Saturday, November 20, 2021

[Spoiler] Trash of the Count’s Family (#760)

 



Chapter 760: Semuanya Menyaksikan (5)

Penerjemah: Shira Ulwiya

 

Saat Cale mencabut belatinya, darah mengalir keluar dari tulang selangka White Star.

Tubuh White Star jatuh seperti boneka yang talinya terpotong.

Riiip… Riiip…

Suara bernada tinggi itu adalah satu-satunya hal yang bisa didengar White Star.

Dia tidak bisa mendengar suara lain, dan tampaknya dia sedikit demi sedikit terputus dari dunia.

"…Tidak…!"

White Star secara naluriah menyadarinya.

'Aku sekarat...!'

Namun, kematian ini berbeda dari banyak kematian yang dia rasakan di masa lalu.

Kekuatan Dewa Kematian yang tinggal di tubuhnya menghilang.

Kekuatan kutukan yang tinggal di tubuh White Star bahkan setelah reinkarnasinya yang tak ada habisnya. Kekuatan Dewa Kematian, yang menjadi kekuatan pendorong reinkarnasinya, kekuatan dewa itu berpencaran bagaikan asap.

'Mustahil.'

White Star mengedipkan matanya.

‘Aku tidak bisa bereinkarnasi sekarang?’

'Berapa banyak kesulitan yang sudah aku hadapai untuk sampai sejauh ini!'

‘Tapi aku sekarat?’

Seperti ini.

Beginikah akhirnya?

White Star tidak takut mati. Dia memang orang seperti itu.

Tetapi ketika akhirnya menghadapi kematian total, White Star mengulurkan tangannya.

Tangan yang terulur dari tubuhnya yang roboh gemetar.

Tangannya yang lemah yang nyaris tidak terulur meraih lengan Cale.

Tapi tangannya tidak memiliki tenaga untuk memegang lengan itu.

Tangannya tergelincir, dan White Star entah bagaimana memperkuat cengkeramannya.

“Ugh…uh…”

Saat dia berusaha mati-matian, kukunya membuat goresan dangkal di lengan Cale.

Itu adalah batasnya.

Cale menatap White Star yang roboh. White Star yang tak bergerak dan Cale saling menatap.

Setelah kurang dari satu detik, Cale dengan kasar menyeka darah dari wajahnya dengan tangannya yang tidak memegang belati.

'Bagus.'

Aku baik-baik saja.

Tidak, tubuhku menjadi lebih baik dalam sekejap.

-Cale, piringanmu baik-baik saja ... dan kamu ...

Super Rock tidak bisa berbicara.

Dia tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya.

Setelah beberapa saat, dia berhasil berbicara.

-… Kamu menjadi semakin sehat.

Luka di jantungnya tiba-tiba sembuh.

Saat Cale menarik belati dan mencabutnya, dia tidak bisa melihat apa-apa karena darah yang mengalir keluar, tetapi dia merasakan vitalitas yang berputar-putar di tubuhnya menjadi lebih kuat dari sebelumnya.

Ssst-

Cale menundukkan kepalanya.

Belati yang berubah merah karena bersimbah darah Cale.

Belati akar di tangannya berubah menjadi debu mulai dari ujungnya.

Ssst-

Debu merah itu meninggalkan belati dan menuju ke Cale.

'Ha!'

Dan itu meresap ke dalam jantung Cale.

‘Pohon Dunia mengatakan yang sebenarnya.’

Cale memegang belati dan mengingat apa yang dikatakan Pohon Dunia.

'Jangan khawatir. Kamu tidak akan mati. Ini akan tampak mengerikan karena kamu akan banyak berdarah, tetapi sebenarnya itu akan sangat membantumu juga. Aku menjaminnya.’

Sama sekali tidak terasa sakit ketika dia menusuk jantungnya.

Jadi dia bisa langsung mencabutnya.

Dan ketika dia memutuskan untuk bergerak di saat yang singkat itu.

Sekitar 0,5 detik. Butuh kurang dari satu detik, dan Cale memutuskan untuk tidak menggunakan kekuatan kunonya karena dia berpikir bahwa tidak akan ada bahaya besar.

Dia berpikir bahwa dia tidak akan pingsan seperti terakhir kali, dan piringannya tidak akan pecah.

Tetapi sampai batas tertentu, dia berpikir semua bagian tubuhnya akan terasa menegang.

'...Ini benar-benar aneh.'

Meskipun dia menggunakan Instan, tubuhnya tidak terasa menegang sedikit pun.

Jelas menyakitkan ketika dia melangkah saat dia menggunakan Instan, dan ketika tubuhnya terluka.

Bahkan tanpa data objektif sekali pun, Cale merasa tubuhnya menjadi lebih baik hingga dia bisa memercayainya.

Kemudian, suara seorang lelaki tua terdengar.

Vitalitas Jantung yang diserap oleh perisai berbicara setelah sekian lama.

-...Kekuatan pemulihan baru tampaknya telah lahir.

Mata Cale sedikit melebar.

-Ada jejak keabadian.

Ah.

Erangan keluar dari mulut Cale.

Akar itu milik Pohon Dunia, makhluk yang tidak pernah menghilang meskipun berulang kali mati dan terlahir kembali. Dan ia memberi Cale fondasinya.

‘Fondasinya terukir di jantungku.’

Ini menyegarkan.

Benar-benar menyegarkan.

Tanpa dia sadari, belati itu berubah menjadi debu dan menghilang, dan Cale melihat tangannya yang kosong dan menoleh.

“…Haa…haa…”

Dia melihat White Star bernapas terengah-engah.

Cale mengulurkan tangannya.

Dia mengingat buku harian merah itu.

Pada saat yang sama, daun-daun merah bermunculan dan mata Cale memerah.

-Cale, piringanmu tidak pecah. Namun, jangan berlebihan!

-Tidak apa-apa. Hyung-nim, kupikir dia akan hidup lebih lama dariku.

Super Rock menghentikan Cale, tetapi lelaki tua Vitalitas Jantung itu tertawa terbahak-bahak.

-Tetap saja!

Super Rock mencoba menghentikan Cale sekali lagi, tetapi Cale tidak mau mendengarkan.

Karena dia harus memeriksanya.

Mata merahnya sepenuhnya menangkap White Star.

Mata White Star berangsur-angsur tertutup.

Ada garis-garis di sekujur tubuhnya.

Cincin kehidupan yang berisi nyawanya yang tak terhitung jumlahnya muncul lagi.

Cale menutup matanya sejenak dan kemudian membukanya.

Cincin besar terluar White Star hancur.

Di tempat belati itu ditikam, cincin kehidupan runtuh.

"…Pasti…"

Sampai akhir hidupnya, White Star berjanji bahwa mereka akan bertemu lagi.

Cale menyaksikan seluruh pemandangan di matanya dalam diam.

Tidak ada lagi yang bisa dia lakukan. Tapi untuk berjaga-jaga, dia tidak mengalihkan pandangannya dari White Star.

Namun.

'Dewa ini, mengapa dia diam saja?'

Dewa itu cuma menunggu.

'Mungkin dewa tersegel sedang menunggu seperti diriku untuk momen itu.'

Sekelilingnya sunyi.

Dia tidak tahu apa yang Clopeh Sekka lakukan hingga sesunyi ini, tetapi entah bagaimana mengerti mengapa dewa tersegel itu tidak menyerang.

Ketika White Star menemui kematian totalnya.

Kekuatan kunonya kemudian akan mengalir keluar.

Seperti yang sudah diketahui, kekuatan kuno terserap ke dalam tempat atau benda tertentu ketika pemiliknya meninggal.

'Akan merepotkan jika itu terserap ke dalam kuil.'

Kuil itu adalah wilayah dewa tersegel.

Itu pasti akan berdampak buruk pada Cale. Karena itu bukan hanya kekuatan kuno biasa, itu adalah kekuatan White Star.

Khususnya, kekuatan kuno dari atribut Langit tidak boleh berada di tangan kuil.

‘Jadi aku harus mengambilnya.’

Meskipun pria yang sekarat itu adalah musuh dan jiwanya mungkin telah rusak, Cale masih harus menghilangkan kemungkinan-kemungkinan karena telah dia memutuskan untuk menanganinya sendiri.

Dan Cale punya cara untuk melakukan itu.

Embrace.

Dengan kemampuan itu, dia bermaksud menahan semua kekuatan kuno White Star.

‘Di mana aku harus menaruhnya?’

Cale menggerakkan tangannya ke saku bagian dalam untuk menemukan sesuatu yang bisa digunakan untuk Embrace.

‘Untung saja jantungku ada di sebelah kiri.’

Jika berada di sisi kanan, dia akan menikam saku bagian dalamnya dengan belati.

Cale masih menatap White Star ketika dia mencoba memasukkan tangannya ke saku bagian dalam.

'Hah?'

Pada saat itu, sebuah bola menggelinding ke arahnya.

'Ah.'

Kemudian dia teringat kalau Clopeh Sekka memegang bola di tangannya.

'...Penyimpanan video.'

Cale menyadari bahwa bola yang rusak itu adalah perangkat penyimpanan video otomatis, dan dia merinding karena alasan lain.

‘Hampir saja jadi masalah besar.’

Jika Clopeh tidak membuat kesalahan, perangkat itu akan merekam hampir seluruh kejadian itu.

Untungnya, bola itu sekarang pecah dan tergeletak di lantai.

‘Aku hanya perlu membuat Clopeh tutup mulut.’

Kemudian yang lain tidak akan tahu detail dari apa yang terjadi di tempat ini.

Bahkan jika Cale berlumuran darah, mereka tidak akan bisa membayangkannya.

‘Mereka tidak akan bisa membayangkan kalau aku menikam jantungku sendiri.’

Cale tiba-tiba teringat rekan-rekannya yang masih mengikuti tes.

‘Mereka belum keluar?’

Mereka lebih terlambat dari yang dia duga.

Saat itu Cale tahu kalau dia telah mendengar batu-batu yang menghalangi pintu masuk telah dihancurkan.

"Ha."

Hah?

“…Haa, ah-”

…Apa itu tadi? Suara tangisan?

Cale mendengarkan karena dia tidak bisa mengalihkan pandangannya karena dia tidak tahu kapan White Star akan berhenti bernapas.

Suara yang tampaknya lemah itu jelas bukan milik Clopeh.

“…Choi Han?”

Tidak ada jawaban yang terdengar.

Meski begitu, Cale berbicara dengan tenang.

Aku harus tenang.

Pertama-tama, aku perlu tahu apa yang dilihat orang itu.

"Kapan kamu sampai? Aku tidak menyadarinya.”

Pada saat itu, suara Clopeh tiba-tiba terdengar.

"Itu adalah momen yang mendebarkan, jadi saya rasa Anda tidak mendengarnya."

Cale tampaknya tahu bagaimana ekspresi Clopeh ketika dia berbicara dengan suara yang sepertinya sangat terkesan.

Tapi dia tidak ingin melihat wajah pria itu.

Tampak jelas bagi Cale kalau dia tidak merasakan kehadiran orang lain pada saat itu karena dia terfokus pada belati. Tidak, itu sangat mungkin.

Cale mendengar suara lemah langkah kaki di belakang punggungnya.

'Choi Han, pernahkah ada kejadian ketika laki-laki ini berjalan dengan sangat lemah?'

Pada saat itu, Cale mendengar suara Choi Han.

"Apa yang terjadi? Apa yang baru saja aku lihat?”

Kedengarannya seperti dia tergagap, tetapi suaranya gemetar dan tidak bertenaga.

Cale tidak bisa menjawabnya.

Choi Han menatap lekat-lekat punggung pria yang tidak menjawab atau melihat ke belakang.

Dalam sekejap, dunianya menjadi putih.

Bahkan sekarang, pikirannya kosong. Dia tidak bisa memikirkan apa pun.

Apakah aku masih dalam ilusi?

Mary menarik kerahnya saat dia bergerak. Atau lebih tepatnya, dia berpegangan padanya.

Mary yang terkejut hanya menggenggam sedikit ujung jubah Choi Han dengan tangannya yang gemetar, seolah-olah dia telah melupakan kata-katanya sejenak.

“Ada apa? Maria, apa yang terjadi?”

Rosalyn berlari dari arah belakang.

Tapi Choi Han masih melihat ke punggung pria yang mengamati White Star dalam diam sambil melangkah maju.

Dia hidup.

Dia baik-baik saja.

Tentu saja, orang itu tidak akan pingsan sekarang.

Ya, dia tidak mati.

Dia tidak mati.

Orang itu tidak boleh mati.

Dia jelas tidak boleh mati.

Choi Han memikirkan kata-kata itu berulang-ulang.

Kalau tidak, sepertinya dia akan pingsan.

Dan ada seseorang yang terduduk.

Di luar kuil.

“… aku… sekarang… apa…”

Litana, penguasa hutan. Bibirnya bergetar. Dia tidak bisa berdiri karena terkejut, dan kakinya lemas, membuatnya ambruk ke tanah.

“…Bagaimana…mengapa…seperti itu…”

Dia berbicara terpatah-patah.

Matanya gemetar melihat bola yang melayang di atas kuil dewa tersegel.

Beberapa saat yang lalu, Cale menikam jantungnya sendiri dengan belati.

Dan dengan belati itu, dia membunuh White Star.

Matanya tampak berubah gelap saat memikirkan dua kalimat pendek itu.

Pada awalnya, dia berpikir kalau dewa tersegel itu memberi orang-orang ilusi yang paling menakutkan. Tetapi saat White Star terjatuh, dia tahu ini adalah kenyataan.

Sekejap.

Apa yang Cale lakukan dalam waktu yang sangat singkat itu adalah hal yang paling mulia, indah, dan menyedihkan yang pernah dilihat Litana dalam hidupnya.

Cale masih berdiri tegak di matanya.

Meski tubuhnya berlumuran darah dan jantungnya tertusuk.

Dia masih hidup.

“…Apakah dia manusia…”

Begitu banyak emosi yang dirasakannya, dan pada akhirnya kekagumanlah yang tersisa.

Setelah itu, dia tidak bisa berkata apa-apa lagi.

Itu adalah situasi di mana bahkan tidak ada teriakan atau sorakan yang keluar.

Dia sangat, sangat, sangat terkejut.

Dan hatinya pilu.

Terakhir, hatinya terasa berat saat merasakan gejolak yang tidak diketahui.

Tetapi dia tahu kalau bukan dia seorang yang merasakan hal ini.

Sekelilingnya senyap.

Tak satu pun dari mereka membuat suara keras.

Tidak ada sorakan atau teriakan, hanya gumaman pelan dari waktu ke waktu.

Mungkin karena di sanalah tempat Litana dan perwakilan atau pemimpin masing-masing negara berada.

Begitu Clopeh muncul di dalam bola, Litana dan para pemimpin lainnya menuju ke kuil. Saat mereka menaiki tangga kuil, mereka tak bisa berkata-kata saat melihat pemandangan yang mereka lihat.

"Mengapa! Apa yang sedang terjadi!"

Sebuah suara belia kemudian terdengar.

"Aku tidak bisa lihat karena putra mahkota menutupinya!"

Nyaaaaaa!

Meong!

Raon, On, dan Hong melihat sekeliling tempat yang tadinya bising tetapi tiba-tiba menjadi sunyi. Karena Alberu Crossman telah menghadang jalan mereka dan mendadak menghalangi pandangan mereka.

Kemudian anak-anak itu mendongakkan kepala mereka dan buru-buru mencari Cale.

“Kakek!”

Raon meraih ujung pakaian sang naga tua, Eruhaben.

“Hei, kakek. Kenapa manusiaku seperti itu? Kenapa… kenapa… kenapa-"

Kenapa dia berdarah seperti itu?

Raon bahkan tidak bisa mengucapkan kata 'berdarah' dari mulutnya. Jadi dia segera mengucapkan kata lain.

“Kakek! Apa yang sedang terjadi! Manusiaku terlihat baik-baik saja sekarang!”

“Noona.”

Hong si anak kucing meringkuk dan meraih On.

On tidak mengatakan apa-apa ketika dia melihat kondisi Cale.

Seluruh tubuhnya terutama dadanya berlumuran darah, tetapi tubuhnya tidak gemetaran, dan rona wajahnya terlihat baik. Dia tidak terhuyung-huyung dan berdiri tegak, dan matanya jernih.

Ya, dia terlihat baik-baik saja untuk saat ini.

Betul sekali.

Dia akan baik-baik saja. Dia akan baik-baik saja.

On memahami kondisi Cale dengan cukup baik karena dia telah melihatnya beberapa kali, tetapi dia menoleh untuk mendapatkan konfirmasi.

Hanya ada Alberu Crossman yang berdiri diam.

Saat On menatap matanya, dia mengerutkan kening.

Ini adalah pertama kalinya dia melihat Alberu berdiri diam dengan mulut tertutup dan memasang ekspresi seperti itu.

Kaki depan On dengan cemas meraih ujung celana Alberu.

Dia kemudian melihat Alberu Crossman membuka mulutnya sambil tetap melihat bola itu.

“…B*jingan gila…”

Suara itu terdengar getir.

Suaranya terdengar rendah dan tanpa martabat di dalamnya.

On lalu merasakan sebuah tangan memegang dirinya dan Hong.

"Tidak apa-apa."

Naga tua Eruhaben menggendong anak-anak itu dan mengucapkan kata-kata itu.

Pada saat itu On melihatnya.

Choi Han dan Mary berdiri di sebelah Cale.

"Hah?"

Mata Raon melebar.

"White Star-"

Raon tak bisa berkata-kata.

***

Di dalam kuil.

Tubuh White Star perlahan menghilang menjadi debu.

Pada saat itu, Cale segera bergerak lagi.

Fwoosh-

Sejumlah cahaya muncul dari White Star yang menghilang.

‘Kekuatan kuno.’

Dia menatap White Star. Dan kemudian menuju ke patung di belakangnya.

Jadi dia tidak melihat mata Choi Han yang telah berubah menjadi garang, dan mata Mary yang bahkan lebih garang lagi.

***

[Baca Spoiler TCF Bahasa Indonesia di https://shiraulwiya.blogspot.com/]

Sumber: https://adarterra.wordpress.com/ 


<<<

Chapter 759       

>>>            

Chapter 761

===

Daftar Spoiler 



Thursday, November 18, 2021

Remarried Empress (#271) / The Second Marriage

 



Chapter 271: Kepribadian Heinley Yang Lain (2)

Penerjemah: Shira Ulwiya

 

Kalau terus begini, Sovieshu akan mencoba menjadikan Evely permaisuri ketiga, merebut anakku dariku, dan menceraikanku. Sama seperti apa yang terjadi dengan Permaisuri Navier! Aku harus bertindak cerdas dan tenang. Permaisuri Navier berselingkuh saat masih menikah dengan Sovieshu, jadi segera setelah perceraiannya dia pergi dengan pria itu, tetapi karena aku mengabdikan diri hanya untuk Sovieshu, aku berada dalam posisi yang sulit.

Rashta dengan cepat mengaduk-aduk kotak perhiasannya dan mengeluarkan kalung safir besar yang indah, memberikannya sebagai hadiah kepada pelayan yang mengadukan rekannya.

"Apakah ini untuk saya?"

"Ya."

"Sungguh cantik…"

“Lakukan apa yang kamu mau, kamu bisa menjualnya atau menyimpannya. Ngomong-ngomong, ibumu ada di penjara, kan?”

"Hah? Ya."

"Aku akan menggunakan hak kekebalanku untuk mengeluarkannya dari penjara."

***

Aku terbiasa dengan beban kerjaku yang besar, dan para ajudanku juga terbiasa dengan cara kerjaku. Karena itu, efisiensi dan kecepatan kerja meningkat secara alami.

Sekarang aku yakin kalau aku dapat melakukan beberapa tugas lain pada waktu bersamaan. Aku memerintahkan seorang ajudan untuk mengirim surat kepada Grand Duke Kapmen untuk membahas masalah perdagangan dengan Rwibt.

Grand Duke Kapmen mengirim balasan sekitar empat jam kemudian, dan setelah itu, kami berkorespondensi tiga atau empat kali sehari. [berkorespondensi: saling berkirim surat]

Beberapa hari kemudian, ajudan itu bertanya dengan ragu,

“Bukankah lebih baik bertemu untuk berbicara secara langsung?”

“Bila perlu. Saat ini tidak banyak yang bisa dikatakan.”

Aku dengan santai membuat alasan sambil menunda pertemuan dengan Grand Duke Kapmen.

Namun, para ajudanku tampaknya merasa semakin aneh seiring berjalannya waktu.

Isi surat yang kami pertukarkan semakin panjang dan interval antara masing-masing surat semakin pendek. Para ajudanku sepertinya berpikir dengan cemas, 'Apakah mereka berkelahi?'

Untungnya, sebelum kecurigaan mereka semakin kuat, William dan Mullaney masing-masing muncul dengan laporan investigasi mereka sendiri.

Aku meletakkannya di meja kantorku dan membaca laporan dengan perlahan. Pertama Mullaney, lalu William.

Kedua penerus saling melirik satu sama lain dan menunggu jawabanku dengan cemas. Ekspresi mereka terlihat sangat serius dan waspada.

Setelah beberapa saat, aku bertanya kepada keduanya seraya meletakkan laporan di tanganku ke atas meja,

"Apakah kalian melakukan penyelidikan bersama?"

Mereka berdua menggelengkan kepala, bingung.

Terkekeh, aku menyampaikan laporan William ke Mullaney, dan laporan Mullaney ke William.

“Apakah kamu ingin membacanya?”

Dalam waktu kurang dari tiga menit, kedua wajah mereka menjadi kaku.

Itu jelas bisa dimengerti. Laporan mereka sangat mirip, bahkan kesalahan mereka.

“Aku tidak tahu siapa yang meniru siapa, tapi itu bukan pilihan yang baik. Aku telah melakukan investigasi terpisahku sendiri, dan ada banyak data yang salah dalam laporan ini.”

Mullaney dan William tampak bingung. Sulit untuk mengatakan siapa yang berpura-pura, dan siapa yang tidak, karena keduanya memiliki ekspresi yang cukup meyakinkan.

“Penyelidikan ini memalukan. Aku kecewa. Kalian sebaiknya pergi, aku akan mengurus ini.”

Aku sengaja berbicara dengan tajam dan memerintahkan mereka berdua untuk pergi.

Malam itu, Heinley tertawa ketika aku memberi tahu dia tentang apa yang terjadi.

“Aku tidak membayangkan mereka akan melakukan itu. Sungguh tidak terduga.”

“Menurutmu itu lucu?”

"Seperti yang aku katakan, aku tidak membayangkan itu bisa terjadi."

Dengan kepalaku di dadanya, aku mengangkat tangan dan meregangkan pipinya.

"Tapi apakah laporannya benar-benar seburuk itu?"

“Tidak seburuk itu. Aku hanya mencoba menipu mereka.”

Heinley tersenyum, matanya melengkung seolah dia membaca pikiranku,

"Kamu melakukannya untuk mencari tahu siapa yang menyalin laporan itu, itu akan menjadi orang pertama yang mengunjungimu."

Aku mengangguk dan menggigit pipinya. Karena ini telah terjadi, hanya ada satu hal yang bisa aku lakukan.

Aku harap bukan Mullaney yang mengunjungiku.

“Ratuku? Aku gugup kamu menggigit pipiku dengan tatapan serius. Aku merasa seperti kamu mencoba merobeknya dariku.”

***

Tiga hari berlalu, tetapi tidak seperti dugaan, baik Mullaney maupun William tidak datang menemuiku. Keduanya tampak pintar.

Jadi apa yang harus aku lakukan sekarang… Aku sedang merenungkan dengan hati-hati sembari berjalan, ketika aku mendengar desas-desus. Tapi isinya sangat aneh.

"Hantu. Apa kamu yakin?"

“Oh, ngeri sekali. Jangan bilang begitu. Aku tidak akan bisa keluar malam-malam!"

"Itu nyata. Aku tidak tahu berapa banyak orang yang sudah melihatnya!”

“Aku juga pernah mendengarnya. Kabarnya itu hantu laki-laki dengan mahkota di kepalanya.”

"Benarkah? Maka mungkin saja itu adalah mendiang Raja Wharton III.”

"Kenapa dia bisa menjadi hantu?"

"Ada desas-desus bahwa Yang Mulia Heinley meracuni Raja Terdahulu."

Bagian pertama adalah cerita lucu. Bahkan di Kekaisaran Timur, sesekali ada kehebohan tentang penampakan hantu. Tapi bagian terakhir tampak agak jahat.

Meskipun aku telah mendengar rumor itu juga, aku tidak percaya itu telah bercampur dengan cerita hantu.

Seketika, para bangsawan di pihak Christa muncul di benaknya. Apakah mereka yang menyebarkan rumor itu? Christa pergi ke Compshire, tetapi banyak bangsawan dan pejabat yang mendukungnya tinggal di sini.

Karena mereka mendukung Christa, mereka tidak bisa berbuat apa-apa jika dia tiba-tiba kehilangan semua kekuasaannya. Mungkinkah mereka menargetkan Heinley untuk mencoba membalikkan situasi?

Tapi aku terlihat seperti satu-satunya yang peduli tentang ini. Ketika aku pergi menemui Heinley sekitar waktu makan siang, dia sudah tahu tentang rumor itu. Namun, dia sepertinya tidak berpikir itu terkait dengan rekan Christa.

Sebaliknya, dia bertanya padaku dengan binar di matanya.

"Ratuku, apakah kamu takut pada hantu?"

"Jika begitu, aku bisa tinggal di sisimu sejak matahari terbenam hingga matahari terbit."

"Jangan khawatir. Aku tidak takut."

"Itu hantu, apa kamu tidak takut?"

"Tidak juga."

“…”

“Heinley?”

“Sebenarnya, aku takut, Ratuku. Jadi… maukah kamu tinggal di sisiku sejak matahari terbenam hingga matahari terbit?”

"Kamu tidak berpikir ini terkait dengan pendukung Christa?"

“Tentu saja aku pikir kita harus menyelidikinya juga. Tapi selain itu, aku takut, Ratuku. Aku percaya pada hantu.”

Bahkan, begitu matahari terbenam, dia tinggal bersamaku di kamarku bahkan ketika aku sedang bekerja atau membaca.

"Aku takut, bisakah kita mandi bersama malam ini, Ratuku?"

"Tidak."

Meskipun tampak sedikit mencurigakan, Heinley bertingkah seolah dia benar-benar takut pada hantu. Jadi aku memutuskan untuk mengungkapkan identitas asli hantu itu demi dia.

Di tengah malam, aku pergi dengan pengawalku ke tempat hantu itu muncul.

Aku tidak tidur di kamar bersama sehingga aku tidak perlu khawatir tentang Heinley yang terbangun.

Namun, sudah ada pengunjung lain di tempat hantu itu seharusnya muncul.

“Cari dengan hati-hati. Pasti ada perangkatnya.”

Heinley adalah orang pertama yang aku lihat.

"Bagaimana jika itu benar-benar hantu?"

McKenna adalah orang kedua.

“Tidak ada hantu. Aku juga tidak peduli jika ada yang muncul.”

Siapa pria yang mirip suamiku ini, dan tanpa ragu berkata kalau tidak ada hantu?

Heinley, yang kukenal, gemetar ketakutan pada hantu.

Haruskah aku menganggap kepribadian suamiku yang lain ini sebagai orang ketiga?

“Tapi Yang Mulia. Jika hantu Raja Terdahulu muncul, apa yang harus kita lakukan?”

“Taburkan garam.”

* * *

[Baca Remarried Empress Bahasa Indonesia di https://shiraulwiya.blogspot.com/]

Diterjemahkan dari https://novelutopia.com/ 


<<<

Chapter 270                

>>>             

Chapter 272

===

Daftar Chapters 


Remarried Empress (#270) / The Second Marriage

 



Chapter 270: Kepribadian Heinley Yang Lain (1)

Penerjemah: Shira Ulwiya

 

Kursi itu ringan dan tanpa sandaran punggung, tetapi pelayan itu mengayunkannya dengan sekuat tenaga, sehingga Rashta bisa terluka parah jika dia dihantam.

Rashta secara naluriah melindungi perutnya, dan Viscountess Verdi buru-buru mendorong pelayan itu dari samping.

Kursi menyerempet dahi Rashta. Kemudian pelayan, yang mengayunkan kursi dengan seluruh tubuhnya, kehilangan keseimbangan dan jatuh ke lantai bersama dengan kursi.

“Argh!”

Rashta menutupi perutnya, meringkuk, dan berteriak. Ketika pelayan yang menyaksikan pemandangan ini menjadi ketakutan dan membuat keributan, para penjaga di luar pintu bergegas masuk ke kamar tidur.

“Yang Mulia!”

Melihat permaisuri yang kesakitan, kursi yang rusak di lantai dan pelayan yang marah, mereka bergegas mengangkat Rashta dengan sigap.

Pelayan yang mengayunkan kursi mencoba menyerang Rashta lagi, tetapi para penjaga buru-buru menahannya dan menekannya ke lantai.

Pelayan itu meronta dan matanya berkobar. Kemarahannya lebih besar dari ketakutannya. Pada titik ini, dia ingin menghabisi Rashta dengan cara apa pun.

Namun, dia bukan tandingan para penjaga yang kasar dan kuat.

Rashta menyentuh dahinya sambil menatap pelayan itu. Dia merasa pusing dan perutnya berdenyut-denyut, tetapi di atas itu semua, dahinya sangat sakit.

Viscountess Verdi meletakkan saputangannya di atas luka Rashta dan memerintahkan salah satu penjaga.

"Panggil dokter istana!"

Ketika penjaga bergegas keluar, Rashta bertanya, "Dokter istana?" Dia sepertinya tidak tahu kalau dahinya berdarah.

"Sepertinya terdapat luka di dahi Anda."

Rashta tidak menyadari kalau tangannya berlumuran darah sampai dia mendengar kata-kata Viscountess Verdi.

Melihat tangannya yang berwarna merah, Rashta memucat.

Sekitar lima belas menit kemudian, dokter istana muncul, dan lima belas menit kemudian Sovieshu muncul.

“Yang Mulia…”

Rashta, yang sedang dirawat oleh dokter istana, berdiri begitu Sovieshu masuk dan berbicara berlinang air mata,

"Rashta sangat kesakitan ..."

Rashta lega melihat wajahnya, tetapi pada saat yang sama, ketakutan. Pelayan itu harus dihukum berat karena mencoba membunuh anggota keluarga kekaisaran, tetapi Rashta khawatir dia akan berbicara tentang eksekusi ayahnya.

Dalam insiden Delise, Rashta memerintahkan lidahnya dipotong segera setelah itu terjadi untuk mencegahnya berbicara.

Kali ini, para penjaga tiba-tiba memasuki kamar tidur dan darah mengalir dari dahinya, jadi dia lupa menutup mulut si pelayan.

"Apa yang terjadi?"

Melihat dahi Rashta, Sovieshu bertanya dengan heran,

"Seorang pelayan menyerang Yang Mulia."

"Apakah cederanya serius?"

“Untungnya tidak, tapi…”

Ketika dokter istana tidak melanjutkan kata-katanya, Sovieshu mendekati tempat tidur dan menyingkirkan rambut dari dahi Rashta. Lukanya tidak terlihat karena perban.

"Dia memiliki luka di dahinya."

"Apakah lukanya dalam?"

"Saya akan melakukan yang terbaik, tapi... saya khawatir beliau akan mendapat bekas luka."

Rashta menatap dokter istana dengan heran. Dia belum menyebutkan ini kepada Rashta, jadi dia juga baru saja mengetahuinya.

“Bekas luka?”

Sovieshu meletakkan tangannya di bahu Rashta yang bergetar.

“Bekas luka bisa memudar seiring waktu. Untung saja itu hanya bekas luka kecil.”

Rashta hendak meneriakinya bahwa memiliki bekas luka di wajahnya tidaklah melegakan, tetapi Sovieshu sudah mengajukan pertanyaan lain kepada dokter istana.

"Dan bayinya?"

"Baik-baik saja, tapi saya pikir lebih baik berhati-hati."

Sovieshu mengangguk lega dan meninggalkan kamar tidur untuk memasuki ruangan kecil tempat pelayan itu dikunci.

Pelayan itu berlutut, dengan kedua tangan diikat erat di belakang punggungnya oleh para penjaga.

Pelayan itu pintar. Begitu Sovieshu masuk, dia segera berteriak alih-alih meminta maaf atau mengeluh.

"Yang Mulia, Permaisuri mengeksekusi ayah saya!"

Mendengar kata-katanya, Sovieshu segera mengangkat alisnya.

"Apa yang kamu bicarakan?"

“Permaisuri mengeksekusi ayah saya sebagai hukuman! Saya membuat kesalahan, tetapi itu sama sekali tidak cukup serius baginya untuk membunuh ayah saya, Yang Mulia.”

Sovieshu mengerutkan kening.

"Apa yang kamu bicarakan? Tidak ada tahanan yang dieksekusi baru-baru ini.”

Untuk mengeksekusi seseorang diperlukan persetujuan akhir Sovieshu. Jika seseorang telah dieksekusi, mustahil bagi Sovieshu untuk tidak mengetahuinya. Terlebih lagi jika eksekusi itu dilakukan atas perintah Permaisuri.

"Tapi Yang Mulia Permaisuri berkata ..."

Saat itu Rashta muncul dan buru-buru turun tangan,

“Pelayan itu takut karena dia menyebarkan desas-desus aneh tentang Rashta, Yang Mulia. Rashta tidak membunuh siapa pun. Rashta tidak akan melakukan hal yang mengerikan seperti itu."

Wajah pelayan itu memucat mendengar kata-kata itu.

Sambil menghela napas, Sovieshu memberi isyarat kepada seorang penjaga untuk menyelidiki dan menyiapkan laporan tentang apa yang terjadi.

Walaupun dia menginginkan laporan yang akurat tentang apa yang terjadi, dia tahu kira-kira apa yang sedang terjadi.

Dia memahami kemarahan pelayan setelah mendengar kematian ayahnya yang dia kira benar, tetapi itu tidak berarti dia bisa menyerang permaisuri dengan kursi, yang sedang mengandung kaisar berikutnya. Dia bahkan melukai dahinya.

Ini adalah kejahatan yang cukup serius untuk dihukum mati, bahkan jika itu dilakukan oleh seorang bangsawan berstatus tinggi.

“Sayang sekali, tapi kejahatan adalah kejahatan. Pertama-tama penjarakan pelayan itu.”

Setelah memberikan perintah itu, Sovieshu membawa Rashta kembali ke kamarnya dan menasihatinya.

"Rashta, kamu tidak dapat mengeksekusi seseorang dengan tergesa-gesa kecuali jika itu terkait dengan pembunuhan anggota keluarga kerajaan."

"Bahkan jika itu Permaisuri?"

"Bahkan jika itu adalah Permaisuri."

“Tapi Yang Mulia, pelayan itu memulai desas-desus bahwa Rashta adalah orang yang aneh. Dia ingin merusak citra Permaisuri…”

"Tetap saja, seseorang tidak bisa buru-buru mengeksekusi seseorang."

“Padahal Rashta bukan Permaisuri ketika Viscount Langdel—”

"Dia menikammu dengan pisau dan tertangkap basah."

Rashta menangis dan meletakkan tangannya di kepalanya yang sakit.

“Yang Mulia terlalu dingin. Yang kamu lakukan hanyalah memarahi Rashta, kamu tidak peduli sedikit pun.”

Sovieshu menghela napas lagi dan menepuk bagian atas kepala Rashta.

"Baik pelayan itu maupun ayahnya tidak dapat dieksekusi dengan tergesa-gesa."

"Aku tidak memerintahkan ayahnya dieksekusi!"

“Kata-kata kosong atau tidak, kamu yang mengatakannya. Bagi mereka yang menganggapmu memiliki kekuatan untuk melakukannya, itu tidak akan pernah terdengar seperti kata-kata kosong.”

"!"

"Seperti yang kupikirkan ... terlalu banyak yang tidak kamu ketahui untuk menangani posisi ini."

Rashta terkejut dengan ucapan kasar Sovieshu.

“Yang Mulia?”

Sovieshu menggelengkan kepalanya dan keluar untuk memanggil Viscountess Verdi dan pengawalnya. Beberapa saat kemudian, dia kembali dan menginstruksikan mereka di depan Rashta.

“Mulai sekarang, jika Rashta memutuskan untuk menyakiti siapa pun dengan mengandalkan posisinya sebagai 'Permaisuri', aku harus diberi tahu sebelum menjalankan perintahnya. Siapa pun yang melanggar ini, harus bertanggung jawab penuh.”

Rashta merasa sangat terhina. Dia tidak percaya dia membawa mereka ke sini untuk mengatakan ini. Sekarang para pekerja di Istana Permaisuri akan menganggap bahwa Permaisuri tidak memiliki kekuasaan!

‘Yang Mulia lebih mengutamakan kehormatannya daripada cinta.’

Tertekan, Rashta dibiarkan menangis sendirian di kamarnya.

Apakah cintanya memudar atau dia selalu seperti itu? Dia menganggap tidak masuk akal bagi Sovieshu untuk memarahi dan menghinanya ketika dia yang menjadi korban.

'Tidak. Dia tidak selalu seperti ini. Evely? Mungkin karena gadis bernama Evely itu.’

Tidak, Rashta yakin. Setelah jatuh cinta dengan gadis itu, Sovieshu telah berubah.

Rashta terisak sebentar, tetapi karena rasa sakit yang berdenyut di dahinya, dia pulih dengan cepat. Rasa sakit itu, sebaliknya, memungkinkannya untuk menyadari realitas situasinya.

* * *

[Baca Remarried Empress Bahasa Indonesia di https://shiraulwiya.blogspot.com/]

Diterjemahkan dari https://novelutopia.com/ 


<<<

Chapter 269                

>>>             

Chapter 271

===

Daftar Chapters