Sunday, March 21, 2021

Remarried Empress (#166) / The Second Marriage (Ep. 80 - 81)

 


Chapter 166: Keterkejutan Sovieshu (1)

 

Apa yang akan dia katakan? Apakah dia akan mendampratku, atau mendoakan kebahagiaanku? Dia pasti tidak akan mengatakan dia bahagia karena aku menikah lagi. Percikan amarah sepertinya memancar dari matanya, jadi yang akan dia katakan pasti bukan hal baik.

"Permaisuri. Tidak, Navier. Apa-apaan kau ini?"

Anehnya, suaranya relatif tenang. Meskipun api di matanya tidak dapat disangkal, nadanya begitu stabil sehingga dia tidak terlihat marah sama sekali.

"Lamaran pernikahan ini, jelaskan."

Aku bersikap santai di depannya, lalu menjawab dengan anggukan.

“Aku tahu jawaban yang kamu inginkan.”

Dia ingin tahu mengapa aku menikah tepat setelah perceraian kami, dan mengapa dengan Heinley. Namun…

“Aku tahu, tapi aku tidak akan menjawab.”

Aku menjaga nada bicaraku senormal mungkin.

"Itu bukan urusan mantan suamiku."

Sovieshu hampir terhuyung mundur mendengar jawabanku.

"Mantan suami?"

Dia menatapku dengan tatapan tak percaya.

"Mantan suami?"

Dia membuka mulutnya, dan gelak tawa tajam keluar dari bibirnya.

“Ya, mantan suami. Aku mantan suamimu ... "

Ketenangan Sovieshu pecah. Pembuluh darah bertonjolan dan berdenyut di dahinya dan dia tersenyum menantang. Dia mengambil satu langkah lebih dekat ke arahku, suaranya sangat rendah saat dia berbicara.

“Aku masih menjadi kaisarmu. Dan aku tidak akan mengizinkan mantan istriku menikah.”

Jadi begini sikapnya. Aku curiga ini akan terjadi, jadi memang langkah yang tepat untuk meminta Imam Besar menyetujui pernikahanku kembali di depannya…

Imam Besar menimbrung ke dalam percakapan dan mendecakkan lidahnya dengan tidak setuju.

“Kaisar Sovieshu. Ini berada di bawah otoritas saya."

Seseorang di dekatnya tertawa. Tawanya agak keras, lantas wajah Sovieshu mengeras dan telinganya menjadi lebih merah. Bukankah situasi ini sekarang terlihat seperti sebuah drama konyol?

Sovieshu bolak-balik menatap aku dan Heinley dengan tajam, lalu dia berbalik dan menghambur keluar aula melalui pintu samping. Aku ingin mengucapkan terima kasih kepada Imam Besar, tetapi dia juga berbalik untuk mengikuti Sovieshu keluar.

Dengan kepergian Kaisar dan Imam Besar, ruangan itu tiba-tiba menjadi hiruk-pikuk, seperti sejumlah instrumen yang dimainkan sekaligus. Orang tuaku, para dayang dan Marquis Farang berlari ke arahku dan membombardirku dengan pertanyaan.

“Navier, apa yang terjadi?”

“Navier, tiba-tiba menikah lagi—”

“Apa yang terjadi, Navier—”

Mereka melihat Heinley, tetapi dia bukan hanya seorang pangeran asing, tetapi seorang raja sekarang, jadi mereka menargetkan aku sebagai gantinya.

"Maaf, aku tidak memberi tahu kalian semua sebelumnya."

Aku meminta maaf kepada mereka karena merasa malu. Rencana tersebut harus dirahasiakan untuk menghilangkan kemungkinan terjadinya kesalahan. Orang-orang yang menyayangi aku pasti kesal… tapi untungnya, para dayang tidak menyalahkanku. Sebaliknya, mereka memelukku dan menangis dengan gembira.

“Tidak, ini luar biasa. ”

“Anda tidak tahu betapa menyenangkannya ini.”

"Gigi saya hampir patah saat menggemeretakkannya ketika perceraian disetujui!"

Laura mengepalkan tinjunya dan bersumpah.

“Saya baru saja memutuskan! Saya akan pergi ke luar negeri dan mengikuti Navier!”

"Laura, itu—"

“Lagi pula, Anda akan membutuhkan dayang setelah Anda menjadi ratu di sana!”

Laura, tidak seperti wanita lain, awalnya menjadi dayang untuk mempelajari etiket kerajaan. Namun, aku ragu untuk membawa Laura ke luar negeri. Kemudian, Countess Jubel angkat bicara.

"Lalu Laura dan saya akan mengikuti Anda, Navier."

“Countess Jubel?”

Laura tidak mengharapkan Countess Jubel menjadi sukarelawan, lantas mendongak dengan heran. Countess Jubel terus berbicara.

“Countess Eliza mungkin merasa sulit untuk mengikuti Anda ke luar negeri, karena dia berhubungan baik dengan suaminya. Namun, saya dan suami sudah lama terpisah. Perlu waktu satu tahun baginya untuk menyadari bahwa saya tidak pulang ke rumah."

“…”

Aku menatap Countess Jubel, dan dia tertawa licik.

“Dia bahkan tidak tahu apakah saya di rumah tadi malam.”

Sikap humorisnya membuatku tersenyum.

"Saya akan senang jika Anda bisa menemani saya, Countess Jubel ..."

Aku masih agak ragu-ragu. Heinley, yang diam-diam memperhatikan dari samping, menimbrung dan mengangguk sebagai salam untuk Laura dan Countess Jubel.

“Atas nama istri saya, terima kasih. Dia akan diperlakukan lebih baik di sana, jadi silakan ikut dengannya.”

Laura membuat suara tercekik mendengar kata "istri", dan orang tuaku berkedip dengan bingung. Mereka sepertinya masih kesulitan menerima situasi baru ini.

“Ah, Ibu Mertua, Ayah Mertua.”

Ketika Heinley berbicara kepada orang tuaku, mereka tampak lebih terkejut, dan mereka saling melirik dengan tidak pasti. Merasakan keraguan mereka, Heinley mencondongkan kepalanya ke arah mereka dan berkata dengan suara pelan, "Putra Anda ada di Kerajaan Barat." Mata orang tuaku membelalak karena terkejut, dan ayahku menangis. Ibuku tidak menangis, tapi dia terlihat sangat lega. Dia akan cukup bahagia karena aku tidak akan dibuang sebagai mantan permaisuri, tetapi dia bahkan lebih bersyukur bahwa putranya yang diasingkan baik-baik saja.

Saat aku melihat pemandangan itu, aku berdiri sedikit lebih tegak. Hatiku tidak lagi merasa kosong, marah, atau berduka. Meskipun aku merasa malu karena perceraian dan penurunan kedudukanku, semua orang di sekitarku tersenyum dan bersukacita atas persetujuan pernikahanku lagi. Kebahagiaan menggembung di dalam dadaku, menghilangkan kesedihan dan amarah yang telah begitu lama menghantuiku.

Aku sangat berterima kasih kepada Heinley.

Tanpa dia… Aku akan berdiri di sini mendengarkan para dayang berusaha menghiburku. Orang tuaku akan menyalahkan diri sendiri karena mengirimku menjadi putri mahkota, dan semua orang akan menatapku dengan rasa kasihan.

Namun, bahkan jika aku berada dalam suasana yang bisa membuatku menangis senang, aku tidak ingin menangis di depan orang-orang. Aku menarik napas dalam-dalam, dan tersenyum pada Heinley untuk mencegah diriku menangis.

 

***

 

Rashta mengikuti Sovieshu, memikirkan betapa kejamnya Permaisuri.

'Ah. Tapi aku permaisuri sekarang. "

Rashta tahu bahwa Navier hanya berada di samping Sovieshu demi menjadi permaisuri, dan bahwa wanita itu tidak mencintai suaminya. Itu cukup untuk menganggap Navier sebagai orang yang sombong dan haus kekuasaan. Tetapi baginya untuk menikah dengan raja lain segera setelah dia bercerai? Dia benar-benar rakus akan kekuasaan! Dalam prosesnya, Navier tidak pernah berpikir sama sekali tentang ejekan yang akan dihadapi Sovieshu.

'Tidak. Dia orang yang kuat."

Rashta mendecakkan lidahnya dengan simpatik dan mengikuti di belakang Sovieshu yang langsung pergi ke kamarnya. Ketika dia memasuki kamarnya, dia melihat Sovieshu bersandar di meja dengan satu tangan dan terengah-engah. Matanya tampak tidak bernyawa, seolah-olah dia masih sangat terkejut dengan apa yang terjadi sebelumnya.

“Yang Mulia ...”

Pemandangan itu membuat Rashta meneteskan air mata.

"Kasihan."

Dia menekankan tangan ke mulutnya dan mendekati Sovieshu. Dia masih terengah-engah, dan alisnya berkerut ketika dia menatap Rashta. Senyuman kaku tersungging di bibirnya.

“Maafkan aku, Rashta. Aku ingin sendiri untuk saat ini.”

“Yang Mulia ...”

Dia menahan isak tangisnya, lalu menelungkupkan kedua tangannya di atas tangan Sovieshu. Suaranya gemetar saat dia berbicara.

“Yang Mulia. Teman pena Pangeran Heinley ... sebenarnya adalah permaisuri yang digulingkan."

Sovieshu mengalihkan pandangannya ke arah Rashta. Dia sudah tahu itu. Dia juga tahu bahwa Rashta berpura-pura menjadi teman pena Heinley. Namun, mau tidak mau dia bertanya-tanya mengapa Rashta mengungkit hal ini.

Rashta mengarahkan matanya yang besar ke bawah, tampak seperti malaikat yang sedih.

“Sejak saat itu, permaisuri yang digulingkan berselingkuh dengan Pangeran Heinley.”

“!”

"Rashta ingin melindungi permaisuri ... jadi Rashta berpura-pura menjadi teman penanya."

Sovieshu menatap tajam padanya. Rashta menatapnya dengan mata jernih, menyeka air mata yang menetes dengan punggung tangannya.

“Tapi jika saya tahu dia akan kembali menusuk Anda seperti itu… saya akan memberitahu Anda sebelumnya. Rashta membuat keputusan yang salah, Yang Mulia."

Saat Sovieshu menatap sosok Rashta yang menangis, ekspresinya menjadi aneh.


*** 

<<<

Chapter Sebelumnya                   

>>>             

Chapter Selanjutnya 

===

Daftar Chapters 


No comments:

Post a Comment