Chapter 271: Kepribadian Heinley Yang Lain (2)
Penerjemah:
Shira Ulwiya
Kalau
terus begini, Sovieshu akan mencoba menjadikan Evely permaisuri ketiga, merebut
anakku dariku, dan menceraikanku. Sama seperti apa yang terjadi dengan
Permaisuri Navier! Aku harus bertindak cerdas dan tenang. Permaisuri Navier
berselingkuh saat masih menikah dengan Sovieshu, jadi segera setelah
perceraiannya dia pergi dengan pria itu, tetapi karena aku mengabdikan diri
hanya untuk Sovieshu, aku berada dalam posisi yang sulit.
Rashta
dengan cepat mengaduk-aduk kotak perhiasannya dan mengeluarkan kalung safir
besar yang indah, memberikannya sebagai hadiah kepada pelayan yang mengadukan
rekannya.
"Apakah
ini untuk saya?"
"Ya."
"Sungguh
cantik…"
“Lakukan
apa yang kamu mau, kamu bisa menjualnya atau menyimpannya. Ngomong-ngomong,
ibumu ada di penjara, kan?”
"Hah?
Ya."
"Aku
akan menggunakan hak kekebalanku untuk mengeluarkannya dari penjara."
***
Aku
terbiasa dengan beban kerjaku yang besar, dan para ajudanku juga terbiasa
dengan cara kerjaku. Karena itu, efisiensi dan kecepatan kerja meningkat secara
alami.
Sekarang aku
yakin kalau aku dapat melakukan beberapa tugas lain pada waktu bersamaan. Aku
memerintahkan seorang ajudan untuk mengirim surat kepada Grand Duke Kapmen
untuk membahas masalah perdagangan dengan Rwibt.
Grand Duke
Kapmen mengirim balasan sekitar empat jam kemudian, dan setelah itu, kami
berkorespondensi tiga atau empat kali sehari. [berkorespondensi: saling
berkirim surat]
Beberapa
hari kemudian, ajudan itu bertanya dengan ragu,
“Bukankah
lebih baik bertemu untuk berbicara secara langsung?”
“Bila
perlu. Saat ini tidak banyak yang bisa dikatakan.”
Aku dengan
santai membuat alasan sambil menunda pertemuan dengan Grand Duke Kapmen.
Namun, para
ajudanku tampaknya merasa semakin aneh seiring berjalannya waktu.
Isi surat
yang kami pertukarkan semakin panjang dan interval antara masing-masing surat
semakin pendek. Para ajudanku sepertinya berpikir dengan cemas, 'Apakah mereka
berkelahi?'
Untungnya,
sebelum kecurigaan mereka semakin kuat, William dan Mullaney masing-masing
muncul dengan laporan investigasi mereka sendiri.
Aku
meletakkannya di meja kantorku dan membaca laporan dengan perlahan. Pertama
Mullaney, lalu William.
Kedua
penerus saling melirik satu sama lain dan menunggu jawabanku dengan cemas.
Ekspresi mereka terlihat sangat serius dan waspada.
Setelah
beberapa saat, aku bertanya kepada keduanya seraya meletakkan laporan di tanganku
ke atas meja,
"Apakah
kalian melakukan penyelidikan bersama?"
Mereka
berdua menggelengkan kepala, bingung.
Terkekeh, aku
menyampaikan laporan William ke Mullaney, dan laporan Mullaney ke William.
“Apakah
kamu ingin membacanya?”
Dalam waktu
kurang dari tiga menit, kedua wajah mereka menjadi kaku.
Itu jelas
bisa dimengerti. Laporan mereka sangat mirip, bahkan kesalahan mereka.
“Aku tidak
tahu siapa yang meniru siapa, tapi itu bukan pilihan yang baik. Aku telah
melakukan investigasi terpisahku sendiri, dan ada banyak data yang salah dalam
laporan ini.”
Mullaney
dan William tampak bingung. Sulit untuk mengatakan siapa yang berpura-pura, dan
siapa yang tidak, karena keduanya memiliki ekspresi yang cukup meyakinkan.
“Penyelidikan
ini memalukan. Aku kecewa. Kalian sebaiknya pergi, aku akan mengurus ini.”
Aku sengaja
berbicara dengan tajam dan memerintahkan mereka berdua untuk pergi.
Malam itu,
Heinley tertawa ketika aku memberi tahu dia tentang apa yang terjadi.
“Aku tidak
membayangkan mereka akan melakukan itu. Sungguh tidak terduga.”
“Menurutmu
itu lucu?”
"Seperti
yang aku katakan, aku tidak membayangkan itu bisa terjadi."
Dengan
kepalaku di dadanya, aku mengangkat tangan dan meregangkan pipinya.
"Tapi
apakah laporannya benar-benar seburuk itu?"
“Tidak
seburuk itu. Aku hanya mencoba menipu mereka.”
Heinley
tersenyum, matanya melengkung seolah dia membaca pikiranku,
"Kamu
melakukannya untuk mencari tahu siapa yang menyalin laporan itu, itu akan
menjadi orang pertama yang mengunjungimu."
Aku
mengangguk dan menggigit pipinya. Karena ini telah terjadi, hanya ada satu hal
yang bisa aku lakukan.
Aku harap
bukan Mullaney yang mengunjungiku.
“Ratuku?
Aku gugup kamu menggigit pipiku dengan tatapan serius. Aku merasa seperti kamu
mencoba merobeknya dariku.”
***
Tiga hari
berlalu, tetapi tidak seperti dugaan, baik Mullaney maupun William tidak datang
menemuiku. Keduanya tampak pintar.
Jadi apa
yang harus aku lakukan sekarang… Aku sedang merenungkan dengan hati-hati sembari
berjalan, ketika aku mendengar desas-desus. Tapi isinya sangat aneh.
"Hantu.
Apa kamu yakin?"
“Oh, ngeri
sekali. Jangan bilang begitu. Aku tidak akan bisa keluar malam-malam!"
"Itu
nyata. Aku tidak tahu berapa banyak orang yang sudah melihatnya!”
“Aku juga
pernah mendengarnya. Kabarnya itu hantu laki-laki dengan mahkota di kepalanya.”
"Benarkah?
Maka mungkin saja itu adalah mendiang Raja Wharton III.”
"Kenapa
dia bisa menjadi hantu?"
"Ada
desas-desus bahwa Yang Mulia Heinley meracuni Raja Terdahulu."
Bagian
pertama adalah cerita lucu. Bahkan di Kekaisaran Timur, sesekali ada kehebohan
tentang penampakan hantu. Tapi bagian terakhir tampak agak jahat.
Meskipun aku
telah mendengar rumor itu juga, aku tidak percaya itu telah bercampur dengan
cerita hantu.
Seketika,
para bangsawan di pihak Christa muncul di benaknya. Apakah mereka yang
menyebarkan rumor itu? Christa pergi ke Compshire, tetapi banyak bangsawan dan
pejabat yang mendukungnya tinggal di sini.
Karena
mereka mendukung Christa, mereka tidak bisa berbuat apa-apa jika dia tiba-tiba
kehilangan semua kekuasaannya. Mungkinkah mereka menargetkan Heinley untuk
mencoba membalikkan situasi?
Tapi aku
terlihat seperti satu-satunya yang peduli tentang ini. Ketika aku pergi menemui
Heinley sekitar waktu makan siang, dia sudah tahu tentang rumor itu. Namun, dia
sepertinya tidak berpikir itu terkait dengan rekan Christa.
Sebaliknya,
dia bertanya padaku dengan binar di matanya.
"Ratuku,
apakah kamu takut pada hantu?"
"Jika begitu,
aku bisa tinggal di sisimu sejak matahari terbenam hingga matahari
terbit."
"Jangan
khawatir. Aku tidak takut."
"Itu
hantu, apa kamu tidak takut?"
"Tidak
juga."
“…”
“Heinley?”
“Sebenarnya,
aku takut, Ratuku. Jadi… maukah kamu tinggal di sisiku sejak matahari terbenam
hingga matahari terbit?”
"Kamu
tidak berpikir ini terkait dengan pendukung Christa?"
“Tentu saja
aku pikir kita harus menyelidikinya juga. Tapi selain itu, aku takut, Ratuku.
Aku percaya pada hantu.”
Bahkan,
begitu matahari terbenam, dia tinggal bersamaku di kamarku bahkan ketika aku
sedang bekerja atau membaca.
"Aku
takut, bisakah kita mandi bersama malam ini, Ratuku?"
"Tidak."
Meskipun
tampak sedikit mencurigakan, Heinley bertingkah seolah dia benar-benar takut
pada hantu. Jadi aku memutuskan untuk mengungkapkan identitas asli hantu itu
demi dia.
Di tengah
malam, aku pergi dengan pengawalku ke tempat hantu itu muncul.
Aku tidak
tidur di kamar bersama sehingga aku tidak perlu khawatir tentang Heinley yang
terbangun.
Namun,
sudah ada pengunjung lain di tempat hantu itu seharusnya muncul.
“Cari
dengan hati-hati. Pasti ada perangkatnya.”
Heinley
adalah orang pertama yang aku lihat.
"Bagaimana
jika itu benar-benar hantu?"
McKenna
adalah orang kedua.
“Tidak ada
hantu. Aku juga tidak peduli jika ada yang muncul.”
Siapa pria
yang mirip suamiku ini, dan tanpa ragu berkata kalau tidak ada hantu?
Heinley,
yang kukenal, gemetar ketakutan pada hantu.
Haruskah aku
menganggap kepribadian suamiku yang lain ini sebagai orang ketiga?
“Tapi Yang
Mulia. Jika hantu Raja Terdahulu muncul, apa yang harus kita lakukan?”
“Taburkan
garam.”
* * *
[Baca
Remarried Empress Bahasa Indonesia di https://shiraulwiya.blogspot.com/]
Diterjemahkan dari https://novelutopia.com/
<<<
>>>
===
������
ReplyDelete