Sunday, November 21, 2021

Remarried Empress (#272) / The Second Marriage

 



Chapter 272: Hal-Hal yang Mulai Terlihat (1)

Penerjemah: Shira Ulwiya

 

Rashta tidak lagi membutuhkan perawatan dokter istana, jadi dia mengunjungi Sovieshu dan bertanya,

Aku sangat terkejut dengan apa yang terjadi, Yang Mulia. Bolehkah aku pergi ke pedesaan yang tenang untuk memulihkan diri dan menjernihkan pikiranku?”

“Ke pedesaan?”

“Ya, dokter istana mengatakan bahwa Rashta harus bersantai demi kesehatan bayinya. Tapi ada banyak masalah di sini .... iya kan?"

Rashta ingin pergi ke Rimwell. Meskipun insiden kursi itu tidak menyenangkan, dia telah mencari cara untuk pergi ke Rimwell selama beberapa waktu, jadi dia menganggap ini kesempatannya.

"Di mana kau berencana tinggal?"

“Moir.”

Moire adalah wilayah pedesaan kecil tepat di sebelah Rimwell.

"Aku pernah kesana sebelumnya. Udara segar dan pemandangan indah masih membekas dalam ingatanku.”

Untungnya, Sovieshu langsung setuju.

"Bawa banyak penjaga bersamamu."

Faktanya, Sovieshu tidak hanya memberinya banyak penjaga dan terutama kereta kuda yang kokoh, tetapi juga buru-buru membeli vila bangsawan di Moire.

Rashta bisa saja tinggal di kediaman keluarga bangsawan, tetapi Sovieshu telah memutuskan bahwa akan lebih baik bagi Rashta untuk menikmati waktunya dengan bebas di kediamannya sendiri daripada stres dengan semua formalitas yang tidak perlu.

Juga, Rashta sangat tertekan selama beberapa hari terakhir, setelah perban dilepas, dan melihat bekas luka di dahinya.

Bekas luka itu membentang dari dahinya ke salah satu ujung alisnya, bekas luka itu sedikit lebih tebal dan lebih panjang dari yang diperkirakan dokter istana.

Setelah memotong poni untuk menyembunyikan bekas luka, dia merasa sedikit lebih baik, tetapi dia masih perlu menenangkan tubuh dan pikirannya.

“Terima kasih, Yang Mulia!”

Rashta dengan tulus berterima kasih dan merasa senang. Belakangan ini Sovieshu bersikap cuek, jadi dia sangat senang karena Sovieshu memerhatikan dirinya seperti sebelumnya.

Namun, sehari setelah kedatangannya di Moire, Rashta menyelinap keluar dari vila, segera setelah meninggalkan seorang pelayan sebagai pengganti dirinya.

Dia pergi ke desa terdekat dengan kereta yang telah dia persiapkan sebelumnya untuk bertemu dengan seorang pria yang dulu mengaguminya.

Pria inilah yang membantu Rashta melarikan diri dari tangan Viscount Roteschu. Jika dia masih tetap setia, maka dia bisa memercayakannya dengan tugas yang ada dalam pikirannya.

Dia sebelumnya telah melakukan penyelidikan yang mengungkap fakta mengejutkan. Pria itu kehilangan mata akibat hukuman berat oleh Viscount Roteschu karena membantunya melarikan diri, tetapi dia tetap tetap membela Rashta dan tidak pernah mengatakan apa-apa tentang itu.

'Jika dia sangat mencintai Rashta, maka aku bisa memercayainya.'

Rashta pergi ke rumahnya, merasa yakin.

"Apa kamu ingat aku?"

“Rashta…”

Pria itu menangis ketika Rashta melepas tudungnya. Bahkan keranjang di tangannya jatuh ke lantai, terisak-isak, tidak bisa mengambilnya.

Setelah memasuki rumah dan menanyakan kabarnya, Rashta menjelaskan situasinya dengan ekspresi sedih.

“Aku nyaris tidak bisa hidup seperti orang biasa, tetapi Viscount Roteschu terus mengancam Rashta.”

"Dasar b*jingan keji!"

"Rivetti tanpa malu-malu berupaya untuk mencuri suami Rashta ..."

Ketika Rashta mulai menangis, tidak dapat berbicara lagi, pria itu mendengus dan meninju meja dengan marah.

Walau pria itu mencintai Rashta, dia juga memiliki kebencian yang mendalam terhadap Viscount Roteschu. Mendengar bahwa Viscount dan keluarganya mengganggu Rashta-nya tersayang, darah di nadinya mulai mendidih.

“Jadi, kamu kabur lagi? Tapi datang ke sini bukanlah pilihan yang baik, Rashta.”

"Pix, aku datang ke sini untuk menemuimu."

"Aku?"

“Kamu satu-satunya yang bisa membantu Rashta. Tolong bantu aku."

"Apa yang bisa aku lakukan? Bagaimana aku bisa membantumu?"

Pria ini akan rela memberikan hidupnya demi Rashta.

Rashta meletakkan tangannya di pipinya yang kurus dan menangis. Penampilannya sangat menyedihkan sehingga pria itu bersumpah untuk melindungi malaikat di hadapannya dengan cara apa pun.

“Ini bukan permintaan yang sulit. Aku tidak akan memintamu melakukan hal seperti itu.”

"Jangan khawatir. Mintalah apa pun yang kamu inginkan dariku.”

Yang dapat dipercaya dan…”

Yang dapat dipercaya dan?”

"Terampil…"

“?”

"Aku ingin menyewa seorang pembunuh."

Pria itu benar-benar terkejut.

Dia adalah orang biasa dan memiliki banyak teman yang buruk. Karena itu, dia tahu banyak tentang sisi gelap dunia. Meskipun dia tidak pernah menggunakan mereka.

Tapi budak yang lembut dan manis ini ingin menyewa seorang pembunuh!

“Rashta, apakah kamu ingin membunuh Viscount Roteschu? Mereka yang cukup andal untuk membunuh bangsawan sangatlah mahal.”

"Rashta akan mengurus itu."

“…”

"Maafkan aku, Pix. Ini mungkin salah, jadi lebih baik jika kamu tidak tahu detailnya. Aku tidak ingin membuatmu kesulitan.”

Pada akhirnya, pria itu mencari pembunuh di berbagai kelompok bayaran yang akan berguna untuk pekerjaan ini sementara Rashta beristirahat di rumah. Tentu saja, dia tidak pernah mengungkapkan nama Rashta dalam prosesnya.

Beberapa jam kemudian, Rashta pergi sendirian ke kelompok pembunuh bayaran yang ditunjukkan Pix. Secara mengejutkan, kelompok pembunuh bayaran itu berlokasi di pinggiran wilayah itu.

Selain itu, markas kelompok bayaran tampak seperti toko yang sunyi dan terpencil, jelas bukan tempat di mana hal-hal mengerikan dilakukan.

"Apa yang membawamu kemari?"

Mendengar pertanyaan yang sangat sopan dari petugas di konter, Rashta menyerahkan sebuah permata besar yang dia bawa.

Petugas itu tersenyum halus dan berkata, “Tolong tunggu sebentar.”

Setelah sekitar sepuluh menit, petugas itu muncul kembali dan membuka pintu di belakangnya.

"Silakan lewat sini."

Saat dia masuk, Rashta bisa melihat koridor yang panjang dan sempit. Ada banyak ruangan di kedua sisi koridor, dan petugas itu menunjuk ke ujung koridor dengan jari.

"Jangan pergi ke kamar mana pun, lurus saja kea rah sana."

Meskipun dia merasa sakit perut karena tegang, Rashta melakukan seperti yang diperintahkan.

Di ujung koridor ada ruang kecil yang benar-benar putih, dengan hanya sebuah meja dan dua kursi yang ditempatkan di tengahnya.

Saat dia mondar-mandir, tidak bisa duduk diam di kursi, seorang pria jangkung, dengan topeng menutupi wajahnya, muncul tak lama dari arah yang sama dengan Rashta.

Matanya begitu dingin dan tajam sehingga orang bisa melihat sekilas bahwa dia tidak melakukan sesuatu yang biasa.

Pria itu menyeret kursi di depan Rashta dengan acuh tak acuh dan duduk, tetapi bahkan setelah duduk, dia hanya menatap Rashta dalam diam.

Rashta, yang tidak bisa menunggu, membuka mulutnya dengan susah payah,

"Kamu akan melakukan apa saja demi uang?"

Pembunuh itu mengangguk tanpa suara. Kemudian, Rashta bertanya dengan ragu-ragu.

"Apakah kamu tahu Pix?"

Ketika pembunuh itu mengangguk lagi, Rashta bertanya lebih hati-hati,

"Jika aku memberimu uang ... apakah kamu akan membunuh Pix juga?"

Jika si pembunuh mengatakan tidak, dia akan mengubah kata-katanya, dengan mengatakan, 'Aku hanya mencoba melihat seberapa jauh kamu mampu melakukannya,' dan jika dia menjawab ya, dia benar-benar akan memintanya untuk membunuh Pix sebagai tes.

Dia ingin memeriksa betapa tidak berperasaan dan terampilnya dia.

Pembunuh itu mengangguk sekali lagi.

“Kalau begitu bunuh dia. Anggap saja itu tes.”

Pembunuh itu bangkit, berkata, "Tunggu di sini sebentar."

Sudah cukup lama berlalu sejak dia berkata 'tunggu sebentar'. Rashta merasa seperti tiga atau empat jam telah berlalu.

Apa yang dia lakukan? Saat Rashta mulai lelah menunggu, si pembunuh muncul kembali memegang sesuatu yang terbungkus kain. Saat dia mendekat, bau darah yang memuakkan semakin kuat.

Rashta menutupi hidungnya dan terlompat. Bau apa ini? Dia merasa mual.

Tidak terpengaruh, si pembunuh dengan santai meletakkan apa yang dia pegang di atas meja. Ketika dia melepaskan cengkeramannya yang kuat, kain itu jatuh perlahan, memperlihatkan sedikit dari apa yang ada di dalamnya.

Melihat rambut yang acak-acakan dan penutup mata, Rashta tidak tahan dan muntah. Terlepas dari keadaan Rashta, si pembunuh akhirnya akhirnya sepenuhnya memperlihatkan kepala yang ada di dalamnya.

Melihat kepala itu di atas meja, Rashta muntah lagi.

Namun, dia segera merasa senang. Pembunuh itu tidak berperasaan dan terampil. Jika dia menggunakan pria ini, menyingkirkan Rivetti bukanlah masalah.

Menyeka mulutnya dengan lengan bajunya, Rashta bertanya,

"Bisakah kamu membunuh bangsawan juga?"

* * *

[Baca Remarried Empress Bahasa Indonesia di https://shiraulwiya.blogspot.com/]

Diterjemahkan dari https://novelutopia.com/ 


<<<

Chapter 271              

>>>             

Chapter 273

===

Daftar Chapters 


1 comment: