Chapter 272: Hal-Hal yang Mulai Terlihat (1)
Penerjemah:
Shira Ulwiya
Rashta tidak lagi membutuhkan perawatan dokter
istana, jadi dia mengunjungi Sovieshu dan bertanya,
“Aku sangat terkejut dengan apa yang terjadi, Yang
Mulia. Bolehkah aku pergi ke pedesaan yang tenang untuk memulihkan diri dan menjernihkan
pikiranku?”
“Ke pedesaan?”
“Ya, dokter istana mengatakan bahwa Rashta
harus bersantai demi kesehatan bayinya. Tapi ada banyak masalah di sini .... iya kan?"
Rashta ingin pergi ke Rimwell. Meskipun
insiden kursi itu tidak menyenangkan, dia telah mencari cara untuk pergi ke
Rimwell selama beberapa waktu, jadi dia menganggap ini kesempatannya.
"Di mana kau berencana tinggal?"
“Moir.”
Moire adalah wilayah pedesaan kecil tepat di
sebelah Rimwell.
"Aku pernah kesana
sebelumnya. Udara segar dan pemandangan indah masih membekas dalam ingatanku.”
Untungnya, Sovieshu langsung setuju.
"Bawa banyak penjaga bersamamu."
Faktanya, Sovieshu tidak hanya memberinya
banyak penjaga dan terutama kereta kuda yang kokoh, tetapi juga buru-buru membeli
vila bangsawan di Moire.
Rashta bisa saja tinggal di kediaman keluarga bangsawan, tetapi Sovieshu telah
memutuskan bahwa akan lebih baik bagi Rashta untuk menikmati waktunya dengan
bebas di kediamannya sendiri daripada stres dengan semua formalitas yang tidak
perlu.
Juga, Rashta sangat tertekan selama beberapa
hari terakhir, setelah perban dilepas, dan melihat bekas luka di dahinya.
Bekas luka itu membentang dari dahinya ke salah satu ujung alisnya, bekas luka itu
sedikit lebih tebal dan lebih panjang dari yang diperkirakan dokter istana.
Setelah memotong poni untuk menyembunyikan
bekas luka, dia merasa sedikit lebih baik, tetapi dia masih perlu menenangkan
tubuh dan pikirannya.
“Terima kasih, Yang Mulia!”
Rashta dengan tulus berterima kasih dan merasa senang.
Belakangan ini Sovieshu bersikap
cuek, jadi dia sangat senang karena Sovieshu memerhatikan dirinya seperti sebelumnya.
Namun, sehari setelah kedatangannya di Moire,
Rashta menyelinap keluar dari vila, segera setelah meninggalkan seorang pelayan
sebagai pengganti dirinya.
Dia pergi ke desa terdekat dengan kereta yang
telah dia persiapkan sebelumnya untuk bertemu dengan seorang pria yang dulu
mengaguminya.
Pria inilah yang membantu Rashta melarikan
diri dari tangan Viscount Roteschu. Jika dia masih tetap setia, maka dia bisa
memercayakannya dengan tugas yang ada dalam pikirannya.
Dia sebelumnya telah melakukan penyelidikan
yang mengungkap fakta mengejutkan. Pria itu kehilangan mata akibat hukuman
berat oleh Viscount Roteschu karena membantunya melarikan diri, tetapi dia
tetap tetap membela Rashta dan tidak pernah mengatakan apa-apa tentang itu.
'Jika dia sangat mencintai Rashta, maka aku
bisa memercayainya.'
Rashta pergi ke rumahnya, merasa yakin.
"Apa kamu ingat aku?"
“Rashta…”
Pria itu menangis ketika Rashta melepas
tudungnya. Bahkan keranjang di tangannya jatuh ke lantai, terisak-isak, tidak
bisa mengambilnya.
Setelah memasuki rumah dan menanyakan
kabarnya, Rashta menjelaskan situasinya dengan ekspresi sedih.
“Aku nyaris tidak bisa hidup seperti orang
biasa, tetapi Viscount Roteschu terus mengancam Rashta.”
"Dasar b*jingan keji!"
"Rivetti tanpa malu-malu berupaya untuk
mencuri suami Rashta ..."
Ketika Rashta mulai menangis, tidak dapat
berbicara lagi, pria itu mendengus dan meninju meja dengan marah.
Walau pria itu mencintai Rashta, dia juga memiliki kebencian yang mendalam
terhadap Viscount Roteschu. Mendengar bahwa Viscount dan keluarganya mengganggu
Rashta-nya tersayang, darah di nadinya mulai mendidih.
“Jadi, kamu kabur lagi? Tapi datang ke sini
bukanlah pilihan yang baik, Rashta.”
"Pix, aku datang ke sini untuk
menemuimu."
"Aku?"
“Kamu satu-satunya yang bisa membantu Rashta.
Tolong bantu aku."
"Apa yang bisa aku lakukan? Bagaimana aku bisa membantumu?"
Pria ini akan rela memberikan hidupnya demi Rashta.
Rashta meletakkan tangannya di pipinya yang
kurus dan menangis. Penampilannya sangat menyedihkan sehingga pria itu
bersumpah untuk melindungi malaikat di hadapannya dengan cara apa pun.
“Ini bukan permintaan yang sulit. Aku tidak akan
memintamu melakukan hal seperti itu.”
"Jangan khawatir. Mintalah apa pun yang kamu inginkan
dariku.”
“Yang dapat dipercaya dan…”
“Yang dapat dipercaya dan?”
"Terampil…"
“?”
"Aku ingin menyewa seorang
pembunuh."
Pria itu benar-benar terkejut.
Dia adalah orang biasa dan memiliki banyak
teman yang buruk. Karena
itu, dia tahu banyak tentang sisi gelap dunia. Meskipun
dia tidak pernah menggunakan mereka.
Tapi budak yang lembut dan manis ini ingin
menyewa seorang pembunuh!
“Rashta, apakah kamu ingin membunuh Viscount
Roteschu? Mereka yang cukup andal untuk membunuh bangsawan sangatlah mahal.”
"Rashta akan mengurus itu."
“…”
"Maafkan aku, Pix. Ini mungkin salah,
jadi lebih baik jika kamu tidak tahu detailnya. Aku tidak ingin membuatmu kesulitan.”
Pada akhirnya, pria itu mencari pembunuh di berbagai kelompok bayaran yang akan berguna untuk pekerjaan ini
sementara Rashta beristirahat di rumah. Tentu saja, dia tidak pernah
mengungkapkan nama Rashta dalam prosesnya.
Beberapa jam kemudian, Rashta pergi sendirian
ke kelompok pembunuh bayaran yang ditunjukkan Pix. Secara mengejutkan, kelompok pembunuh
bayaran itu berlokasi di pinggiran wilayah itu.
Selain itu, markas kelompok bayaran tampak seperti toko yang sunyi dan terpencil, jelas bukan tempat di
mana hal-hal mengerikan dilakukan.
"Apa yang membawamu kemari?"
Mendengar pertanyaan yang sangat sopan dari petugas di konter, Rashta
menyerahkan sebuah
permata besar yang dia bawa.
Petugas itu
tersenyum halus dan berkata, “Tolong tunggu sebentar.”
Setelah
sekitar sepuluh menit, petugas itu muncul kembali dan membuka pintu di
belakangnya.
"Silakan
lewat sini."
Saat dia
masuk, Rashta bisa melihat koridor yang panjang dan sempit. Ada banyak ruangan
di kedua sisi koridor, dan petugas itu menunjuk ke ujung koridor dengan jari.
"Jangan
pergi ke kamar mana pun, lurus saja kea rah sana."
Meskipun
dia merasa sakit perut karena tegang, Rashta melakukan seperti yang
diperintahkan.
Di ujung
koridor ada ruang kecil yang benar-benar putih, dengan hanya sebuah meja dan
dua kursi yang ditempatkan di tengahnya.
Saat dia
mondar-mandir, tidak bisa duduk diam di kursi, seorang pria jangkung, dengan
topeng menutupi wajahnya, muncul tak lama dari arah yang sama dengan Rashta.
Matanya
begitu dingin dan tajam sehingga orang bisa melihat sekilas bahwa dia tidak
melakukan sesuatu yang biasa.
Pria itu
menyeret kursi di depan Rashta dengan acuh tak acuh dan duduk, tetapi bahkan
setelah duduk, dia hanya menatap Rashta dalam diam.
Rashta,
yang tidak bisa menunggu, membuka mulutnya dengan susah payah,
"Kamu
akan melakukan apa saja demi uang?"
Pembunuh
itu mengangguk tanpa suara. Kemudian, Rashta bertanya dengan ragu-ragu.
"Apakah
kamu tahu Pix?"
Ketika
pembunuh itu mengangguk lagi, Rashta bertanya lebih hati-hati,
"Jika aku
memberimu uang ... apakah kamu akan membunuh Pix juga?"
Jika si
pembunuh mengatakan tidak, dia akan mengubah kata-katanya, dengan mengatakan, 'Aku
hanya mencoba melihat seberapa jauh kamu mampu melakukannya,' dan jika dia
menjawab ya, dia benar-benar akan memintanya untuk membunuh Pix sebagai tes.
Dia ingin
memeriksa betapa tidak berperasaan dan terampilnya dia.
Pembunuh
itu mengangguk sekali lagi.
“Kalau
begitu bunuh dia. Anggap saja itu tes.”
Pembunuh
itu bangkit, berkata, "Tunggu di sini sebentar."
Sudah cukup
lama berlalu sejak dia berkata 'tunggu sebentar'. Rashta merasa seperti tiga
atau empat jam telah berlalu.
Apa yang
dia lakukan? Saat Rashta mulai lelah menunggu, si pembunuh muncul kembali
memegang sesuatu yang terbungkus kain. Saat dia mendekat, bau darah yang memuakkan
semakin kuat.
Rashta
menutupi hidungnya dan terlompat. Bau apa ini? Dia merasa mual.
Tidak
terpengaruh, si pembunuh dengan santai meletakkan apa yang dia pegang di atas
meja. Ketika dia melepaskan cengkeramannya yang kuat, kain itu jatuh perlahan,
memperlihatkan sedikit dari apa yang ada di dalamnya.
Melihat
rambut yang acak-acakan dan penutup mata, Rashta tidak tahan dan muntah.
Terlepas dari keadaan Rashta, si pembunuh akhirnya akhirnya sepenuhnya memperlihatkan
kepala yang ada di dalamnya.
Melihat
kepala itu di atas meja, Rashta muntah lagi.
Namun, dia
segera merasa senang. Pembunuh itu tidak berperasaan dan terampil. Jika dia
menggunakan pria ini, menyingkirkan Rivetti bukanlah masalah.
Menyeka
mulutnya dengan lengan bajunya, Rashta bertanya,
"Bisakah
kamu membunuh bangsawan juga?"
* * *
[Baca
Remarried Empress Bahasa Indonesia di https://shiraulwiya.blogspot.com/]
Diterjemahkan dari https://novelutopia.com/
<<<
>>>
===
Rashta psikopat
ReplyDelete