Monday, May 10, 2021

Trash of the Count’s Family (#50)

 


Pembuat Onar di Keluarga Count

Chapter 50: Ke Dalam Pusaran Air (1)

Penerjemah: Shira Ulwiya / Proofreader: Tsura

 

 Amiru, yang tidak tahu-menahu tentang apa yang Cale sedang pikirkan, mengira ekspresi serius di wajah Cale adalah karena betapa pedulinya dia pada orang lain. Dia lalu lanjut berbicara.

“Berdasarkan pakaian dan fisiknya, kelihatannya dia seseorang dari Kerajaan Whipper.”

Itu sudah pasti Toonka.

Wajah Cale semakin memucat saat Amiru terus berbicara.

Faksi non-mage sedang bertarung melawan para mage di Kerajaan Whipper yang diabaikan sebagai orang barbar oleh para mage.

Akan tetapi, tidak ada yang namanya orang barbar di dunia ini.

Semua manusia memliki otak yang sama. Hanya saja, dengan berjalannya waktu dan sejarah tercipta, mereka semua tumbuh dan berkembang dengan cara yang paling sesuai dengan mereka.

Semua non-mage di Kerajaan Whipper adalah individu-individu kuat yang berhasil menaklukkan pegunungan dan pantai Kerajaan Whipper yang keras tanpa menggunakan sihir. Mereka adalah orang-orang yang berfokus dalam menguatkan tubuh mereka sendiri daripada mengandalkan faktor lain, seperti sihir.

Mereka memberontak karena mereka ingin menghancurkan Kerajaan Whipper yang sekarang di mana hanya para mage yang dapat menikmati hidup dengan mudah dan mengembalikannya ke kondisi awalnya.

Penduduk Kerajaan Whipper berpihak pada para non-mage ini. Orang-orang asing mungkin berpikir bahwa orang-orang barbar itu sedang berusaha mengambil alih kerajaan, tapi bagi penduduk Kerajaan Whipper mereka bukanlah orang barbar. Mereka adalah orang-orang yang bebas.

Mereka menggunakan insting untuk menjatuhkan kerajaan berasas logika ini.

‘Masalahnya adalah Toonka itu sangat dungu.’

Orang barbar yang cerdas? Ada beberapa orang yang mengatakan itu, tapi menurut pendapat Cale, Toooka hanyalah orang yang sederhana dan dungu yang kebetulan sangat kuat.

Dan orang-orang dungu adalah tipe orang yang paling menakutkan.

Ini karena kamu tidak bisa mengajak mereka bicara.

[Baca Trash of the Count's Family Bahasa Indonesia di https://shiraulwiya.blogspot.com/]

“Tuan muda Cale, kau tidak perlu mengkhawatirkan orang itu. Tampaknya dia pulih dengan cepat.”

Cale tertawa mendengar ucapan Amiru.

“Aku tidak khawatir sama sekali. Justru, aku lebih senang jika dia terus mendapatkan perawatan untuk jangka waktu lama.”

Cale berharap Toonka tetap dalam perawatan hingga dia pergi. Amiru, serta para kesatria yang bersamanya di ibu kota, semuanya melihat Cale dengan tatapan hangat.

Cale tidak punya waktu untuk memperhatikan tatapan mereka itu. Dia sudah cukup punya masalah dengan mencoba mengira-ngira kenapa Toonka datang ke sini begitu cepat.

“Nona muda Amiru, bisakah kau mengantar kami ke kamar?”

“Tentu saja. Kau masih belum sepenuhnya pulih, kan?”

“Ya. Aku masih terluka.”

“….Oh, tidak. Ayo bergegas kalau begitu.”

Cale hanya memikirkan satu hal di dalam kepalanya saat Amiru mulai berjalan cepat dengan ekspresi serius di wajahnya lantas perlahan-lahan menyesuaikan kecepatannya dengan Cale.

‘Billos mungkin seorang Flynn dan sangat berbakat, tapi bagaimana dia bisa begitu yakin tentang Perang Saudara itu? Bagaimana dia bisa mengetahuinya dengan cepat?’

Itu karena Cale telah membaca novel sehingga dia tahu tentang kemampuan Billos. Namun, saat ini Billos masih dikucilkan sebagai anak haram. Pengumpulan informasinya harusnya terbatas.

Itu artinya fakta bahwa Billos tahu tentang itu berarti ceritanya tengah berubah.

‘Perang Saudara pasti terjadi lebih cepat daripada di novel.’

Jika Cale memikirkannya seperti itu, segalanya masuk akal. Tapi apa yang telah memicu Perang Saudara itu? Namun, Cale tidak memikirkan pertanyaan ini lama-lama.

Fakta bahwa kapal Toonka karam berarti kapalnya sudah dihancurkan oleh serangan para mage dan bahwa dia baru kembali dari utara setelah mengumpulkan kekuatan.

Itu artinya, meskipun terjadi lebih awal, ceritanya sendirinya tidak berubah.

Kekuatan yang menanamkan rasa takut dalam diri para mage. Puncak potensi manusia dalam kekuatan fisik. Toonka bertahan hidup melalui lautan, pegunungan, padang pasir, hutan rimba, gunung berapi dan lapisan es hanya dengan kekuatan fisiknya sendiri.

Toonka telah bertahan melewati alam dan elemen-elemen ekstremnya. Tidak mungkin para mage, yang menggunakan mana, sebuah kekuatan yang diambil dari alam, dapat mengalahkan orang seperti itu.

‘Mungkin seekor naga bisa membunuhnya.’

Seekor naga mungkin masih bisa membunuh Toonka dengan sekali pukul.

[Baca Trash of the Count's Family Bahasa Indonesia di https://shiraulwiya.blogspot.com/]

Cale berkata dia perlu beristirahat sesampainya di kediaman dan menyuruh semua orang keluar dari kamarnya lantas mendongak ke langit-langit dan berbicara.

“Hei.”

“Ada apa, manusia.”

Naga Hitam menampakkan dirinya. Cale berbicara dengan serius kepada naga itu.

“Tetap di dekatku dan jangan pergi kemanapun untuk sementara waktu.”

Cale menyadari sesuatu dari situasi dengan Choi Han dan Naga Hitam. Jika dia berusaha menghindari Toonka, bisa-bisa dia berakhir dengan lebih banyak ‘barang bawaan’. Dia perlu bersiap-siap untuk momen itu.

“Aku akan melakukan apa pun yang aku mau.”

Naga Hitam mendengus dan berpaling dari Cale. Akan tetapi, cara naga itu mengepakkan sayapnya memberi tahu Cale kalau Naga Hitam itu akan mendengarkannya. Ucapannya bertolak belakang dengan tindak tanduknya.

Cale merasa lebih baik setelah memberitahukan itu kepada Naga Hitam. Cale lalu melihat sekeliling kamarnya. Tempat itu adalah kediaman yang dibangun oleh kepala keluarga Ubarr beberapa waktu lalu di desa kecil ini.

‘Kamar ini tidak begitu serasi dengan bagian desa lainnya.’

Kamar yang mewah ini tidak serasi dengan desa yang mereka tinggali. Itu berarti ibunda Amiru, kepala keluarga Ubarr, telah memiliki rencana untuk mengembangkan area in ketika pada awalnya dia memulai pembangunan kediaman ini.

Visi itu akhirnya menjadi kenyataan 10 tahun kemudian.

‘Mungkin butuh waktu untuk mengajak keluarga Gilbert dan mendapat perlindungan dari keluarga Wheelsman.’

Cale dijadwalkan bertemu dengan ibunda Amiru sebelum meninggalkan wilayah Ubarr. Dia akan datang dari kota tempat kediaman utama keluarga Ubarr sekitar waktu itu.

Cale teringat tentang pertemuan itu sesaat lantas bergerak untuk berdiri di depan jendela. Dia dapat melihat seluruh desa melalui jendela besar itu, serta Tebing Angin.

Tebing Angin.

Selama ratusan tahun, perairan di depan tebing itu diporak-porandakan oleh pusaran air, menimbulkan masalah bagi para penduduk Ubarr yang mencoba pergi melaut.

[Baca Trash of the Count's Family Bahasa Indonesia di https://shiraulwiya.blogspot.com/]

 Tapi ada alasan mengapa keluarga Amiru masih menganggap tempat ini penting.

Ada dua desa lain yang berada di tepi laut, tapi desa ini berada di tengah-tengah ketiganya. Pesisir pantai yang berbentuk bulat sabit menempatkan desa ini di tengah-tengahnya dengan dua tebing di kedua sisi, membuat tempat ini menjadi desa satu-satunya yang memudahkan kapal berangkat melaut.

Selain itu, pulau-pulau dalam berbagai ukuran dapat terlihat dari desa ini, menjadikannya pemandangan yang cantik juga. Ini akan menjadi lokasi yang tepat untuk sebuah pangkalan militer.

Cale dijadwalkan pergi ke pulau terkecil besok pagi. ‘Suara Angin’ yang merupakan sumber dari semua pusaran air ini terletak tepat di sebelah pulau itu.

Toonka mengatakan hal berikut ini tentang Suara Angin di novel.

< “Ini adalah kekuatan yang tenang sekaligus rusuh.” >

Persis itulah yang Cale cari.

Kekuatan yang membuatnya bisa melarikan diri dengan cepat dan diam-diam sementara di sisi lain menimbulkan kerusuhan. Cale mulai tersenyum tipis menantikan datangnya esok pagi.

Seringai itu segera berubah menjadi senyum penuh yang penuh dengan rasa puas.

“Tuan muda-nim, Paman Beacrox membuat hidangan laut ini hanya untuk Anda!”

“Paman sangat senang dengan lautan!”

“Benar! Cale-nim, silakan makan yang banyak!”

Cale memandangi sepuluh anak serigala yang sedang membawakannya makanan ke dalam kamarnya dengan puas.

Dia memberitahu yang lain bahwa mereka adalah sepupu Lock dan bahwa mereka semua tinggal di desa yang sama ketika keluarga mereka dibunuh oleh bandit.

Senyum Cale menjadi lebih lebar. Itu bukan karena dia menyukai mereka bersepuluh. Mata Cale terpusat pada Beacrox, yang sedang membawa nampan-nampan makanan di belakang anak-anak itu.

Putra Ron, seorang koki, dan ahli penyiksa. Itulah Beacrox. Dia biasanya mengenakan pakaian tanpa kerutan atau bahkan setitik debu pun.

Sama halnya dengan saat ini. Namun, dibawah matanya ada kantung mata yang besar.

“Silakan makan, tuan muda Cale.”

“Bagus sekali, terima kasih. Meminta kalian semua membantu Beacrox di dapur adalah keputusan yang tepat.”

Cale mengucapkan terima kasih kepada Maes, yang berusia 12 tahun dan merupakan anak tertua dari kesepuluh anak serigala itu, lantas mengangkat garpunya.

“Tuan muda-nim, kami ingin bekerja. Lock hyung memberi tahu kami agar tidak tinggal di sini dengan cuma-cuma.”

Anak-anak serigala, yang dipimpin Maes, menyerbu ke dalam keretanya dalam perjalanan mereka dan memintanya untuk memberi mereka pekerjaan. Sejak saat itulah Cale menyuruh mereka mulai membantu Beacrox.

[Baca Trash of the Count's Family Bahasa Indonesia di https://shiraulwiya.blogspot.com/]

‘Mm, kami pikir akan lebih baik jika kami berlatih bersama para kesatria, tapi kami akan tetap berusaha sebaik-baiknya.’

Maes yang berusia 12 tahun tampak percaya diri dan tenang, tidak seperti Lock. Dia juga menyadari kekuatan Suku Serigala dengan baik. Itu sebabnya Cale bahkan lebih bersikukuh agar mereka membantu Beacrox di dapur.

‘Kalian masih anak-anak. Masih terlalu dini untuk melakukan hal yang berbahaya seperti berlatih dengan para kesatria. Bantu Beacrox dengan tugas dapurnya.’

‘Anda benar-benar seperti yang Lock hyung ceritakan. Baiklah, kami akan berusaha sebaik-baiknya.’

Anak-anak yang berkata bahwa mereka akan bekerja dengan keras benar-benar bekerja keras. Mungkin itu sebabnya, tapi Cale tidak bisa menahan diri menyeringai pada Beacrox, yang kelihatannya menjadi semakin lelah hari demi hari. Beacrox berdiri diam sementara anak-anak serigala menyiapkan meja lalu keluar ruangan.

“Paman, paman tidak ikut?”

Anak-anak serigala itu tampak ceria dan polos. Mereka memanggil Beacrox paman dan memperlakukannya seperti keluarga.

“….Aku ikut.”

Anak-anak itu keluar terlebih dahulu setelah mendengar komentarnya. Mereka semua berpakaian dan menyisir rambut mereka dengan rapi, seakan-akan mereka tidak pernah tinggal di desa terpencil sebelumnya.

Itu tidak terelakkan melihat gayanya Beacrox.

‘Sekarang kalau dipikir-dipikir, dia bisa jadi pengasuh yang baik.’

Cale menghindari tatapan Beacrox, berpikir Beacrox akan menyerangnya dengan pisau dapurnya jika dia tahu apa yang Cale sedang pikirkan. Beacrox hidup sebagai koki yang bersih dan terhormat saat ini. Dia tidak bisa bersikap dingin kepada anak-anak serigala itu.

Satu-satunya yang bisa dia lakukan adalah memelototi Cale sesekali.

Beacrox menyaksikan Cale mengangkat garpu dan pisau dan bersiap keluar ruangan saat dia berbicara.

“Terima kasih karena selalu memberiku makanan yang lezat.”

“….Ya tuan.”

Klik.

Beacrox meninggalkan ruangan dan menutup pintu di belakangnya. Cale menatap pintu dan berkata.

[Baca Trash of the Count's Family Bahasa Indonesia di https://shiraulwiya.blogspot.com/]

“Aku tidak mengerti kenapa dia mencoba melakukan pekerjaan ayahnya saat ayahnya pergi.”

Tidak ada alasan bagi Beacrox untuk membawakannya makanan. Akan tetapi, Beacrox sedikit demi sedikit melakukan tugas Ron kapan pun dia sempat. Sayangnya, hal ini menghalangi Cale untuk menikmati celah yang Ron tinggalkan setelah kepergiannya.

Anak-anak serigala itu atau Beacrox selalu datang untuk mengambil alih tugas Ron.

Cale lalu melihat ke arah sudut ruangan dan terus berbicara.

“Ayo makan.”

Teman makan Cale, On, Hong, dan Naga Hitam, bergegas ke meja dan mulai makan. Cale melihat matahari terbenam di atas lautan di luar sementara dia menyantap makan malamnya dengan tenang.

Keesokan harinya.

“Halo.”

“Senang bertemu Anda, tuan muda-nim.”

Cale bertukar sapa dengan seorang pria tua.

Dia adalah nelayan yang telah menjelajahi lautan Ubarr ini dan bertarung melawan pusaran air selama puluhan tahun. Pria tua ini, yang dikenal sebagai veteran terbaik di lautan Ubarr di desa tepi laut ini, memiliki kulit berwarna cokelat yang memperlihatkan seberapa lama waktu yang dia habiskan di laut.

“Percaya saja pada saya. Saya akan membawa Anda ke pulau tengah itu dengan aman.”

Amiru, yang berada di samping Cale, menganggukkan kepalanya dan menambahkan.

“Benar. Dia adalah orang yang luar biasa, jadi Anda bisa pergi kemanapun di lautan Ubarr selama bersama dia. Maafkan saya karena tidak bisa pergi denganmu padahal seharusnya saya menemani Anda melihat-lihat. Ada pekerjaan yang harus saya lakukan.”

“Tidak apa-apa. Mengenalkan saya kepada nelayan berpengalaman saja sudah cukup.”

Akan rumit jika Amiru pergi bersamanya. Cale telah memilih orang-orang yang akan pergi dengannya hari ini. Nelayan itu bertanya.

“Apakah hanya Anda bertiga?”

“Ya. Ayo kita berangkat.”

“Ya, tuan. Silakan naik.”

Cale naik ke kapal yang kecil tapi kokoh itu. Wakil Kapten naik di belakangnya. Karena Wakil Kapten akan menemaninya, Cale tidak perlu membawa kesatria lain bersamanya. Harusnya itu bukan masalah, karena pulau-pulau itu tidak berpenghuni.

[Baca Trash of the Count's Family Bahasa Indonesia di https://shiraulwiya.blogspot.com/]

“Hati-hati, tuan muda.”

“Oke.”

Wakil kepala pelayan Hans mendekap On dan Hong sambil menyaksikan Cale pergi. Kedua anak kucing On dan Hong meronta-ronta, berusaha menjauh dari Hans, yang semakin mendekat ke laut. Walaupun mereka menyukai aroma laut, On dan Hong tidak menyukai air.

-Aku akan terbang.

Tentu saja, Naga Hitam berencana mengikuti mereka sambil tetap tidak terlihat. Cale bercanda dengan orang terakhir yang naik ke kapal.

“Beacrox, sepertinya jaring-jaring di dekat pulau sering menangkap ikan laut yang langka. Itu akan bagus untuk memperluas cita rasamu.”

“….Terima kasih banyak, tuan muda Cale.”

Beacrox, yang pada akhirnya turut pergi bersama mereka atas perintah Cale, naik ke atas kapal dengan ekspresi kaku. Cale memerintahkan nelayan begitu semua orang sudah naik.

“Ayo berangkat.”

“Ya, tuan.”

Nelayan itu, kapten kapal kecil ini, mulai mengayuh bersama putranya. Di lautan yang dipenuhi pusaran air ini, baik kapal besar maupun sihir akselerasi tidak dibutuhkan.

Lebih aman bersama nelayan berpengalaman dan mengandalkan pengalaman mengayuh bertahun-tahun mereka.

“Kapal ini mungkin akan sedikit bergoyang, jadi tolong berpegangan dengan erat.”

Pria tua itu mengatakan itu dengan santai ketika kapal itu bertolak. Cale mulai mengumpat tidak lama setelah mereka berlayar.

“Sialan.”

Kapal itu terombang-ambing. Kapal itu menghindari pusaran air yang seolah-olah akan mengisap masuk segala sesuatunya dengan tipis. Daya dari pusaran angin itu mengombang-ambingkan kapal.

Splash, rash.

Semua bunyi debur air terdegar di telinga Cale saat nelayan itu berteriak.

“Hahaha. Tuan muda-nim, bukankah pusaran air ini luar biasa?”

Nelayan itu adalah pria yang sangat berani. Cale mendorong tangan Wakil Kapten menjauh, yang mencengkeram pakaiannya dengan wajah pucat.

[Baca Trash of the Count's Family Bahasa Indonesia di https://shiraulwiya.blogspot.com/]

 ***

Diterjemahkan dari https://eatapplepies.com/


<<<

Chapter 49                   

>>>             

Chapter 51 

===

Daftar Isi 


 

 

 

Sunday, May 9, 2021

Remarried Empress (#193) / The Second Marriage (Ep. 98 - Ep. 99 part 1)

 


Chapter 193: Mengetahui Kebenarannya (2)

Penerjemah: Shira Ulwiya


Nona Mastas menatap mataku dan bertanya, "Yang Mulia pergi dengan telanjang ...?"

Rose dan bahkan Mastas, kesatria Heinley, sepertinya tidak tahu bahwa Heinley bisa berubah menjadi burung.

Aku mengacak-acak rambutku karena situasi yang canggung ini. Aku berada dalam posisi yang memalukan.

Bagaimana aku harus menjawab?

Lebih buruk lagi, leher Rose memerah. Dia sepertinya membayangkan yang bukan-bukan.

Bukankah aku harus memberitahunya bahwa itu tidak seperti yang dia pikirkan? Tapi apa sebenarnya yang harus aku katakan untuk meyakinkannya? Kalau aku hanya melepas pakaiannya sebelum dia pergi, dan tidak ada hal lain lagi yang terjadi?

Itu ... akan membuatku terlihat lebih aneh.

Jadi aku menjawab dengan, "Tidak apa-apa, Itu tidak masalah."

"Apa?"

"Kami adalah pasangan yang sudah menikah."

"Apa?!"

“…”

Mastas melihat ke arah jendela dan bergumam perlahan, “Erm… Tentu saja, Anda berdua adalah pasangan yang sudah menikah. Tapi masalahnya, orang lain yang melihat Yang Mulia telanjang, tidak menikah dengannya."

Semakin banyak aku berbicara, aku dan Heinley tampak semakin aneh, jadi alih-alih melanjutkan, aku dengan cepat membungkuk dan memungut pakaian Heinley.

Jika itu hanya pakaian luarnya, aku akan meminta dayang-dayangku untuk memungutnya. Tetapi aku tidak dapat meminta mereka melakukan itu karena pakaian dalamnya juga termasuk di antara tumpukan bajunya.

Saat aku mendekap pakaiannya, aku mencium parfum yang biasa dipakai Heinley.

Pada saat itu, ekspresi sedih Queen muncul di benakku.

Beberapa hari sebelum ulang tahunku, dia berusaha keras membawakanku kue. Namun, ketika aku mengatakan itu terlalu berlebihan, dia menangis dan terbang pergi.

… Jadi Heinley yang menangis hari itu. Itu sebabnya matanya merah saat aku mengunjunginya.

Heinley… dia tampaknya memiliki hati yang sensitif. Aku ingin tahu apakah dia menangis lagi saat ini.

Saat memikirkan itu, hatiku menjadi berat karena khawatir. Tiba-tiba aku merasa sangat menyesal.

Aku ragu-ragu sebelum akhirnya bertanya, "Nona Mastas, apakah Yang Mulia pernah salah paham tentangmu?"

Mastas adalah salah satu kesatria Heinley, jadi dia pasti sudah familier dengan tingkah lakunya yang biasanya.

Mendengar pertanyaanku, Mastas berkedip dan menjawab, "Kesalahpahaman macam apa?"

"Yah, dia pikir aku marah padahal sebenarnya tidak ..."

"Saya pernah marah sebelumnya, tapi Yang Mulia tidak pernah peduli."

"!"

“Oh, jadi yang terjadi adalah Yang Mulia Raja salah menafsirkan situasinya dan mengira Yang Mulia Ratu marah. Jadi… dia keluar jendela karena syok?” Dia bertanya dengan mata lebar.

"…Hampir mirip."

"Uh ..." Dia mengalihkan pandangannya dan berbicara lagi, "Saya bisa membayangkan mengapa Yang Mulia Raja sangat terkejut ... Tidak apa-apa, saya tidak bisa membayangkan apa-apa, jadi jangan khawatir tentang itu ... Yang ingin saya katakan adalah Yang Mulia banyak tersenyum, itu saja, dia hanya tersenyum."

"Dia hanya tersenyum?"

"Iya. Terlepas dari apa yang dia pikirkan, dia menyembunyikan segala sesuatunya dengan senyuman. Saya belum pernah melihat Yang Mulia kaget," tambah Mastas, menatapku dengan hati-hati, "Jika Yang Mulia Raja begitu tertekan karena ratu marah sehingga dia keluarga jendela dengan telanjang, bukankah lebih baik jika Anda jujur ​​dan memberitahunya bahwa Anda tidak marah?"

Aku bingung dengan apa yang baru saja dikatakan Nona Mastas kepadaku. Aku pikir Heinley sangat emosional. Namun ternyata, ia tidak sering menunjukkan emosinya. Jadi apakah dia hanya menunjukkan emosinya yang sebenarnya di depanku?

Bagaimanapun juga, dia benar.

"Jujur saja ..." gumamku, mengangguk saat aku berjalan keluar dengan pakaiannya di tangan.

"Ratu!", teriaknya.

“Aku akan pergi menemui Yang Mulia. Aku harus jujur ​​dan menjernihkan kesalahpahaman di antara kami."

“Tidak, bukan itu, hanya saja… saya bisa melihat semuanya. Akan lebih baik jika Anda membungkus pakaian itu dengan selembar kain.”

"!"

[Baca Remarried Empress Bahasa Indonesia di https://shiraulwiya.blogspot.com/]

***

Sovieshu, yang baru saja berganti pakaian yang nyaman, sedang duduk di tempat tidur Rashta menyanyikan lagu untuk bayinya.

Rashta sedang berbaring di atas tumpukan bantal lembut yang empuk. Dia tidak bisa berhenti tersenyum saat Sovieshu bernyanyi.

Kaisar bernyanyi di dekat perutnya. Setahun yang lalu, ini sesuatu yang tak terbayangkan olehnya.

Rashta menggerakkan tangannya untuk membelai rambut hitam Sovieshu.

Bagaimana dia bisa begitu manis?

Alan bahkan menolak anaknya sendiri karena statusnya. Tetapi Sovieshu, yang memiliki status yang jauh lebih tinggi dari Alan, telah melakukan semua yang bisa dia untuk menghindari memiliki anak haram.

Untuk perawatan pranatal, dia kadang-kadang datang untuk berbicara kepada perutnya dan bernyanyi di malam hari. Setiap kali Rashta melihat upaya Sovieshu dalam merawat bayi yang belum lahir itu, dia merasa ingin menangis.

"Yang Mulia sangat pandai bernyanyi,", puji Rashta.

"Karena aku mempelajarinya."

“Apakah menyanyi termasuk dalam pendidikan keluarga kekaisaran?”

“Ini bukan hanya bagian dari pendidikan keluarga kekaisaran. Itu adalah pelajaran yang biasa diajarkan di masyarakat kelas atas."

"Bayi itu akan mengingat suara ayah mereka dengan baik."

Sovieshu tersenyum dan membelai perut Rashta dengan tangannya.

Tiba-tiba, ada ketukan di pintu.

"Siapa itu?" Sovieshu bertanya dengan tajam, melihat ke arah pintu. Semua jejak sikap kebapakan barunya menghilang.

Pelayan Delise masuk dan berkata, "Yang Mulia, Marquis Karl ada di sini."

Sovieshu melirik jam di dinding, "Pada jam segini?"

"Iya. Dia bilang dia punya sesuatu yang mendesak untuk ditunjukkan pada Anda ... "

“Katakan padanya untuk menunggu di ruang tamu."

Delise menjawab, "Baiklah," dan keluar.

Rashta memandang Sovieshu dengan mata lebar saat dia berdiri, "Apakah Anda akan pergi?"

“Marquis Karl tidak akan datang tanpa alasan yang bagus.”

Sovieshu menyelimutinya, menarik seprai ke lehernya, dan meninggalkan ruangan.

Marquis Karl dengan cemas mondar-mandir di kamar dengan koran di tangannya, tidak repot-repot duduk di sofa.

"Ada apa?" Sovieshu bertanya.

Marquis Karl dengan cepat menyodorkan koran itu kepada kaisar, "Lihat ini, Yang Mulia."

Dia mengerutkan kening dan menerima koran itu.

Itu adalah buletin dari Kerajaan Barat.

Isi surat kabar itu adalah…

Ekspresi Sovieshu membeku.

Dia berbicara dengan tidak percaya, "Navier tidak sengaja mendengar aku berjanji pada Rashta bahwa aku akan menceraikannya?"

[Baca Remarried Empress Bahasa Indonesia di https://shiraulwiya.blogspot.com/]

***

Sudah terlalu larut, jadi aku mencoba menenangkan jantungku yang berdebar kencang dan menunggu keesokan harinya untuk menemui Heinley. Aku segera berpakaian begitu fajar menyingsing dan meninggalkan istana ratu terpisah.

Aku ingin mengakhiri kesalahpahaman di antara kami sebelum dia memasuki ruang konferensi.

Tanpa diduga, kakakku keluar dari kantornya. Sepertinya dia baru saja mengunjungi Heinley.

Aku berlari ke arahnya karena terkejut, "Kakak?"

Mata kakakku membelalak dan dia mengulurkan tangannya, mengikuti gerakanku.

Aku memeluk kakakku yang balas memelukku erat. Dia menggumamkan beberapa kata yang tidak bisa kumengerti.

Aku mendongak saat aku merasakan bahunya gemetar, dia menangis.

Kakakku memelukku sebentar, akhirnya melepaskanku saat Mckenna keluar.

Dia mengeluarkan saputangan, menyeka matanya, dan tersenyum, "Akan lebih baik jika hanya ada kita berdua."

"Kakak…"

"Saat aku mendengar tentang perceraianmu, Navier, hatiku hancur."

“…”

"Hanya karena kamu menikah dengan Yang Mulia Heinley bukan berarti bekas luka yang tersisa dari perceraianmu akan hilang begitu saja."

“…”

Kakakku memelukku erat sekali lagi.

Setelah kami berpelukan untuk beberapa saat, McKenna berdehem dan kakakku melepaskan pelukannya.

"Kupikir aku akan bertemu denganmu begitu aku tiba di Kerajaan Barat.", kataku sedih.

Kakakku menanggapi nada bicaraku yang sedih saat dia melipat saputangan dan memasukkannya kembali ke sakunya, "Aku menghindarimu karena aku takut akan membuatmu kesusahan."

"Mengapa kau bilang begitu?"

"Itulah yang terjadi di Kekaisaran Timur. Aku tidak pernah berhenti memikirkannya sejak aku mendengar tentang perceraianmu. Itu mungkin terjadi karena kesalahanku. Jika saja aku tetap tenang, mungkin kamu tidak akan bercerai ..."

Meskipun apa yang dia katakan mungkin benar, aku tahu bahwa meskipun saudara laki-lakiku tidak melakukan apa-apa, Sovieshu akan tetap meninggalkanku.

Karena dia mencintai Rashta. Dia harus menyingkirkanku entah dengan cara apa jika dia ingin Rashta duduk di sisinya.

Malahan, setelah mengusirnya, Sovieshu memanfaatkan nama saudara laki-lakiku untuk menyingkirkanku.

Alih-alih membicarakannya lebih jauh, aku tersenyum dan sengaja bercanda, "Jadi kau selama ini menghindariku, tapi kau tetap bertemu dengan Heinley?"

"Yang Mulia berkata dia akan menambahkan namaku dalam 'Ekspedisi Kesatria' sebelum acara pernikahan."

"Ekspedisi Kesatria?"

“Itu adalah tradisi Kerajaan Barat. Tampaknya, para kesatria raja melakukan perjalanan melalui beberapa kota untuk memberikan dukungan kepada rakyat."

Ohh.... . Kalau dipikir-pikir, aku pernah mendengar yang serupa.

Kabarnya reputasi kesatria yang menangani situasi dengan baik akan langsung meroket.

"…Aku menghargai itu."

Aku bisa mengerti mengapa Heinley ingin kakakku berpartisipasi dalam ekspedisi para kesatria. Dia sepertinya berencana untuk meningkatkan reputasi kakakku di Kerajaan Barat.

Aku memeluk pakaian di tanganku lebih erat. Kakakku tersenyum canggung dan memujinya juga.

"Aku hanya mendengar rumor dangkal tentang dia. Namun, dia sangat bijaksana dalam banyak hal… ”

"Aku setuju."

“Kamu pasti menyukainya.”

"Itu ..."

Yah… Menyukai seseorang tidak selalu berarti bahwa seseorang sedang jatuh cinta.

"Betul sekali."

Sungguh memalukan.

Setelah mengucapkan selamat tinggal kepada kakakku, aku dengan hati-hati memasuki  kantornya.

Heinley berdiri dengan canggung di tengah kantor, memerah begitu mata kami bertemu.

"Ratu."

Dia tidak mendekatiku seperti biasa, sebaliknya, dia ragu-ragu. Aku telah menghindarinya sebelumnya, jadi dia sepertinya tidak yakin apakah dia harus mendekat.

Meski aku masih malu menatap matanya, kali ini aku mengumpulkan keberanian untuk mendekatinya.

Heinley mengatupkan kedua tangannya erat-erat dan menatapku dengan mata gemetar.

"Ratu, aku—"

Aku memotongnya, "Aku benar-benar tidak marah."

“Tapi kamu menghindariku. Ratu, aku- aku harap kamu tidak menghindariku lagi."

"Aku tidak menghindarimu karena aku marah," aku mengulangi ini padanya, menelan dorongan untuk berbalik dan pergi, "Apakah kamu ingin aku jujur ​​padamu tentang mengapa aku menghindarimu?"

Heinley menjawab dengan tergesa-gesa, “Ya. Jika kamu tidak marah padaku, tolong jujurlah."

"Kamu mungkin akan terkejut."

“Selama beberapa hari, aku merasa sangat cemas sehingga tidak bisa tidur di malam hari. Aku tidak ingin kamu membenciku, Ratu. Tolong beritahu aku."

Matanya gemetar, pupilnya tampak lebih gelap dari biasanya.

Aku menarik napas dalam-dalam dan memeluk pakaiannya seolah-olah itu adalah jimat.

Sulit untuk mengatakan yang sebenarnya, tetapi Heinley melakukannya, meskipun dia takut itu akan membuatku marah. Dia membuktikan keberaniannya, jadi aku harus membuktikan keberanianku.

Setelah menarik napas dalam-dalam, aku mengakuinya sesantai mungkin.

"Aku melihatmu telanjang."

"!"

“Itu sulit karena bayangan dirimu terus bermunculan di pikiranku.”

"!"

"Itu sebabnya aku tidak bisa menatap matamu. Aku terus-menerus mengingatnya."

"!"

[Baca Remarried Empress Bahasa Indonesia di https://shiraulwiya.blogspot.com/]

***

Diterjemahkan dari https://novelutopia.com/ 


<<<

Chapter 192                   

>>>             

Chapter 194

===

Daftar Chapters 


Remarried Empress (#192) / The Second Marriage (Ep. 97 part 2)



Chapter 192: Mengetahui Kebenarannya (1)

Penerjemah: Shira Ulwiya


McKenna mengangkat alisnya, "Apa dia sudah tahu?"

Heinley menggelengkan kepalanya, "Aku tidak tahu."

Tapi tidak sulit untuk menebaknya. Terutama ketika dia bertanya kepadanya tentang identitas Queen setelah menanyakan tentang identitas McKenna. Navier pasti mengira Queen adalah bawahan Heinley. Tetapi Heinley sangat terkejut pada saat itu sehingga dia bereaksi dengan aneh.

Dia pikir Navier tidak akan memperhatikan karena dia tidak banyak bicara, tetapi dia tiba-tiba bersikap dingin dan menolak untuk menatap matanya. Ada kemungkinan besar dia marah setelah mengetahui kebenarannya.

“Jika itu sangat mengganggu Anda, kenapa Anda tidak memberitahunya?”

“Apakah kamu selalu seperti ini? Jika ada sesuatu yang mengganggumu, apakah kamu langsung bertindak?"

McKenna merenungkan pertanyaan itu sejenak, lalu menjawab, “Saya… saya berkonsultasi dengan Yang Mulia.”

"Apa yang akan aku katakan?"

“Jika itu mengganggu Anda, katakan yang sebenarnya.”

"Yah. Aku harus melatih kata-kataku,” Heinley mendesah dan berdiri.

Toh hanya masalah waktu sampai dia harus mengaku.

"Aku ingin kami memilih gaun bersama ..."

“Oh. Anda pergi untuk memilih gaun dan diusir?"

Heinley mendengus dan perlahan meraih bantal sofa. McKenna buru-buru meletakkan kertas yang dia pegang dan bergegas keluar.

[Baca Remarried Empress Bahasa Indonesia di https://shiraulwiya.blogspot.com/]

***

Setelah Heinley pergi, aku mondar-mandir di kamar dengan cemas, menyesali tindakanku.

Tentu saja, aku melakukannya secara tidak sengaja, tetapi itu hanya dari sudut pandangku. Dari sudut pandang Heinley, aku telah mendorongnya dengan serampangan.

Dia pasti kaget dan malu. Selain itu, ada orang lain di sekitar kami…

Aku menekan pipiku dengan kedua tangan dan menarik napas dalam-dalam.

'Aku harus minta maaf.'

"Nona Rose", seruku.

"Ya, Yang Mulia."

“… Aku akan menemui Yang Mulia Raja, bisakah kau membawakanku sesuatu untuk dikenakan?”

Rose tampak lega mendengar permintaanku dan segera membawakanku jubah kuning. Dia tampak khawatir kalau-kalau Heinley dan aku bertengkar.

Namun, ketika aku bersiap untuk pergi, Heinley tiba di depan pintuku.

Saat melihatnya, perutku menegang, ini pasti kabar buruk. Aku meminta kedua dayangku untuk pergi dan memasang wajah datar.

Meski sudah larut malam, dia tetap mengenakan pakaian yang sama dengan yang dia kenakan pada siang hari. Dia mungkin sangat terkejut sehingga dia bahkan tidak berpikir untuk mengganti pakaiannya.

Kami saling memandang sejenak.

Heinley-lah yang pertama yang memecah keheningan, "Ada yang harus aku akui."

"?"

'Apa maksudnya?'

Jika dia datang menemuiku di tengah malam, itu pasti tentang sesuatu yang serius, bukan?

Ketegangan di perutku bertambah.

Aku tidak tahu bagaimana dia akan merespons apa yang aku lakukan padanya sebelumnya.

Namun, apa yang keluar dari mulut Heinley benar-benar berbeda dari yang kuharapkan.

"Aku adalah Queen."

“…”

Aku pikir dia akan mengeluh dan mengekspresikan dirinya secara negatif. Bukan berarti dia akan mengakhiri pernikahan kami karena ini, tetapi setidaknya dia akan mengatakan dia sedikit menyesal.

Aku tidak percaya dia baru saja mengungkapkan identitasnya kepadaku.

Heinley tersenyum canggung dan bergumam, "Dilihat dari ekspresimu, sepertinya kamu sudah tahu, bukan?"

'!'

“Maafkan aku, Ratu. Aku tidak bermaksud untuk menipumu."

Heinley meminta maaf berulang kali, menatapku dengan tulus. Sepertinya matanya mencoba memberitahuku betapa dia benar-benar menyesal.

“Ratu, di suku kami, kami tidak diizinkan untuk mengungkapkan identitas kami, kecuali kepada keluarga kami. Itu sebabnya aku tidak bisa memberitahumu, tetapi aku tidak punya niat untuk menipumu lagi. Aku serius."

Aku menggelengkan kepalaku dan mencoba memberitahunya bahwa itu tidak apa-apa. Aku juga harus meminta maaf karena telah mendorongnya tadi.

[Baca Remarried Empress Bahasa Indonesia di https://shiraulwiya.blogspot.com/]

"Heinley," kataku saat aku mengulurkan tangan ke arahnya.

Tiba-tiba, Heinley berubah menjadi burung besar, dan aku termangu.

Aku bingung. Mengapa dia berubah begitu tiba-tiba?

Heinley, yang telah berubah menjadi burung, berkedip pelan saat dia menatap mataku.

Dia terlihat sangat manis.

Apakah dia mencoba menggunakan penampilannya yang menawan sebagai taktik untuk menenangkan 'amarah'-ku?

Heinley, tidak, Queen, yang menatapku dengan segala macam ekspresi manis, membuka lebar mata besarnya.

Dia benar-benar tampak menawan.

Ketika Queen mendekatiku dengan ragu-ragu dan memiringkan kepalanya, aku hampir mengulurkan tangan untuk memeluknya karena kebiasaan.

Sebelumnya, aku lebih khawatir jika dia adalah bawahan Heinley karena itu berarti aku telah memeluk, mencium, dan menepuk pantat salah satu bawahan suamiku.

Mungkin karena aku berasumsi yang terburuk, aku tidak terlalu marah ketika aku mengetahui Heinley adalah Queen. Aku paham bahwa dia tidak dapat memberitahuku karena itu rahasia.

Tapi…

Aku berbalik, menarik tanganku dan berkata,

"Aku tidak marah, Heinley. Sungguh."

Wajahku memanas lagi.

Meskipun Queen yang bertengger di depanku sekarang tampak seperti burung yang lucu dan cantik, aku juga tahu bahwa dalam sekejap dia bisa berubah menjadi Heinley.

Aku tidak bisa memeluknya setelah mengetahui hal ini. Jika aku memeluk burung itu, itu akan seperti memeluk Heinley… telanjang.

- Gu ...

"Sungguh. Aku tidak marah… hanya sedikit.”

Mata Queen berlinang air mata.

Dengan enggan, aku mengulurkan tangan dan membelai kepalanya. Queen menutup matanya dan menggosok-gosokkan kepalanya ke tanganku.

Sikapnya manis sekali.

Bahkan jika itu adalah Heinley yang menggosokkan kepalanya ke tanganku, itu akan tetap menyenangkan…

'Ya ampun! Apa yang aku pikirkan ?!"

Aku menarik tanganku darinya dan memohon, "Tidak apa-apa, aku tidak marah. Aku berkata jujur. Tapi kembali ... kembali ke bentuk normalmu lagi di mana aku tidak dapat melihatmu."

-!

Aku duduk di sana selama hampir setengah jam setelah Heinley pergi, lalu membuka pintu dan berjalan keluar.

Rose, yang sedang mengajari Nona Mastas sesuatu, melihatku keluar sendirian dan bertanya dengan heran, “Ratu? Mengapa Yang Mulia keluar sendirian?"

Nona Mastas segera melihat ke belakang dan menjadi bingung juga.

"Yang Mulia Heinley keluar lewat jendela," jawabku tanpa basa-basi.

Begitu aku menjawab, mereka berdua ternganga karena tidak percaya. Tapi itu dengan cepat berubah menjadi ekspresi keheranan setelah mereka memasuki kamarku.

“Oh, Ratu! Pakaian Yang Mulia Heinley ada di sini ... "

'!'

"Yang Mulia Heinley benar-benar keluar dari jendela!"

Pikiranku yang linglung tiba-tiba kembali normal seolah seember air dingin telah mengguyur tubuhku.

'Apakah Heinley begitu terkejut sehingga dia tidak membawa pakaiannya?'

Aku bergegas kembali ke kamarku dan menemukan semua pakaian Heinley berserakan di karpet. Bahkan celana dalamnya.

[Baca Remarried Empress Bahasa Indonesia di https://shiraulwiya.blogspot.com/]

***

Diterjemahkan dari https://novelutopia.com/ 


<<<

Chapter 191                   

>>>             

Chapter 193

===

Daftar Chapters