Sunday, May 9, 2021

Remarried Empress (#193) / The Second Marriage (Ep. 98 - Ep. 99 part 1)

 


Chapter 193: Mengetahui Kebenarannya (2)

Penerjemah: Shira Ulwiya


Nona Mastas menatap mataku dan bertanya, "Yang Mulia pergi dengan telanjang ...?"

Rose dan bahkan Mastas, kesatria Heinley, sepertinya tidak tahu bahwa Heinley bisa berubah menjadi burung.

Aku mengacak-acak rambutku karena situasi yang canggung ini. Aku berada dalam posisi yang memalukan.

Bagaimana aku harus menjawab?

Lebih buruk lagi, leher Rose memerah. Dia sepertinya membayangkan yang bukan-bukan.

Bukankah aku harus memberitahunya bahwa itu tidak seperti yang dia pikirkan? Tapi apa sebenarnya yang harus aku katakan untuk meyakinkannya? Kalau aku hanya melepas pakaiannya sebelum dia pergi, dan tidak ada hal lain lagi yang terjadi?

Itu ... akan membuatku terlihat lebih aneh.

Jadi aku menjawab dengan, "Tidak apa-apa, Itu tidak masalah."

"Apa?"

"Kami adalah pasangan yang sudah menikah."

"Apa?!"

“…”

Mastas melihat ke arah jendela dan bergumam perlahan, “Erm… Tentu saja, Anda berdua adalah pasangan yang sudah menikah. Tapi masalahnya, orang lain yang melihat Yang Mulia telanjang, tidak menikah dengannya."

Semakin banyak aku berbicara, aku dan Heinley tampak semakin aneh, jadi alih-alih melanjutkan, aku dengan cepat membungkuk dan memungut pakaian Heinley.

Jika itu hanya pakaian luarnya, aku akan meminta dayang-dayangku untuk memungutnya. Tetapi aku tidak dapat meminta mereka melakukan itu karena pakaian dalamnya juga termasuk di antara tumpukan bajunya.

Saat aku mendekap pakaiannya, aku mencium parfum yang biasa dipakai Heinley.

Pada saat itu, ekspresi sedih Queen muncul di benakku.

Beberapa hari sebelum ulang tahunku, dia berusaha keras membawakanku kue. Namun, ketika aku mengatakan itu terlalu berlebihan, dia menangis dan terbang pergi.

… Jadi Heinley yang menangis hari itu. Itu sebabnya matanya merah saat aku mengunjunginya.

Heinley… dia tampaknya memiliki hati yang sensitif. Aku ingin tahu apakah dia menangis lagi saat ini.

Saat memikirkan itu, hatiku menjadi berat karena khawatir. Tiba-tiba aku merasa sangat menyesal.

Aku ragu-ragu sebelum akhirnya bertanya, "Nona Mastas, apakah Yang Mulia pernah salah paham tentangmu?"

Mastas adalah salah satu kesatria Heinley, jadi dia pasti sudah familier dengan tingkah lakunya yang biasanya.

Mendengar pertanyaanku, Mastas berkedip dan menjawab, "Kesalahpahaman macam apa?"

"Yah, dia pikir aku marah padahal sebenarnya tidak ..."

"Saya pernah marah sebelumnya, tapi Yang Mulia tidak pernah peduli."

"!"

“Oh, jadi yang terjadi adalah Yang Mulia Raja salah menafsirkan situasinya dan mengira Yang Mulia Ratu marah. Jadi… dia keluar jendela karena syok?” Dia bertanya dengan mata lebar.

"…Hampir mirip."

"Uh ..." Dia mengalihkan pandangannya dan berbicara lagi, "Saya bisa membayangkan mengapa Yang Mulia Raja sangat terkejut ... Tidak apa-apa, saya tidak bisa membayangkan apa-apa, jadi jangan khawatir tentang itu ... Yang ingin saya katakan adalah Yang Mulia banyak tersenyum, itu saja, dia hanya tersenyum."

"Dia hanya tersenyum?"

"Iya. Terlepas dari apa yang dia pikirkan, dia menyembunyikan segala sesuatunya dengan senyuman. Saya belum pernah melihat Yang Mulia kaget," tambah Mastas, menatapku dengan hati-hati, "Jika Yang Mulia Raja begitu tertekan karena ratu marah sehingga dia keluarga jendela dengan telanjang, bukankah lebih baik jika Anda jujur ​​dan memberitahunya bahwa Anda tidak marah?"

Aku bingung dengan apa yang baru saja dikatakan Nona Mastas kepadaku. Aku pikir Heinley sangat emosional. Namun ternyata, ia tidak sering menunjukkan emosinya. Jadi apakah dia hanya menunjukkan emosinya yang sebenarnya di depanku?

Bagaimanapun juga, dia benar.

"Jujur saja ..." gumamku, mengangguk saat aku berjalan keluar dengan pakaiannya di tangan.

"Ratu!", teriaknya.

“Aku akan pergi menemui Yang Mulia. Aku harus jujur ​​dan menjernihkan kesalahpahaman di antara kami."

“Tidak, bukan itu, hanya saja… saya bisa melihat semuanya. Akan lebih baik jika Anda membungkus pakaian itu dengan selembar kain.”

"!"

[Baca Remarried Empress Bahasa Indonesia di https://shiraulwiya.blogspot.com/]

***

Sovieshu, yang baru saja berganti pakaian yang nyaman, sedang duduk di tempat tidur Rashta menyanyikan lagu untuk bayinya.

Rashta sedang berbaring di atas tumpukan bantal lembut yang empuk. Dia tidak bisa berhenti tersenyum saat Sovieshu bernyanyi.

Kaisar bernyanyi di dekat perutnya. Setahun yang lalu, ini sesuatu yang tak terbayangkan olehnya.

Rashta menggerakkan tangannya untuk membelai rambut hitam Sovieshu.

Bagaimana dia bisa begitu manis?

Alan bahkan menolak anaknya sendiri karena statusnya. Tetapi Sovieshu, yang memiliki status yang jauh lebih tinggi dari Alan, telah melakukan semua yang bisa dia untuk menghindari memiliki anak haram.

Untuk perawatan pranatal, dia kadang-kadang datang untuk berbicara kepada perutnya dan bernyanyi di malam hari. Setiap kali Rashta melihat upaya Sovieshu dalam merawat bayi yang belum lahir itu, dia merasa ingin menangis.

"Yang Mulia sangat pandai bernyanyi,", puji Rashta.

"Karena aku mempelajarinya."

“Apakah menyanyi termasuk dalam pendidikan keluarga kekaisaran?”

“Ini bukan hanya bagian dari pendidikan keluarga kekaisaran. Itu adalah pelajaran yang biasa diajarkan di masyarakat kelas atas."

"Bayi itu akan mengingat suara ayah mereka dengan baik."

Sovieshu tersenyum dan membelai perut Rashta dengan tangannya.

Tiba-tiba, ada ketukan di pintu.

"Siapa itu?" Sovieshu bertanya dengan tajam, melihat ke arah pintu. Semua jejak sikap kebapakan barunya menghilang.

Pelayan Delise masuk dan berkata, "Yang Mulia, Marquis Karl ada di sini."

Sovieshu melirik jam di dinding, "Pada jam segini?"

"Iya. Dia bilang dia punya sesuatu yang mendesak untuk ditunjukkan pada Anda ... "

“Katakan padanya untuk menunggu di ruang tamu."

Delise menjawab, "Baiklah," dan keluar.

Rashta memandang Sovieshu dengan mata lebar saat dia berdiri, "Apakah Anda akan pergi?"

“Marquis Karl tidak akan datang tanpa alasan yang bagus.”

Sovieshu menyelimutinya, menarik seprai ke lehernya, dan meninggalkan ruangan.

Marquis Karl dengan cemas mondar-mandir di kamar dengan koran di tangannya, tidak repot-repot duduk di sofa.

"Ada apa?" Sovieshu bertanya.

Marquis Karl dengan cepat menyodorkan koran itu kepada kaisar, "Lihat ini, Yang Mulia."

Dia mengerutkan kening dan menerima koran itu.

Itu adalah buletin dari Kerajaan Barat.

Isi surat kabar itu adalah…

Ekspresi Sovieshu membeku.

Dia berbicara dengan tidak percaya, "Navier tidak sengaja mendengar aku berjanji pada Rashta bahwa aku akan menceraikannya?"

[Baca Remarried Empress Bahasa Indonesia di https://shiraulwiya.blogspot.com/]

***

Sudah terlalu larut, jadi aku mencoba menenangkan jantungku yang berdebar kencang dan menunggu keesokan harinya untuk menemui Heinley. Aku segera berpakaian begitu fajar menyingsing dan meninggalkan istana ratu terpisah.

Aku ingin mengakhiri kesalahpahaman di antara kami sebelum dia memasuki ruang konferensi.

Tanpa diduga, kakakku keluar dari kantornya. Sepertinya dia baru saja mengunjungi Heinley.

Aku berlari ke arahnya karena terkejut, "Kakak?"

Mata kakakku membelalak dan dia mengulurkan tangannya, mengikuti gerakanku.

Aku memeluk kakakku yang balas memelukku erat. Dia menggumamkan beberapa kata yang tidak bisa kumengerti.

Aku mendongak saat aku merasakan bahunya gemetar, dia menangis.

Kakakku memelukku sebentar, akhirnya melepaskanku saat Mckenna keluar.

Dia mengeluarkan saputangan, menyeka matanya, dan tersenyum, "Akan lebih baik jika hanya ada kita berdua."

"Kakak…"

"Saat aku mendengar tentang perceraianmu, Navier, hatiku hancur."

“…”

"Hanya karena kamu menikah dengan Yang Mulia Heinley bukan berarti bekas luka yang tersisa dari perceraianmu akan hilang begitu saja."

“…”

Kakakku memelukku erat sekali lagi.

Setelah kami berpelukan untuk beberapa saat, McKenna berdehem dan kakakku melepaskan pelukannya.

"Kupikir aku akan bertemu denganmu begitu aku tiba di Kerajaan Barat.", kataku sedih.

Kakakku menanggapi nada bicaraku yang sedih saat dia melipat saputangan dan memasukkannya kembali ke sakunya, "Aku menghindarimu karena aku takut akan membuatmu kesusahan."

"Mengapa kau bilang begitu?"

"Itulah yang terjadi di Kekaisaran Timur. Aku tidak pernah berhenti memikirkannya sejak aku mendengar tentang perceraianmu. Itu mungkin terjadi karena kesalahanku. Jika saja aku tetap tenang, mungkin kamu tidak akan bercerai ..."

Meskipun apa yang dia katakan mungkin benar, aku tahu bahwa meskipun saudara laki-lakiku tidak melakukan apa-apa, Sovieshu akan tetap meninggalkanku.

Karena dia mencintai Rashta. Dia harus menyingkirkanku entah dengan cara apa jika dia ingin Rashta duduk di sisinya.

Malahan, setelah mengusirnya, Sovieshu memanfaatkan nama saudara laki-lakiku untuk menyingkirkanku.

Alih-alih membicarakannya lebih jauh, aku tersenyum dan sengaja bercanda, "Jadi kau selama ini menghindariku, tapi kau tetap bertemu dengan Heinley?"

"Yang Mulia berkata dia akan menambahkan namaku dalam 'Ekspedisi Kesatria' sebelum acara pernikahan."

"Ekspedisi Kesatria?"

“Itu adalah tradisi Kerajaan Barat. Tampaknya, para kesatria raja melakukan perjalanan melalui beberapa kota untuk memberikan dukungan kepada rakyat."

Ohh.... . Kalau dipikir-pikir, aku pernah mendengar yang serupa.

Kabarnya reputasi kesatria yang menangani situasi dengan baik akan langsung meroket.

"…Aku menghargai itu."

Aku bisa mengerti mengapa Heinley ingin kakakku berpartisipasi dalam ekspedisi para kesatria. Dia sepertinya berencana untuk meningkatkan reputasi kakakku di Kerajaan Barat.

Aku memeluk pakaian di tanganku lebih erat. Kakakku tersenyum canggung dan memujinya juga.

"Aku hanya mendengar rumor dangkal tentang dia. Namun, dia sangat bijaksana dalam banyak hal… ”

"Aku setuju."

“Kamu pasti menyukainya.”

"Itu ..."

Yah… Menyukai seseorang tidak selalu berarti bahwa seseorang sedang jatuh cinta.

"Betul sekali."

Sungguh memalukan.

Setelah mengucapkan selamat tinggal kepada kakakku, aku dengan hati-hati memasuki  kantornya.

Heinley berdiri dengan canggung di tengah kantor, memerah begitu mata kami bertemu.

"Ratu."

Dia tidak mendekatiku seperti biasa, sebaliknya, dia ragu-ragu. Aku telah menghindarinya sebelumnya, jadi dia sepertinya tidak yakin apakah dia harus mendekat.

Meski aku masih malu menatap matanya, kali ini aku mengumpulkan keberanian untuk mendekatinya.

Heinley mengatupkan kedua tangannya erat-erat dan menatapku dengan mata gemetar.

"Ratu, aku—"

Aku memotongnya, "Aku benar-benar tidak marah."

“Tapi kamu menghindariku. Ratu, aku- aku harap kamu tidak menghindariku lagi."

"Aku tidak menghindarimu karena aku marah," aku mengulangi ini padanya, menelan dorongan untuk berbalik dan pergi, "Apakah kamu ingin aku jujur ​​padamu tentang mengapa aku menghindarimu?"

Heinley menjawab dengan tergesa-gesa, “Ya. Jika kamu tidak marah padaku, tolong jujurlah."

"Kamu mungkin akan terkejut."

“Selama beberapa hari, aku merasa sangat cemas sehingga tidak bisa tidur di malam hari. Aku tidak ingin kamu membenciku, Ratu. Tolong beritahu aku."

Matanya gemetar, pupilnya tampak lebih gelap dari biasanya.

Aku menarik napas dalam-dalam dan memeluk pakaiannya seolah-olah itu adalah jimat.

Sulit untuk mengatakan yang sebenarnya, tetapi Heinley melakukannya, meskipun dia takut itu akan membuatku marah. Dia membuktikan keberaniannya, jadi aku harus membuktikan keberanianku.

Setelah menarik napas dalam-dalam, aku mengakuinya sesantai mungkin.

"Aku melihatmu telanjang."

"!"

“Itu sulit karena bayangan dirimu terus bermunculan di pikiranku.”

"!"

"Itu sebabnya aku tidak bisa menatap matamu. Aku terus-menerus mengingatnya."

"!"

[Baca Remarried Empress Bahasa Indonesia di https://shiraulwiya.blogspot.com/]

***

Diterjemahkan dari https://novelutopia.com/ 


<<<

Chapter 192                   

>>>             

Chapter 194

===

Daftar Chapters 


No comments:

Post a Comment