Monday, March 22, 2021

Trash of the Count’s Family (#34)

 


Pembuat Onar di Keluarga Count (Ep. 38 - 39)

Chapter 34: Berdiam Diri (1)

 

Cale bengong menatap cangkir teh yang Ron tawarkan padanya.

“...Teh lemon sebelum tidur?”

“Ya, tuan muda.”

Cale tidak terbiasa minum lemon teh sebelum tidur. Dia tidak merasa ingin meminumnya, tapi dia mengangkat cangkir teh itu tanpa berkata apa pun lagi. Dia merasakan tatapan Ron padanya saat dia menyeruput teh lemon itu.

Saat itulah Ron berbicara.

“Tuan muda, bolehkah saya membuat permintaan?”

“Kekh, apa? Permintaan?”

Mata Cale membelalak mendengar Ron mengatakan kata ‘permintaan’, dan segera berpaling untuk melihat Ron. Senyum lemah lembut masih terpasang di wajah Ron. Mata Cale mulai berkabut, dia mulai berpikir dengan cepat.

‘Orang tua licik ini ingin meminta sesuatu dari orang seperti diriku, yang dia anggap tidak berguna?’

Cale punya firasat buruk yang tidak bisa dia gambarkan. Dia merasa seperti orang yang mencoba menyingkirkan benjolan di wajahnya dan malah kembali dengan dua benjolan. [1] Entah itu, atau penebang pohon yang tamak dan mengaku bahwa kedua kapak emas dan perak itu miliknya dan akhirnya justru pulang dengan tangan kosong bahkan tanpa kapak miliknya sendiri. [2]

Cale menenangkan dirinya sendiri lantas bertanya dengan sikap yang santai.

“Baiklah, apa itu?”

Ron segera menyebutkan permintaannya pada Cale.

“Bolehkah saya cuti dua hari?”

“Oh.”

Cale tanpa sadar berseru kaget. Dia merasa seperti benjolannya disingkirkan dan sekaligus menerima sepasang kapak emas dan perak sebagai hadiah. [3] Cale meletakkan cangkir teh itu dan menggenggam tangan Ron, lantas berbicara dengan cepat, tidak seperti gayanya yang biasa.

“Ya. Ide bagus. Ron, kau sudah bekerja keras selama puluhan tahun. Kau harus mengurus tuan muda pembuat onar ini. Jika kau ingin beristirahat, kau bisa mengambil cuti selama yang kau inginkan. Aku akan dengan senang hati mengabulkannya.”

Ya. Cale akan senang jika Ron mengambil cuti panjang. Akan tetapi, Ron perlu kembali sebelum insiden teror ibu kota agar dia bisa terhubung dengan Choi Han, jadi dua hari adalah waktu yang sempurna. Cale tidak sabar menikmati dua hari ke depan tanpa perlu melihat wajah pembunuh bayaran ini.

Ron menatap Cale, yang sedang memegang tangannya kuat-kuat, dengan rasa penasaran. Akan tetapi, Cale segera memalingkan pandangannya dari Ron dan membuka meja rias di samping tempat tidur. Cale mengambil kantong uang dari dalam meja rias dan mengangkatnya.

Lembaran cek dan uang dalam jumlah banyak disimpan di brankas kediaman, tapi masih ada banyak uang di dalam kantong ini. Cale mengambil kantong itu dan menaruhnya di tangan Ron. Dia putra dari keluarga kaya, dan tidak punya hal lain untuk diberikan selain uang.

“Ambil ini. Ini tidak banyak, tapi belikan dirimu makanan enak dan nikmati waktu cutimu.”

Ron bengong menatap kantong uang yang Cale taruh di tangannya.

‘Belikan diriku makanan enak dan nikmati waktu cutiku.’

Ini mengingatkan Ron berapa lama dia telah bersembunyi selama ini. Dia telah menghabiskan seluruh waktu itu untuk mengurus si pembuat onar ini, tuan muda bak anak anjing ini.

Dia tengah mencoba keluar dari persembunyiannya dan memulai ulang hidupnya. Tetapi ada kemungkinan masa depannya akan jadi semrawut. Jika orang-orang ini benar telah menyeberang ke Kontinen Barat, ini akan jadi lebih buruk daripada semrawut.

‘Kalau begitu aku harus meninggalkan putraku di sini.’

Ron menatap tuan muda yang tampak santai di depannya.

“Tuan muda, benarkah tidak apa-apa?”

Cale menjawab pertanyaan Ron dengan ceria. Dia ingin agar Ron bersenang-senang sepuasnya sampai-sampai dia ingin meninggalkan Cale untuk selamanya.

“Tentu saja. Ron, kau layak menikmati waktu cutimu.”

Layak. Awalnya Ron berencana pergi diam-diam dalam beberapa hari, entah sendirian, atau bersama Beacrox. Namun, rasa sayang sialan ini jadi masalah. Itulah mengapa dia menyebutkan cuti dua hari. Dia ingin melihat apa yang akan dikatakan berandal kecil ini. Dia sangat ingin tahu.

Tuan muda bak anak anjingnya ini tahu dia orang seperti apa gara-gara Choi Han. Raut wajah Ron masih tampak lembut, tapi tatapannya mulai berubah dingin.

“Tuan muda, uang ini terlalu banyak. Apa yang akan Anda lakukan jika saya membawa ini dan kabur?”

‘Atau justru kamu ingin aku kabur karena mendengar aku orang yang kuat?’

Walaupun tahun-tahun yang dia habiskan untuk memaksakan dirinya tersenyum telah membuat banyak keriput di wajahnya, tatapan tajamnya terarah pada Cale. Ron dapat melihat reaksi Cale.

Cale mendengus.

“Kau pikir aku tidak tahu kepribadianmu, Ron? Jika kau hendak kabur, entah kau akan pergi tanpa bilang-bilang atau terang-terangan bilang kau hendak pergi. Apa aku salah?”

Itulah bagaimana Ron pergi di novel. Dia tidak berkata apa pun kepada Count, dan kapan pun dia perlu berpisah dengan rombongan Choi Han untuk sementara waktu, dia akan membahas kontrak mereka sebelum pergi.

“...Anda benar. Itu tepat sekali.”

Ron mengangukkan kepala dengan senyum di wajahnya. Jika dipikir-pikir, tuan muda bak anak anjing di depannya ini telah melihatnya lebih lama daripada anaknya sendiri, Beacrox, selama puluhan tahun terakhir ini. Malahan, Cale mungkin orang yang paling mengenal Ron yang sekarang.

‘Sekarang aku juga sudah sangat tua.’

Lelaki tua itu menerima dia telah menua. Sama seperti tiga cincin yang tidak tumbuh semuanya sekaligus, dia juga tidak bisa terhindar dari efek waktu. Dia kemudian berkata.

“Saya akan kembali untuk melayani Anda ketika Anda pergi ke istana kerajaan.”

“Jika kau inginnya begitu.”

Ron menatap Cale yang tampak tidak tertarik dan menyimpan kantong uang itu.

Dia tidak bisa membiarkan Cale pergi ke istana dengan penampilan yang lebih buruk dari keluarga kerajaan atau bangsawan lain. Ron tidak ingin melihat tuan muda bak anak anjing yang dia besarkan diremehkan oleh orang lain.

Itu akan menjadi tugas terakhirnya sebelum dia pergi.

“Kalau begitu saya akan keluar sekarang.”

“Tentu, tentu.”

Cale melambaikan tangan ke arah Ron sambil duduk di tempat tidurnya dan malam itu untuk pertama kalinya dia tidur dengan sangat pulas.

Ketika Cale bangun sekitar jam makan siang keesokan harinya, Ron telah berangkat pagi-pagi sekali untuk mengambil cutinya. Karena itu, wakil kepala pelayan Hans bertanggung jawab melayani Cale.

“Tn. Ron bilang dia merasa tidak nyaman jika bukan saya yang menggantikannya. Haha, kurasa saya memang luar biasa?”

“Bisakah kamu tenang?”

Cale mengabaikan Hans dan melihat keluar pintu kamar yang terbuka. Choi Han berdiri di luar pintu sejak pagi-pagi sekali. Cale menatap Choi Han seraya bertanya-tanya apa yang terjadi, dan Choi Han menjawab bahkan tanpa ditanya.

“Tn. Ron meminta saya untuk melindungi Anda.”

‘Apa yang Ron pikirkan?’

Raut wajah Cale tampak serius saat menerima sebuah cangkir dari Hans. Dia lantas mengerutkan kening.

“Hans. Kenapa kamu membawakanku perasan lemon?”

“Maaf? Tuan muda, bukankah Anda suka perasan lemon?”

Haaahhh. Cale menghela napas panjang dan meminum perasan lemon itu. Itu lebih baik dari air dingin untuk menyadarkannya dan menenangkan perutnya.

Choi Han mengamati Hans dan Cale dari luar pintu kamar seraya mengingat percakapannya dengan Ron tadi malam.

‘Kau akan pergi?’

‘Ya.’

‘Kemana?’

‘Anak kecil sepertimu tidak perlu tahu.’

‘Apa kau datang untuk berbicara padaku demi Cale-nim?’

‘Kamu cari tahu sendiri.’

Itulah yang Ron katakan sebelum pergi pagi ini. Choi Han melihat Ron si pembunuh bayaran alih-alih Ron si pelayan ketika Ron berjalan keluar dari kediaman itu.

“Choi Han.”

Choi Han tersadar dari lamunannya saat Cale memanggil namanya. Cale telah beranjak dari tempat tidurnya dan sedang menuju ke kamar mandi. Cale bertanya pada Choi Han, yang sedang menatapnya.

“Apa Lock sudah sadar?”

“Ya, tuan.”

Suku Serigala benar-benar memiliki kemampuan pemulihan yang cepat. Cale melihat jam. Si celengan Billos, anak haram dari pemimpin Organisasi Pedagang, akan segera sampai di ibu kota. Cale berjanji akan minum dengannya, dan telah memutuskan di mana mereka akan bertemu. Di penginapan yang sama tempat dia menyuruh Choi Han tinggal begitu dia sampai di ibu kota. Penginapan itu juga punya bar, yang terkenal akan alkoholnya.

‘Dan sesuatu yang akan menghubungkan Choi Han dan Billos ada di sana.’

Cale teringat pedagang yang bersama 10 anak serigala saat ini dan bertanya.

“Bagaimana dengan anak-anak itu dan si pedagang di penginapan?”

“Saya berpikir Anda bisa mampir dalam perjalanan pulang dari pertemuan.”

“...Pertemuan?”

Hans menghampiri Cale yang kebingungan dan berujar.

“Tuan muda, undangan dari bangsawan Wilayah Timur Laut.”

“Ah.”

Cale telah lupa tentang itu karena dia tidak menganggap penting bangsawan-bangsawan itu. Dia mengerutkan kening sedikit saat menimbang-nimbang apa yang harus dia lakukan. Tingkah onar macam apa yang dia perlu lakukan di pertemuan itu? Cale, Kim Rok Soo, tidak pernah bertemu dengan orang-orang ini sebelumnya, tapi ini bukan masalah. Dia dikenal sebagai pembuat onar bukan tanpa sebab.

“Dan tamu itu juga ingin berbicara dengan Anda.”

“Apa yang kamu maksud Nona Rosalyn?”

“Ya. Dia bilang bisa kapan pun menyesuaikan dengan jadwal Anda.”

Rosalyn gadis yang cerdas. Dia mungkin sudah mencurigai mana yang dia rasakan kemarin berasal dari seekor naga. Dia mungkin tidak pernah melihat naga sebelumnya, tapi mana yang sangat kuat itu tidak mungkin berasal dari apa pun selain seekor naga.

Cale membuka pintu ke kamar mandi dan memberi perintah pada Hans saat dia masuk ke dalam.

“Aku akan sarapan di kamarku, jadi siapkan makananku. Setelah itu, tanya Nona Rosalyn apa dia bersedia sarapan bersama.”

“Ya, tuan muda. Saya mengerti. Akan tetapi, ini sudah tengah hari, jadi ini jam makan siang.”

“...Hans.”

“Saya akan segera menyiapkannya!”

Cale memelototi Hans, yang menjawab dengan suara kencang, dan memberi perintah terakhir sebelum menutup pintu kamar mandi.

“Ah, dan biarkan pintu beranda terbuka.”

‘Naga Hitam perlu masuk ke kamar.’

Dia sangat aneh karena dia hanya bisa tidur nyenyak jika dia tidur di luar di atas pohon dekat jendela.

***

“Kalau begitu saya akan menjemput Rosalyn-nim ke sini.”

“Oke.”

Cale duduk di kursi di dekat hidangan makanan, itu hidangan sarapan dan makan siang sekaligus, lantas mengirim Hans keluar. Kelihatannya Beacrox berusaha cukup keras, karena makanan di atas meja tampak menakjubkan. Meja itu penuh dengan makanan, mungkin karena dia memintanya disajikan sekaligus alih-alih dalam sajian berbeda.

“Cale-nim.”

Choi Han menghampirinya.

“Saya akan menemani Lock selama Anda makan.”

“Kurasa kalian berdua bergiliran merawatnya.”

Choi Han tersenyum malu mendengar ucapan Cale. Meskipun Lock pulih dengan cepat, dia masih berbaring di tempat tidur dengan Rosalyn dan Choi Han bergantian merawatnya. Tentu saja, Rosalyn yang lebih sering melakukannya.

“On dan Hong juga membantu mengurusnya.”.

“Mana mungkin.”

Choi Han hanya bisa terdiam mendengar ucapan Cale. On dan Hong diam di kamar Lock. Tapi inilah yang kedua anak kucing itu katakan pada Cale secara rahasia sebelum pergi.

‘Kurasa kita terlalu lemah untuk membunuh Suku Serigala. Kita mungkin akan kalah, meskipun kita berubah ke mode mengamuk. Kita perlu mencari tahu cara melumatkan orang-orang seperti dia.’

‘Benar, kita perlu mencari cara. Itulah mengapa kami akan pergi belajar sebentar.’

On dan Hong ada di sana bukan untuk merawat Lock melainkan untuk mempelajari bagaimana cara membunuh musuh seperti dia di masa depan.

“Tapi Lock terlihat rileks bersama dua anak kucing yang menggemaskan.”

“...Kurasa itu bagus.”

Cale tidak ada keinginan memberitahu Choi Han dan Lock yang sebenarnya. Choi Han mengamati sekitar untuk memastikan Naga Hitam tidak berada di kamar lantas berbicara pelan.

“Saya tidak memberitahu Lock atau Rosalyn kalau saya membawa mereka bersama saya karena Anda menyuruh saya melakukannya.”

“Kerja bagus.”

“Saya sudah bilang saya akan merahasiakannya.”

Choi Han memperlihatkan sisi dirinya yang bisa diandalkan kepada Cale. Mungkin karena sumpah kemarin, tapi Choi Han tidak tahu bagaimana permainan kata-kata. Dia tidak tahu bagaimana kata-kata dapat digunakan untuk menguntungkan satu pihak lebih dari yang lainnya.

Dewa Kematian hanya akan mengikuti kata-kata Cale dan tafsirannya karena dialah yang mempertaruhkan nyawanya.

‘Itu sebabnya bangsawan menghabiskan setidaknya seminggu menyiapkan apa yang akan dikatakan ketika mereka akan membuat Sumpah Kematian. Mereka biasanya rata-rata menyiapkan sedikitnya sepuluh halaman teks untuk dikatakan.

Cale berpikir bagaimana dia akan memanfaatkan Choi Han di masa depan lantas berbicara kepada Choi Han, yang tampaknya sangat memercayainya.

“Choi Han, bukankah kamu bilang akan membunuh penyihir peminum darah jika kamu bertemu mereka lagi?”

“Ya.”

Cale menganggukkan kepala mendengar jawaban yang terlontar tanpa keraguan sedikit pun, dan terus berbicara.

“Aku akan memberitahumu bagaimana mencari orang itu.”

Tatapan Choi Han mulai berubah. Tapi Cale masih belum selesai.

“Tentu saja, kita perlu mencegah insiden teror itu terlebih dahulu.”

Raut wajah Choi Han seperti meminta Cale agar memberitahunya saat itu juga, tapi ketika dia membuka mulutnya, ada ketukan di pintu diikuti suara Hans.

“Tuan muda, saya telah membawa Rosalyn-nim.”

Cale menganggukkan kepala ke arah Choi Han dan bangkit dari kursi. Choi Han juga diam-diam berdiri dan membuka pintu. Hans dan Rosalyn masuk melalui pintu yang terbuka. Hans tidak masuk lebih jauh dari bingkai pintu, dan dengan tenang menambahkan apa yang dia katakan sebelumnya.

“Tuan muda, Rosalyn-nim, silakan beritahu saya jika Anda butuh sesuatu.”

Hans lalu membungkukkan badan dan keluar dari kamar. Choi Han menyusul di belakangnya.

“Rosalyn, aku akan bersama Lock.”

“Oke.”

Setelah mereka berdua pergi, hanya Rosalyn dan Cale yang tersisa di kamar. Rosalyn terlihat tenang, tapi dingin.

“Terima kasih atas undangan Anda, tuan muda Cale.”

“Tidak apa-apa, Nona Rosalyn.”

Cale menunjuk kursi di seberangnya dan berkata.

“Ada banyak hal yang perlu kita bicarakan.”

“Tuan muda, saya rasa Anda tidak suka berbelit-belit?”

Rosalyn tersenyum saat bertanya, dan Cale melihat ke arah jendela beranda yang terbuka dan berujar.

“Masuklah.”

Seketika itu juga, Rosalyn dengan cepat menoleh. Dia dapat melihat dedaunan mengambang masuk ke dalam kamar itu. Mau tidak mau dia gemetaran.

Namun, dia mampu memikirkan semuanya secara logis semalam. Dia telah merenungkannya semalaman sambil merawat Lock. Sihir tiga lapis dan kemampuan untuk melakukan hal itu. Hanya ada satu jawaban.

Dia memalingkan tatapannya dari dedaunan yang mengambang dan melihat ke arah Cale lantas bertanya.

“Naga. Apakah ia naga-nim?”

Penyihir benar-benar menghormati naga. Sikapnya jelas-jelas menunjukkan itu. Cale menyeringai, dia berbicara ke arah dedaunan yang mengambang.

“Perkenalkan dirimu.”

Seketika itu, dedaunan yang mengambang di atas meja, atau di atas steik jika kamu ingin lebih spesifik, berubah menjadi seekor Naga Hitam. Dia telah melepas sihir menghilangnya.

“Mm.”

Rosalyn bahkan tidak bisa terkesiap, karena dia sepenuhnya terkejut. Meskipun dia tahu itu adalah naga, ini tetap saja mengejutkan. Ada kurang dari 20 naga yang hidup di Kontinen Barat dan Timur, tapi makhluk itu kini ada di hadapannya.

Mereka dikenal tidak pernah meninggalkan wilayah dan sarang mereka, dan menikmati hidup sebagai makhluk paling menakjubkan di dunia. Terlebih lagi, naga adalah raja mana dan alam.

Mereka juga makhluk yang lebih memilih menyendiri. Meskipun dipastikan ada sekitar 20 naga di dunia, mereka sangat berbeda-beda dalam hal warna, kepribadian, kebiasaan dan sifat. Menara Sihir menganggap ini cukup menarik. Kenapa mereka berbeda dalam hal warna dan kepribadian, bahkan setelah tumbuh di bawah naungan orang tua mereka?

Hanya ada satu alasan yang mereka bisa pahami.

‘Naga adalah makhluk dengan harga diri tinggi yang ingin menjadi berbeda dari yang lainnya.’

Mereka ingin menjadi unik selama mereka hidup. Itulah alasannya, bahkan di antara bangsa naga mereka.

Makhluk seperti itu kini ada di depan mata Rosalyn.

Dia adalah naga belia, tapi mana yang bisa dia rasakan dan tatapan unik seekor naga memberitahu dirinya bahwa dia sama seperti naga lainnya.

Naga Hitam itu diam-diam mengamati Rosalyn sejenak lantas memalingkan kepalanya.

Rosalyn tidak tahu harus berkata apa atas sikap naga itu. Setelah itu, naga itu berpindah ke depan steik dan berujar.

“Aku lapar.”

“...Silakan, kamu bisa memakannya.”

Cale menggelengkan kepala saat menjawabnya, dan juga mengajak Rosalyn untuk ikut makan.

“Kita juga harus makan.”

“Ah... ya.”

Rosalyn tampak bengong saat beranjak duduk. Dia dapat melihat Naga Hitam belia itu memakan steik di depannya, sementara Cale, yang berpakaian lebih mewah dari biasanya karena dia harus menghadiri pertemuan Bangsawan Wilayah Timur Laut, menyantap supnya dengan elegan.

Tak seorang pun di Menara Sihir akan memercayainya jika dia memberitahu mereka tentang ini.

Namun, Rosalyn percaya pada apa yang sedang dia lihat di depan matanya, begitu juga dengan panca indranya yang lain. Segala sesuatu di alam dapat dirasakan oleh kelima panca indra.

“...Sungguh menakjubkan bahwa penyihir seperti saya dapat melihat pemandangan ini. Seekor naga bersama seorang manusia.”

Rosalyn percaya pada pemandangan di depannya dan mengutarakan pengamatannya yang jujur. Cale tampak tidak peduli untuk menjawab, tapi Naga Hitam itu berhenti memakan steiknya untuk melihat Rosalyn. Dia lalu menolehkan kepalanya untuk melihat Cale.

Dia memiliki wajah seekor reptil, tapi ekspresinya terlihat dengan jelas. Naga Hitam mengerutkan kening seraya melihat Cale, yang masih menyantap supnya, lantas berkata.

“Sangat lemah. Dia tidak lebih baik dari seekor semut. Itu alasannya.”

“Benar sekali.”

Cale dan naga itu sepakat. Rosalyn menyaksikan ini dengan rasa penasaran, lalu akhirnya menganggukkan kepala.

“Makan bersama tuan muda Cale dan Naga-nim. Ini sebuah kehormatan.”

Rosalyn tampak tenang saat dia mengangkat garpunya dengan elegan. Cale mengamati ekspresinya, sambil terus memakan supnya.

‘Dia benar-benar orang yang pemberani.’

Penyihir lain akan gemetaran tanpa henti dan memuja naga itu saat ini. Mereka lalu akan meminta naga itu untuk mengajarinya bahkan sedikit saja tentang mana atau sihir. Sihir seekor naga adalah sesuatu yang akan membuat penyihir mana pun di kontinen menggila.

Cale berbicara kepada Rosalyn, yang hendak memakan saladnya.

“Anda bisa tinggal di sini selama yang Anda inginkan.”

“Tuan muda Cale.”

“Ya?”

“Saya punya tiga hal yang membuat saya penasaran. Tapi salah saty diantaranya sudah terjawab, jadi ada dua pertanyaan lagi. Bolehkah saya menanyakannya?”

“Silakan.”

Yang pertama mungkin tentang naga itu. Cale memutuskan untuk menyingkap keberadaan naga itu kepada Rosalyn setelah merenungkannya untuk waktu lama. Dia merasan akan lebih menguntungkan baginya jika melakukan itu.

Dia merasa bisa menebak kedua pertanyaan lainnya.

“Ini hal kedua yang membuat saya penasaran.”

Rosalyn menanyakan pertanyaannya dengan tenang dan tulus.

“Apakah tidak apa-apa membiarkan seseorang yang tidak diundang untuk tinggal di kediaman Anda seperti ini? Meskipun saya penyihir, sebagai bangsawan, Anda pasti sensitif dalam bergaul dengan orang asing.”

Cale menjawab pertanyaan itu dengan mudah.

“Tidak apa-apa karena Anda adalah seseorang yang Choi Han bawa.”

Cale melirik Naga Hitam, yang sedang makan steik, lantas kembali menatap Rosalyn dan terus berkata.

“Saya juga punya orang ini.”

Naga Hitam tidak merespons perkataan itu. Namun, dia mengibaskan sayapnya sekali lalu menjejalkan wajahnya ke piring steik dan mulai melahap steik bahkan lebih cepat dari sebelumnya. Rosalyn mengamati naga itu cukup lama, sebelum bola mata merahnya berpindah kembali ke Cale, yang sedang menyantap steik salmon.

“...Saya mengerti. Kalau begitu ini pertanyaan ketiga saya.”

Cale berhenti memakan steik salmon itu dan menatap Rosalyn. Mata mereka bertemu, dan Cale dapat melihat bola mata merahnya. Awalnya, Rosalyn mengubah warna bola matanya dari merah ke hitam dengan sihir ketika mereka memasuki ibu kota. Sama halnya dengan rambutnya. Akan tetapi, sekarang tidak begitu.

Rosalyn menanyakan pertanyaannya.

“Kenapa Anda berbicara sangat hormat kepada saya, padahal Anda seorang bangsawan?”

Cale mengangkat gelas anggur di samping steik salmon dan meneguk anggur putih itu. Dia lalu berkata.

“Rambut merah, bola mata merah, dan penyihir. Lalu Anda mengenalkan diri dengan nama Rosalyn.”

Justru aneh jika dia berpura-pura tidak tahu ketika seseorang begitu terang-terangan menunjukkannya.

Cale tersenyum saat dia bertanya.

“Putri-nim, bukankah seharusnya Anda yang berhenti berbicara dengan hormat kepada saya?”

***

  1. Cerita rakyat Korea, yang artinya kurang lebih ‘berusaha menyingkirkan masalah tapi malah dapat masalah baru’.
  2. Cerita rakyat Korea lainnya, berarti ‘orang yang sudah punya satu hal, malah menginginkan hal lain, hingga akhirnya dia tidak mendapat keduanya’.
  3. Cale merasa masalahnya teratasi ditambah mendapat keuntungan berlipat pada saat bersamaan.

 

***

Proofreader: Tsura

 

 

 <<<

Chapter 33                   

>>>             

Chapter 35

===

Daftar Isi 

 





 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Trash of the Count’s Family (#33)



Pembuat Onar di Keluarga Count (Ep. 36 - 37)

Chapter 33: Kamu (8)

 

Tak seorang pun yang menganggap aneh Cale yang tiba-tiba ingin pergi keluar. Sepertinya Ron juga pergi entah ke mana, karena dia tidak terlihat di mana pun. Satu-satunya yang Hans tanyakan ke Cale adalah ke mana Cale akan pergi.

‘Tuan muda, Anda akan pergi ke mana?’

‘Jangan cemaskan itu.’

‘Ya, tuan! Tapi karena ini hari pertama Anda di ibu kota, bisakah Anda pulang tanpa memecahkan satu botol alkohol pun hari ini?’

‘...Apa kamu akan terus-terusan lancang seperti ini?’

‘Tidak juga. Hati-hati di jalan, tuan muda.’

Cale naik ke kereta kuda dan mulai berpikir bagaimana menangani Hans, yang terus bersikap lancang. Kereta kuda itu tiba di kuil sementara dia sibuk berpikir.

“Ayo turun.”

“Baik.”

Cale berdiri dan keluar dari kereta. Choi Han tetap diam sejak mereka naik kereta, tidak, sejak mereka keluar dari kamar Cale. Tampaknya ada banyak emosi rumit yang menyerbu pikirannya saat ini.

Cale hanya tahu tentang kepribadian Choi Han hingga jilid kelima ‘Kelahiran Pahlawan’. Namun, ada satu hal yang Cale tahu pasti. Walaupun Choi Han orang yang baik, dia tidak gampang dibodohi. Dia sangat cerdas.

‘Jika aku mencoba memberikan alasan yang tak masuk akal, pada awalnya dia mungkin akan memercayaiku, tapi nantinya dia pasti akan meragukanku.’

Choi Han mungkin merasa sangat kesepian setelah hidup sendirian selama puluhan tahun, tapi pengalaman itu mengajarkannya bagaimana bertahan hidup tanpa bantuan orang lain, dan bagaimana menjadi gigih dan keras kepala.

Choi Han mungkin menyukai Cale saat ini dan mengikutinya, tapi, seperti yang terlihat di jilid 5 ‘Kelahiran Pahlawan’, dia adalah seseorang yang pada akhirnya ingin menjadi pemimpin. Choi Han adalah seseorang yang akan hidup untuk mewujudkan keadilan sesuai pandangan pribadinya.

“...Ini terlalu putih.”

Kuil Dewa Kematian yang Cale lihat begitu dia turun dari kereta seluruhnya putih, tanpa noda sedikit pun. Penganut Dewa Kematian menganggap warna putih sebagai warna kematian, dan membersihkan semuanya berulang kali setiap hari untuk memastikan tidak ada debu secuil pun di sepanjang bangunan.

‘Sungguh tempat yang menarik.’

Kuil Dewa Kematian terlihat seperti ingin menunjukkan kepada orang-orang bahwa tidak ada yang perlu ditakutkan dari malam melalui tindakan mereka ini. Mereka membuka kuil untuk para penganut maupun yang bukan begitu matahari mulai terbenam.

‘Tampaknya, semua pendeta sedang tidur jika kamu datang siang hari.’

Menurut Cale ini benar-benar tempat yang menarik. Mereka disambut oleh dua orang pendeta di pintu masuk kuil.

“Semoga Anda diberkati dengan malam yang damai!”

“Semoga Anda diberkati dengan malam yang damai!”

Para pendeta Dewa Kematian umumnya sangat ceria. Walaupun orang-orang mungkin menganggap kematian sebagai akhir, filosofi Kuil Dewa Kematian meyakini bahwa mereka perlu menikmati hidup saat mereka menuju malam yang damai.

“Pendeta-nim.”

Cale perlahan-lahan mendekati pendeta itu. Si pendeta mengamati Cale dengan ekspresi ingin tahu. Cale terlihat seperti seorang bangsawan kaya raya atau seorang pedagang kaya dilihat dari pakaian yang dikenakannya. Tapi pria di belakangnya tampak seperti pengemis, walaupun pedang di pinggangnya membuatnya terlihat lumayan kuat.

“Apa yang saya bisa bantu?”

“Apa ada Ruang Kematian yang kosong?”

Raut wajah kedua pendeta itu mengeras. Pendeta yang barusan bertanya melihat bolak-balik antara Cale dan Choi Han lantas kembali bertanya.

“Kematian siapa yang akan Anda pertaruhkan?”

Pendeta itu melirik Choi Han saat mengatakan itu. Saat ini Choi Han terlihat seperti telah berguling-guling di gunung dan merasa kesulitan untuk sesaat. Dia juga terlihat seperti belum makan apa pun selama dua hari, dan tampak seperti tipe orang yang mudah ditipu. Pendeta itu merasa tidak enak melihat ini.

Pendeta itu memalingkan pandangannya ke si bangsawan kaya. Rambut merah yang indah dan wajah yang tampan. Dia tidak terlalu tampan, tapi cukup untuk menarik perhatian kemana pun dia pergi. Lagi pula, pria ini tengah tersenyum.

“Saya.”

“Huh?”

Cale tersenyum sekali lagi pada pendeta yang kebingungan itu.

“Saya akan mempertaruhkan nyawa saya.”

Pada saat itu Choi Han memegang pundak Cale.

“Cale-nim.”

“Apa?”

Cale menoleh dan melihat Choi Han yang berwajah kaku namun tampak gelisah.

“Saya akan memercayai Anda meskipun Anda tidak melakukan ini.”

Cale menyeringai dan menjawab pelan.

“Aku rasa kamu tidak akan percaya.”

Choi Han sudah pasti tidak akan memercayainya. Bagaimana dia bisa memercayai Cale ketika Cale berencana untuk tidak memberitahukan semuanya? Itu sebabnya mereka datang ke kuil.

‘Kenapa aku harus memberitahukan semuanya? Itu hanya akan membuatku terlibat masalah.’

Tidak ada alasan baginya untuk terlibat jauh dengan Choi Han. Cale tidak akan bisa hidup damai jika Choi Han di dekatnya. Itu sudah pasti. Bukankah Choi Han membawakannya lebih banyak masalah dengan membawa semua anak serigala itu?

‘Dia menaiki paus bersama Suku Paus untuk melawan duyung di masa depan.’

Di dunia yang berpusat pada manusia ini, kedudukan Choi Han untuk merangkul baik manusia maupun yang bukan manusia membuatnya mulai berubah. Awalnya dimulai dari Suku Paus. Suku Paus yang muncul di awal jilid ke-5, sejujurnya, lumayan menakutkan.

‘Mereka predator yang paling mematikan.’

Suku Paus merupakan Manusia Siluman terkuat. Mereka juga Manusia Siluman yang paling menawan. Suku Paus memiliki berbagai warna dari hitam, abu-abu, atau pink, tapi mereka semua sangatlah rupawan. Sebaliknya, duyung di dunia ini mempunyai dua kaki dan sirip, terlihat seperti seorang manusia dengan tubuh bersisik.

‘Tapi mereka sangat keras kepala sampai-sampai mereka tidak sudi merendahkan diri di depan seekor naga.’

Suku Paus sangatlah menakutkan. Meskipun jumlah mereka sedikit, tinju biasa mereka dapat dengan mudah meledakkan kepala manusia. Bahkan Lock tidak dapat berbuat apa-apa melawan Suku Paus.

‘Watak mereka kejam.’

Choi Han terlibat dengan berbagai macam orang dan juga masalah. Cale tidak ingin terus terlibat dengannya.

“Pendeta-nim. Ruangannya?”

“Ya, masih ada satu. Saya akan segera menyiapkannya untuk Anda. Silakan ke ruang bawah tanah.”

“Terima kasih.”

Cale berjalan di belakang si pendeta. Choi Han menyusul Cale dengan raut wajah bimbang. Cale menyadari gerakan Choi Han, dan dengan santai berjalan ke area paling dalam di kuil itu.

Setelah berjalan cukup lama, mereka dapat melihat banyak pintu di satu sisi dinding. Pendeta itu membuka salah satu pintu, memperlihatkan tangga yang mengarah turun ke dalam ruang bawah tanah.

“Kematian menanti Anda di bawah.”

“Bagus. Ayo pergi.”

Pendeta itu mengamati Cale yang berjalan menuruni tangga tanpa ragu-ragu sedikit pun dengan penuh minat. ‘Kematian’ yang disebut di Kuil Kematian juga berarti ‘sumpah’.

Kematian adalah sesuatu yang pasti akan mengunjungimu suatu hari nanti. Ia bukan sesuatu yang bisa kamu hindari, dan tanggung jawabmu adalah untuk menerima peranmu di dunia selama kamu hidup.

Itu sebabnya para pembesar di Kuil Kematian menghukum mereka yang melanggar sumpah mereka dengan kematian.

Karena hal ini, orang-orang yang pergi ke Ruang Kematian, atau kadang-kadang disebut dengan Ruang Sumpah, cenderung bersikap rendah hati dan serius. Sebaliknya, orang yang santai dan percaya diri ini sangat unik di mata si pendeta.

‘Dia mengingatkanku pada pendeta Cage.’

Dia sangat sering mengutuk kuil, tapi dewa masih menyayanginya. Pendeta itu tiba-tiba teringat padanya, tapi segera menghapusnya dari pikirannya. Pada saat yang sama, Cage merasa frustasi saat mendengar suara dewa lagi.

Setelah mengusir pikiran tentang Cage, pendeta itu menuruni tangga di belakang Cale. Begitu mereka sampai di dasarnya, pendeta itu membuka pintu dan berkata pada Cale dan Choi Han.

“Mohon tunggu sebentar. Saya akan menyiapkannya.”

Pendeta itu lantas memasuki ruangan itu sendirian. Cale menatap pintu yang tertutup dan berbicara.

“Jika kamu benar-benar berpikir kita tidak perlu melakukan ini, aku akan memberitahumu satu kebenaran dulu. Bagaimana menurutmu?”

Choi Han segera menjawab.

“Ya, tolong beritahu saya  Saya memercayai Anda.”

“Benarkah?”

Cale menggosok-gosok dagunya dengan satu tangan lantas mengatakannya dengan santai.

“Kebenaran pertama.”

Tatapannya berpaling ke Choi Han.

“Aku tidak tahu identitas organisasi rahasia itu ataupun tujuan mereka.”

“...Apa-apaan-“

Bola mata Choi Han bergetar. Pada saat itu, mereka mendengar bunyi klik dan pendeta itu keluar dari ruangan.

“Anda boleh masuk sekarang. Orang yang mempertaruhkan nyawanya hanya perlu mengangkat tangan mereka begitu masuk ke dalam ruangan kepada pendeta-nim.”

“Terima kasih. Kami mengerti.”

Berbeda dengan Cale yang rileks, Choi Han tampak sangat bingung dan gelisah. Melihat ini, pendeta itu memiringkan kepala karena bingung, tapi meninggalkan tempat itu tanpa suara. Itu bukanlah urusannya. Cale meraih gagang pintu lantas menoleh ke Choi Han.

“Sulit dipercaya?”

“Itu, jadi...”

Cale dapat melihat Choi Han kesulitan untuk menjawab. Choi Han bilang dia memercayai Cale, tapi dia tidak bisa memercayai perkataan Cale. Bagaimana bisa Cale tidak tahu? Apa itu masuk akal? Choi Han lalu mendengar suara Cale di telinganya.

“Aku mengerti.”

Choi Han memandangi Cale. Raut wajah Cale yang tenang membuatnya tampak sangat dewasa. Cale lalu berujar.

“Ayo masuk.”

Choi Han menyusul Cale masuk ke Ruang Kematian di balik pintu putih itu.

Seperti dugaan, ruangan itu seluruhnya putih, dengan meja putih, kursi putih, dan dinding putih. Satu-satunya yang tidak berwarna putih di ruangan itu adalah pendeta yang berdiri dengan mulut dan telinga tertutup kain.

Pendeta tuli. Cale tidak terlalu menyukai sebutan itu, tapi pendeta-pendeta ini sangat dihormati di dunia ini. Bangsawan dan keluarga kerajaan, siapa pun yang ingin melakukan pembicaraan rahasia atau menandatangani kontrak secara sembunyi-sembunyi datang menemui pendeta-pendeta ini.

Cale menundukkan kepala tanpa suara untuk menyapa pendeta lantas mengangkat tangannya. Pendeta itu menganggukkan kepala, dan menunjuk dua kursi di dekat meja.

Cale duduk di sisi kanan sedangkan Choi Han duduk di seberangnya di sebelah kiri. Pendeta itu berjalan ke ujung meja lalu menyodorkan secarik kertas kepada mereka.

[Bagi orang yang mempertaruhkan nyawanya. Tangan Dewa Kematian akan menyentuh orang yang datang bersamamu. Setelah itu, barulah Anda bisa mengatakan sumpah Anda. Seandainya Anda melanggar sumpah, kematian menantimu.]

Arahannya sungguh mengerikan.

Cale menyodorkan kembali kertas itu ke pendeta setelah memastikan Choi Han telah selesai membacanya. Pendeta itu lalu mengangkat kedua tangannya seperti yang Cage lakukan sebelumnya. Pada saat itulah.

Ooooooong- ooooooooong-

Ruangan putih itu berguncang. Mungkin karena ini tempat yang melayani dewa, asap hitam mengelilingi pendeta itu begitu ruangan itu mulai berguncang. Asap hitam itu kemudian menyelimuti Choi Han dan Cale lantas menciptakan koneksi di antara mereka berdua.

“...Apakah ini kekuatan Dewa Kematian?”

“Ya.”

Cale menjawab pertanyaan Choi Han lantas mencoba merasakan benang dari asap hitam yang menyelubunginya. Hal yang sama terjadi ketika Cage membuat sumpah, tapi kekuatan Dewa Kematian mengingatkannya pada taruhan sumpah ini.

‘Aku akan mati jika melanggar sumpah ini.’

Cale yakin Choi Han juga merasakannya. Itu pasti mengapa wajahnya mengeras. Cale dapat merasakan Dewa Kematian dan memulai sumpahnya.

“Pendeta di depanku menjamin dia tidak bisa mendengar, dan, jika itu tidak benar, dia akan membayar dengan nyawanya.”

Ini adalah kalimat umum yang pertama diucapkan ketika membuat sumpah bersama seorang pendeta tuli.

“Selanjutnya, aku, Cale Henituse, bersumpah untuk mengatakan kebenarannya kepada Choi Han di hadapan Dewa Tidur Abadi, dan, jika aku sedikit saja berbohong, aku akan langsung mati di tempat ini sebagai bayarannya.”

Langsung. Kata itu membuat wajah Choi Han semakin mengeras. Dia gugup.

Pada awalnya, Cale ragu-ragu untuk memberitahukan semuanya pada Choi Han.

Aku berpindah ke dalam novel yang aku sedang baca. Aku juga orang Korea. Itu sebabnya aku tahu apa yang terjadi sampai jilid ke-5. Organisasi rahasia ini terus membuat keonaran di seluruh kontinen. Tak lama setelahnya, kontinen pun menjadi kacau-balau karena peperangan.

Haruskah Cale mengatakan semua itu?

Atau, haruskah dia berkata seperti ini? Aku berpindah ke dalam novel yang sedang aku baca dan menjadi putra bangsawan kaya. Itu sebabnya aku berusaha agar bisa hidup damai, tapi aku ingat apa yang terjadi di novel jadi aku mengubahnya sedikit. Aku ingin membiarkan diriku hidup damai, bahkan jika kontinen dalam situasi berperang.

Cale tidak menyukai keduanya. Yang pertama mungkin akan membuatnya terlibat peperangan kontinen dan membuatnya tewas dalam pertempuran sedangkan yang kedua mungkin menggiring Choi Han untuk berusaha membunuhnya.

Cale tidak ingin satu pun terjadi padanya.

“Pertama.”

Kebenaran pertama.

“Aku, Cale Henituse, tidak tahu identitas organisasi itu.”

Haahh. Choi Han menghela napas dalam-dalam lantas menutupi wajah dengan kedua tangannya. Dia perlahan menjauhkan tangannya setelah beberapa saat untuk melihat apa Cale masih hidup.

“Aku berkata jujur waktu aku bilang aku tidak tahu identitas mereka.”

Itu kebenarannya.

Cale, aslinya Kim Rok Soo, sudah membaca ‘Kelahiran Pahlawan’ hingga jilid ke-5, tapi buku itu tidak menyebutkan apa pun tentang tujuan maupun identitas organisasi rahasia itu. Yang dibahas hanyalah perbuatan organisasi itu.

“Dan satu hal lagi. Aku benar-benar jujur ketika aku mengatakan ini.”

Kebenaran kedua.

“Aku membenci organisasi itu dan berharap mereka lenyap.”

Tentu saja, Cale masih hidup. Dia tidak menyukai orang-orang ini yang menyebabkan insiden seperti itu. Kemungkinan mereka juga turut andil dalam peperangan kontinen. Cale berharap mereka lenyap agar dia bisa hidup tenang di kontinen yang damai.

Choi Han terlihat tidak bisa berkata apa-apa. Dia melihat benang hitam yang menghubungkan dirinya, si pendeta, dan Cale, lantas berulang-ulang mengepalkan tinjunya. Cale tersentak melihat ekspresi menakutkan Choi Han ketika Choi Han berbicara.

“Bagaimana Anda bisa membenci mereka jika Anda tidak mengenal mereka?”

“Karena aku tahu beberapa hal mengerikan yang mereka berencana akan lakukan. Naga Hitam dan Lock adalah dua diantaranya. Choi Han.”

Cale menunjuk dirinya dengan jari telunjuk.

“Aku telah hidup sebagai pembuat onar. Itu impianku.”

Raut wajah Choi Han berubah setelah mendengar Cale berkata impiannya adalah menjadi pembuat onar.

“Aku tidak punya keinginan untuk menjadi penerus keluargaku. Basen Henituse, adik tiriku. Aku mengharapkan dia menjadi penerus.”

Ini juga kebenarannya. Itu sebabnya Cale bertanya pada Choi Han.

“Lalu mengapa aku datang ke ibu kota sebagai perwakilan keluarga Henituse? Khususnya ketika aku berharap Basen menjadi penerus? Ayahku, sang kepala keluarga, menyuruhku pergi, tapi aku bisa menolaknya.”

Choi Han menjawab setelah terdiam sejenak.

“...Saya tidak yakin.”

“Itu karena aku tahu apa yang organisasi rahasia itu sedang berencana lakukan di ibu kota.”

Bola mata Choi Han kembali melebar.

“Aku tidak bisa menjawab bagaimana aku tahu. Tapi mereka berencana membunuh banyak orang di ibu kota. Aku tidak bisa mengirim Basen ke tempat seperti itu. Aku ingin mencegah terjadinya insiden itu.”

Tentu saja, Cale tidak berencana melakukan apa pun dan segala hal untuk mempertaruhkan nyawanya sendiri demi orang lain.

“Setelah menangani semua masalah ini setenang mungkin, aku berencana kembali ke wilayah Henituse.”

“...Anda tidak bisa memberitahu saya bagaimana Anda bisa tahu?”

“Benar. Aku tidak bisa memberitahu siapa pun, tidak peduli siapa, tentang ini.”

Sorot mata Choi Han dipenuhi pertanyaan, tapi mulutnya tertutup rapat.

Cale tidak tahu identitas organisasi rahasia itu tapi dia tahu beberapa hal yang akan mereka lakukan. Dia juga membenci mereka dan ingin mereka lenyap.

Kepala Choi Han semakin tertunduk sementara dia merenungkan semuanya. Pikirannya saat ini kacau balau. Walaupun demikian, kekuatan Dewa Kematian yang berasal dari benang hitam itu memberinya ketenangan. Dia tahu Cale akan mati seketika jika dia berbohong.

“Tetapi, aku akan memberitahumu satu hal lagi.”

Satu hal lagi. Itu membuat Choi Han mengangkat kepalanya untuk melihat Cale.

“Kebenaran terakhir.”

Ini adalah kebenaran ketiga yang Cale katakan kepada Choi Han.

“Aku tidak ada keinginan untuk menyakitimu.”

Cale merasa percaya diri saat mengatakan itu. Dia tetap hidup, yang artinya inilah kebenarannya.

Choi Han lantas mengerutkan kening.

Tap. Tap.

Choi Han menepuk pelan pahanya dengan kepalan tangannya. Meskipun dia tidak menepuk dengan keras, pembuluh darah di tangannya yang mengepal erat terlihat jelas. Dia perlahan mengangkat kepala. Cale masih hidup.

“...Saya percaya pada Anda.”

Setelah mendengar jawaban yang butuh waktu lama untuk keluar itu, Cale mengulang ucapan yang dia katakan kepada Choi Han sebelum mereka masuk ke ruangan ini.

“Aku mengerti.”

Dia kemudian tersenyum.

Haahhh.

Choi Han menghela napas sembari masih duduk di kursinya. Dia mengangkat kepalanya untuk melihat Cale. Mata Cale tampak sejernih dan sekeras kepala biasanya.

“Cale-nim. Tolong berjanji satu hal. Maka saya akan sepenuhnya percaya pada Anda.”

‘...Aku tidak menduga sesuatu seperti ini akan terjadi.’

Cale merasa ragu dengan respons Choi Han. Harusnya itu bukan masalah besar karena dia akan bisa mencari cara untuk membelokkan apa pun agar sesuai dengan dirinya, tapi kalimat ‘percaya pada Anda sepenuhnya’, yang membuat Cale merasa tidak nyaman. Tapi toh dia tidak bisa menolaknya sekarang.

“Tentu. Apa itu?”

“Cale-nim.”

“Ya?”

“Saya harus balas dendam kepada organisasi rahasia itu. Saya pikir ini  pertama kalinya dalam hidup saya begitu membenci seseorang atau sebuah organisasi.”

Amarah memenuhi mata jernih Choi Han. Perasaan nostalgia juga dapat dilihat di balik amarahnya. Choi Han mungkin sedang memikirkan tentang Desa Harris.

‘Mm.’

Cale menahan dirinya mengeluarkan seruan itu. Ini alasannya dia tidak mau Choi Han bersamanya, bahkan jika Choi Han memilih mengikutinya. Choi Han orang yang baik, tapi dia akan selalu menuntaskan sesuatu ketika dia sudah membulatkan tekad untuk melakukannya. Itulah mengapa Cale menunggu permintaan terakhir Choi Han dengan gugup.

Akhirnya Choi Han berbicara.

“Apa pun yang terjadi tolong beritahu saya jika Anda mengetahui identitas mereka.”

“Ah-, yah, tentu saja.”

‘Kupikir dia akan meminta sesuatu yang sulit.’

Raut wajah Cale tampak terkejut saat dia membuat sumpah itu.

“Aku, Cale Henituse, akan memberitahu Choi Han begitu aku mengetahui identitas mereka. Aku akan membayar dengan nyawaku jika aku melanggar sumpah ini. Sudah cukup?”

“Ya, terima kasih banyak.”

Choi Han akhirnya tersenyum. Dia tampak lega. Cale mulai berpikir sambil mengamati Choi Han.

‘Bagaimana mungkin aku bisa tahu identitas mereka?’

Untuk mencari tahu identitas mereka, sebenarnya, bahkan untuk menemukan petunjuk paling kecil pun mengenai identitas mereka, dia harus melakukan hal yang sama seperti yang Choi Han lakukan di novel. Dia pasti sudah gila jika melakukannya. Setelah Choi Han keluar dari ibu kota dan Kerajaan Roan, dia akan bertemu dengan berbagai macam pahlawan, baik manusia maupun yang bukan manusia.

Memikirkannya saja sudah membuat Cale merasa sangat buruk.

“Jadi apa kita sudah selesai?”

“Ya.”

Bang!

Cale mengangkat tangannya dan menggebrak meja. Hantamannya membuat meja itu sedikit bergoyang, dan si pendeta itu membuka matanya dan menganggukkan kepala. Tempat itu berguncang sekali lagi.

Ooooooong-

Diiringi suara itu, asap itu menghilang ke masing-masing tubuh mereka. Ini sedikit berbeda dari apa yang Cale alami dengan pendeta gila Cage. Cale merasa kedua sumpah itu tertanam dalam tubuhnya saat dia mengeluarkan secarik kertas dari sakunya.

Itu adalah cek bernilai 10 juta gallon. Cale menaruh uang itu di depan pendeta yang duduk dengan tenang dan berdiri. Dia lalu berpamitan kepada pendeta itu sebelum keluar ruangan.

Choi Han melihat bolak-balik antara uang itu dan Cale, lalu menyusul Cale keluar ruangan dan menutup pintu. Dia lalu menatap Cale dengan bingung.

“Tidak ada yang gratis di dunia ini.”

“Saya mengerti.”

Cale menaiki tangga kembali dan mendapati pendeta yang tadi berdiri di pintu masuk di lantai satu.

Pendeta itu menyapa Cale yang masih hidup.

“Semoga kehidupan Anda berlanjut hingga waktu yang ditentukan.”

Itu adalah cara mereka memberitahumu untuk tidak melanggar sumpah agar kamu bisa terus hidup. Benar-benar tidak kenal ampun.

“Terima kasih banyak, pendeta-nim.”

Cale mengucapkan terima kasih sambil tersenyum sebagai responsnya. Pendeta itu masih merasa senyum Cale dan suara tenangnya aneh, tapi Cale berjalan melewatinya untuk meninggalkan kuil.

Dia kemudian naik ke kereta dan mulai berbicara begitu kereta mulai bergerak.

“Asal kamu tahu, penyihir sinting itu, orang itu adalah pemimpin dari insiden yang akan terjadi di ibu kota.”

“...Apa saya boleh membunuh mereka jika saya bertemu mereka?”

“Kenapa kamu menanyakan pertanyaan yang sudah jelas? Lakukan semaumu.”

‘Tidak masalah bagiku.’

Akan tetapi, penyihir sinting itu adalah penyihir level tertinggi dan spesialis teleportasi, sehingga Choi Han tidak pernah bisa melakukan yang dia inginkan di novel.

“Ya. Saya pasti akan membunuh mereka.”

Cale berpaling dari wajah marah Choi Han. Itu terlalu menakutkan baginya.

Begitu tiba di kediaman mereka, ada satu orang lagi yang Cale kesulitan untuk tangani.

“Tuan muda.”

“Ron.”

Ron si pembunuh bayaran, yang memasang senyum lemah lembut di wajahnya, datang mencari Cale, yang tengah beranjak untuk beristirahat di kamarnya.

 

***

Proofreader: Tsura 

 

 <<<

Chapter Sebelumnya                   

>>>             

Chapter Selanjutnya 

===

Daftar Isi  


 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


Sunday, March 21, 2021

Remarried Empress (#167) / The Second Marriage (Ep. 81 part 2)

 


Chapter 167: Keterkejutan Sovieshu (2)

 

Berita tentang Keluarga Kekaisaran tersebar ke pelosok negeri bagaikan api. Orang-orang takjub atas skandal nasional ini, dan pembicaraan tentang ‘Apa yang Akan Anda Lakukan Di Keluarga Kerajaan’ segera menjadi tren.

Secara alami, setiap majalah meliput cerita itu dengan gembira. Namun, kebanyakan dari mereka memiliki tingkat kesalahan atau kepalsuan. Majalah yang paling kredibel sejauh ini adalah Lorudin, terbitan resmi yang memiliki akses eksklusif ke istana. Ketika Lorudin melaporkan berita perceraian dan pernikahan kembali permaisuri, semua orang terkejut. Ceritanya begitu memalukan sehingga tidak ada yang percaya sampai Lorudin memberitakannya.

Pernikahan Kembali Permaisuri yang Digulingkan! Begitulah judul utamanya.

Meskipun pernikahan kembali tidak dilarang, tidak ada permaisuri yang pernah bercerai dalam sejarah yang pernah melakukannya. Terlepas dari siapa mantan permaisuri, kaisar masih memiliki posisi yang terpandang, dan tidak ada alasan untuk merunyamkan masalah politik. Meskipun Navier bisa mengambil kekasih yang lebih muda, dia tidak pernah menikah lagi. Lingkaran sosial adalah dunia kecil, dan banyak pandangan orang yang mengikuti kehidupan mantan permaisuri setelah perceraian. Mengklaim kursi tertinggi bagi seorang wanita di kekaisaran dan kemudian muncul kembali di peringkat yang lebih rendah juga merupakan kebanggaan yang menyakitkan bagi mantan permaisuri.

Tapi tidak untuk Permaisuri Navier. Tidak untuk permaisuri yang terkenal dengan sikapnya yang tenang dan kecerdasannya yang tajam. Dia tidak hanya menikah lagi, tapi dia menikah lagi dengan Raja Negeri Barat! Semua orang tercengang dengan hal yang belum pernah terjadi sebelumnya ini.

“Bagus untuknya. Daripada tinggal di negara ini sebagai permaisuri yang digulingkan, lebih baik dia pergi ke Kerajaan Barat dan menjadi ratu.”

“Ya, dia bisa hidup bebas di sana, tapi dia akan terus menjadi pusat perhatian orang-orang selama sisa hidupnya. Apa menurutmu semudah itu?”

"Jika Kaisar tinggal dengan selirnya, mengapa Permaisuri tidak bisa menikah lagi?"

“Tapi ini masalah etika. Bagaimana mungkin kamu menikah lagi dalam hitungan detik?”

"Baiklah. Lalu akan jadi apa dia? Negara lain akan meremehkan kita."

“Jika Permaisuri Kerajaan Timur yang Agung menjadi Ratu Kerajaan Barat, maka itu adalah pengkhianatan bagi negara kita.”

Setelah keterkejutan mereka mereda, opini orang-orang segera terpecah. Beberapa mendukung pernikahan kembali Navier, dan yang lain mengatai dia gila. Yang lain bersimpati padanya, tetapi mengatakan itu tidak baik untuk negara. Mempertimbangkan kekuasaan yang dimiliki mantan permaisuri, beberapa ingin mencegah pernikahan kembali dan menyarankan agar mereka  mencegahnya pergi.

Sekitar waktu makan siang keesokan harinya, Navier memasang senyum pahit di wajahnya ketika dia mendengar reaksi publik.

 

***

 

“Itu adalah cerita yang bisa memiliki banyak pendapat.”

Wajahku tenang. Aku sudah siap untuk ini.

“Aku hanyalah permaisuri bagi mereka.”

Itu bukanlah sesuatu yang bisa aku kendalikan. Bagi rakyat, aku adalah bagian dari bangsa dan identitas nasional. Mereka akan lebih bermurah hati jika aku hanyalah seorang teman atau anggota keluarga yang menemukan kehidupan baru setelah perceraian, tetapi melihat permaisuri mereka pergi dan pergi ke negara lain adalah hal yang memalukan bagi mereka.

Marquis Farang menatap mataku dan tersenyum cerah.

“Tidak, tapi Anda cermat sekali. Bagaimana Anda bisa menggunakan saya sebagai pesuruh dan tidak mengucapkan sepatah kata pun.”

"Maafkan saya."

"Tidak ada yang perlu disesali.”

Marquis Farang mengangkat jari kelingkingnya.

“Harap diingat bahwa Marquis Farang memberikan kontribusi besar untuk pernikahan kembali Anda.”

Aku tersenyum mendengar humornya. Manajer wilayah, yang telah sibuk menulis daftar selama setengah jam, meletakkan penanya dan mengangkat bagian atas tubuhnya. Dia adalah pengurus kekayaan keluarga Troby, dan dia menyusun daftar properti pribadiku.

"Apakah sudah selesai?"

Manajer wilayah itu mengusap lehernya dan tertawa kecil.

“Sudah selesai. Jangan khawatir, Nyonya. Saya akan mengurus semuanya, tanpa meninggalkan satu barang pun."

"Terima kasih."

Marquis Farang mengalihkan pandangannya ke arahku.

“Apakah Anda akan membawa semua milik Anda dari istana permaisuri?”

Dia juga sepertinya bertanya apakah itu termasuk uang dan perhiasan, dan aku menganggukkan kepalaku.

"Saya pikir begitu."

Ini mungkin terlihat picik, namun ... aku tahu persis siapa yang akan tinggal di istana itu setelah aku, dan aku tidak ingin meninggalkan barang-barangku. Lagi pula, setelah menjadi permaisuri, kamu dapat mendekorasi tempatmu sesukamu, dan membuang barang-barang lama.

Aku tidak suka membayangkan Rashta membuang barang-barang lamaku, jadi aku memutuskan untuk membawanya sendiri. Manajer wilayah biasanya cenderung berdecak lidah dan mengatakan bahwa bangsawan menghabiskan terlalu banyak uang, tetapi orang ini tampaknya senang dengan keputusanku.

Saat dia bersenandung dan memeriksa daftar itu lagi, aku melihat ke arah pintu lengkung. Di sana, Heinley berdiri bersama orang tuaku, berusaha keras mendapatkan kepercayaan mereka. Tidak mudah untuk terus cemberut di hadapan Heinley.

'…Imut.'

Tadi malam, Heinley menyarankan kepada orang tuaku untuk pindah ke Kerajaan Barat, tetapi mereka menolak. Mereka tidak bisa menghentikanku atau kakak laki-lakiku untuk pergi ke sana, tapi mereka adalah bangsawan berpangkat tinggi di sini di Kekaisaran Timur…

Mungkin Heinley masih berusaha meyakinkan mereka. Tiba-tiba, Heinley menoleh ke arahku sambil tersenyum, dan dia serta orang tuaku berjalan ke arahku. Manajer wilayah berkata, "Rasanya canggung berada sedekat ini dengan raja," lantas berdiri dan naik tangga.

Ibuku mendatangiku dan langsung berbicara.

“Navier. Apa yang akan kamu lakukan sekarang? Berapa lama kamu akan tinggal di sini?"

Ah, mungkin itulah yang mereka bertiga bicarakan. Aku menjawab dengan cepat.

“Aku bisa pergi kapan saja, bahkan sekarang. Aku sudah mengaturnya."

Itu memang tidak resmi, tapi tidak baik bagi Raja Heinley untuk tinggal di sini terlalu lama.

Namun, tanpa diduga, Heinley menyarankan sebaliknya.

“Saya sudah menyiapkan kereta kuda… mengapa tidak tinggal selama lima belas hari lagi dan kemudian pergi?”

Aku memandanginya dengan prihatin, dan dia berbicara dengan mata berbinar.

“Saya akan punya waktu untuk memenangkan hati orang tua Ratu.”

Orang tuaku, yang lebih terbiasa dengan Sovieshu, merasa canggung dengan perkataan Heinley, lantas mereka saling pandang. Marquis Farang adalah satu-satunya orang yang tampaknya menganggap situasi itu lucu, tetapi ayahku menatapnya dengan tajam, dan Marquis tiba-tiba mengangkat tangannya.

"Oh, saya baru ingat sesuatu."

Dia berlari menuju pintu depan dan membukanya, tapi tiba-tiba dia membeku. Aku memandangnya dengan penuh pertanyaan dan mendekat. Aku melihat ekspresinya membatu saat dia menatap melalui pintu yang terbuka. Ketika aku mengalihkan pandangan untuk melihat apa yang dia lihat, aku melihat pemandangan aneh di depanku.

Sederet penjaga mengepung gerbang depan seperti sebuah tembok.


*** 

<<<

Chapter Sebelumnya                   

>>>             

Chapter Selanjutnya 

===

Daftar Chapters