Chapter 191: Gaun Pengantin (2)
Penerjemah: Shira Ulwiya
Sementara Navier tengah melihat-lihat
desain gaun sang desainer.
Secara kebetulan, Rashta juga sedang
mengobrol dengan desainer yang dikirim Sovieshu.
Tapi suasananya agak berbeda.
“Haruskah aku berpakaian sesederhana
mungkin?”
Rashta bingung dan berulang kali bertanya
kepada desainernya.
“Bukankah ini pernikahan Rashta?”
Dia telah mendengar dari Baron Lant bahwa
Yang Mulia menyatakan bahwa pernikahan itu haruslah semegah mungkin.
Dia terus membayangkan gaun seperti apa
yang akan dia pakai. Dia merasa jengkel karena desainer ini dengan lancangnya
masuk dan mengatakan kepadanya bahwa dia harus berpakaian sesederhana mungkin.
"Mengapa?"
"Yang Mulia meminta saya membuat gaun
yang akan membuat Anda tampak menawan."
“Jadi, kamu ingin bilang kalau gaun yang mewah
dan indah tidak membuat Rashta tampak menawan?”
Ketika Rashta bertanya dengan hampir
menangis, desainer itu menjadi gugup dan melambaikan tangannya dengan panik.
“Saya tidak bermaksud begitu.”
“Kedengarannya begitu bagi Rashta.”
“Bukan begitu… Itu-itu karena Rashta sangat
populer di kalangan rakyat jelata.”
“Bahkan rakyat biasa tidak menyukai segala sesuatu
yang biasa-biasa saja.”
"Iya. Tetapi jika pernikahan itu
sangat mewah, dan bahkan juga gaunnya, itu akan… berbeda dari citra yang
diharapkan orang-orang dari Rashta. Hanya itu."
"Jika pernikahannya mewah tetapi
gaunnya polos, Rashta akan terkubur hidup-hidup."
Rashta membantah kata-kata desainer
tersebut.
Bagi Kaisar Sovieshu, ini akan menjadi
pernikahan kedua. Selain itu, dia baru saja bercerai.
Orang-orang pasti akan membandingkannya
dengan Permaisuri Navier.
'Mengenakan gaun polos pada acara seperti
ini ...'
Rashta semakin kesal dengan sikap desainernya.
Desainer ini pasti sengaja berusaha membuatnya terlihat konyol.
"Tidak juga. Rashta sangat cantik.
Anda tidak membutuhkan banyak aksesori agar bersinar- "
“Gaun apa yang dikenakan mantan permaisuri?”
Menanggapi pertanyaan Rashta, desainer
tersebut menunjukkan desain gaun pengantin milik Navier.
Itu sangat mewah.
“…”
Ketika Rashta mengatupkan bibirnya dengan
erat dan mengungkapkan ketidakpuasannya dengan keheningan yang menegangkan, desainer
itu menjadi semakin gugup.
Rashta menjadi curiga pada desainer itu dan
bertanya, "Kamu kan yang merancang gaun mantan permaisuri, apakah aku
benar?"
"Betul sekali. Saya merancang gaun
pengantinnya, gaun resepsi pernikahannya, dan banyak gaun lainnya."
Rashta berbicara dengan sedih, merasakan
kecurigaannya benar.
"Kamu menyukai mantan permaisuri, jadi
kamu ingin Rashta mengenakan gaun polos sehingga Rashta akan dikritik ketika dibanding-bandingkan
dengannya, iya kan?"
"Sama sekali tidak. Itu semua
tergantung pada suasana- ”
Rashta mengarahkan jarinya ke desain gaun
pengantin Navier.
"Aku ingin gaunku lebih mewah dan
indah dari yang itu."
Segera setelah desainer itu tergesa-gesa
keluar, Rashta dengan marah bersandar di sofa dan menendang bantal.
Bagi Rashta, desainer itu bertekad untuk
merekomendasikan gaun polos agar dia tidak lebih menonjol dari mantan permaisuri.
Akankah rakyat jelata akan menyukai seorang
permaisuri memakai gaun polos? Dia tidak berpikir begitu.
[Baca Remarried Empress Bahasa Indonesia di
https://shiraulwiya.blogspot.com/]
Saat itu, orang lain datang.
Itu adalah Duke Elgy.
Tapi dia tidak sendiri, ada seorang pria di
sampingnya yang belum pernah dia lihat sebelumnya.
"Duke. Siapa…?"
Ketika Rashta bertanya, Duke Elgy menyuruh
pria itu ke koridor dan berkata, "Nona, apakah kau ingat apa yang aku jelaskan
kepadamu tentang jurnalis?"
Mata Rashta membelalak dan mengangguk,
"Kamu membawa jurnalis?"
“Dia adalah jurnalis rakyat jelata. Nona,
apakah kau menerima lamaran pernikahan dari Yang Mulia?"
"!"
"Rumor yang beredar bahwa kau akan
menikah dengan Yang Mulia."
“Itu ...”
"Apa itu benar?"
Rashta, yang tidak bisa memberi tahu Duke
Elgy yang sebenarnya, merasa bersalah dan menurunkan pandangannya.
Duke Elgy tertawa.
“Anda tidak perlu merasa bersalah. Aku
hanya membawanya ke sini karena dia mendengar rumor itu dan ingin mewawancaraimu."
Rashta menatap Duke Elgy dengan tatapan
bingung.
Meskipun dia telah menjelaskan kepadanya
tentang wawancara dan jurnalis, dia hampir tidak memperhatikan saat itu.
Dia tidak ingat apa pun kecuali bahwa itu
rumit dan bahwa dia harus berhati-hati dengan kata-katanya. Saat Rashta
berkedip, Duke Elgy menjelaskan sambil tertawa, "Nona, kau harus
menyebutkan dalam wawancara bahwa pernikahanmu adalah kemenangan bagi rakyat jelata."
"Rashta sekarang adalah bangsawan
..."
“Tapi katakan seperti ini. Katakan bahwa
meskipun kau baru saja mengetahui bahwa kau adalah bangsawan, kau masih
berpikir dan bertindak seperti 'kalian semua'.”
"Setuju."
“Dan katakan juga, ketika kau menjadi
permaisuri, kau akan mendukung rakyat jelata.”
Rashta gugup tetapi melakukan seperti yang
diperintahkan Duke Elgy.
Ketika wawancara dengan jurnalis rakyat
jelata selesai, kali ini seorang jurnalis bangsawan datang, dan Duke Elgy
menasihatinya lagi sebelum wawancara.
“Tekankan romansa manis dan cinta dramatis
dengan Yang Mulia Sovieshu.”
"Bukankah seharusnya aku mengatakan
bahwa aku akan mendukung para bangsawan?"
“Itu akan menjadi kontradiktif.”
"Ah."
“Tekankan cinta tanpa syarat. Itu akan
menyenangkan mereka."
Rashta kembali melakukan seperti yang
diperintahkan Duke Elgy.
Setelah itu, dia benar-benar kelelahan. Dia
berbaring di tempat tidur begitu wawancara kedua selesai.
Rashta, berbaring di tempat tidur,
merasakan perasaan aneh yang tidak bisa dijelaskan.
'Aku akan menjadi Permaisuri dan naik ke
posisi tertinggi di negara ini. Tapi menjengkelkan karena aku tidak bisa
mengekspresikan diriku dengan bebas. Apakah aku harus berhati-hati seperti ini
setiap kali aku berbicara di masa mendatang?"
'Aku tidak terlalu suka itu ...'
Berbaring dalam keadaan itu, dia merasakan
gerakan janin yang samar di dalam rahimnya. Rashta, yang lemas, memegangi
perutnya dengan kedua tangan.
'Apakah itu imajinasiku?'
Saat ini dia tidak merasakan apa-apa.
Tapi gerakan janin yang dia rasakan saat
dia pikir itu berat menenangkannya.
Rashta menutupi perutnya dengan tangannya
dan bergumam dengan tidak sadar.
“Ibu akan mengusahakan yang terbaik,
anakku.”
[Baca Remarried Empress Bahasa Indonesia di
https://shiraulwiya.blogspot.com/]
***
Jam-jam berlalu dengan cepat saat aku
melihat-lihat kelima album lengkap desain gaun dan memilih beberapa untuk gaun
pengantinku.
Tapi masih banyak yang harus dilakukan.
McLinnan ingin mengukurku, jadi aku bangkit
dan berdiri tegak dengan tangan terentang di kedua sisi.
Tiba-tiba, ada ketukan di pintu.
"Masuk."
Meskipun seseorang sedang mengukurku, aku menyuruhnya
masuk tanpa ragu karena toh aku memakai pakaian tipis.
Itu adalah Heinley.
"Aku datang untuk melihat apakah semuanya
berjalan dengan baik ..."
Heinley berhenti berbicara dan berdiri di
ambang pintu, menatapku sebentar.
Lalu dia menyeringai lebar seolah dia
menyukai sesuatu.
Aku tidak yakin apa yang membuatnya begitu
senang, karena aku belum mencoba gaun apa pun.
Akhirnya, dia meninggalkan pintu dan
memasuki ruangan sepenuhnya. Orang-orang yang awalnya berbicara langsung
terdiam.
Heinley dengan cepat mendekati kami dan
bertanya kepada desainernya.
“Desain mana yang kamu pilih?”
Dia duduk untuk memeriksa beberapa desain
yang aku pilih dan yang direkomendasikan oleh sang desainer.
Tiba-tiba, pinggulku membentur kepala Heinley.
Aku berusaha untuk tidak memperhatikannya,
tetapi aku akhirnya mendorongnya tanpa sadar.
Heinley membeku dengan sebuah album di
tangannya, dan aku juga bingung.
Aku mendorongnya dengan begitu cepat seolah-olah
seperti aku sedang mengusirnya keluar.
“Hmm, mungkin kamu ingin merahasiakan gaun
pengantinmu.”
Heinley bergumam dengan canggung dan
meletakkan album itu. Kemudian dia menatap arloji sakunya dengan gelisah dan
pergi sambil berkata dia lupa bahwa dia sedang sibuk.
Namun, ketika dia pergi, suasananya menjadi
lebih canggung.
Bahkan Desainer McLinnan, yang tadinya
berbicara sepanjang waktu, terdiam.
Setelah dia mengukurku, aku duduk di sofa
dan memegangi kepalaku dengan kedua tangan.
Aku tidak bermaksud membuatnya merasa
buruk.
'Apa yang harus aku lakukan?'
[Baca Remarried Empress Bahasa Indonesia di
https://shiraulwiya.blogspot.com/]
***
"Dia pasti marah padaku."
Heinley bergumam dengan gelisah dan
menggeram. McKenna, yang datang ke kantornya sambil memegang beberapa kertas,
mendecakkan lidahnya melihat keresahan Heinley.
“Apa yang Anda lakukan hingga membuatnya marah?”
“… Aku tidak tahu. Tidak satu hal pun yang
terpikir."
“Tapi pasti ada sesuatu, kan? Yang Mulia
Ratu sepertinya bukan orang yang marah tanpa alasan."
Heinley mengerutkan bibirnya erat-erat
karena sedih, sebelum berbicara lagi, "Sebenarnya, kemarin istriku hendak
menanyakan sesuatu padaku, tetapi tiba-tiba berubah pikiran ..."
"Tentang apa?"
“Aku tidak tahu. Dia tiba-tiba mengangkat
topik Grand Duke Kapmen. Tapi aku yakin dia hendak mengatakan sesuatu yang
lain."
Heinley mengacak-acak rambutnya, merasa
tidak nyaman.
“Mungkin dia tahu bahwa aku adalah Queen,
dan itulah sebabnya dia marah.”
***
Diterjemahkan dari https://novelutopia.com/
<<<
>>>
Chapter 192
===
No comments:
Post a Comment