Friday, May 14, 2021

Trash of the Count’s Family (#51)

 





Pembuat Onar di Keluarga Count

Chapter 51: Ke dalam pusaran air

Penerjemah: Shira Ulwiya / Proofreader: Tsura

 

Cale melihat keluar melalui sebuah jendela kecil di perahu. Warna air laut yang bergejolak sama sekali tidak jernih. Warnanya putih dan biru karena merefleksikan dasar laut, dan warna birunya semakin gelap semakin dekat ke titik pusat pusaran air.

‘Kamu mungkin bisa mati jika terseret ke dalamnya.’

Cale memikirkan tentang bom sihir baru di kotak sihir yang berada di kediamannya. Dia kemudian memalingkan pandangannya ke depan dan melihat pulau terkecil dari gugusan pulau di depannya.

“Tuan muda, pulau di sana itu! Pusaran air di depan pulau itu adalah yang terburuk. Anda mungkin akan mengucapkan selamat tinggal kepada dunia seketika jika terseret ke dalamnya! Hahaha!”

Nelayan itu sangat berani. Dia bahkan tidak melihat wajah Wakil Kapten berubah semakin pucat saat dia terus berbicara.

Cale menahan keinginannya untuk muntah dan memperhatikan kata-kata nelayan tersebut.

“Ada sebuah legenda yang mengatakan bahwa pusaran air itu muncul karena ulah seorang pencuri yang mencuri sesuatu dari dewa, tapi, aiya!”

Kapal itu oleng ke satu sisi. Cale menelan ludah setelah melihat ombak menabrak jendela kapal.

“Aigoo, kapal ini hampir terguling. Hei nak, kayuh yang benar!”

“Maaf, ayah!”

Pasangan ayah dan anak ini benar-benar berani.

“Oleh karena itu, tuan muda.”

“Hei.”

Pada akhirnya, Cale mengangkat tangannya untuk menghentikan orang tua itu dan dengan tegas mulai berbicara.

“Mari bicara setelah kita sampai di pulau itu.”

“Itulah yang nona Amiru juga katakan! Kita hampir sampai.”

[Baca Trash of the Count's Family Bahasa Indonesia di https://shiraulwiya.blogspot.com/]

Orang tua itu mulai mengayuh dengan cekatan. Kapal yang sedang bergerak saat dia terus mengayuh entah bagaimana berputar dan berbelok menghindari semua pusaran air. Cale memperhatikan setiap pusaran air yang mereka lewati.

‘Jejak angin yang dimuntahkan oleh Suara Angin.’

Kekuatan kuno yang disebut, ‘Suara Angin’, menciptakan angin, ‘gasing’, dan memutarnya sekuat mungkin. Dan, seiring berjalannya waktu, gasing-gasing itu menciptakan gasing baru, menghasilkan banyak pusaran air yang terlihat saat ini.

“T, tuan muda, saya, saya seharusnya melindungi Anda… Ugh.”

Cale tidak menghiraukan kata-kata Wakil Kapten dan mencengkeram pegangan perahu. Dia tidak ingin mati tenggelam.

Akhirnya, kapal itu sampai di sebuah pulau dan Cale sekali lagi dapat merasakan tanah di bawah kakinya.

“Kita sudah sampai. Perjalanan tadi lebih mudah dari biasanya.”

Anak lelaki si nelayan mengangguk, menyetujui kata-kata ayahnya. Cale menatap ke belakang kedua orang itu untuk melihat Wakil Kapten yang sedang bersandar.

“Huuueeekkk.”

Wakil Kapten menderita mabuk laut yang parah sampai-sampai Cale bertanya-tanya dalam hati jika dia mungkin berakhir sekarat. Cale menepuk lengan Beacrox saat Beacrox berjalan melewatinya dan menunjuk Wakil Kapten. Beacrox mengernyitkan dahi sebelum mengeluarkan sepasang sarung tangan putih dari sakunya dan memakainya seraya menuju ke arah Wakil Kapten.

Cale sedikit tersentak saat dia melihat sarung tangan itu.

‘Bukankah itu sarungan tangan yang dia pakai saat menyiksa seseorang untuk menjaga dirinya tetap bersih?’

Beacrox tampaknya mempunyai persediaan sarung tangan yang tidak terbatas. Setelah mengamati keberadaan sarung tangan ini untuk pertama kalinya, Cale berhenti menatap Beacrox dan Wakil Kapten lalu melihat-lihat sekeliling pulau.

Tidak ada pasir di pulau ini, sebagai gantinya, pulau ini dikelilingi oleh bebatuan. Jika kamu melihat sedikit lebih jauh dari bibir pantai, kamu juga dapat melihat sebuah hutan kecil. Mungkin lebih tepat untuk menyebutnya sebagai taman daripada hutan karena mereka mengatakan kamu dapat berjalan mengelilinginya kurang dari satu jam.

[Baca Trash of the Count's Family Bahasa Indonesia di https://shiraulwiya.blogspot.com/]

“Pak tua.”

“Ya, tuan muda.”

“Lanjutkan ceritamu sebelumnya, tentang pencuri itu.”

Orang tua itu berhenti memandangi anaknya yang menjangkarkan kapal dan menunjuk ke arah jalan kecil yang mereka lewati untuk sampai ke sini. Dia sedang menunjuk ke arah pusaran air besar di depan pulau ini.

“Dahulu kala, ada seorang pencuri yang lebih cepat dari siapa pun juga. Langkah-langkah si pencuri sangatlah ringan dan berhati-hati sehingga, kabarnya, dia dapat berjalan di atas air tanpa menciptakan riak-riak air.”

Itu benar-benar Suara Angin. Tentu saja, berjalan di atas air agak dilebih-lebihkan.

“Pokoknya, pencuri itu mencuri sesuatu milik dewa. Legenda mengatakan bahwa pencuri itu melompat dari Tebing Angin bersama benda tersebut. Anda tahu tebing yang mana itu, kan? Itulah bagaimana benda milik dewa dan pencuri tersebut menghilang dari dunia ini, begitu juga bagaimana pusaran-pusaran air ini terbentuk.”

Orang tua itu tersenyum selembut keriput kecoklatan di lengannya.

 “Oleh sebab itu dahulu di masa lalu ada pengorbanan untuk benda milik dewa tersebut.”

“Tapi tidak lagi?”

“Jika itu memang benda milik dewa, kenapa dewa menyusahkan manusia dan bukannya mengambil kembali benda miliknya?”

Cale setuju dengan orang tua itu.

Itu bukanlah benda milik dewa. Itu adalah kekuatan manusia. Itu sebabnya dewa tidak bisa mengambilnya.

“Kalau begitu aku akan pergi berkeliling pulau dulu.”

“Ya, tuan. Saya akan menunggu Anda di sini.”

Orang tua itu berjalan menuju anaknya saat Wakil Kapten melompat muncul.

“Tuan muda, saya juga, ugh.”

Dia lalu kembali meringkuk. Cale mendecak lidahnya dan memberi isyarat kepada Beacrox untuk mendekat. Begitu Beacrox sampai, Cale berbisik di telinga Beacrox.

“Karena kamu adalah anaknya Ron, aku yakin kamu juga tidak normal.”

“Lalu?”

Cale menepuk pundak Beacrox yang bahkan tidak gugup sama sekali dan lanjut berbicara.

“Tahan Wakil Kapten di sini.”

“…Apa Anda akan baik-baik saja sendirian?”

“Memangnya apa yang berbahaya di sini? Aku juga punya perisaiku.”

“Tolong berhati-hatilah.”

Beacrox setuju untuk mengikuti perintah Cale tanpa banyak bertanya. Ini sebabnya Cale membawa Beacrox bersamanya. Dia butuh seseorang di sekitarnya untuk sementara waktu, seseorang yang kuat, tetapi tidak terlalu bertekad untuk melindunginya. Juga seseorang yang bisa dia perintah.

Itulah alasan mengapa Beacrox adalah pilihan yang tepat.

[Baca Trash of the Count's Family Bahasa Indonesia di https://shiraulwiya.blogspot.com/]

“Aku akan segera kembali.”

Cale berjalan menuju ke arah hutan di tengah-tengah pulau.

“Tolong tembakkan perisai Anda ke udara jika Anda berada dalam bahaya.”

“Tuan muda, saya akan berada tepat di belakang, ugh.”

Cale tidak sepenuhnya mendengarkan Beacrox dan Wakil Kapten saat dia berjalan ke dalam hutan. Dia kemudian berbicara dengan pelan segera setelah dia berada cukup jauh dari yang lain.

“Bagaimana menurutmu?”

Naga Hitam menjawab.

“Seperti yang kau bilang, ada sesuatu di bawah pusaran air di depan pulau ini. Ini mirip dengan kekuatan dari gua waktu itu.”

Naga Hitam sedang membicarakan tentang saat Cale memperoleh Vitalitas Jantung. Cale masuk ke dalam hutan dengan langkah santai. Tidak ada alasan untuk melihat ke dalam hutan. Dia datang hanya untuk melihat pusaran air itu.

‘Aku memang perlu sedikit mencari tahu tentang medan di sini, karena kami akan terbang kembali ke sini malam hari nanti.’

Cale menanyakan satu hal lagi.

“Tidak ada seorang pun di sini, kan?”

“Tidak ada.”

Tidak ada seorang pun selain rombongan Cale di pulau ini. Cale akhirnya dapat bernapas lega. Dia mengkhawatirkan gerombolan paus yang dilihatnya kemarin.

“Tapi ada mayat.”

“Apa?”

Cale langsung membeku. Dia mulai mengernyitkan dahi dan melihat ke atas. Naga Hitam menyingkirkan sihir tak kasatmatanya dan muncul di depan Cale.

“Ketika tadi aku melihat ke bawah, ada tiga mayat di sisi lain pulau.”

Cale sama sekali tidak menduga akan adanya mayat. Cale mundur tiga langkah ke arah kapal. Dia punya perasaan buruk bahwa sesuatu yang naas akan terjadi jika dia terus berjalan ke arah sisi lain pulau. Akan tetapi, Naga Hitam terus berbicara.

“Tapi itu bukanlah mayat manusia.”

Cale mengangkat kedua tangannya untuk menutupi matanya. Jika bukan manusia, artinya mereka memiliki ciri yang unik. Tetapi, mereka juga tidak menyerupai binatang.

“Jadi mereka mirip dengan manusia, tapi berbeda.”

Maka hanya ada satu jawaban yang tersisa.

“Apakah tangan dan kaki mereka terlihat aneh?”

Naga Hitam menganggukkan kepalanya dengan bersemangat.

“Itu benar! Tangan dan kaki mereka tampak aneh. Terlihat seperti sirip!”

Sirip. Itu adalah ciri khas dari seekor duyung.

Gerombolan paus dan duyung. Cale merasa khawatir dan diliputi keraguan. Paus dan duyung harusnya belum muncul saat ini.

‘Tidak.’

Cale segera memperbaiki pola pikirnya. Perang antara Suku Paus dan para duyung memiliki sejarah yang bahkan lebih panjang dari sejarah tertua perang manusia. Akan tetapi, momen ketika hal ini terungkap di novel adalah ketika Choi Han terlibat dengan Suku Paus.

[Baca Trash of the Count's Family Bahasa Indonesia di https://shiraulwiya.blogspot.com/]

Cale memanggil Naga Hitam.

“Hei, kamu.”

“…Jangan memanggilku kamu.”

“Terus aku harus panggil kamu apa?”

“Kau akan segera tahu.”

‘Apa sih yang dia bicarakan?’

Cale berpikir Naga Hitam yang tengah mempelajari bahasa manusia belakangan ini akan memilih nama untuk dirinya sendiri, jadi dia menunjuk ke arah sisi lain pulau dengan dagunya.

“Apa kamu yakin tidak ada siapa pun di sana?” 

“Tidak ada keberadaan makhluk hidup. Begitu juga di dalam air.”

“Kalau begitu tunjukkan jalannya.”

Dia harus pergi melihat mayat duyung-duyung itu. Hanya untuk memastikan dan melindungi dirinya dari bahaya.

“Kamu harus berada di depanku.”

Cale mendorong Naga Hitam di depannya sembari berjalan menuju sisi lain pulau. Dia kemudian mulai mengerutkan dahi segera setelah sampai di sisi lain hutan dan melihat mayat-mayat itu.

“…Dugaanku benar.”

Seperti yang diduga, itu adalah mayat duyung. Lebih jelasnya, ada tiga mayat, semuanya dengan kondisi leher patah. Selain itu, kaki dan lengan mereka juga terpelintir. Cale semakin mengerutkan dahinya setelah melihat penampakan duyung-duyung itu dengan mata kepalanya sendiri alih-alih teks dalam novel.

Mayat-mayat itu benar-benar kering, seperti layaknya mumi. Tetapi, duyung memang terlihat berbeda dari manusia.

Terdapat sirip di kaki dan tangan mereka, sementara kulit mereka tampaknya tertutupi sisik. Dan alih-alih telinga, mereka justru memiliki insang.

[Baca Trash of the Count's Family Bahasa Indonesia di https://shiraulwiya.blogspot.com/]

“Kenapa kau tidak mendekat?”

Naga Hitam bertanya dengan rasa penasaran kepada Cale, yang sedang mengamati dari kejauhan. Cale segera menjawab si Naga Hitam.

“Ini mengerikan.”

“…Betul juga. Aku lupa kalau kau manusia yang lemah.”

Naga Hitam mengangguk dan terbang mendekati mayat-mayat duyung tersebut. Dia lalu mulai berbicara sendiri.

“Sepertinya mereka dihajar sampai tewas. Mereka juga tampaknya tewas baru-baru ini. Selain itu, aku bisa melihat darah merah di bawah sirip-sirip mereka. Kurasa telah terjadi pertempuran.”

‘Itu pasti paus. Pasti seekor paus yang membunuh duyung-duyung ini.’

Suku Paus memiliki sedikit populasi, sama seperti naga, tetapi mereka adalah makhluk terkuat di lautan. Itulah bagaimana mereka dapat melindungi lautan dari para duyung.

Para duyung ingin membuat kerajaan di dalam laut. Akan tetapi, Suku Paus tidak setuju membagi wilayah mereka dengan yang lain. Itu karena mereka adalah spesies yang perlu bermigrasi mengikuti cuaca.

‘Suku Paus berjumlah sedikit, tetapi mereka terlalu kuat bagi para duyung untuk bertingkah semau mereka. Tetapi, para duyung mendadak menjadi lebih kuat.’

Para duyung mulai menjadi lebih kuat, menempatkan Suku Paus dalam situasi yang sulit. Itulah saat Choi Han muncul dan membantu para paus. Setidaknya, itulah isi novel pada akhir jilid ke-5.

Cale memberitahu Naga Hitam bahwa mereka harus segera kembali dan berpaling dari mayat duyung tersebut.

“Tidak apa-apa membiarkan mereka seperti ini?”

“Ya.”

Mayat duyung tidak akan luruh di darat, sebaliknya, ia akan mengering seutuhnya. Agar bisa luruh, ia harus berada di dalam air. Ketika itu terjadi, bau dari mayat itu akan menyebar ke seluruh lautan, memberi sinyal kepada duyung lain untuk mengambil mayat itu.

Karena alasan itulah Suku Paus dengan sengaja membiarkan mereka di darat seperti ini.

‘Aku juga harus segera menyelesaikan urusanku dan pergi dari sini.’

Kemungkinan hanya ada satu anggota Suku Paus yang bertarung melawan duyung-duyung ini. Jika mereka ada dua, mereka tidak tidak akan meninggalkan mayat-mayat ini di darat. Mereka akan melemparnya ke dalam laut untuk memancing lebih banyak duyung dan bertempur dengan mereka. Dia memilih bersikap seperti ini karena dia sendirian.

[Baca Trash of the Count's Family Bahasa Indonesia di https://shiraulwiya.blogspot.com/]

Cale kembali ke kapal dan berbicara kepada yang lain.

“Ayo kembali. Tidak banyak hal yang bisa dilihat di sini.”

Wakil Kapten, yang baru saja mulai pulih dari mabuk lautnya, kembali menjadi pucat, tapi Beacrox terlihat membeli banyak ikan dari si nelayan dan menjawab dengan riang.

“Tuan muda Cale, kita akan makan ikan bakar untuk makan malam.”

“Ide bagus.”

Setelah kembali ke kediamannya, Cale tengah menunggu waktu berlalu dengan perut kenyang oleh ikan bakar. Ketika gelap akhirnya menghinggapi desa kecil itu, dia mengeluarkan peralatan selam dari kotak sihir yang dia dapatkan dari Billos.

Cale berdiri di ambang jendela menghadap Tebing Angin dan lautan Timur Laut saat dia mulai berbicara kepada On dan Hong.

“Jaga rumah baik-baik.”

“Kami tidak akan membiarkan siapa pun masuk.”

“Hati-hati di jalan.”

Cale menganggukkan kepalanya untuk merespons para bayi kucing sebelum melihat ke arah Naga Hitam.

Naga Hitam melihat ke arah Cale dengan percaya diri dan melafalkan sebuah mantra sambil lalu.

“Terbang.”

Saat itulah, tubuh Cale mengambang di udara.

“Ayo pergi.”

Naga Hitam memimpin di depan dan Cale mengikuti di belakangnya. Cale tengah membawa bom sihir saat mereka terbang tinggi di udara untuk menghindari orang-orang.

Rencana Cale hari ini adalah untuk menyerang pusaran air dengan tepat lalu kabur. Saat orang-orang berhamburan keluar karena terkejut, Cale sudah menghilang layaknya angin tanpa suara.

Bom sihir versi Naga Hitam ini dijadwalkan meledak sepuluh menit kemudian.

[Baca Trash of the Count's Family Bahasa Indonesia di https://shiraulwiya.blogspot.com/]

 

 ***

Diterjemahkan dari https://eatapplepies.com/


<<<

Chapter 50                   

>>>             

Chapter 52 

===

Daftar Isi 

 

 

Thursday, May 13, 2021

Remarried Empress (#195) / The Second Marriage (Ep. 99 part 3 - Ep 100 part 1)

 


Chapter 195: Kecemasan Rashta (2)

Penerjemah: Shira Ulwiya


'Ketika aku memberi tahu Rashta tentang perceraian itu, aku jelas-jelas mengatakan tentang periode satu tahun. Tapi aku tidak mengatakan siapa permaisurinya setelah setahun berakhir. Mungkin itu sebabnya Navier salah paham. Apakah dia pikir aku akan membawa permaisuri lain setelah Rashta? Tidak, dia mungkin bahkan tidak mendengar bagian itu. Iya. Pasti itu. Aku harus memberitahunya yang sebenarnya.'

Navier, yang sudah menikah lagi, mungkin tidak akan segera kembali, tetapi Sovieshu merasa setidaknya dia harus menjernihkan kesalahpahaman di antara mereka.

Menurut rumor yang beredar, Heinley adalah seorang playboy ternama. Pria seperti itu akan menyakiti Navier. Navier menikahinya karena terkejut, tetapi pada akhirnya dia pasti akan menyakitinya.

Sovieshu ingin memberi tahu Navier bahwa dia tidak berniat meninggalkannya ... Dengan begini, dia akan kembali ke sini setelah dia marah.

Sovieshu bangun dari tempat tidur dan berjalan ke meja. Dia mengeluarkan selembar kertas dan dengan cepat mulai menulis surat.

Meskipun dia tidak tahu apa yang harus dilakukan setelah membereskan kesalahpahaman di antara mereka, baginya, ini harus didahulukan. Dia merasa satu-satunya yang berdiri antara dia dan Navier adalah kesalahpahaman ini. Dia yakin segala sesuatunya akan berhasil setelah masalah ini terselesaikan.

Setelah menulis surat itu dan menyegelnya dengan lilin, Marquis Karl tiba, "Yang Mulia, Anda memanggil saya?"

Sovieshu menyerahkan surat tersegel itu kepada Marquis Karl. Tidak ada nama pengirim atau penerima di surat itu.

Marquis Karl menerimanya dengan bingung, "Ini adalah ..."

"Ini untuk Navier."

"Maksud Anda sang ratu?"

Sudut mata Sovieshu naik mendengar kata ratu, dan Marquis Karl segera bungkam.

Sovieshu melanjutkan, "Raja Heinley mungkin mencegahnya menerimanya, jadi itu harus dikirim diam-diam ke Navier secara langsung."

[Baca Remarried Empress Bahasa Indonesia di https://shiraulwiya.blogspot.com/]

***

Ada orang lain yang sama gelisahnya dengan Sovieshu.

'Rashta akan menikah ...'

Dia adalah Viscount Roteschu.

Roteschu mengerutkan kening dan menatap majalah gosip. Dia kesal karena isi berita yang muncul di majalah hari ini.

Berita bahwa Rashta akan menikahi Kaisar Sovieshu.

Menurut majalah gosip, banyak pedagang datang dan pergi dari istana kekaisaran untuk mempersiapkan pernikahannya. Perhiasan mahal, karpet, sutra, dan barang langka dari Rwibt memasuki istana kekaisaran dengan kereta satu demi satu, dan toko bunga terkenal tiba-tiba menjadi sangat sibuk.

Walaupun majalah gosip itu mengatakan berita itu belum secara resmi diakui oleh keluarga kekaisaran, majalah itu bersikeras bahwa akan ada pernikahan, dengan alasan bahwa tidak ada alasan lain di balik keluar masuknya para pedagang ini ke istana.

Para 'pakar' di majalah itu juga memperkirakan kemungkinan besar pernikahan akan segera diadakan.

Beberapa orang mengklaim pernikahan itu bukan dengan Rashta tetapi dengan seorang wanita muda dari keluarga bangsawan besar lainnya. Namun, tidak ada wanita muda yang belum menikah dengan usia yang sama dengan Sovieshu di keluarga bangsawan mana pun yang sebanding dengan Keluarga Trobi, keluarga Ratu Navier.

Ada banyak wanita muda di keluarga berpangkat lebih rendah, tetapi jika ini adalah pernikahan politik, maka tidak masuk akal jika dia menceraikan Navier untuk membawa seorang wanita muda dari keluarga yang lebih rendah.

Oleh karena itu, mayoritas pendapat adalah bahwa itu bukan pernikahan politik, tetapi pernikahan karena cinta, dan pengantin wanitanya adalah Rashta.

'Astaga. Dia benar-benar akan menjadi permaisuri.'

Tahu bahwa Rashta adalah seorang budak, Viscount Roteschu menggeleng-gelengkan kepalanya.

Dia terkejut, tapi juga merasa sangat aneh.

'Betapa menggelikannya dunia ini. Kalau ternyata budak yang dulu aku miliki akan menjadi permaisuri.'

Di sisi lain, Alan, putra Roteschu, benar-benar putus asa dengan berita pernikahan Rashta dan mengunci diri di kamarnya.

Putrinya, Rivetti, marah dan ketakutan, "Begitu dia menjadi permaisuri, dia akan membalas dendam pada kita, ayah!"

“Tidak, kenapa kamu mengatakan itu?”

"Karena kita tahu rahasianya."

“Huh, semakin banyak alasan baginya untuk berhati-hati.”

"Bagaimana jika dia menyewa seorang pembunuh untuk membunuh kita?"

Viscount Roteschu mendengus, tetapi dia tidak bisa menahan perasaan cemasnya.

Meskipun dia diam-diam membesarkan bayi Rashta untuk berjaga-jaga, kecemasannya tidak hilang.

Bagaimana jika Rashta memutuskan untuk membunuh anaknya sendiri?

Pada saat itu, seseorang mengetuk pintu.

Tamu itu adalah pegawai istana kekaisaran yang telah disuap Viscount Roteschu.

Sejak dia mulai memeras Rashta, Viscount Roteschu secara teratur menyuap staf istana kekaisaran.

Para kesatria dan bangsawan akan tutup mulut karena mereka memiliki rasa kesetiaan yang lebih kuat dibandingkan dengan mereka yang hanya bekerja di istana kekaisaran untuk mendapatkan upah.

Tentu saja, dia berbohong kepada mereka dengan mengklaim dia mengumpulkan informasi untuk Rashta, dan karena popularitas Rashta di kalangan rakyat jelata, alasan ini diterima dengan baik.

Karyawan yang mengunjungi Viscount Roteschu adalah salah satunya.

"Ada apa, apakah ada hal penting yang ingin kamu katakan?" Roteschu bertanya sambil buru-buru membiarkan karyawan itu masuk.

Melihat keadaan saat ini, bahkan informasi kecil akan menjadi penting.

Namun, informasi yang diberikan oleh karyawan itu lebih berharga dari yang dia harapkan, "Yang Mulia diam-diam mengirim surat ke Kerajaan Barat."

"Ke Kerajaan Barat?", tanyanya.

"Iya. Diam-diam, tanpa catatan resmi.”

Setelah itu, karyawan tersebut pergi dengan upah ekstra.

Viscount Roteschu tertawa liar. Sebuah ide bagus terlintas di benaknya begitu dia mendengar kata-kata karyawan itu.

Dia segera bersiap dan pergi mengunjungi Rashta.

[Baca Remarried Empress Bahasa Indonesia di https://shiraulwiya.blogspot.com/]

***

Saat memasuki kamarnya, Rashta menyapanya dengan acuh tak acuh, "Apa yang kamu inginkan?"

Ini adalah pertama kalinya keduanya bertemu satu sama lain sejak Viscount Roteschu melihat Rashta dengan orang tua palsunya.

Roteschu tersenyum saat dia duduk di sofa di seberang Rashta, menahan amarahnya, "Apakah kamu tahu berita apa yang aku punya untukmu?"

"Kamu mencoba memerasku lagi," Rashta berbicara dengan dingin dan duduk di seberangnya.

Kemudian, Viscount Roteschu berkata sambil tersenyum, "Aku mendengar Kaisar telah mengirim surat kepada Permaisuri Navier."

"Permaisuri? Maksudmu mantan permaisuri."

"Yah, untuk mantan permaisuri."

“…”

Rashta mengangkat alisnya.

Setelah dipikir-pikir, Rashta menyadari bahwa intinya bukanlah memanggilnya permaisuri atau mantan permaisuri.

Sebuah surat?

"Apa isi apa surat itu?", tanyanya.

"Itu yang aku tidak tahu."

"Bukankah kamu mencuri surat itu?"

“Sebagai utusan Yang Mulia, utusan itu pasti bukan orang biasa. Bagaimana aku bisa punya uang untuk menyewa tentara bayaran yang mampu merebut surat darinya?”

'Tapi aku telah memberinya banyak uang.'

Rashta menelan kata-kata yang hendak keluar dari mulutnya, dia tahu apa yang coba dikatakan Roteschu. Dia datang bukan hanya untuk menyampaikan informasi ini.

Dia sekarang—

“Apakah menurutmu kamu seorang informan yang baik? Rashta juga bisa menemukan hal seperti itu."

“Tapi kau tidak tahu itu,” Viscount Roteschu tersenyum dengan mata menyipit dan mencondongkan tubuh ke depan dan meletakkan tangan di atas lututnya, “Sudah kubilang. Sudah kubilang, kamu membutuhkanku."

"!"

“Kita berdua sangat mengenal satu sama lain. Tapi bagaimana dengan orang tua palsumu? Mereka hanya mengetahui sisi baikmu dan bukankah kamu ingin mereka hanya melihat sisi baikmu?"

Rashta tidak bisa menjawab. Marsha dan Gillimt adalah orang baik, tetapi hubungannya dengan mereka bagaikan istana pasir.

Tidak peduli seberapa baik mereka memperlakukannya, Rashta bukanlah putri kandung mereka. Mereka bahkan belum tahu bahwa putri palsu mereka sebenarnya adalah seorang budak.

“Rashta, Rashta. Orang-orang seperti kita harus bergandengan tangan untuk berdiri, ”Viscount Roteschu berbisik.

Rashta bersandar di sofa dan menggerakkan bibirnya dengan gugup.

Tadi malam, Sovieshu telah menyanyikan lagu pengantar tidur manis ke perutnya, namun hari ini dia diam-diam mengirim surat kepada Navier.

Jika itu tentang sesuatu yang buruk, dia akan mengirimkannya secara resmi. Namun, karena dia mengirim surat itu secara diam-diam, dia yakin itu adalah surat permintaan maaf.

Pagi ini, Rashta menerima surat kabar dari Kerajaan Barat, yang menerbitkan wawancara dengan Navier.

Mungkin Sovieshu meminta maaf karena hal itu.

Rashta berkata sambil dengan gugup menggoyangkan jarinya, "Bukankah kita pernah berpegangan tangan sebelumnya?"

"Tentu saja ... itu benar," Sudut mata Viscount Roteschu melengkung puas.

"Ngomong-ngomong, jika ini karena mantan permaisuri, kamu bisa tenang, Rashta. Akankah ratu, yang menikah lagi, benar-benar kembali?”

"Rashta tidak khawatir tentang mantan permaisuri."

"Baiklah, baiklah."

"Sungguh."

“Yah, kamu juga tidak perlu khawatir tentang Yang Mulia melirik wanita lain. Aku akan urus itu."

Mendengar kata-kata Viscount Roteschu, Rashta mengerucutkan bibirnya dan mengangguk, "Baiklah."

“Ah, aku membaca majalah gosip, kabarnya kamu akan menikah?”

"Jaga mulutmu."

"Tentu saja aku akan berhati-hati, Permaisuri."

Roteschu, yang tertawa kecil, mengulurkan tangannya yang kosong.

Dia meminta uang lagi.

Rashta marah, tetapi dia menekan amarahnya dan memberikan beberapa permata kepada Roteschu. Viscount Roteschu tersenyum, mengantongi permata lalu bangkit.

"Sampai nanti."

Setelah mendapatkan apa yang dia inginkan, dia menuju pintu untuk pergi.

"Tunggu," panggil Rashta.

Ketika dia berhenti, Rashta mendekati Roteschu dan meminta bantuannya, "Ada seseorang yang perlu aku temukan."

"Seseorang? Siapa?"

“Seorang gadis yang sedikit lebih muda dariku.”

“Apakah dia seumuran dengan Rivetti?”

“Aku tidak tahu. Aku membutuhkanmu untuk membantuku menemukannya. Dia putri kedua orang tuaku."

Viscount Roteschu memandang Rashta, bertanya-tanya apakah dia bersungguh-sungguh.

Rashta menjadi semakin muak dengan raut wajah Roteschu. Dia sudah sangat marah dengan gagasan menemukan saudara perempuan palsunya.

"Pertama temukan dia."

Ketika Rashta mengulangi permintaan itu, Viscount Roteschu bergumam, "Baiklah ..." dan mengangkat bahu, "Aku akan menemukannya dulu. Siapa tepatnya nama orang tua palsumu?"

[Baca Remarried Empress Bahasa Indonesia di https://shiraulwiya.blogspot.com/]

***

Diterjemahkan dari https://novelutopia.com/ 


<<<

Chapter 194                   

>>>             

Chapter 196

===

Daftar Chapters 


Remarried Empress (#194) / The Second Marriage (Ep. 99 part 2)

 


Chapter 194: Kecemasan Rashta (1)


Heinley tercengang menatapku. Dia sepertinya tidak memahami apa yang baru saja aku katakan.

Aku mengambil napas agar bisa tampil setenang mungkin. Sulit bagiku untuk mengatakannya dua kali.

“Aku… aku mengerti,” dia akhirnya bergumam, setengah menutupi wajahnya dengan tangannya, “Kamu melihatku… ah, itulah mengapa kamu menghindari menatap mataku…”

"Apakah kamu terkejut?"

"Sejujurnya ... Sebentar," dia berhenti untuk berbalik dan langsung mengipasi dirinya sendiri dengan tangannya.

Itu jelas tidak disengaja. Tidak hanya lehernya yang memerah, tapi juga telinganya.

Heinley berbalik lagi setelah beberapa saat, tetapi kelihatannya, mengipasi dirinya sendiri sepertinya tidak berpengaruh apa-apa.

Heinley bertanya sambil memegang lehernya, "Ngomong-ngomong, di mana kamu melihatku seperti itu?"

"Aku melihatmu di air mancur di istana yang ditinggalkan."

“Oh. Di air mancur. Lalu aku… ”

"Kamu basah kuyup oleh air."

Heinley kembali menutupi wajahnya dengan kedua tangan.

Di sisi lain, dengan mengatakan yang sebenarnya, rasa maluku di awal berkurang.

Kekuatan kebenaran memang tak terkira.

Aku masih malu, tapi setidaknya sekarang aku bisa berbicara dengannya secara langsung. Tapi justru sekarang Heinley yang tidak bisa melihat wajahku.

Kantor itu lengang sesaat. Aku bukannya merasa tidak nyaman, tetapi karena suatu alasan, aku tidak dapat membuka mulutku.

Aku ingin berbicara dengannya, tetapi pada saat yang sama, aku tidak ingin mengatakan apa-apa.

Suasananya sangat aneh.

Bukankah lebih baik… berpegangan tangan dalam diam di saat seperti ini?

Begitu aku memikirkannya, Heinley mengulurkan tangannya dan menyentuh ujung jariku, seolah dia ragu-ragu untuk melakukannya.

Aku mengalihkan pandangan dan meraih ujung jarinya. Seketika, tubuhnya sedikit gemetar.

Ketika aku menatapnya, aku melihat Heinley tersenyum saat dia balik menatapku. Saat mata kami bertemu, dia menggenggam tanganku dengan erat dan bertanya dengan senyum yang lebih lebar, "Apakah kamu sudah makan?"

"Belum…"

“Apakah kamu ingin makan bersama?”

Saat aku mengangguk, dia menjalin jemarinya dengan jemariku dan berjalan ke meja, menekan bel kecil di sampingnya.

Sesaat kemudian, seorang petugas masuk. Petugas itu tersentak ketika pandangannya beralih ke tangan kami yang terjalin.

Merasa lebih malu, aku menoleh ke arah jendela.

[Baca Remarried Empress Bahasa Indonesia di https://shiraulwiya.blogspot.com/]

***

Kami sedang makan.

Awalnya canggung, tetapi saat kami berbicara, perasaan itu berangsur-angsur menghilang. Pada satu titik, kami bahkan mulai berbicara dengan lebih nyaman, tetapi kemudian Heinley bertanya dengan hati-hati, "Ngomong-ngomong, Ratu, apakah bayangan diriku benar-benar terus bermunculan di benakmu?"

Begitu aku mendengarnya, ujung salad kubis tersangkut di tenggorokanku. Dia segera menawariku segelas air ketika aku mulai terbatuk-batuk.

“Itu pasti benar jika kamu sangat terkejut tentang itu.”

Setelah minum air, aku menjawab dengan tegas, "Tidak lagi."

Tentu saja, itu bohong, tapi dia tidak mungkin mengetahuinya.

Sayangnya, Heinley sangat jeli.

"Tidak. Bukan itu yang kamu katakan beberapa saat yang lalu."

"Kamu salah paham," aku berbohong sekali lagi.

Tapi dia gigih dan bertanya lagi, mengabaikan kata-kataku, “Ratu. Apakah bayangan diriku terus bermunculan di benakmu?”

"Aku bilang tidak."

"Ratu."

"?"

“Setelah pernikahan kita, aku akan dapat menunjukkan tubuhku kepadamu setiap hari.”

Meskipun aku minum lebih banyak air agar tidak tersedak, mau tidak mau aku tersedak ketika mendengar kata-katanya. Air mata menggenang di mataku saat aku terbatuk-batuk.

Aku memelototinya dengan tajam. Heinley menurunkan pandangannya dengan malu-malu sebagai tanggapan dan mengulurkan saputangan kepadaku.

Tapi dia segera menyesalinya dan menyimpannya kembali.

Namun, aku sudah terlanjur mengenali saputangan itu.

Itu adalah saputangan yang aku ikatkan ke leher Queen.

Aku menanyainya, "Bukankah itu milikku?"

Mendengar nada bicaraku yang yakin, Heinley dengan enggan menyerahkan saputangan itu dan membela diri, "Kamu tidak memintaku untuk mengembalikannya ..."

"Karena aku memberikannya pada burung itu."

“Burung itu adalah aku. Jadi Ratu memberikannya padaku."

Aku hendak membantah, tetapi tiba-tiba pikiran tentang leher Heinley mengganggu pikiranku.

Heinley telanjang saat dia menjadi Ratu. Apakah itu berarti, pada saat itu, dia telanjang dengan sapu tangan yang diikatkan di lehernya?

… Jangan pikirkan tentang itu.

Itu adalah bayangan yang sangat memalukan, jadi aku mengembalikan saputangan itu kepadanya alih-alih berdebat.

"Ratu?"

"Aku tidak memikirkan apa pun."

Heinley, yang sedang melipat saputangan, menggigit bibirnya dengan kuat.

Karena pikiranku, aku akhirnya mengatakan sesuatu yang seharusnya tidak kuucapkan. Jadi aku sengaja memasang ekspresi dingin.

Tapi bukannya berhenti di situ, Heinley berbisik sambil menyeringai, "Ratu. Jika ada yang ingin kamu lihat, kamu bisa memberitahuku."

"!"

"Aku bisa mewujudkan imajinasi Ratu."

"!"

[Baca Remarried Empress Bahasa Indonesia di https://shiraulwiya.blogspot.com/]

***

Sovieshu berulang kali melipat dan membuka koran itu sepanjang malam.

Dia membaca wawancara Navier dari depan ke belakang, berulang kali. Dia tidak tahu sudah berapa kali dia melakukannya.

Bahkan setelah menghafal isi wawancara itu kata demi kata, Sovieshu tidak bisa mengalihkan pandangan dari koran itu.

Dia merasa jantungnya terpilin, rasa sakitnya begitu kuat hingga dia tidak bisa tidur.

'Apakah dia mendengar ketika aku berjanji pada Rashta bahwa aku akan menceraikannya? Apakah Navier mendengarnya dengan telinganya sendiri?"

Sulit untuk menebak seberapa besar itu memengaruhi Navier karena harga dirinya yang tinggi.

Dia merasa sulit untuk bernapas, seolah dia tercekik. Dia merasa kepalanya akan meledak saat jantungnya berpilin dan berputar.

Sovieshu memukuli jantungnya dengan tinjunya beberapa kali. Anehnya, hanya memikirkannya saja sudah menyakitkan.

Dia terus mengulangi tindakan ini sepanjang malam. Pada saat matahari terbit, menyentuh area itu saja sudah membuatnya kesakitan.

Para pelayannya memperhatikan memar-memar di tubuhnya saat mereka membantunya mengganti pakaian. Setelah menginstruksikan para pelayan yang khawatir untuk tidak membuat keributan, Sovieshu memerintahkan untuk memanggil Marquis Karl. Dia duduk di tempat tidur dan menutup matanya.

Seiring berjalannya waktu, dia mulai berpikir bahwa ini pasti semacam kesalahpahaman.

[Baca Remarried Empress Bahasa Indonesia di https://shiraulwiya.blogspot.com/]

***

Diterjemahkan dari https://novelutopia.com/ 


<<<

Chapter 193                  

>>>             

Chapter 195

===

Daftar Chapters