Tuesday, April 5, 2022

[Spoiler] Trash of the Count’s Family (Side Story #4)

 




Side Story 4: Apa Turun Salju? Benar! Bunga-Bunga Juga Bermekaran!

Penerjemah: Shira Ulwiya

 

Hal pertama yang Raon pelajari tentang manusia ialah bahwa manusia itu jahat. Dia berpikir manusia pada dasarnya jahat, tetapi karena belas kasih dan kebaikan hati manusia jugalah Raon dapat melarikan diri dari gua kecil dan gelap itu. Sejak saat itu, sedikit demi sedikit Raon menyadari bahwa manusia itu tidak mudah didefinisikan.

***

Inilah yang tertulis dalam buku anak-anak berjudul “Salju Pertama itu Lembut!” yang Rosalyn berikan kepada Raon ketika dia pertama kali belajar membaca:

-Beruang-beruang itu tampak bahagia berguling menuruni bukit yang tertutup salju putih.

-“Salju tipis yang jatuh dari langit terasa dingin ketika menyentuh kulit, tetapi menontonnya entah bagaimana membuat merasa tenang dan nyaman!” kata Hodungi, teman beruang itu.

Dunia yang dilihat Raon sampai dia berusia 4 tahun hitam pekat. Tentu saja, ada juga warna lain yang dia pernah lihat dari makanan, tetapi ketika dia sendirian, semuanya hitam dan gelap. Tapi di buku anak-anak itu, si beruang tersenyum cerah saat melihat dunia tertutup salju putih. Dunia serba putih. Raon bertanya apakah dia bisa memiliki buku itu, Rosalyn mengiyakan. Raon menyukai buku ini.

Dia telah membaca buku-buku lain seperti 'Sejarah Naga yang Agung', 'Pahlawan dan Rekan-Rekan Sang Naga', 'Sejarah Peperangan', 'Kedamaian dan Konflik', 'Seni Bertarung', dan 'Sang Prajurit dan dan Namanya yang Agung' yang menurutnya menarik, tetapi buku dengan dunia serba putih membuatnya terpikat. Waktu berlalu dan sekarang awal Desember. Raon dan semuanya tinggal di sebuah rumah di Desa Harris.

Raon menggebrak meja dengan kaki depannya sambil menceritakan apa yang tertulis di buku itu tentang salju. Tapi Hong melirik gambar itu dan perlahan menurunkan ekornya. Dia menatap Raon yang bersemangat dan bergumam bahwa salju itu dingin. Hong melirik On yang juga melihat gambar itu. Dia teringat pengalamannya dengan salju di masa lalu.

Salju yang dia lihat saat tinggal di desa suku Kucing Kabut bagaikan hujan yang turun dari langit kelabu. Tidak seperti salju yang menumpuk di gambar, salju yang dilihatnya membuat tanah menjadi berlumpur dan kotor. Tapi dia memang pernah melihat salju seperti yang ada di gambar. Pada saat mereka melarikan diri dari desa dan menuju ke wilayah Henituse saat musim dingin. Dunia benar-benar menjadi putih. Namun, saat itu ia tidak mengindahkannya karena dinginnya angin yang berhembus bersama salju.

Saat itu terlalu dingin. Jika bukan karena kakaknya, dia akan mati membeku di salju. Dia tanpa sadar bergumam, "Musim dingin itu dingin ... Sulit menemukan makanan ... Tidak ada bagus-bagusnya." Tiba-tiba terdengar suara benda jatuh. Raon dan anak-anak kucing menoleh ke sumber suara. On bertanya apakah Beacrox baik-baik saja karena yang lain menyuruhnya agar berhati-hati dengan pisaunya. On dalam wujud kucingnya menuju ke Beacrox yang mengerutkan kening mendengar pertanyaannya.

Beacrox tertegun lantas tanpa basa-basi menjawab agar mereka jangan khawatir. Anak-anak merasa lega dan On kembali ke meja tempat yang lain berada. Mereka memutuskan untuk melanjutkan obrolan mereka di 'kamar mereka' di lantai atas. Raon terbang sambil memeluk buku anak-anak itu, dan anak-anak kucing mengikutinya. Beacrox tahu yang dimaksud 'kamar mereka' bukanlah kamar mereka sendiri melainkan kamar Cale, meski begitu dia tidak repot-repot mengoreksinya.

Beacrox menghela napas dan mengambil pisau yang terjatuh di lantai. Bilahnya memantulkan kerutan di wajahnya, kata-kata Hong tentang dinginnya musim dingin terus terngiang di telinganya. Beacrox dengan asal meletakkan pisaunya di atas talenan, melepas sarung tangannya sembari mengutuk. Dia menggaruk telinganya lalu dia mendengar suara acuh tak acuh yang bertanya apakah dia baik-baik saja.

Ada dua orang lagi di ruangan itu – Cale dan Ron. Beacrox mengatakan dia baik-baik saja, dan Cale mengangguk. Cale sedang duduk di kursi di seberang meja tempat anak-anak berada beberapa waktu yang lalu. Ron tersenyum lembut dan bertanya kepada Cale apakah dia ingin minum lebih banyak limun madu. Cale mencoba menolak, tetapi menyerah atas desakan Ron. Dia lalu memandangi tempat anak-anak berada tadi dengan ekspresi gelisah lantas menengok langit biru nan jernih di luar.

Sementara Cale tenggelam dalam pikirannya, dia tampak resah. Ron menatapnya dengan senyum ramah sementara Beacrox mengeluarkan tepung dan mulai menguleninya untuk membuat kue. Mata Ron berubah dingin ketika dia melihat putranya dan Cale lantas mendongak ke langit. Cale berseru ringan ketika dia melihat kerangka tulang milik Mary yang terbang di langit.

Dia lanjut memakan kuenya lantas berbicara kepada Ron. Dia bertanya apakah wilayah Henitse menyimpan catatan cuaca tahunan. Ron menjawab iya, dan Cale hendak menyuruhnya meminta catatan cuaca kepada Hans selama sepuluh tahun terakhir, tetapi tersentak ketika dia melihat senyum ramah ‘pura-pura’ Ron. Cale mengalihkan pandangannya dan mengerutkan kening lalu dia mendengar seseorang memanggilnya.

Lock dan anak-anak suku serigala memasuki ruangan. Cale mengerutkan kening melihat anak-anak suku serigala mengenakan baju lengan pendek padahal sekarang awal musim dingin. Lalu dia tersentak ketika dia melihat Choi Han masuk. Cale berpikir bahwa orang yang paling tahu tentang cuaca ada di depannya. Dia berdiri dan pergi ke luar untuk pertama kalinya dalam lima hari terakhir.

Ron menyelimuti Cale. Cale merinding melihat kebaikan lelaki tua yang menakutkan itu, jadi dia beranjak pergi tanpa melirik Ron. Hans berseru kaget karena Cale akhirnya pergi keluar, dan CH bertanya kepada Cale apakah ada sesuatu yang mengganggunya. Cale menghela napas dengan wajah serius yang belum pernah dilihat CH dan Ron baru-baru ini. Ron ingat terakhir kali dia melihat Cale menghela napas dan mengerutkan kening. Saat dia kehilangan lengannya gara-gara Arm dan pulang dalam keadaan terkena racun putri duyung.

Tatapan CH kosong sementara Beacrox memperhatikan Cale yang beranjak keluar. CH berpikir ada sesuatu yang aneh ketika dia memeriksa status Ron dan Cale. Keduanya tampak baik-baik saja, tetapi Beacrox bertingkah aneh. Cale memanggil CH dan CH menjawab dengan mulut kering. Lock dan anak-anak suku serigala menatap gugup. Cale berbicara sementara Mary terlihat menuju ke arah mereka dengan monster kerangka terbang. Dia bertanya kapan biasanya salju pertama turun di Hutan Kegelapan.

CH sejenak bingung sementara Cale menutupi wajahnya dengan kedua tangan. Cale tampak resah dan tidak bisa berkata-kata, jadi CH melirik Ron sebelum menjawab biasanya awal Desember. Dialah orang yang telah hidup paling lama di hutan ini. CH berkata salju pertama mungkin akan turun hari ini, sebulan lagi, atau mungkin tadi malam sudah turun salju.

Tetapi pada saat itu, mereka semua mendengar suara sesuatu yang jatuh. Mereka berbalik dan melihat Raon dengan bukunya yang terjatuh. On mengambil buku itu dan dengan ekspresi yang sangat sedih Raon bertanya kepada CH yang 'pintar' apakah salju pertama sudah turun saat mereka tidur. CH menjawab dalam beberapa tahun terakhir salju pertama turun pada malam hari setelah matahari terbenam. Raon terdiam beberapa saat lantas berseru, “Itu benar! Tentu saja, aku bisa melakukannya!” lantas memasuki rumah dengan ekspresi serius.

Cale memegang kepalanya dan bergumam kepalanya sakit, sementara itu CH kebingungan melihat sikap Cale. Cale beranjak masuk dan CH mencoba bertanya apa yang terjadi kepada Ron, tetapi Ron hanya tersenyum lembut sebelum mengikuti Cale masuk. CH semakin kebingungan. Dan pada saat itu, tidak ada yang menyadari seberapa seriusnya Raon. Raon menggembungkan pipinya yang tembem dan mengingat cerita di buku itu.

-Beruang itu mendekati ibu dan ayahnya, berkata, “Ibu, Ayah! Salju pertama telah turun! Ayo kita buat manusia salju untuk keluarga kita bersama-sama!"

-"Oke, ayo kita lakukan."

-"Oke! Bagaimana kalau kita mulai dengan membuat beruang salju yang menyerupai beruang kecil kita?”

-Keluarga beruang itu membuat tiga beruang salju, dan keluarga beruang salju bersama dengan dunia putih itu bertahan tanpa mencair sedikit pun sepanjang musim dingin.

Raon menyalakan perangkat komunikasi video dan memanggil Rosalyn yang baik dan pintar. Dia saat ini berada di Kerajaan Breck untuk tujuan negosiasi. Rosalyn tampak sedikit lelah, tetapi tersenyum cerah pada Raon karena ini adalah pertama kalinya Raon menghubunginya seperti ini. Dia tidak bisa menahan senyum melihat mata bulat dan biru tua yang menatapnya.

Rosalyn bertanya apa yang dia ingin ketahui. Raon menjawab kalau dia hanya tahu cara menghancurkan. Dia tahu bagaimana melakukan hal-hal dengan kekuatan penghancurnya yang tinggi, tetapi merasa sulit untuk melakukan sebaliknya. Rosalyn bingung dan Raon bertanya padanya bagaimana membuat salju lembut. Rosalyn yang kelelahan bergidik saat melihat sorot mata si naga muda yang menyala-nyala.

Kemudian, Cale menyadari kalau Raon tidak ada dan menghela napas, berkata itu lebih serius daripada yang dia pikirkan. Dia melihat buku anak-anak yang dipegang Raon yang On berikan kepadanya. Ketika dia bertemu mata dengan On, On menghindari tatapannya dan bergumam, "Aku harap Hong menyukai salju." Cale tersenyum dan mereka mendengar suara Hong di luar. On melirik Cale sebelum keluar kamar, bergumam menuruntnya itu akan menyenangkan.

Cale yang sekarang sendirian bertanya-tanya dengan ekspresi risau apa kira-kira yang menyenangkan, tetapi tidak ada yang menjawabnya. Jadi dia duduk kembali di sofa dan berpikir dia akan memikirkannya lagi setelah akhirnya turun salju. Sementara itu, Raon sedang berbicara dengan Mary. Dia meminta maaf padanya karena dia harus pergi sendiri hari ini. Keduanya sering berkeliling hutan bersama, tetapi Raon menjelaskan kalau ada pekerjaan penting yang harus dia lakukan mulai sekarang.

Mary berkata tidak apa-apa, lantas bertanya apa yang terjadi. Anak-anak kucing juga penasaran karena Raon senang berjalan-jalan di hutan bersama Mary dan memungut benda-benda aneh. Ini pertama kalinya Raon menolaknya. Raon tertawa dan menjawab kalau dia hebat. Dia meninggalkan mereka, setelah berujar "Nantikan saja." Setelah itu, dia menuju ke ruang bawah tanah sendirian.

Ketiganya penasaran, tetapi tidak bertanya lebih jauh karena Raon sepertinya ingin merahasiakannya. Meskipun mereka tahu bahwa dia sedang menuju ke lab. Ruang bawah tanah di rumah itu berfungsi sebagai laboratorium Rosalyn. Hong menarik ujung jubah Mary dan berkata dia akan pergi bersamanya. Mary melirik On yang mengangguk setuju, jadi Hong menuju ke Hutan Kegelapan bersama Mary.

***

Raon sadar bahwa dia sangat pintar. Dia secara naluriah menyadari apa itu sihir dan apa yang bisa dia lakukan dengannya ketika dia pertama kali dibebaskan dari belenggu yang mengikatnya, dan juga dengan cepat mempelajari hal-hal yang diajarkan Rosalyn kepadanya. Raon ingat apa yang Rosalyn katakan padanya tentang salju. Dia telah menjelaskan apa yang ingin dia lakukan, dan Rosalyn tersenyum aneh mendengarnya.

Raon ingin membuat salju yang dingin tapi hangat. Dia memohon kepada Rosalyn untuk mengajarinya karena dia adalah naga yang hebat, jadi dia akan mempelajari semuanya dengan cepat. Senyum Rosalyn mengingatkan Raon pada senyum yang CH dan Ron tunjukkan padanya juga. On juga tersenyum seperti itu sambil mengelus kepalanya. Sedangkan Cale, dia tidak tersenyum dan hanya sesekali berkata dengan acuh tak acuh, "Seperti yang diharapkan dari naga berusia 4 tahun yang hebat."

Rosalyn telah lama merenungkannya sebelum menjawab Raon bahwa apa pun yang dibuat Raon akan menjadi salju pertama yang dia inginkan. Raon tersenyum lebar sembari menulis sesuatu dalam huruf besar di atas kertas, yang dia tempelkan di pintu depan lab lantas mengunci ruangan. Apa yang dia tulis adalah – 'Raon Miru yang hebat sedang menggunakan ruangan ini! Dilarang masuk!’

Dia memulai eksperimennya, berhati-hati agar tidak menghancurkan lab Rosalyn. Dia menutup matanya dan sekelilingnya gelap. Dia membayangkan salju turun di kegelapan. Salju putih kecil berputar-putar di sekelilingnya, dan dia membuka matanya. Dengan senyum yang menyerupai senyum Cale, dia sedikit demi sedikit menyempurnakan mana dari sihir yang dia gunakan.

Keringat bercucuran di dahinya, dia berseru membuat salju yang lembut itu lebih sulit. Bukan badai salju yang mengamuk tetapi salju yang lembek. Dia terus membayangkan bagaimana rupa salju saat turun di hutan, desa, dan wilayah Henituse. Baginya memanipulasi mana itu sulit, meskipun dia seekor naga. Jauh lebih mudah menghancurkan musuh atau pulau. Tapi dia ingin melakukannya dengan sempurna, seperti gambar di buku anak-anak.

Raon tanpa sadar tersenyum menikmati eksperimennya. Dia berpikir ini tidak seberapa dibandingkan dengan ketidakberdayaannya ketika dia terjebak di dalam gua. Saat itu, dia memiliki sedikit kesempatan untuk belajar, merasakan, atau berpikir. Dia punya banyak kesempatan untuk memikirkan cara melarikan diri dari para penculiknya, tetapi dia tidak melakukannya karena dia tidak menyadari hal-hal yang baik maupun menyenangkan di dunia ini. Tapi sekarang, dia kerepotan karena ada terlalu banyak hal yang dia bayangkan dan harapkan.

Raon terkejut ketika mana-nya habis. Dia meletakkan kaki depan di perutnya yang gemuk, berseru, “Memang, perutku juga sama hebatnya! Ia sangat tepat waktu!" Dia melirik jam dan menyadari waktunya makan camilan. Jadi dia meninggalkan lab dan menuju ke dapur untuk mencari camilan. Namun, perilaku Beacrox membuatnya bingung.

Biasanya, Beacrox tidak memberi Raon begitu banyak makanan ringan sekaligus, tetapi saat ini, Beacrox meletakkan sekeranjang kue di atas meja di depannya. Raon berseru itu aneh. Ada juga keranjang kue untuk anak-anak kucing, tetapi keduanya tidak ada. Beacrox menghela napas dan menjelaskan kepada Raon bahwa Hong bersama Mary dan On bersama Ron. Raon mengucapkan terima kasih untuk informasinya, sementara itu perutnya keroncongan karena lapar.

Dengan wajah datar, Beacrox meletakkan teh madu hangat dan manis di samping keranjang kue Raon. Raon bertanya apa yang sedang dilakukan manusianya sekarang, dan Beacrox menjawab dia tidak tahu. Setelah mendengar anak-anak kucing itu bersama yang lain, Raon terpikir untuk pergi ke Cale untuk makan bersama, tapi ia lalu menggelengkan kepala dan mulai makan kue dan teh sendirian. Dia tanpa sadar mengepakkan sayapnya saat dia makan, dan Beacrox hanya menatapnya saja.

Sementara itu, Hong melihat ke langit yang berubah warna lalu bertanya ke Mary apa dia pernah melihat salju. Nada Hong terdengar ceria, tetapi telinga kucingnya terkulai. Mary menjawab dia belum pernah melihat salju. Dia tidak memiliki kenangan masa kecil, dan di gurun tempat dia tinggal, hujan turun tetapi tidak pernah turun salju. Mary menjawab dia pernah membacanya di buku tentang dunia luar setelah dia menjadi necromancer.

Dia juga pernah membaca buku anak-anak yang diam-diam ditunjukkan Raon padanya. Hong kemudian menghela napas dan berhenti berjalan. Mary juga berhenti dan berjongkok di sampingnya. Hong melirik Mary yang dia anggap sebagai orang dewasa yang paling nyaman diajak bergaul. Mary jelas lebih tua darinya, tapi anehnya dia seperti seorang teman di saat-saat tertentu. Seorang teman yang tidak banyak bicara tetapi mendengarkan apa yang ingin dia katakan.

Hong bergumam lirih bahwa salju tidak sebagus itu. Mary bertanya kenapa begitu, dan Hong menjawab “….Emang begitu” Mary bertanya apa dia bisa tahu alasan pastinya. Hong berjalan mendekati Mary dan bersandar padanya. Dia bercerita ketika dia melarikan diri bersama kakaknya, mereka sangat menderita saat musim dingin. Lebih sulit lagi saat salju turun karena sulit mencari makanan dan terlalu dingin untuk tidur.

Dia ingat saat mereka mencari tempat untuk tidur di tengah badai salju, dan lama bersembunyi di sana tanpa ketahuan. Pada saat itu, hanya ada dia dan kakaknya di dunia putih itu. Hong dengan jujur ​​mengatakan bahwa dia membenci salju, meskipun dia merasa canggung mengatakannya di depan orang-orang, terutama Raon dan On.

Mary berkata tidak apa-apa jika Hong tidak menyukainya. Hong mengangkat kepala dan melihat senyum hangat di bibir Mary. Mary berkata ada banyak hal yang tidak disukainya. Dia mengaku dia tidak menyukai dan membenci malam hari. Hong terkejut karena seingatnya Mary sering pergi keluar untuk melihat-lihat Hutan Kegelapan di malam hari bersama Raon dan kakaknya. Pada hari-hari ketika bintang-bintang bersinar terang, mereka menghabiskan waktu yang lama melihat langit malam.

Mary membelai bulu Hong dan berkata dia dulu membenci malam. Dia tidak tahu kapan dia mulai membencinya. Tapi dia akhirnya menemukan sesuatu yang dia lebih benci daripada malam. Jadi dia berujar sekarang dia sangat menyukainya. Mary terus membelai rambut Hong seraya berbicara. Mary tertawa dan berkata dengan suara hangat bahwa masalahnya bukan pada malam itu sendiri. Hong memiringkan kepalanya dengan bingung.

Mary berkata bahwa mungkin, yang Hong permasalahkan bukanlah salju. Dia berkata tidak apa-apa jika Hong tetap membenci salju. Hong mendongak ketika Mary mengulangi bahwa itu tidak apa-apa. Dan ketika Hong bertanya apakah itu benar-benar tidak apa-apa, Mary bertanya padanya apa yang akan dikatakan Cale jika dia mendengar Hong mengatakan Hong membenci salju. Hong membayangkan dan mengucapkan apa yang akan Cale katakan.

Cale akan berkata “Eh? Lakukan saja kalau itu maumu.” Dia kemudian merasakan tangan Mary di bahunya. Mary menyampaikan perasaannya kepada Hong yang sudah dia anggap sebagai adik dan keponakan. Mary mengatakan satu-satunya hal yang dia harapkan dari Hong adalah agar dia tetap membuka pikiran dan hatinya terlepas dari apakah dia menyukainya atau tidak. Hong bingung tetapi akhirnya mengangguk melihat senyum hangat Mary. Dia berkata dia tidak mengerti, tetapi akan tetap mengingatnya. Mary mengatakan tidak perlu terikat dengan kata-katanya, tetapi Hong mengatakan dia akan tetap mengingatnya.

Hong mengangkat kedua kaki depannya dan Mary menggendongnya lalu berdiri. Dia menatap langit kelabu tetapi dia tidak lagi merasa cemas, justru sekarang dia bertanya-tanya apa yang sedang dilakukan kakaknya dan Raon. Sementara itu, Ron sedang menyeka belatinya. Dia meminta On agar berbicara jika dia ingin mengatakan sesuatu, daripada terus minum teh.

On berada di sofa, minum teh. Itu adalah teh lemon madu yang dibuat Ron. Sejak saat itu, On jadi suka minum limun dan teh lemon dengan madu. Ron tahu alasannya. On menjawab dia datang ke sini hanya untuk minum the saja, dan terus meminum tehnya seolah-olah itu adalah hal yang paling penting saat ini.

Ron mendecakkan lidahnya dan menarik laci meja di samping kursi mereka. Dia mengeluarkan sebuah kotak kecil dan meletakkannya di atas meja. On membukanya dan melihat buah beri merah kering di dalamnya. Itu adalah buah favorit On. Buah selalu tersedia di rumah ini , dari yang baru dipetik hingga yang dikeringkan, atau terkadang dalam bentuk minuman atau selai. On melemparkan buah itu ke mulutnya dan berkata dia khawatir kalau dia mungkin terlalu mengharapkan dan menyukai sesuatu.

Ron menjawab tidak baik bagi seorang anak kecil merasa terlalu khawatir dan peduli. On tersentak dan memandangi Ron yang sedang menyeka belati kelimanya. Dia terdiam beberapa saat sebelum bertanya apakah dia terlalu kekanak-kanakan. Ron mengalihkan pandangannya dari belati dan menatap On. Kucing itu mirip dengan anak yang dia kenal di masa lalu – Cale Henituse.

Itu sebelum Cale menjadi biang onar, meskipun On lebih dewasa dan tahu dunia lebih baik daripada Cale yang masih anak-anak. Ron menoleh ke belatinya dan On melanjutkan memakan buahnya. Tak lama kemudian dia mendengar Ron berkata bahwa dia lebih baik daripada si biang onar itu. On tahu siapa yang dia maksud. Dia menyadari Ron sangat menyayangi Cale seperti halnya Beacrox. Dia jelas tidak mengatakannya dengan lantang, tetapi On tahu. Tetapi Ron ini mengatakan dia lebih baik daripada Cale.

Namun, Ron menambahkan Cale juga tidak seburuk itu. On sontak menahan tawanya dan Ron termangu sejenak lalu melanjutkan menyeka belatinya. On tahu bahwa Ron malu ketika dia berkata jujur. Kecuali ketika dia berada di depan Cale. Ron berpikir On tidak seperti seorang anak kecil sementara On terus minum dan makan. Dia seperti anak kecil saat mengayunkan kaki di kursi, tetapi juga tidak tampak begitu.

Dia tanpa sadar tersenyum saat memikirkan On. Orang-orang di rumah itu tahu setiap kali On dalam kesulitan, merasa kesepian, atau ingin bersandar pada seseorang, dia akan datang ke mereka. Jadi di kamar mereka, selalu ada satu atau dua makanan favorit On untuk dia makan. Bahkan Lock bertanya kepada Ron apa dia bisa mendapatkan sekotak buah-buahan kering karena dia tidak punya apa-apa lagi untuk diberikan kepada On kapan pun dia datang. Lock yang pemalu itu merasa sulit untuk mendekati Ron, tetapi tetap meminta kepadanya ketika menyangkut On.

Lock cukup berani jika menyangkut anak-anak suku serigala, anak-anak kucing, dan Raon, meskipun dia tidak menyadari fakta itu. Saat Ron memperhatikan On menatapnya, dia bertanya mengapa. Dia menjawab teh dan buahnya enak. Ron membuang muka dan berpikir dia harus memesan lebih banyak. Dia melihat ke dalam kotak yang setengah kosong dan berpikir dalam hati akan memasukkan buah kering ke dalam daftar hal-hal yang akan dia minta dari Hans. Ron melihat sosok santai On yang bersenandung sambil makan buah lantas mengalihkan pandangannya ke belati. Dia tidak menyadarinya, tetapi tangan yang menyeka belatinya menjadi sangat ringan.

***

Raon menggosok matanya dengan kaki depannya. Dia mengantuk dan kelopak matanya terasa ingin terpejam. Tapi dia segera menggelengkan kepalanya dan menyeka mulutnya yang meneteskan air liur. Dia melihat sekeliling dengan terkejut. Meskipun dia tahu bahwa tidak ada orang lain di lab, dia masih merasa malu jika seseorang memergokinya ngiler saat tidur. Raon berdeham dan menggelengkan kepalanya untuk membangunkan dirinya sendiri.

Dia teringat kata-kata tegas Cale bahwa dia harus tidur dan makan dengan baik, tetapi dia mengesampingkannya sementara waktu dan melanjutkan eksperimennya. Kepingan salju putih naik satu per satu di antara angin yang dia buat, dan Raon tersenyum, berseru itu cantik. Dibandingkan dengan upaya sebelumnya, salju itu lebih lembut dan lebih hening. Tapi kelopak matanya menolak mematuhinya. Tidak peduli naga sehebat apa dia, dia tidak bisa mengalahkan kelopak matanya yang perlahan terpejam.

Raon mencoba melawan rasa kantuknya dengan mengangkat kepalanya yang terus merosot. Salju perlahan memudar, meninggalkan Raon yang duduk. Dia terus melawan rasa kantuknya, tetapi akhirnya gagal. Saat berikutnya dia mencoba membuka matanya, dia melihat sesuatu yang aneh. Dia merasakan getaran di tubuhnya seolah-olah dia berada di atas kapal, tetapi segera menyadari dia sedang dibawa oleh seseorang dengan tangan gemetar.

Dia membuka matanya dan terkejut melihat manusianya. Mereka berada di tangga dan bukan di lab. Raon mengeluh dia menyuruh semua orang agar tidak mengganggunya, tetapi Cale tetap diam. Raon mencoba menjelaskan kalau dia tidak tidur, dan hanya memejamkan mata sejenak sebelum mendapati dirinya digendong oleh Cale yang masih tidak menjawabnya. Raon menyuruhnya berhenti, tetapi Cale hanya menghela napas.

Cale mengabaikan protes Raon dan membawa Raon ke lantai dasar, menyuruhnya melihat ke luar. Raon berbalik ke pintu dan terdiam. Suara anak kucing bisa terdengar di lantai dua. Cale dengan acuh menyuruhnya pergi ke luar, dan Raon melakukannya. Malam itu gelap, tetapi sesuatu yang putih jatuh dari langit. Itu adalah salju.

Hong juga menyaksikan salju itu saat dia tanpa sadar meringkuk di pelukan Ron yang membawanya ke lantai dua. Mary kemudian terlihat di luar dan melambai pada mereka. Hong melihat Raon menatapnya dengan mata berbinar cerah, penuh kegembiraan. Raon tersenyum lebar dan berteriak, “Ini salju! Salju pertama!" Naga itu menuju ke anak kucing Hong dan On yang berwujud manusia.

Hong melompat turun dari lengan Ron dan berlari keluar. Raon terbang keluar dan bersukacita saat melihat salju. Bintang-bintang tidak terlihat di langit, tetapi salju tampak seperti cahaya bintang baginya. Salju dengan cepat mencair ketika menyentuhnya, meski begitu, dia tetap menganggapnya indah. Raon berpaling ke arah rumah dan melihat sekeliling. Semua orang terjaga, dari CH, Hans, anak-anak suku serigala, dan bahkan Hilsman, mereka berdiri di dekat pintu depan dan tersenyum pada Raon.

Cale menyuruh Raon untuk mengeluarkan sihir cahaya agar semua orang bisa melihat lebih jelas. Raon membuat cahaya dan semua orang melihat pemandangan yang indah. Dia juga memberikan sihir yang memberi kehangatan kepada semua orang, berkata setiap orang harus tetap merasa hangat dan agar tidak masuk angin. Cale tersenyum dan berkata berkat Raon, semua orang bisa melihat salju pertama dengan hangat.

Raon tersenyum mendengar kata-katanya, dan Mary menatap Hong dengan bingung. Dia memegang jubah merah kecil di tangannya, yang telah dia persiapkan untuk Hong, meskipun itu tidak lagi dibutuhkan berkat sihir penghangat Raon. Mary kemudian berkata, "Jadi salju itu seperti ini." Hong tersentak dan mengangguk, berujar, “Itu benar! Salju juga seperti ini!”

Hong memandang berkeliling dan melihat semua orang. Ron membangunkannya, Mary menyiapkan jubah untuknya, dan Beacrox sedang menyiapkan kue dan teh panas di dalam rumah. On mengajak Raon dan Hong untuk beranjak keluar. Ketiganya berdiri bersama lantas menginjak salju yang menumpuk.

Raon berseru itu lembut. Itu tidak dingin sama sekali, meskipun itu berkat sihirnya. Raon bertanya pada Cale apakah dia tidak tidur sambil menunggu salju pertama. Sekarang sudah jam 11 malam, jadi aneh kalau manusia yang selalu tidur saat matahari terbenam itu sekarang justru sudah bangun. Cale menjawab dia bukan satu-satunya yang tidak tidur.

Ketiga anak itu melihat sekeliling dan menyadari semua orang juga menunggunya. Anak-anak suku serigala tampaknya baru bangun tidur, dan mereka tersenyum pada mereka bertiga. Hong dan Raon tidak sepenuhnya mengerti mengapa yang lain tidak tidur. Tapi Hong menggelengkan kepala dan kepingan salju menghantam wajahnya. Dia mengingat kata-kata Mary bahwa mungkin salju bukanlah masalahnya. Hong berjalan ke Mary dan berkata dia ingin melihatnya bersama.

Hong masih tidak percaya diri untuk berlarian di atas salju atau menyukainya. Tapi dia ingin berjalan di atas salju bersama Mary. Mary berjalan ke arah anak-anak, dan Raon tiba-tiba berteriak bahwa mereka harus membuat manusia salju. Raon tampak sangat gembira dan penuh harap. Dia berkata mereka harus membuat keluarga manusia salju.

Cale menghela napas dan berjalan ke Raon sambil gemetaran. Anak-anak suku serigala berlari di sekitar salju dengan riang gembira. Lock dan Hilsman juga menggerutu, tetapi bergabung dengan mereka. CH dan Hans tersenyum cerah lantas melangkah ke salju. On tersenyum melihat pemandangan itu. Dia melihat orang-orang dewasa di sekitarnya. CH adalah pendekar pedang yang kuat namun terkadang dingin. Ron adalah pembunuh yang menakutkan. Dia tidak tahu banyak tentang Beacrox, tetapi dia adalah orang yang menakutkan dan acuh tak acuh. Cale juga acuh tak acuh. Tetapi bagi dia dan adik-adiknya, mereka semua adalah orang-orang yang sangat hangat.

Dia tersenyum seraya menuju ke adik-adiknya yang bersemangat. Ron memberi mereka bertiga sarung tangan, dan senyum On semakin lebar. Keesokan harinya, Raon bersikeras kalau dia tidak kecil tetapi besar karena manusianya gemetaran ketika menggendongnya. Namun, Hong tidak setuju. Cale melihat mereka menatapnya dan bertanya mengapa, tetapi Hong menjawab bukan apa-apa.

On bisa menebak apa yang mereka bicarakan, tapi pura-pura tidak tahu. Sebagai gantinya, dia hanya memakan buah kering yang diberikan Ron padanya. Jendela teras biasanya ditutup karena musim dingin, tetapi hari ini dibiarkan setengah terbuka. Ron bertanya kepada Cale apakah mereka melakukannya dengan baik seraya menunjuk ke luar. Cale bergidik mendengar suara dan senyum lembut Ron. Dia menjawab ya sambil melihat ke luar dan menyaksikan manusia salju yang jumlahnya sama dengan jumlah orang yang ada di rumah.

Dia menatapnya lama lalu kembali ke ekspresi acuh tak acuhnya. Tapi On bisa melihat jelas sudut bibir Cale berkedut ke atas. Raon kemudian mengayunkan kaki depannya di depan Cale dan bertanya apakah salju akan mencair jika nanti udaranya hangat. Cale menjawab ya, dan sayap Raon terkulai mendengarnya. Raon terpikir untuk menggunakan mantra pengawetan.

Dia sedih melihat manusia salju yang mereka buat tadi malam menghilang. Kedua anak lainnya setuju dengannya, jadi Raon mulai mengumpulkan mana. Tetapi Cale segera berbicara bahwa ketika semakin hangat, musim semi akan datang. Raon dan Hong menoleh ke Cale yang memandangi kue sambil memegang cangkir teh. Raon bertanya kepada Cale apakah bunga akan mekar ketika musim semi tiba.

Cale mengambil kue itu dan berkata bahwa bunga-bunga akan bermekaran di musim semi. Raon dan Hong lama saling pandang, dan akhirnya, Raon menghentikan sihirnya dan menuju ke Cale untuk makan. Kaki depan Raon yang gemuk mengambil kue sementara Hong diam-diam mengambil buah kering dari kotak On. Ron memberi mereka minuman. Mereka melihat salju lagi sambil menyantap camilan. Raon teringat ucapan si teman beruang di buku itu, dan setuju dengannya. Dia memang merasa tenang dan nyaman saat melihat salju. Dia tertawa sambil memakan kue itu.

Waktu berlalu dan Raon lagi-lagi merasa kagum. Manusia salju telah mencair, tetapi sebagai gantinya, bunga-bunga liar yang polos tapi cantik tumbuh, menandakan musim semi. Kedua anak kucing itu setuju bahwa pemandangan itu indah dan menyaksikan bunga-bunga liar menari di angin musim semi yang hangat.

***

-Akan ada cerita sampingan khusus pada tanggal 9 April, berjudul "Aku ingin tahu mengapa ulang tahun adalah hari yang istimewa!"

-Side Story 5 akan dirilis pada 30 April, berjudul "Mengapa Archduke Kerajaan Breck pingsan?"

 

***

[Baca Spoiler TCF Bahasa Indonesia di https://shiraulwiya.blogspot.com/]

 

Sumber: https://adarterra.wordpress.com/ 

 

<<< 

Side Story #3      

>>>            

Special Side Story 

===

Daftar Spoiler 

 

Thursday, March 31, 2022

Remarried Empress (#325) / The Second Marriage




Chapter 325: Kekhawatiran Ibuku (2)

Penerjemah: Shira Ulwiya

 

"Semua orang yang dekat dengan Yang Mulia tampaknya sangat gembira."

Heinley berkata, "Ya?" dan memiringkan kepalanya.

"Maksud saya Keluarga Troby dan para dayangnya."

McKenna berdiri di sampingnya dengan surat di tangannya.

 “Mereka tidak berhenti menangis dan tertawa sejak kemarin.”

Sudut mulut Heinley terangkat membentuk senyum hangat.

"Aku senang mereka sangat senang dengan berita itu."

"Yang Mulia, Anda juga harus bergabung dengan mereka."

"Hmm. Aku tahu."

"Anda bisa melakukannya besok atau lusa."

McKenna, yang berbicara seolah-olah dia menyesal, menyerahkan surat di tangannya itu kepada Heinley.

Heinley menerima surat itu dan mengajukan pertanyaan alih-alih menjawab.

"Apakah kamu melihat ekspresi Ratuku ketika Duke Zemensia mencemooh dirinya, McKenna?"

"Bukankah dia memiliki senyum di wajahnya?"

"Apa? Apa yang kamu lakukan melihat ekspresi istriku begitu dekat?”

McKenna memandang Heinley dengan bingung, tidak bisa mengerti.

Heinley mendengus dan membuka surat yang diberikan McKenna kepadanya, berpikir dalam hati bahwa itu tidak benar.

“Ratuku memiliki ekspresi marah. Ratuku seharusnya hanya memikirkan hal-hal baik sejak dia hamil. Ini harus diselesaikan dengan cepat.”

Senyum kejam muncul di wajahnya saat dia bergumam dan melirik surat itu.

Pada saat itu, sekretaris lain mengumumkan kunjungan Duke Zemensia.

"Anda memanggil saya, Yang Mulia."

Setelah Duke memasuki kantor, dia datang dalam jarak lima langkah dari meja Heinley dan menundukkan kepalanya.

Dia memiliki ekspresi acuh tak acuh. Dia tidak terlihat seperti orang yang sama yang kemarin menuduh Kaisar dan Permaisuri di depan para bangsawan.

Sementara McKenna berpikir bahwa dia memang rubah tua, dia mengambil surat yang dia tunjukkan pada Heinley.

"Aku memanggilmu karena aku menemukan sesuatu yang menarik, Duke."

Sang Duke mendongak tanpa sedikit pun emosi. Sikapnya mencerminkan bahwa, apa pun itu, dia tidak perlu takut.

Begitu Heinley memberi isyarat mata, McKenna menyerahkan surat itu kepada sang Duke.

"Apa ini?"

Sang Duke bertanya dengan suara berat, mengambil surat itu dan membukanya. Seketika, ekspresinya sedikit menegang.

Dengan dagu bertumpu di tangan, Heinley memandang Duke itu seolah-olah dia merasa geli.

Tak lama kemudian, sang Duke mengembalikan surat itu ke McKenna. Dia mungkin menurunkan pandangannya untuk menyembunyikan ketakutan di matanya.

"Bagaimana menurutmu, Duke?"

Heinley bertanya sambil tersenyum. Kemudian sang Duke langsung menjawab.

"Tulisan tangan saya telah dipalsukan."

"Dipalsukan?"

"Saya tidak pernah menulis surat seperti itu, Yang Mulia."

"Tapi aku menemukannya, Duke."

"Itu surat palsu."

“Bukankah luar biasa bahwa kamu berani menyangkalnya bahkan setelah melihat surat itu dengan tulisan tanganmu sendiri? Dalam surat itu tertulis dengan jelas, 'permaisuri sedang hamil, jadi siapkan makanan yang berbahaya bagi bayi dalam kandungannya, tidak boleh beracun karena itu tidak akan lolos dari pemeriksaan pendeta.”

"Apakah Anda pikir saya akan meninggalkan surat jika saya telah memberikan perintah itu?"

Heinley mengangguk tanpa malu pada pertanyaan sang Duke.

“Ya, aku pikir begitu. Mengapa kamu meninggalkannya, Duke? Bukti harus selalu dihancurkan untuk menghindari ketidaknyamanan.”

Duke Zemensia menganggap kata-kata kaisar muda itu tidak masuk akal.

Dari awal, dia tidak menulis surat seperti itu. Apalagi dia tidak akan pernah meninggalkan surat yang bisa menimbulkan masalah. Surat itu pasti palsu.

'Tidak peduli seberapa bagus trik kecilnya, dia masih terlalu muda.' Duke Zemensia mendecakkan lidahnya di dalam hati.

“Apakah Anda membalas dendam karena saya mengungkit rumor ketidaksuburan baru-baru ini di hadapan semua orang? Jika itu masalahnya, itu tidak masuk akal. Bukankah Permaisuri sudah hamil?"

“Ini bukan balas dendam, Duke. Itu hanya penyelidikan.”

Namun, Heinley dengan tegas menyangkalnya dan membunyikan bel kecil di mejanya.

"Aku butuh catatan buku pinjaman perpustakaan."

Terdengar bunyi klik yang jelas dari pintu yang dibuka.

'Menyedihkan, bagaimana putriku bisa menderita karena seseorang yang begitu menyedihkan?'

Kesal, sang Duke mengalihkan pandangannya ke arah pintu yang perlahan terbuka.

Tapi begitu pintu terbuka sepenuhnya, matanya melebar. Sang Duke tercengang.

Wanita yang masuk dengan buku catatan memberikan kesan bermartabat dan lembut. Dia memiliki mata biru tua, rambut cokelat ... wajah yang sangat mirip dengan wajah Christa.

Tapi bukan kemiripannya yang luar biasa dengan Christa yang mengejutkan Duke Zemensia. Wanita itu sangat mirip dengan Christa, tetapi tidak sampai dia tidak bisa membedakannya.

Yang mengejutkan Duke adalah tali di lehernya.

“Apa artinya ini…?”

Itu jelas tali tebal yang digunakan untuk melakukan eksekusi dengan cara digantung. Bahkan bentuk simpulnya.

Heinley mengabaikan reaksi Duke dan mengulurkan tangannya.

Wanita itu dengan lembut meletakkan buku itu di tangan Heinley dan pergi.

"Ini dia, Duke."

Heinley mengetuk meja dengan ringan dengan satu tangan untuk menarik perhatian Duke kembali kepadanya, lalu menggoyangkan buku itu sedikit.

“Ada apa dengan semua ini?”

"Ini adalah catatan buku yang dipinjam dari perpustakaan, Duke."

“Apa hubungannya denganku?”

“Inilah judul-judul buku yang telah dipinjam cucumu.”

"Mari kita lihat ..." Heinley, yang bergumam sambil membalik halaman, berhenti di tengah.

Judul buku mengalir secara alami dari mulut Heinley,

“Makanan yang bisa berbahaya, obat-obatan yang harus diwaspadai, apa yang tidak boleh dimakan oleh wanita hamil… Astaga. Cucumu memiliki selera buku yang unik, bukan begitu?”

Wajah Duke Zemensia memucat.

Ini adalah sebuah ancaman.

Dia bisa berulang kali menegaskan bahwa surat itu palsu. Selama dia tidak mengakui tuduhan itu, dia tidak akan memiliki masalah besar. Popularitasnya di masyarakat kelas atas mungkin terpengaruh, tapi itu saja.

Kaisar dapat menjatuhkan hukuman padanya atas kehendaknya sendiri, tetapi dalam kasus itu para bangsawan akan menganggap kaisar sebagai seorang tiran.

Kaisar muda itu dikelilingi oleh rumor buruk dan bahkan secara sewenang-wenang menikahi permaisuri negara tetangga. Hal ini akan semakin merusak citra kaisar muda yang dianggap tidak disiplin dan egois.

Jadi sekarang Kaisar Heinley mengancamnya.

Dia ingin sang Duke mengakui bukti palsu itu. Jika tidak, putrinya akan digantung.

Bahkan jika dia tidak digantung, Christa akan mati jika Heinley berhenti mengiriminya makanan atau meracuninya. Jika dia menutup semuanya setelah membunuhnya, bahkan fakta kematiannya akan terkubur.

Wajah Duke Zemensia menjadi lebih pucat.

Kaisar di hadapannya bukanlah seorang pemuda yang tiba-tiba naik takhta. Dia adalah seorang pria licik yang melakukan rencana kejam di bawah senyuman wajahnya.

“Duke. Jawab aku."

Begitu dia menutup buku catatan itu, Heinley mendesak Duke Zemensia dengan suara ramah.

“Apakah surat ini palsu? Atau apakah cucumu terlalu penasaran?”

***

[Baca Remarried Empress Bahasa Indonesia di https://shiraulwiya.blogspot.com/]

Diterjemahkan dari https://novelutopia.com/ 


<<<

Chapter 324          

>>>             

Chapter 326

===

Daftar Chapters 


Ingin memberi dukungan? Klik https://saweria.co/storylover





Remarried Empress (#324) / The Second Marriage




Chapter 324: Kekhawatiran Ibuku (1)

Penerjemah: Shira Ulwiya

 

Begitu aku mengumumkan bahwa aku hamil, pendeta yang membantu kami memimpin acara ‘Doa Agung’ melambaikan tangannya dengan tergesa-gesa,

“Hampir saja ini menjadi masalah yang gawat. Anda tidak boleh sedikit pun makan makanan ini, Yang Mulia.”

Wajahnya ketakutan. Mungkin karena keluarga kekaisaran berada pada titik kritis sejak masa raja terdahulu.

Pendeta itu segera menyingkirkan makanan itu.

“Tidak apa-apa melakukan ini?”

Ketika aku bertanya padanya untuk berjaga-jaga, dia melambaikan tangannya lagi dan berkata dengan gugup,

“Tentu saja, tentu saja. Kita tidak bisa membahayakan masa depan Kekaisaran Barat padahal kita sedang berdoa untuk itu.”

Saat kami berbicara, gumaman mulai terdengar di sekeliling kami. Sebagian besar bangsawan berwajah cerah dan bersuara riang.

Bagi kedua pihak bangsawan yang mendukung Heinley dan yang tidak, masalah penerus itu penting.

Lagi pula, fakta bahwa aku orang asing menjadi kelemahan sekaligus kelebihan.

Karena aku tidak punya hubungan darah dengan keluarga mana pun di Kekaisaran Barat, semua bangsawan berharap untuk menjadi ajudan anakku di masa depan.

Heinley tetap tersenyum lembut dan, begitu ingar bingar mereda, memutuskan untuk melanjutkan acara tersebut.

Ketika kami semua bertemu untuk makan siang di ujung acara itu, Duke Zemensia menghampiri dengan segelas anggur.

“Saya ucapkan selamat dengan sepenuh hati, Yang Mulia.”

Sudah ada banyak bangsawan yang datang untuk mengucapkan selamat, tapi aku tidak menyangka Duke Zemensia juga akan melakukannya.

Bukankah dia ayah Christa? Menurutku dia bukan seseorang yang benar-benar ingin mengucapkan selamat kepadaku.

Tidak mudah menerima ucapan selamatnya tanpa ragu-ragu. Walaupun aku berterima kasih padanya dengan tersenyum, aku tidak boleh melepaskan kewaspadaanku karena aku tidak tahu apa niatnya.

Sang Duke baru menunjukkan niatnya yang sebenarnya setelah dia berpura-ramah menjadi ramah,

“Tetap saja ini tidak adil.”

“Tidak adil?”

“Kehamilan Permaisuri adalah perayaan nasional dan harapan setiap orang, tapi itu dirahasiakan selama dua bulan. Bahkan kami para bangsawan tidak tahu bahwa Yang Mulia sedang hamil, dan kami tidak pernah berhenti mengkhawatirkan tentang masalah penerus.”

Oh… Aku bertanya-tanya apakah makanan yang berbahaya untuk kehamilan itu telah disajikan secara sengaja, dan jika benar, siapa yang melakukannya.

Ada kemungkinan besar kalau pria inilah yang ada di baliknya.

Beberapa bangsawan yang berbincang-bincang dengan bersemangat tentang bayiku terkejut mendengar ucapan Duke Zemensia.

Mereka tampaknya orang-orang yang setidaknya sekali pernah mengekspresikan kekhawatiran mereka mengenai penerus dan rumor ketidaksuburanku.

Duke Zemensia berbisik di telinga mereka bagaikan seekor ular saat mereka sedang larut dalam kegembiraan. Dia memberi petunjuk dengan kata-katanya bahwa, ‘permaisuri pasti merahasiakan kehamilannya untuk mengetes mereka’.

“Penting untuk berhati-hati di awal-awal kehamilan.”

Heinley berbicara dengan tenang sambil tersenyum. Lalu dia mengambil gelas kosong dari tanganku dan kali ini menyerang balik.

“Lagi pula, bukankah kami selalu berkata bahwa tidak ada masalah, bahwa ada hal-hal lain yang perlu dikhawatirkan, bahwa persoalan-persoalan negara lebih penting saat ini. Kesalahan itu ada pada mereka yang tidak memercayai kami, pada mereka yang memiliki pemikiran jahat.”

Sementara Heinley dan Duke Zemensia saling bertukar senyum licik, wajah-wajah beberapa bangsawan menjadi suram karena perkataan Heinley.

***

Malam itu, dayang-dayangku, orang tuaku, dan bahkan kakakku membuat kehebohan.

“Tidak adil Anda merahasiakannya ‘bahkan dari kami! Ahh… Saya senang Anda hamil! Tetap saja itu tidak adil! Tapi saya senang …. Ahh!”

Laura terus-menerus merasa kesal, menangis, dan bersuka cita.

“Jadi, pertama-tama kita perlu menyiapkan pakaian bayi? atau mungkin mainan? Tidak, tidak, yang lebih penting adalah tempat tidur bayi …. Desain apa yang paling cocok untuk tempat tidur bayinya?”

Tiba-tiba, Rose mulai berbicara tentang apa yang dia tahu. Countess Jubel, yang memiliki pengalaman luas dalam pernikahan, kehamilan, dan pengasuhan, membanggakan diri dengan pundak terangkat,

“Memangnya apa yang nona muda yang belum menikah tahu tentang itu? Serahkan semuanya padaku, Nona Rose. Serahkan pada saya, Yang Mulia.”

Akan tetapi, Rose tampak belum siap untuk mengalah,

“Countess Jubel. Saya telah melihat dan mengdengar banyak hal, jadi saya bisa menanganinya juga.”

“Yang, Yang Mulia. Apa tidak apa-apa Anda terus berdiri? Tidak, Anda perlu berbaring, atau sebaiknya duduk saja.”

Mastas panic, seolah-olah aku tiba-tiba menjadi orang yang sakit. Begitu aku duduk, aku berpaling untuk melihat kakak laki-lakiku dan dia tampak termenung.

Apakah dia mondar-mandir di ruangan karena dia tidak bisa duduk diam sedikit pun?

 Sebaliknya, ayahku tidak bergerak atau mengatakan apa pun, mengelap air matanya dengan saputangan. Tampaknya dia ingin memberiku selamat dengan sepenuh hati, tapi sayangnya ada yang mengganjal di tenggorokannya…. setiap kali dia membuka mulutnya, tidak ada kata-kata yang keluar.

Awalnya, ibuku menepuk-nepuk punggung ayahku berkali-kali untuk menenangkannya, tapi pada akhirnya menyuruhnya pergi saja jika dia ingin menangis. Ayahku menjadi sedih, berdiri menghadap dinding di sudut ruangan dan mulai menangis lebih kencang.

Sementara aku tersenyum canggung, ibuku menaruh tangannya di perutku dan dengan lembut membelai rambutku.

“Anakku sayang. Bagiku kamu masih terlalu kecil. Aku tidak percaya gadis kecilku akan menjadi seroang ibu…”

“Ibu, aku tidak benar-benar kecil.”

“Kamu akan mengerti ketika kamu punya anak. Tidak peduli seberapa besar mereka tumbuh, mereka akan selalu menjadi anak kecil orang tua mereka dan tak berdaya.”

Kakak lak-lakiku, yang selalu ditegur dengan keras alih-alih diperlakukan seperti orang yang tak berdaya setiap kali dia terlibat masalah, menggerakkan bibirnya seolah-olah dia ingin protes.

“Tapi aku gelisah.”

“Kenapa?”

“Aku ingin membesarkan anakku dengan baik.”

Ibuku melingkarkan lengannya di sekeliling kepalaku dan menepuk-nepuk pundakku. Desahan ibuku terasa di rambutku.

“Aku tidak tahu apa aku bisa melakukannya, ibu.”

“Kamu anak yang luar biasa. Sangat cerdas dan penurut.”

“Aku tahu.”

“Tidak mudah bagi seorang yang pintar mengajari orang lain. Tidak apa-apa jika anakmu mirip sepertimu, tapi seaindainya…”

Pandangan ibuku beralih sekejap antara kakakku dan ayahku.

“Seandainya anakmu tidak begitu penurut, aku khawatir kamu tidak akan bisa menanganinya.”

Aku sama sekali tidak boleh memberitahu ibuku tentang masa kecil Heinley.

“Aku akan berusaha keras, ibu.”

“Aku harap aku bisa tinggal di sisimu untuk membantumu.”

Aku juga berharap ibuku bisa tinggal di sini denganku… tapi ibuku mencintai Kekaisaran Timur. Tak bisa memintanya (untuk tinggal di sini), aku menyandarkan dahiku ke dada ibuku.

Saat itulah, kakak laki-lakiku bertanya seolah-olah dia membaca pikiranku.

“Ibu, tidak bisakah kau tinggal di sini bersama Navier?”

Aku juga berharap begitu, jadi aku menatap kakak laki-lakiku.

“Aku akan memikirkannya… Sayang, kamu bisa berbalik dan datang kemari.”

“Istriku…. Na … Navier … Navier kita masih kecil, tapi anak kecil kita… Ahh.”

Ibuku merengut mendengar ucapan ayahku. Melihat pemandangan ini, Mastas menekan kedua bibirnya dan menundukkan kepalanya.

Ayahku dengan cerdik bergegas pergi, berbalik dan mengeluarkan saputangannya.

***

[Baca Remarried Empress Bahasa Indonesia di https://shiraulwiya.blogspot.com/]

Diterjemahkan dari https://novelutopia.com/ 


<<<

Chapter 323          

>>>             

Chapter 325

===

Daftar Chapters 


Ingin memberi dukungan? Klik https://saweria.co/storylover