya tidak memercayai Duke Elgy, orang yang telah dia ceritakan semua rahasianya. Untuk sesaat, dia merasa cemas.

Untungnya, kesalahpahaman itu sekarang telah terselesaikan.

Menyaksikan Rashta yang cantik menghela napas, bangsawan yang membuat komentar yang tidak pantas itu berkata dengan serius,

“Ngomong-ngomong, Duke Elgy sepertinya sangat menyukai Nona Rashta?”

"Maksud kamu apa?" tanya Rashta dengan ragu-ragu.

"Tidak apa-apa, dia hanya memintaku untuk datang meminta maaf kepada Anda tanpa pikir panjang..."

Bangsawan itu tersenyum sinis, seolah dia curiga ada sesuatu antara Rashta dan Elgy.

 “Yah, sangat mudah bagi wanita menawan seperti Nona Rashta untuk memikat hati pria mana pun.”

“…”

Rashta tidak menanggapinya. Namun, setelah bangsawan itu pergi, dia tersipu dan menundukkan kepalanya.

Bukankah Duke Elgy memiliki hubungan dengan Raja Heinley? Tidak? Apakah surat itu hanya lelucon antar teman? Yah, kalau dipikir-pikir, Duke Elgy dikabarkan terlibat skandal dengan banyak wanita. Jika dia memiliki hubungan seperti itu dengan Raja Heinley, dia tidak akan sering terlibat dalam skandal seperti itu.

’Juga ... Duke Elgy sangat baik padaku semenjak kami bertemu. Bahkan aku telah mendengar bahwa dia menyukaiku dari mulutnya sendiri, tapi aku hanya menganggapnya sebagai lelucon.’

Rashta melihat ke tanah karena malu dan menggigit bibirnya.

Kata-kata bangsawan tadi menggelitik telinganya.

‘Tidak, kurasa tidak.’

Saat dia merenungkannya dalam hati, Rashta semakin tersipu dan mengipasi dirinya sendiri dengan tangannya.

'Ngomong-ngomong, kapan pernikahannya akan diadakan?'

[Baca Remarried Empress Bahasa Indonesia di https://shiraulwiya.blogspot.com/]

***

“Beliau berkata pernikahannya akan dilangsungkan secepat mungkin, beliau sendiri yang akan mengurusnya.”

Keesokan harinya, Rose, yang segera datang begitu fajar menyingsing, memberitahuku apa yang dia dengar dari saudara laki-lakinya saat dia menyajikanku makanan.

Makanan yang dibawanya terdiri dari sup labu kuning bening, telur orak-arik, dan tiga jenis selai dengan baguette [roti panjang khas Prancis] yang belum dipotong.

Saat aku melihat ke piring cantik yang dia letakkan di atas meja kecil, aku bertanya, "Apakah dia benar-benar mengatakan dia sendiri yang akan mempersiapkan acara pernikahan?"

Sebelumnya, dia telah memberi tahuku bahwa pernikahan kami harus dilangsungkan secepat mungkin dan aku setuju dengannya. Namun, agak mengejutkan mendengar bahwa Heinley sendiri yang akan mempersiapkan pernikahan kami.

"Iya."

Rose meletakkan semua hidangan di atas meja kecil dan bertanya dengan tenang, memperhatikan ekspresiku, "Apakah Anda ... apakah Anda ingin menyiapkannya sendiri?"

"Bukan itu."

“Lalu kenapa Anda begitu terkejut?”

"Yang Mulia sangat sibuk saat ini."

"Yah. Itu benar."

Tetapi dia tidak dapat menyerahkan persiapan pernikahan kepada Christa karena Christa mungkin akan memperluas kekuasaannya.

Aku tersenyum tanpa sadar ketika membayangkan dia merenung untuk sampai pada keputusan ini.

Tapi yang terlintas di benakku selanjutnya lagi-lagi pemandangan semalam, dan aku langsung memasang wajah serius.

"Yang Mulia, Anda benar-benar tidak ingin menyiapkannya sendiri ...?"

Rose bertanya lagi dengan cemas karena melihat ekspresi seriusku.

"Tidak."

Aku menjawab sambil tersenyum dan mengambil sendok.

Tapi sosok Heinley… yang sudah muncul di pikiranku tidak luntur.

Karena Heinley telah mengangkat topik pernikahan, aku harus bertemu dengannya untuk mencari tahu lebih banyak tentang itu.

Bagaimana aku bisa melakukan percakapan yang wajar dengannya sambil merasa sangat canggung?

Aku mencoba untuk tidak memikirkannya dan fokus untuk makan, tetapi bayangannya sekali lagi melintas di pikiranku dengan intensitas yang tak tertandingi saat aku melihat makananku.

Setelah meminum beberapa sendok sup bening, aku meletakkan sendok itu dan berdiri.

"Hanya itu yang akan Anda makan?”

“Ada hal yang aku pikirkan.”

“Ini bukan karena Anda tidak suka makanan Kerajaan Barat, kan?”

"Tentu saja tidak."

Aku sengaja tersenyum, dan memintanya untuk memberitahuku jam berapa sekarang karena aku hendak bertemu Heinley hari ini.

[Baca Remarried Empress Bahasa Indonesia di https://shiraulwiya.blogspot.com/]

***

Setelah menghabiskan sekitar dua jam di kamar, aku pergi pada waktunya untuk bertemu Heinley.

Aku masih malu melihat wajah Heinley, tapi apa boleh buat.

Aku berjalan berkeliling, menghitung berulang kali dalam benakku dari angka 1 hingga 100 dan dari 100 hingga angka 1.

Tetapi begitu aku tiba di depan kantor Heinley, rasa maluku lenyap ketika aku bertemu orang yang tidak terduga di depan pintu.

“Navier, lama tidak bertemu, bagaimana kabarmu?”

Itu adalah Christa, sang mantan ratu. Dia menatapku, lalu menatap Rose yang berdiri di belakangku sambil tersenyum.

Tapi aku tidak menanggapi pertanyaannya.

Kemudian, pintu terbuka, jadi kami berdua masuk ke kantor tanpa percakapan lebih lanjut.

Heinley berdiri dari mejanya dan matanya melebar, melihat kami berjalan masuk bersama.

 ***

Diterjemahkan dari https://novelutopia.com/ 


<<<

Chapter 187                   

>>>             

Chapter 189

===

Daftar Chapters