Wednesday, December 15, 2021

[Spoiler] Trash of the Count’s Family (#767)




Chapter 767: Lahirnya Seorang Pahlawan? (1)

Penerjemah: Shira Ulwiya

 

Kesatria yang menjaga pintu masuk ke balai kota melihat perisai perak yang cemerlang perlahan-lahan memudar dan menghilang. Para prajurit bersorak karena pertempuran panjang itu akhirnya berakhir. Hanya beberapa hari lagi tersisa di tahun ini, tetapi matahari sangat hangat hari ini, dan angin terasa lebih menyegarkan alih-alih dingin. Seniornya tersenyum cerah dan melihat Cale Henituse di atas langit. Senior itu mengatakan bahwa bagaimanapun juga, perisai itu tidak hancur. Kesatria itu sepakat dengan seniornya dan mengatakan bahwa seperti yang diharapkan, sang komandan bertahan sampai akhir.

Kesatria itu teringat kalau situasi sebelumnya menakutkan, dengan semua ledakan dan angin. Tetapi perisai mage dan perisai Cale membuatnya mustahil untuk melihat apa yang terjadi di atas. Namun demikian, orang-orang senang karena perisai sang komandan melindungi mereka. Kesatria itu berseru kalau perisai itu tidak bisa dihancurkan, tetapi seniornya menegang. Kesatria itu merasa bergidik dan menoleh. Dia membeku ketika dia melihat Duke Deruth dan Basen menyangga ayahnya.

Basen buru-buru pergi ke Puzzle City setelah mendengar kalau sang Duke pingsan. Deruth tersenyum pada kesatria itu, tapi matanya tidak tersenyum. Kesatria itu menelan ludah ketika dia teringat kalau sang Duke pingsan ketika dia melihat Cale menusuk jantungnya. Deruth dengan lembut bertanya kepada kesatria itu apakah seseorang yang banyak mengeluarkan darah dan memiliki penampilan yang berantakan adalah seseorang yang baik-baik saja.

Deruth dikenal kaya, peduli pada keluarga dan wilayahnya, dan memiliki kepribadian yang baik. Tetapi perspektif tentang dirinya berubah setelah semua yang telah dilakukan Cale. Meski begitu, dia dikenal sebagai orang yang lembut. Tapi sekarang, kesatria itu memperhatikan kalau sang Duke terlihat dingin dan galak. Sang Duke tampak kelelahan dan dalam kondisi yang buruk, tetapi matanya sangatlah dingin. Kesatria itu meminta maaf, dan Deruth menepuk bahu kesatria itu, memberitahunya untuk mengingat bahwa dia adalah ayah Cale. Tidak ada orang tua yang ingin melihat anaknya seperti itu.

Deruth berjalan melewati kesatria itu dan berbicara dengan Basen yang memiliki ekspresi mirip seperti Deruth. Deruth mengatakan bahwa ada orang yang tidak melihat mereka yang terluka karena mereka disibukkan dengan kelangsungan hidup mereka. Hilsman dan orang-orang dari keluarga Henituse yang berada di sekitar Duke dan Basen tidak menunjukkan ekspresi apa pun di wajah mereka.

Duke bertanya kepada Basen tentang moto keluarga mereka, dan Basen menjawab dengan mudah. Deruth menatap Cale dan berkata bahwa mungkin seseorang di keluarga mereka akan mencatatkan nama mereka dalam sejarah untuk pertama kalinya. Jadi mereka harus melindungi hal-hal setelahnya. Deruth memanggil Hilsman (yang asli) dan meminta untuk bertemu raja secara langsung. Hilsman menelan ludah ketika dia tahu bahwa Deruth adalah orang yang sangat baik, tetapi Deruth sekarang memancarkan aura yang garang.

Hilsman berpikir bahwa Cale mewarisi kepribadiannya dari Duke. Cale juga lebih mirip Violan daripada Drew. Deruth menyuruh Basen pulang dan semua orang tertegun. Dia mengatakan kepada semua orang kalau mereka tidak perlu lagi mengkhawatirkan situasinya. Dia hanya akan pergi dan melihat wajah putranya. Basen mematuhi ayahnya dan pergi untuk memberi tahu ibunya.

Sementara itu, Cale menyentuh bagian belakang kepalanya ketika dia tiba-tiba merasakannya merinding. Raon melaporkan bahwa semua orang dalam keadaan stabil dan hanya kelelahan karena penggunaan mana yang berlebihan. Mila dengan lemah mengatakan bahwa itu bukan masalah besar. Dia adalah satu-satunya naga yang tidak pingsan. Mila menggendong Dodori dalam pelukannya. Cale memandang Dodori dan wajah pucat Mila, mengatakan bahwa itu adalah masalah besar (untuk Cale). Mila tersenyum dan Cale menyuruh Raon untuk segera membawa para naga dan Rosalyn ke kastil hitam.

Membawa mereka ke balai kota akan menyebabkan situasi yang merepotkan, terutama ketika putra mahkota sedang tidak sadarkan diri. Raon mengikuti perintah Cale dan membawa Rosalyn dan para naga ke kastil hitam. Cale berjalan ke Alberu dan Mary, dan berpikir kalau dia harus meminta Tasha merawat mereka. Tetapi dia menyadari kalau Alberu sudah sadar, jadi Cale berjongkok di sebelah Alberu.

Alberu menarik napas dalam-dalam dan membuka matanya. Dia mengerutkan kening dan berkedip beberapa kali, sebelum berkata kepada Cale untuk mencuci wajahnya. Cale menjawab bahwa lidah Alberu baik-baik saja (karena dia cukup sehat untuk berbicara). Cale tersenyum dan melangkah mundur, dan CH membantu Alberu duduk. Cale bertanya kepada Alberu apakah dia baik-baik saja, dan Alberu menjawab kalau dia merasa ingin mati. Cale tersenyum dan mendengus, bertanya mengapa dia melakukan itu. Super Rock berkomentar "Ini karma" dan Cale mengerutkan kening mendengar ucapannya.

Alberu menyuruhnya agar beristirahat dan pingsan. Cale kebingungan, dan Alberu melanjutkan kalau Mary juga tadi sudah tidur. Mary merasa seperti akan pingsan, jadi dia menyuruhnya untuk tidur dan beristirahat saja. Cale bertanya apakah Alberu pantas mengatakan itu karena dialah yang sepertinya akan jatuh pingsan daripada dirinya (Cale). Cale bertanya lagi apakah Alberu baik-baik saja. Dia tahu bahwa dia jauh lebih baik dari sebelumnya, jadi dia menyuruh Alberu agar beristirahat karena dia akan mengurus semuanya.

Alberu tersenyum cerah dan Cale punya firasat buruk tentang itu. Dia kemudian ingat kalau Clopeh tidak terlihat di mana-mana. Dia tidak terlalu memperhatikan Clopeh, jadi dia tidak memperhatikan kapan Clopeh menghilang. Super Rock mengatakan bahwa Clopeh membuka pintu ke kuil. Dia kemudian mendengar Toonka berteriak, "Temanku, apakah kamu di sana!" Ada juga suara Litana, Jack, Cage, dan Hannah.

Pada saat itu, Alberu berbicara dengan suara ceria. “Ayo, dongsaeng. Pingsan saja.” Cale menjawab dengan "... Apakah kamu baik-baik saja?" dan Alberu berkata, "Kita tidak punya waktu." Alberu mengangkat tangannya dan memanggil CH. Pada saat itu, Cale menyadari kalau CH berdiri di belakangnya. CH mengangkat kakinya dan menendang bagian belakang lutut Cale. Tepat pada saat itu, Toonka masuk dan melihat Cale yang jatuh karena ditendang. Toonka tersentak dan memanggil nama Cale ketika dia melihat Cale jatuh tak berdaya.

Dia tidak melihat Cale dengan jelas sebelumnya karena dia berada jauh, tetapi penampilan Cale saat ini lebih buruk dari yang dia kira. Penampilan Cale kacau dan berdarah-darah, dan cukup pucat. Ada juga bekas luka jelek di dadanya yang cukup terlihat (baju Cale masih terbuka, ufufu). Cale tampak senang melihat Toonka, tetapi juga terlihat bingung seolah-olah dia tidak percaya bahwa dia terjatuh. Toonka kemudian menyebut Cale bodoh.

Cale berdiri tegak beberapa waktu yang lalu, tetapi sekarang ambruk ketika tidak ada yang melihatnya. Toonka menyadari bahwa memang mustahil Cale bisa bertahan. Litana berteriak ketika CH menangkap Cale yang terjatuh. Jack berlari dan bingung harus berbuat apa. Hannah berlari dan memeriksa kondisi Mary, lantas berteriak kepada CH kalau mereka harus bergerak cepat. CH meletakkan Cale di punggungnya tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Langkahnya cukup cepat. Litana mendekat dan menanyakan kondisi Cale, tetapi CH tidak menjawab.

Namun, melihat bahwa CH yang biasanya sopan dan baik hati tidak menjawabnya dan hanya menggigit bibirnya dan jari-jarinya gemetar, dia menyadari kalau kondisi Cale pastilah serius. Jack berjalan ke arah mereka dan mencoba membantu, tetapi Alberu mengatakan bahwa Cale dalam kondisi gawat, jadi lebih baik tidak mengobatinya secara sembarangan di sini. Jack mencoba mengatakan sesuatu, tetapi Cage meletakkan tangannya di bahunya dan mengatakan kalau putra mahkota benar.

Jack kebingungan, tetapi Cage mengedipkan matanya, jadi dia mengangguk dan memahami situasinya. Cage mengatakan kalau ada beberapa mage di luar kuil, jadi tidak terlalu sulit untuk turun. Toonka memandang Cale yang membenamkan wajahnya di punggung CH. Toonka memandang Alberu dan bertanya apakah dia harus membantu sang pangeran, tetapi seseorang mengatakan tidak.

Dia adalah Clopeh yang kembali dari ujung kuil dan sekarang telah kembali (Hahaha, Clopeh mengambil perekam videonya). Clopeh membantu Alberu berdiri, dan Cage serta Toonka berteriak kalau situasinya mendesak. Kelompok itu pergi dan Cale menutup matanya, menghela napas dalam-dalam sambil bertanya-tanya omong kosong apa ini dan apa yang dipikirkan Alberu. Pada saat yang sama, CH menutup mulutnya karena tidak bisa berakting.

Alberu memandang Clopeh yang berbisik, "Demi sang legenda." Alberu dalam hati berpikir kalau Clopeh adalah b*jingan gila lantas meminta Clopeh untuk menggendongnya juga. Hannah sudah membawa Mary dan pergi ke luar. Clopeh menggendong Alberu di punggungnya dan berkata kalau dia akan membereskannya nanti. Alberu tersenyum dan berpikir kalau krisis sudah berakhir. Tetapi untuk menghindari krisis lain, dia harus melakukan pemangkasan juga.

Ada orang-orang yang akan menginginkan posisi ketika para pahlawan berada dalam posisi kritis, atau orang-orang yang akan bekerja di belakang layar. Jadi dia harus memperhatikan sekutunya yang sekarang menjadi mitranya. Terutama, dia ingin mengetahui apa yang sedang direncanakan raja. Dia mengingat apa yang dikatakan bawahannya sebelumnya dan keyakinannya kalau Cale akan menyelesaikan segalanya terlepas dari penampilan Cale yang buruk.

Dia berpikir kalau dia tidak bisa membebani dongsaengnya. Rekan-rekannya sudah seperti keluarganya. Tapi dia bergumam kalau si Kesatria Penjaga itu berbeda, dan Clopeh hanya tertawa 'fufu.' Yang dimaksudkan Alberu, adalah bahwa kecuali Clopeh, semua orang sudah  seperti keluarganya.

***

Kelompok itu mendarat di alun-alun dengan sihir terbang. Alun-alun penuh sesak dengan orang-orang, dan raja yang harus mengendalikan situasi hanya bisa menonton dari kejauhan. Bawahan Toonka mendatangi mereka dengan gembira. Saat semua orang mendekati mereka dan menyambut kembalinya para pahlawan dengan sorak-sorai, Toonka dengan marah berteriak agar mereka tutup mulut. Tempat itu menjadi sunyi, dan Toonka bertanya kepada bawahannya yang memanggilnya apakah dia tidak melihat kalau sedang ada pasien kritis.

Bawahan itu menegang dan menyadari bahwa Toonka marah. Dia kemudian memperhatikan orang-orang di belakang Toonka yang lebih mirip pasien daripada pahlawan. Cage menyuruh mereka diam dan tidak menghalangi jalan, mengatakan bahwa Saint harus memulai perawatan sesegera mungkin. Toonka dan Litana membukakan jalan, dan Toonka berteriak dengan sangat panik dan marah kalau nyawa temannya sedang dalam bahaya. Dia berteriak kalau jika mereka tidak ingin mati, mereka harus berhenti bersorak.

Alberu, yang berpura-pura pingsan saat digendong di punggung Clopeh, bergumam kalau Toonka luar biasa. Clopeh terus tertawa 'fufufu' sementara Cale menutup matanya lebih erat. Mereka kemudian mendengar Deruth berteriak "N-Nak!" dari kerumunan. Cale merasa ada yang salah dengan situasi ini.

***

[Baca Spoiler TCF Bahasa Indonesia di https://shiraulwiya.blogspot.com/]

Sumber: https://adarterra.wordpress.com/ 


<<<

Chapter 766      

>>>            

Chapter 768

===

Daftar Spoiler 


Sunday, December 12, 2021

Remarried Empress (#279) / The Second Marriage

 



Chapter 279: Mata dan Telinga (2)

Penerjemah: Shira Ulwiya

 

Evely dengan gugup pergi ke Sovieshu.

Setelah Sovieshu menempatkannya sebagai asisten penyihir istana, dia mengirimkannya seorang pelayan.

Jika dia membutuhkan sesuatu, dia bisa memberi tahu pelayan itu. Selain itu, dia mengiriminya uang tambahan setiap dua minggu sekali.

Pelayan yang dikirim oleh Rashta memang merepotkan, tapi selain itu dia merasa nyaman.

Meskipun Sovieshu sangat perhatian dalam banyak hal, dia tidak memanggilnya untuk berbicara berdua, dan Evely menghabiskan hari-harinya tanpa menyadari keberadaan Sovieshu.

Itu sebabnya Evely tidak mengerti mengapa dia tiba-tiba memanggilnya.

Apakah Sovieshu mengetahui kalau aku berbohong di depan Rashta, berpura-pura disukai olehnya?

Jika demikian, itu akan sedikit memalukan. Evely gugup, berharap bukan itu masalahnya.

Untungnya, dia tidak memanggilnya karena masalah yang menyangkut dirinya.

“Navier sangat peduli padamu, kan? Jika kamu setuju, bisakah kamu memberi Navier hadiah dariku?”

Mata Evely melebar dan dia bertanya,

"Hadiah?"

"Ya. Tapi jangan bilang itu hadiah dariku. Bilang saja itu hadiah darimu.”

“Baiklah, tapi…”

"Aku akan memintamu bergabung dengan delegasi berikutnya yang aku kirim ke Kekaisaran Barat, apa kamu bersedia?"

"Ya. Tidak apa-apa selama saya bisa melihat Navier.”

'Tapi kenapa atas namaku? Tidak bisakah dia mengirimnya saja? Apakah benar-benar perlu bersusah payah untuk memberikan sebuah hadiah?’

Evely menyadari alasannya saat dia menatap Sovieshu. Hubungan mereka menjadi canggung setelah perceraian.

"Akan terlalu terang-terangan jika pergi tiba-tiba, jadi yang terbaik adalah pergi ke pesta ulang tahun Kaisar Heinley."

"Ya."

"Aku akan menghubungimu kembali saat itu."

"Saya mengerti, Yang Mulia."

Begitu dia mendapat jawaban atas pertanyaannya sebelumnya, pertanyaan baru muncul.

Evely menjadi sangat penasaran.

'Bukankah Kaisar Sovieshu menceraikan Navier karena dia mencintai Rashta? Lalu mengapa dia peduli dengan Navier? Apakah dia merasa bersalah?’

Evely awalnya berpikir kalau Kaisar Sovieshu jatuh cinta pada Rashta sampai-sampai tidak ingin meninggalkan sisinya. Namun, setelah mendengar berbagai rumor sejak tiba di istana kekaisaran, Kaisar Sovieshu tampaknya tidak terlalu peduli dengan permaisuri kedua ini. Bahkan kabarnya permaisuri kedua berselingkuh dengan anggota Keluarga Kerajaan Blue Bohean….

‘Lalu mengapa dia bercerai?’

Evely, tenggelam dalam pemikiran yang rumit, pergi ke koridor dengan linglung.

Navier sudah menikah lagi, mengetahui jawabannya tidak akan membuatnya kembali dan juga tidak akan membuat Sovieshu meninggalkan Rashta, yang sedang hamil…

Tiba-tiba, dia mendengar bisikan saat dia mengambil beberapa langkah lagi,

"Apa yang dilakukan orang hina seperti dia di sini?"

Evely mengerutkan kening dan melihat ke arah suara itu.

Viscount dan Viscountess Isqua memandangnya dengan jijik dari tangga.

Mungkin karena kamar Sovieshu berada di dekatnya, mereka tidak menghinanya sekeras sebelumnya, tetapi mereka sepenuhnya menunjukkan ketidaksenangan mereka dengan ekspresi mereka.

Evely juga memasang ekspresi jijik. Dia masih bisa mengingat kata-kata kasar yang mereka katakan padanya. Dia benci bertemu mereka secara langsung.

'Seorang anak sama seperti orang tuanya.'

Evely mengabaikan mereka, berbalik dan berjalan ke arah yang berlawanan.

* * *

Sementara itu, kesabaran jurnalis rakyat biasa, Joanson, semakin menipis dari hari ke hari.

Dia telah meminta audiensi, bertemu dengan kaisar dan permaisuri, dan memberi tahu mereka tentang adik perempuannya. Dia bahkan mendapat jawaban kalau kasus adiknya akan diselidiki.

'Tapi mengapa aku masih belum menerima kabar dari istana kekaisaran?'

Sudah lama sejak adiknya menghilang.

Joanson merasa cemas hanya membayangkan sesuatu yang buruk mungkin saja terjadi pada adiknya.

Akhirnya, dia mengubah strategi dan memutuskan untuk menanyai pelayan yang bekerja dengan saudara perempuannya, Arian.

Dia adalah pelayan yang berpengalaman dan terampil dalam pekerjaannya, sering dibicarakan oleh saudara perempuannya karena dia selalu membantunya.

Dia akan menunggunya meninggalkan istana kekaisaran.

Sulit untuk mengetahui jadwal pegawai istana, jadi Joanson menetap di sebuah penginapan di dekat istana dan menunggu pelayan itu di sana.

Akhirnya, upaya itu membuahkan hasil.

Hari itu, Joanson makan masakan telur yang sederhana, duduk di dekat jendela kamarnya di lantai dua.

Dia menggunakan garpunya untuk mengambil makanannya, tetapi tidak mengalihkan pandangannya dari pintu utama istana.

Tiba-tiba, sebuah pintu kecil terbuka di sebelah pintu utama yang besar, dan dia melihat seorang wanita keluar dari sana.

Joanson berhenti makan dan berlari ke sana.

Itu mungkin bukan pelayan bernama Arian. Bahkan, itu terjadi enam kali sebelumnya.

Tapi seperti biasa, Joanson mendekati si pelayan dan bertanya,

"Apakah kamu, kebetulan, Arian?"

"Ya, itu betul."

Kali ini dia benar. Dia orangnya.

Pada saat itu, Joanson melihat pelayan di depannya sebagai secercah harapan,

Tapi untuk jaga-jaga, dia bertanya lagi,

"Apakah kamu pelayan pribadi Permaisuri?"

Arian menjawab santai.

"Itu benar."

Joanson tiba-tiba menangis. Dia tidak percaya dia akhirnya memiliki cara untuk menemukan jejak saudara perempuannya.

Memikirkannya saja membuat tenggorokannya tercekat, Joanson meratap dan meminta maaf,

"Maaf karena aku datang ke sini tiba-tiba."

Arian menyipitkan matanya, seolah-olah ini tampak aneh baginya.

Sebelum dia pergi, Joanson bergegas memperkenalkan dirinya,

“Aku saudara Delise. Kamu tahu siapa Delise, kan?”

Untuk pertama kalinya ada perubahan yang signifikan pada ekspresi Arian.

“Apakah kamu saudara Delise? Yang seorang jurnalis itu…"

Joanson mengangguk cepat.

"Ya, benar. Aku…"

Joanson hendak berbicara tetapi berhenti. Dia mundur selangkah dan melihat sekeliling dengan rasa takut yang muncul terlambat.

Jika saudara perempuannya benar-benar menghilang di sini, dia harus berhati-hati dengan apa yang dia katakan.

Mungkin ada orang di sekitar yang tidak ingin dia menemukan Delise.

"Jika kamu tidak keberatan, bisakah kita berbicara di tempat lain?"

Tapi Arian menggelengkan kepalanya dan bergegas pergi. Dia bahkan tidak mencoba menoleh, seolah-olah Joanson adalah wabah. Dia juga tampak ketakutan.

Sikap itu semakin membangkitkan kecurigaan Joanson.

Joanson mengikuti Arian dan memanggilnya,

“Aku ingin tahu tentang adik perempuanku. Adikku menghilang. Delise berterima kasih karena kamu sering membantunya. Karena kamu bekerja dengannya, mungkin kamu bisa memberi tahuku mengapa adikku tiba-tiba menghilang.”

Joanson mengejarnya sambil menangis.

“Tolong bantu aku menemukan adikku. Tidak, kamu tidak perlu membantuku. Katakan saja apa yang kamu tahu!”

Arian, yang berjalan pergi dengan cepat, berhenti.

Apakah dia berubah pikiran karena sikap putus asaku?

Dia menoleh dan melirik Joanson.

Dari tatapannya, dia tampak ragu untuk berbicara atau tidak.

"Tolong, aku mohon!"

Ketika Joanson memohon lagi, Arian berkata dengan ragu,

"Sulit bagiku untuk membicarakannya karena aku takut nyawaku taruhannya."

Sulit baginya untuk membicarakannya karena takut nyawanya menjadi taruhan. Apakah ada kalimat yang lebih menakutkan?

Ketakutan Joanson semakin menjadi-jadi. Kata-kata Arian terdengar seolah-olah adiknya sudah meninggal. Saat Joanson terisak putus asa, ekspresi Arian menjadi suram.

Dia mendekatinya dan berbicara dengan sangat pelan sehingga tidak ada orang lain yang bisa mendengarnya.

"Orang-orang tidak seperti yang terlihat."

"Apa maksudmu?"

“Jika kamu memikirkan kata-kataku dengan cermat, kamu akan mendapatkan jawabannya. Meragukan orang yang paling kamu percayai. Itu saja yang bisa aku katakan.”

Joanson tertegun sejenak. Arian menatapnya dengan perasaan campur aduk, berbalik dan menghilang dengan langkah tergesa-gesa.

***

Tiga hari kemudian.

Ketika Arian kembali ke istana setelah liburan singkatnya, dia menuju ke perpustakaan untuk mengembalikan buku yang telah dia sewa sebelumnya.

Menuliskan namanya di slip pengembalian, dia berjalan ke rak buku yang berdiri sendiri, mengatakan bahwa dia akan mengembalikan buku itu ke tempatnya.

Yang mengejutkannya, Sovieshu berdiri di antara rak buku dengan tangan terlipat di belakang.

Setelah dengan sopan menyapa Kaisar, Arian bergumam pelan sambil menyerahkan buku itu,

"Saya melakukan apa yang Anda perintahkan, Yang Mulia."

"Kerja bagus."

Sovieshu memberikan jawaban singkat, mengambil buku itu dan meletakkannya di rak buku di depannya.

Semua yang Arian katakan dengan ragu-ragu kepada Joanson adalah atas perintah Sovieshu.

Dia masih takut pada Rashta dan berpikir dia tidak bisa dipercaya.

Tidak ada yang akan setia kepada orang yang memberikan hukuman berat hanya demi satu kesalahan.

Arian realistis, dan berhati-hati, jadi dia tahu lebih baik setia kepada Kaisar yang memiliki kewenangan yang stabil, daripada kepada Rashta, yang bisa menyerangnya kapan saja.

"Selama kamu melakukan apa yang aku katakan."

Sovieshu berbicara dengan tenang.

"Kamu akan baik-baik saja."

***

Ketika Koshar terbangun, dia melihat wajah yang sama yang dia lihat sebelum dia kehilangan kesadaran.

Rambut dan mata keabu-abuan sehitam tupai.

Koshar duduk di tempat tidur, meletakkan tangannya di kepalanya yang berdenyut,

“Bagaimana aku bisa ada di sini?”

Melihat sekeliling, dia menyadari kalau itu adalah ruangan yang lusuh. Ada tempat tidur, lemari, dua kursi, dan meja ...

“Ah, Anda pingsan. Anda dibawa ke penginapan sederhana di dekat sini.”

Mastas bergumam dengan gugup pada pertanyaan Koshar.

“Siapa yang membawaku?”

"Saya sendiri."

Mastas menjawab, balas menatap Koshar. Kemudian dia segera bangkit dari kursi, membungkuk dan berteriak keras,

“Maafkan saya, Sir Koshar! Saya tidak tahu Sir Koshar lebih lemah dari yang saya kira!”

“… Lebih lemah?”

“Saya telah belajar untuk tidak menggertak yang lemah! Maafkan saya. Seharusnya saya lebih perhatian.”

Atas permintaan maaf Mastas yang tulus, Koshar membuka mulutnya dengan bingung. Tetapi Koshar pada akhirnya memilih untuk tidak memberi tahu Mastas, 'Ini salahku karena lengah.'

'Setelah dipikir-pikir, dayang itu sekarang tidak akan mengatakan hal buruk kepada Navier karena dia menyakiti kakaknya. Ya. Aku senang jadinya seperti itu.’

Meskipun dia tidak merencanakannya, Koshar tersenyum lega.

Mastas telah menyakiti kakak permaisuri, jadi dia mengangkat bahunya ketakutan, tetapi ketika dia melihat senyum Koshar, dia tertegun sejenak.

Senyumnya seperti sinar matahari yang menyinari air.

Mastas tiba-tiba merasa sangat haus, dan bergegas meminum air yang ada di atas meja.

Sulit dipercaya kalau kesatria itu akan kehilangan kesadaran karena sedikit terkena batang tombaknya.

Namun, dia segera yakin ketika dia melihat senyum halus itu mekar.

‘Dia pasti lemah karena dia pria yang tampan!’

Pada saat yang sama, Koshar berpikir,

'Apakah dia minum seluruh air di botol besar itu sekaligus?’

Mata Koshar melebar sesaat, tetapi itu tampak tidak sopan, jadi dia segera memalingkan wajahnya, berpura-pura tidak memperhatikan.

Setelah meminum seluruh air itu, rasa hausnya berkurang, matanya bersinar dan suasana hatinya membaik. Kemudian, Mastas bertanya,

“Ngomong-ngomong… ada suasana meriah di tempat ini, kan? Saya bisa mendengar musik di mana-mana, apa ada suatu acara?”

***

[Baca Remarried Empress Bahasa Indonesia di https://shiraulwiya.blogspot.com/]

Diterjemahkan dari https://novelutopia.com/ 


<<<

Chapter 278              

>>>             

Chapter 280

===

Daftar Chapters 


Remarried Empress (#278) / The Second Marriage

 




Chapter 278: Mata dan Telinga (1)

Penerjemah: Shira Ulwiya

 

Karena turun hujan, aku pergi ke taman memakai payung berdampingan dengan Heinley.

Mendengar suara hujan saat kami berjalan-jalan mengingatkanku pada kakakku, jadi aku bertanya,

“Apakah menurutmu Nona Mastas sudah bertemu dengan kakakku?”

Heinley menjawab, “Mungkin,” dan menarik bahuku ke arahnya.

“Mendekatlah, Ratuku. Kamu bisa basah kuyup.”

“Bukankah lebih baik masing-masing kita menggunakan payung …?”

Apakah perlu saling menempel untuk berbagi payung?

“Ngomong-ngomong, Ratuku. Apakah Saudara Koshar tidak punya niat untuk menikah? Sebagai seorang bangsawan, sepertinya dia butuh waktu lama untuk menikah. Aku bahkan belum pernah mendengar tentang tunangannya.”

"Kakakku tidak tertarik pada apa pun selain pertempuran dan pedang."

Terlebih lagi, rumor tentangnya juga tidak bagus untuk pernikahan politik…

Meskipun pernikahan politik adalah pernikahan antara keluarga bangsawan, tidak ada ayah yang ingin menikahi putrinya dengan pria yang kejam.

“Aku selalu takjub betapa berbedanya kepribadian Ratuku dan Saudara Koshar.”

"Betulkah? Tapi kamu juga—”

'memiliki kepribadian yang berbeda dari saudaramu,' aku dengan cepat menelan kata-kata terakhir ini.

Belum lama sejak insiden Christa berakhir. Aku lebih suka tidak mengatakan itu.

Aku segera mengubah kata-kataku.

“Ah, ulang tahunmu sebentar lagi. Apakah ada yang ingin kamu punya, Heinley?”

“Tidak, tidak ada.”

Aku pikir juga begitu.

"Tapi ada sesuatu yang ingin aku lakukan."

Setelah Heinley selesai berbicara, dia berhenti dan tiba-tiba memelukku dari belakang.

Ketika aku mendongak, aku menyadari kalau dia sedang memperhatikanku dengan ekspresi aneh.

Itu benar-benar permintaan yang vulgar. Aku bisa tahu dari ekspresinya. Karena itu, aku hanya bisa menelan ludah.

Aku merasa malu dengan suara keras yang ditimbulkan, tetapi aku berbicara dengan tenang seolah-olah tidak ada yang terjadi,

"Aku akan mempertimbangkannya jika tidak terlalu mengada-ada."

“Apa maksudmu dengan mengada-ada?”

"!"

Dia tidak menginginkan 'jenis' hadiah yang aku pikirkan?

Mataku melebar, bahkan lebih malu.

“Maksudku, jangan meminta hadiah yang sulit didapat.”

Tapi itu juga bukan alasan yang bagus. Tak lama setelah aku mengatakannya, aku merasakan gelombang penyesalan.

Bodoh sekali! Bagaimana aku bisa membuat alasan yang begitu dingin?!

Itu adalah ulang tahun pertamanya yang akan kami rayakan bersama, tetapi aku justru tidak ingin dia meminta hadiah yang sulit didapat!

Aku merasa sangat menyesal. Aku bergerak sedikit lebih dekat ke arahnya dan meraih tangannya yang bebas.

Heinley tegang. Tidak lama kemudian aku merasakan desahan yang dalam turun dari leherku.

"Ratuku, apa yang akan kamu lakukan jika aku berada di dalam genggamanmu?"

"Di dalam genggamanku?"

“Kau mengendalikanku hanya dengan memegang tanganku.”

Heinley menggenggam tangan kami yang saling bertautan lebih erat. Kemudian dia mengangkat tanganku, bersama tangannya, dan dengan ringan mencium punggung tanganku.

“Aku melakukannya… karena kata-kataku jauh lebih dingin dari yang kukira.”

Aku mengaku dengan tulus dan dengan pelan menarik tanganku.

Bibirnya di punggung tanganku terasa lembut dan menyenangkan, tapi tidak perlu melakukan ini di luar, kan?

Meskipun hal yang baik kalau kaisar dan permaisuri adalah pasangan suami istri yang bahagia, itu tidak berarti bahwa kami harus mesra di mana-mana.

Heinley menarikku lebih dekat ke dadanya dan menyesuaikan posisi payung.

Seiring berjalannya waktu hujan mereda, sepertinya akan segera berhenti.

Ketika aku mengulurkan tangan dari payung untuk merasakan hujan, Heinley berbisik sambil menatapku.

“Hmm… sebenarnya, aku ingin mandi bersama.”

Aku sedang menikmati rintik hujan yang dingin jatuh di telapak tanganku, tapi aku segera menarik tanganku karena terkejut.

“Sebagai hadiah ulang tahun, ayo mandi bersama.”

“… Dasar licik.”

Heinley tidak menyangkalnya.

Aku ragu-ragu dan berkata agar keluar dari situasi ini,

"Aku akan memikirkannya."

Ulang tahunnya masih beberapa bulan lagi.

“Jika kamu tidak ingin mandi bersama, setidaknya nikmati satu hari hanya dengan kita berdua, Ratuku. Tanpa orang lain.”

Aku mengangguk dan bertanya,

"Kenapa kamu begitu terobsesi untuk mandi bersama?"

Sebenarnya, dia tidak begitu bersikeras untuk menganggapnya sebagai obsesi. Tetap saja, aku tidak percaya dia menginginkan ini dari begitu banyak kemungkinan hadiah.

Bukankah dia juga mengatakan dia ingin mandi denganku sambil berpura-pura takut selama huru hara hantu itu? Aku tentu saja menjadi bingung.

Heinley dengan tenang menjawab.

"Aku juga ingin melihat Ratuku basah kuyup."

Saat aku hendak mengatakan, 'Cuma karena itu?' Sebuah adegan muncul di benakku.

Adegan di mana Heinley berubah dari burung menjadi wujud manusia di air mancur. Dia pasti terlihat sangat tampan saat basah kuyup di bawah sinar bulan, mengibaskan rambutnya ke belakang.

“Hmm… Kamu terlihat sangat tampan saat basah kuyup Heinley.”

Ketika aku diam-diam mengakuinya, Heinley tersenyum dengan matanya seolah berkata, 'Kamu akhirnya mengetahuinya?'

Aku langsung mengerutkan kening dan mengalihkan pandangan. Hujan baru saja berhenti, jadi aku melangkah keluar dari payung dan berjalan maju dengan langkah cepat.

***

[Baca Remarried Empress Bahasa Indonesia di https://shiraulwiya.blogspot.com/]

Diterjemahkan dari https://novelutopia.com/ 


<<<

Chapter 277              

>>>             

Chapter 279

===

Daftar Chapters