Friday, March 12, 2021

[SPOILER] Trash of the Count’s Family (#657)



Chapter 657: Semuanya Terhubung (7)

 

(Ringkasan chapter ini memakai nama ‘Cale <asli> dan ‘KRS <asli>, berbeda dengan di chapter aslinya)

 

Ibu Cale memberi tahu Cale <asli> tentang kekuatan kunonya ketika dia masih muda. KRS <asli> bertanya apa atribut kekuatan kunonya, dan Cale <asli> menjawab kayu. KRS <asli> teringat Indestructible Shield miliknya. Cale <asli> tersenyum dan berkata bahwa dia telah membaca ‘Kelahiran Pahlawan’, jadi dia berpikir bahwa KRS <asli> pasti telah mengambil Indestructible Shield itu. KRS <asli> mengatakan ya, dia memang memilikinya, dan Cale <asli> mengatakan bahwa tebakannya benar.

Cale <asli> berdiri di depan jendela bertirai, dan bertanya kepada KRS <asli> apakah dia tahu tentang cincin pohon (tree rings). KRS <asli> menjawab itu adalah lingkaran pada batang pohon yang telah ditebang, dan Cale <asli> berkata dia benar. Cale <asli> mengatakan bahwa cincin pohon menunjukkan umur pohon. Ibunya lantas bisa melihat cincin (usia) makhluk hidup. Itulah kekuatan kuno ibunya. Ibunya pernah memberitahunya bahwa ada orang dengan cincin yang bengkok. Artinya, kemungkinan besar waktu orang tersebut unik / terpelintir.

Cale <asli> mengingat kata-kata itu saat ibunya membelai rambutnya dan sebaliknya dia juga memainkan rambut ibunya. Ibunya memberitahunya bahwa waktunya juga unik. Cale muda tidak mengerti apa yang ibunya maksud hingga ibunya meninggal. Cale <asli> kemudian bertanya kepada KRS <asli> apakah dia pernah melihat kekuatan ini sebelumnya. Dia bilang pasti ada kenangan di kemampuan merekam KRS <asli> tentang orang dengan kekuatan kuno yang mirip seperti milik ibu Cale.

KRS <asli> berkata bahwa dia memang pernah melihat yang serupa. Dia ingat Bintang Putih (White Star/WS) menyentuh pohon mati di perangkap Dark Elf di gurun. WS juga mengatakan bahwa waktu Cale dan CH terpelintir. Cale <asli> mengonfirmasi bahwa itu adalah kekuatan kuno ibunya, dan KRS <asli> tidak dapat berkata-kata. KRS <asli> mulai berpikir bahwa WS mungkin telah menyebabkan kecelakaan dan kematian ibu Cale, namun Cale <asli> mengatakan jangan sampai salah paham. Cale <asli> menjelaskan bahwa WS tidak membunuh ibunya, dan KRS <asli> menghela napas lega. Melihatnya menghela napas, Cale <asli> sepertinya sekarang tahu dari mana anggota tim KRS belajar bagaimana mendesah seperti itu.

Cale <asli> bertanya padanya apakah dia pernah berpikir seperti apa masa depan Kelahiran Pahlawan. KRS <asli> kesulitan menjawab pertanyaan itu, karena bahkan dia sendiri mengalami kesulitan, maka pasti Choi Han (CH) juga sama. Cale <asli> kemudian menceritakan bahwa ketika dia berusia 40 tahun, Kerajaan Roan benar-benar hancur. Wilayah Henituse juga dihancurkan, dan dialah satu-satunya anggota keluarganya yang selamat.

KRS <asli> menahan napas karena itu mirip dengan masa depan yang dilihatnya di tes gasing emas (golden top). Cale <asli> melanjutkan, WS mendominasi benua timur dan kemudian menyasar benua barat. Dia pertama kali mengambil alih Kota Puzzle sebelum memperluas dominasinya. Cale <asli> mengaku tidak tahu kenapa Kota Puzzle menjadi target pertama WS, tapi KRS <asli> tahu kenapa. Cale <asli> berkata bahwa Raja Jed Crossman tewas dalam pertempuran melawan WS, dan Alberu bertempur dalam banyak pertempuran untuk merebut kembali sisi timur kerajaan. CH, Rosalyn, dan Lock membantu Alberu.

Perang berlangsung selama 20 tahun, dan WS menduduki Kerajaan Whipper dan Breck. Tapi Roan melawan dan melindungi istana dan sisi barat Kerajaan Roan. Inilah yang terjadi di volume 5 Kelahiran Pahlawan yang tidak bisa dibaca oleh KRS <asli>. Kerajaan terus merekrut pasukan untuk pertempuran, jadi Cale <asli> mendaftarkan dirinya sendiri. Cale <asli> menatap lengannya. Saat pertama kali bertransmigrasi ke tubuh KRS, ia cukup senang melihat bekas luka tersebut, mengira tubuh ini pernah menderita seperti dirinya dan memiliki banyak bekas luka juga. Jadi dia menyukai tubuh barunya.

Cale <asli> melanjutkan bahwa dia mendaftar untuk membalas dendam pada WS yang menghancurkan rumahnya dan membunuh keluarganya. Dia tahu bahwa dia tidak bisa membunuh WS, tetapi berpikir bahwa dia bisa mati dengan nyaman jika dia bahkan bisa menggores WS. Dan kesempatan itu datang. Orang terkuat di timur dan barat berkumpul di sekitar CH. Alberu membuat kesepakatan dengan negara-negara yang menolak WS. Dan setelah mendengar kabar bahwa WS tinggal di Kota Puzzle, mereka menuju ke sana.

Pertempuran itu sangat intens, dan banyak orang tewas. Cale <asli> bertahan selama beberapa waktu. Dan saat berada di bawah mayat rekannya, dia lalu melihatnya - WS meraih lengan CH dan berkata bahwa waktu CH terpelintir secara aneh. Saat itulah Cale <asli> mengetahui bahwa WS memiliki kekuatan kuno ibunya. Cale <asli> menceritakan semua ini dengan wajah sedih saat dia mengingat kejadian itu.

Dia bertatapan mata dengan WS, lalu WS menembakkan api ke arahnya. Dia berada di ambang kematian lalu bertemu dengan Dewa Kematian dan membuat kesepakatan. Begitulah cara dia mengetahui bagaimana ibunya meninggal. Cale <asli> menghembuskan napas dan tangannya yang memegang tirai basah. Dia melanjutkan bahwa syarat darinya untuk menerima kesepakatan itu adalah untuk mengetahui kebenaran tentang kematian ibunya dan untuk menyelamatkan rumah dan keluarganya.

Dia teringat kata-kata Dewa Kematian bahwa jika dia masuk ke tubuh KRS, itu dengan sendirinya akan mengubah nasib dunianya. Itu yang terbaik yang bisa dilakukan Dewa Kematian untuk mengubah nasib dunia. Tapi Cale <asli> tidak memberi tahu KRS <asli> tentang hal itu. Dia hanya memberi tahu KRS <asli> tentang kematian ibunya. Cale <asli> mengatakan bahwa ibunya pergi ke desa Harris untuk mengubur sebagian kekuatan kunonya secara diam-diam. KRS <asli> bertanya apakah ada yang bisa melakukan itu dan masih hidup. Cale <asli> mengatakan bahwa itu mungkin, tetapi mereka harus memecahkan piring (plate) mereka terlebih dahulu.

KRS <asli> menghela napas dan berkata jika piringnya pecah… Cale <asli> melanjutkan ucapan KRS <asli> dan berkata bahwa dia akan mati. Cale <asli> mengatakan itu dengan tenang, tapi KRS <asli> bisa melihat kesedihan dan kebencian di mata Cale <asli>. Cale <asli> mengatakan bahwa dia membaca Kelahiran Pahlawan begitu dia membuka matanya di tubuh KRS. Pada bagian ketika CH menemukan orang-orang di desa Harris telah dibantai, Cale <asli> berkata bahwa WS pasti pergi ke desa itu dan mengambil kekuatan kuno ibunya. Dia kemudian pergi dan memerintahkan bawahannya untuk membunuh semua orang dan membakar desa.

Cale <asli> mengatakan itu adalah teorinya, dan itu mungkin tidak benar. KRS <asli> mengangguk dan menghela napas. Cale <asli> melepaskan tirai dan mendekati KRS <asli>. Dia bertanya apa yang dilakukan WS sekarang, dan KRS <asli> menjawab bahwa dia sedang menargetkan Kota Puzzle. Ekspresi Cale <asli> menegang, dan berkata bahwa pasti ada alasan mengapa Dewa Kematian membiarkan mereka berdua bertemu. KRS <asli> menyadari hal itu juga, jadi dia berdiri dan berhadapan dengan Cale <asli>.

Dia bertanya di mana sisa kekuatan kuno kayu itu. Tapi Cale <asli> bilang kalau dia merasa aneh WS membunuhnya. Karena WS tahu bahwa waktu CH terpelintir, tetapi tidak dengan Cale <asli>. Jadi itu berarti WS hanya bisa melihat masa lalu yang diputarbalikkan. Cincin Cale <asli> belum diputar saat itu, karena itu baru terjadi setelah dia membuat kesepakatan dengan Dewa Kematian. Cale <asli> mengatakan bahwa ibunya juga bisa melihat masa depan cincin yang bengkok.

Saat itu, tirai di jendela bergerak, dan mereka bisa melihat apa yang ada di luar. Mereka melihat tubuh Cale sementara Mila memperbaiki plate-nya. Cale <asli> terguncang dan kemudian bertanya kepada KRS <asli> tentang apa yang telah dia lakukan dengan tubuh aslinya, dan KRS <asli> menghindari tatapannya. Saat angin bertiup di dalam ruangan, Cale <asli> berkata bahwa sudah waktunya bagi mereka untuk pergi. Dia menyuruh KRS <asli> untuk pergi ke kuburan ibunya. Saat keduanya berjabat tangan, Cale <asli> berkata dengan wajah serius bahwa setengah dari kekuatan kuno ibunya pasti ada di kuburannya.

Cale <asli> lalu menyuruh KRS <asli> untuk hidup nyaman, dan KRS <asli> menjawabnya sambil tersenyum. Cale <asli> mengatakan bahwa dia mungkin akan sedikit lebih menderita, tetapi dia harus tetap hidup dengan baik. Cale <asli> menyuruh KRS <asli> untuk menjaga keluarga aslinya juga, dan KRS <asli> meminta Cale <asli> untuk menjaga anggota timnya. Keduanya melepaskan tangan satu sama lain dengan sedikit penyesalan. KRS <asli> menuju ke jendela, dan Cale <asli> menuju ke pintu.

Cale <asli> bertanya mengapa dia pergi lewat jendela, dan KRS <asli> mengatakan bahwa sepertinya itu jalan keluar untuknya. Dia ingin berbicara lebih banyak, tetapi dia agak sibuk. Cale <asli> mengatakan bahwa dia juga sibuk, dan mengeluh mengapa dia harus sering lembur. Dia adalah bos jadi dia harus berhenti bekerja lembur. Cale <asli> membuka pintu dan melihat kantornya, lalu menoleh ke KRS <asli>. Cale <asli> berpamitan ke KRS <asli>, dan sebaliknya. Keduanya pergi dan kembali ke dunia mereka.

***

Cale mengerang dan hendak bangun. Dia kemudian mendengar Raon berkata kepada Bibi Mila bahwa manusianya sudah bangun. Tetapi Mila mengatakan bahwa dia belum selesai memperbaiki piring (plate) Cale, jadi dia menyuruh Raon untuk membuat Cale pingsan lagi. Raon mengatakan itu agak jahat, dan Mila memperhatikan bahwa Cale sudah bangun. Dia berbicara dengan suara lembut kepada Cale, tidak seperti suara kasarnya ketika dia menyuruh Raon untuk membuat Cale pingsan. Mila bertanya pada Cale apakah dia sudah bangun, dan Cale berpikir naga-naga ini menakutkan. Dia perlahan membuka matanya, dan tiba-tiba, Lock masuk ke kamar sambil memegang Yeo-uiju yang dibungkus kain.


***

Sumber: https://adarterra.wordpress.com/

                   

>>>             

Chapter 658 

===

Daftar Isi 


Remarried Empress (#160) / The Second Marriage (Ep. 77)

 


Chapter 160 – Tidak Berdiri Sendiri Lama-Lama (1)

 

Begitu aku melihat burung emas yang jatuh itu, aku menjerit.

'Tidak!'

Aku buru-buru menarik Queen ke dadaku dan kemudian menutup jendelanya. Aku merasa kesal karena para pemanah masih di luar sana, tetapi aku harus mengurus Queen terlebih dahulu. Aku menarik tirai untuk privasi dan membaringkannya di tempat tidur.

'Apakah dia mati? Queen, kamu belum mati, kan? "

Tanganku menyentuh leher dan dadanya, dan yang membuatku lega, dia masih bernapas. Aku menempelkan telingaku ke jantungnya, dan air mata mengalir di mataku ketika aku mendengar detak yang kuat dan mantap.

Aku merasakan sayap besar menutupi kepalaku, dada berbulu burung itu menghangatkan pipiku. Air mata akhirnya tumpah, dan aku mengangkat kepalaku dan menatap Queen. Dia menatapku dengan matanya yang besar dan cerdas. Melihatnya, hatiku terasa lebih rapuh dari biasanya.

"Queen ... jangan mati."

- Gu.

Tidak, ini bukan waktunya untuk bersikap seperti ini. Aku bangun dari tempat tidur dan membawa kotak P3K. Di dalam kotak itu ada beberapa salep, perban, dan kain kasa. Aku pergi ke ruang tamu, mengambil sebotol anggur, kembali ke kamar tidurku dan menguncinya, lalu mendekati Queen. Dia berkedip lemah, tapi matanya tampak tersenyum padaku setiap kali tatapan kami bertemu. Rasa sakit yang dalam berdenyut di dadaku, seperti seseorang menusuk tulang rusukku.

"Semuanya akan baik-baik saja."

Aku memaksakan diri untuk tersenyum, tapi air mata terus mengalir.

'Ini bukan waktunya. Aku harus merawat Queen terlebih dulu. "

Aku meletakkan botol anggur dan dengan kasar menyeka pipiku yang basah dengan telapak tangan. Saat aku menurunkan tanganku, Queen mengulurkan kakinya dan berkicau.

“Apakah kakimu sakit?”

Aku membungkuk untuk memeriksa kakinya, tapi kelihatannya baik-baik saja. Queen berkicau lagi dan menggoyangkan kakinya.

"Ah."

Sekarang aku bisa melihat surat yang diikat di kaki Queen.

"Baiklah."

Aku mengambil surat itu dan meninggalkannya di atas meja.

-!

Queen membelalakkan matanya, seolah tidak percaya bahwa aku tidak membaca surat itu.

“Kamu duluan.”

Heinley adalah teman baik, begitu pula Queen. Kesehatan burung itu harus diutamakan saat ini.

"Coba aku lihat."

Aku dengan hati-hati menyisir bulunya yang tebal untuk menemukan panah yang mengenai dia.

"Ah."

Ada luka, tapi tidak ada anak panah.

"Kamu baik-baik saja."

Aku pikir Queen terluka parah ketika dia menabrak jendela. Anak panah itu menyerempetnya, tetapi tidak menembus ke dalam tubuhnya.

"Kamu membuatku takut."

-?

Queen pasti kelelahan setelah terbang jauh dan menghindari serangan fatal. Dia masih memiliki luka, jadi aku mengangkat bulunya dan menuangkan anggur ke bagian tubuh yang luka. Mata Queen membelalak dan dia mencoba untuk menjauh, jadi aku menguncinya dengan satu tangan untuk mencegahnya melarikan diri.

“Ini akan sakit, tapi bersabarlah.”

Setelah aku menuangkan anggur, aku membersihkan luka dengan kain kasa dan mengoleskan salep. Aku dengan lembut meniup salep itu, dan Queen mengulurkan anggota tubuhnya lagi dan melebarkan matanya.

“Apakah itu terlalu sakit?”

-…

"Selesai."

Aku menepuk mata dan pipinya, dan Queen segera duduk. Aku mencium paruhnya, lalu membalut lukanya. Dia duduk dalam posisi yang aneh dengan pinggul tergantung di atas tempat tidur, dan dia mengepakkan sayapnya untuk menguji perban yang melilitnya.

“Senang bertemu denganmu lagi, Queen.”

Dia makhluk yang imut dan cantik, jadi aku memberikan ciuman lagi di dahinya. Kemudian aku membuka surat yang ditulis oleh Heinley.

- Saya tidak jauh. Saya ingin bertemu langsung dengan Anda.

- Datanglah ke kamar Duke Elgy kapan saja besok.

Isi surat itu mengejutkanku. Heinley ada di sini? Dan dia ada di kamar Duke? Lagi?

'Apakah kamar Duke lebih mudah diterobos daripada bagian istana lainnya?'

Bagaimana bisa Heinley sampai ke istana selatan? Apakah dia datang dengan menyamar? Tidak, bagaimana Heinley bisa kemari begitu cepat? Sir Artina baru saja tiba beberapa jam yang lalu. Bagaimana Heinley bisa sampai di sini begitu cepat setelah dia menerima surat dari Marquis Farang?

 

***

 

“Seekor burung pembawa pesan masuk ke kamar Permaisuri?”

Alis Sovieshu berkerut saat mendengar laporan bahwa seekor burung emas besar terbang melalui jendela kamar Permaisuri. Pemanah yang telah berkemah di dekat istana barat menjawab dengan cepat.

"Ya, Yang Mulia."

Sovieshu menghela napas. Permaisuri pasti sudah mendengar tentang niatnya untuk bercerai setelah bertemu dengan Imam Besar. Ini bukanlah situasi yang ideal. Apakah dia sangat ingin berkomunikasi sehingga dia rela membiarkan satu atau dua burung mati?

Tidak senang dengan peristiwa ini, Sovieshu mengepalkan tinjunya dan menarik napas lambat. Namun, adegan Permaisuri setelah dia pingsan terbayang di depan matanya. Mereka akan bercerai. Dia pasti syok sekarang. Dia tidak punya keberanian untuk melihat wajahnya, dan dia tidak ada energi untuk bertengkar dengannya lagi.

"Baiklah. Biarkan saja. "

Dia berbicara dengan nada berat.

"Dimengerti, Yang Mulia."

"Dan tidak perlu lagi menembaki burung-burung yang memasuki kamar Permaisuri."

"Ya, Yang Mulia."

Ketika pemanah pergi, Sovieshu menghela napas lagi. Dia membunyikan bel dan memerintahkan seorang pelayan untuk membawakannya sebotol minuman keras. Dia menenggak beberapa gelas.


<<<

Chapter Sebelumnya                   

>>>             

Chapter Selanjutnya 

===

Daftar Chapters 


///////////

Baca Juga:

Pembuat Onar di Keluarga Count (Ep. 43 - 45) / Trash of the Count’s Family (Ch. 37)


Remarried Empress (#159) / The Second Marriage (Ep. 77)



Chapter 159 – Mengharapkan Kebahagiaan (2)

 

Pada waktu yang sama.

Viscount Roteschu masih marah pada Rashta. Ketika hanya ada mereka berdua, Rashta akan meremehkannya sampai batas tertentu, tetapi ketika dia bersama orang tuanya, dia terang-terangan bersikap kurang ajar. Meskipun Viscount Roteschu bukanlah salah satu bangsawan yang lebih berkuasa, dia masih memerintah seperti raja di atas tanah miliknya. Dia tertegun dihina oleh mantan budaknya sendiri.

"Kita lihat saja nanti. Apa dia pikir aku akan membiarkannya seperti ini?"

Dia mendengus ke dalam selimut. Bagaimana dia bisa membalas dendam kepada Rashta tanpa menjatuhkannya? Bagaimana dia bisa menghancurkannya dan membuatnya patuh padanya?

Saat dia jatuh kembali ke tempat tidur, dia melihat putranya, Alan, lewat. Di pelukannya, dia sedang menggendong bayi yang tampak seperti Rashta. Ahn terkikik kegirangan saat Alan menirukan suara burung untuknya.

Dasar bodoh! Viscount Roteschu menggelengkan kepalanya, mengasihani putranya yang begitu memuja seorang anak yang tidak bisa secara resmi memakai nama keluarga mereka. Ketika Viscount Roteschu menatap bayi itu, sebuah pikiran muncul di kepalanya dan dia berteriak "Aha!"

Bayi. Cucunya adalah kelemahan Rashta! Bukankah seharusnya dia menunjukkan pada Rashta bayinya setidaknya sekali? Tidak peduli seberapa besar dia disukai oleh Kaisar, bukan berarti dia kebal. Viscount Roteschu menyeringai dan memanggil Alan.

"Kemarilah, Alan."

Ada apa, Ayah?

Ketika Alan mendekat, Viscount Roteschu mengulurkan tangannya seolah-olah akan membawa bayi itu pergi.

"Ayah?"

Mata Alan membelalak. Aneh rasanya, ayahnya yang dulu pernah menolak menyentuh bayi itu ingin menggendong Ahn atas kemauannya sendiri. Bayi itu mengulurkan tangannya, tersenyum cerah. Viscount Roteschu, menyeringai kejam, tersenyum dan berkata, "Ya, aku kakekmu."

Namun, Viscount Roteschu berubah pikiran kurang dari setengah jam kemudian. Seorang teman yang sering datang untuk menyampaikan berita sosial mengunjunginya.

“Viscount. Apakah kau sudah dengar?"

"Apa? Ada yang tidak biasa? ”

"Kaisar mungkin akan bercerai!"

Viscount Roteschu menatap dengan heran.

"Maksudmu apa? Perceraian?"

Aku tidak tahu. Imam Besar datang tiba-tiba dan mewawancarai Kaisar dan Permaisuri secara bergantian. "

"?"

Kau meragukannya? Tentu saja itu artinya perceraian. Apa kau tidak mengerti?”

Viscount Roteschu tidak mengerti. Sejak kecil, ia menjalani kehidupan yang jauh dari politik ibu kota, dan tidak tahu bagaimana proses perceraian Permaisuri. Ketika dia mendengarkan temannya, hal itu akhirnya memberikan kejelasan. Temannya meminum tiga gelas air seolah-olah dia juga merasa takjub dengan berita itu.

“Itu pasti karena Nona Rashta. Yang Mulia sangat terpikat olehnya. Sangat tergila-gila cinta! ”

Viscount Roteschu memiliki reaksi yang jauh berbeda dari kegembiraan temannya. Perceraian Kaisar dari Permaisuri karena Rashta? Dia memutuskan dia harus mengamati situasinya dengan hati-hati. Dia tidak tahu bagaimana imbas semua ini — apakah Rashta akan mendapat manfaat atau dirugikan oleh perceraian ini? Tidak ada cara untuk mengetahuinya. Jika percikan api memercik di Rashta, maka dia akan segera meninggalkan ibu kota. Jika itu menguntungkannya, maka dia akan memanfaatkannya!

Namun, Rivetti memiliki reaksi yang sama sekali berbeda. Dia datang untuk mengambil teh dari ayahnya yang tidak berdaya dan temannya ketika dia mendengar berita itu. Dia menjatuhkan cangkir yang dia pegang dan berteriak.

"Tidak mungkin!"

Teman itu dikejutkan oleh suara pecahan gelas. Mata Rivetti membelalak karena terkejut. Apakah dia mengatakan sesuatu yang salah? Sementara temannya berkedip bingung, Rivetti berbalik dan lari ke kamar.

Rivetti? Rivetti!”

Viscount Roteschu tahu bahwa Rivetti menghormati Permaisuri sebagai idola, lantas dia bangun dari tempat tidur dan memanggil putrinya. Namun, kakinya sangat kesakitan sehingga dia jatuh ke lantai dengan suara benturan yang keras.

Rivetti pergi ke kamarnya, mengenakan jubah dan sarung tangannya, dan pergi. Dia segera tiba di istana setelah mendesak sopir keretanya untuk mengebut, lalu pergi ke penjaga dan meminta untuk bertemu Permaisuri. Rivetti pernah minum teh dengan Permaisuri, dan Permaisuri telah memintanya untuk memanggilnya kakak, jadi mungkin mereka dekat ...

Saat wanita bangsawan muda itu menangis, penjaga itu akhirnya memanggil salah satu dayang Permaisuri dan menceritakan kejadiannya.

Rivetti Rimwell menangis karena dia ingin mengunjungi Yang Mulia.

Dayang itu tahu nama Rivetti dan meneruskannya kepada Navier.

 

***

 

Aku tidak menyangka Rivetti akan datang menangis padaku malam ini.

'Apa yang terjadi?'

Aku berkedip bingung, tetapi aku tidak bisa mengusir seorang wanita muda yang datang kepadaku selarut ini. Ketika aku keluar ke ruang tamu, dia menangis sambil memegang secangkir coklat panas yang diberikan dayang kepadanya. Melihat aku datang, dia melompat dan menangis lebih keras.

“Lady Rivetti?”

Saat aku mendekatinya karena terkejut, aku lebih jelas melihat cucuran air mata mengalir di wajahnya.

“Yang Mulia. Yang Mulia. Apakah itu benar?”

"?"

“Apakah — Apakah Anda benar-benar akan bercerai?”

Para dayang membeku mendengar pertanyaannya. Aku tahu pertanyaan yang sama ada di bibir mereka setelah kunjungan Imam Besar, tapi mereka menutup mulut dan pura-pura tidak tahu. Keterusterangan Rivetti mengejutkan mereka.

“Nyonya Rivetti! Permisi!"

Countess Eliza dengan cepat memarahinya, tetapi keingintahuan juga terlihat di wajahnya.

Sudah jadi begini — apa lagi yang bisa aku sembunyikan? Semua orang tahu tentang proses perceraian antara seorang kaisar dan permaisuri.

“Tidak apa-apa, Countess Eliza.”

Aku menjawabnya setenang mungkin, dan aku tersenyum lembut.

“Benar, Lady Rivetti.”

Laura berteriak. Para dayang lain juga mulai menggerutu di antara mereka sendiri. Rivetti menangis, dan para dayang berlari ke arahku.

"Apakah ini benar?"

“Itukah alasan Imam Besar datang untuk berbicara dengan Anda?”

“Apakah Kaisar meminta cerai dari Anda, Yang Mulia?”

“Tidak mungkin!”

“Anda tidak boleh menerimanya!”

Semakin dayang-dayang itu berbicara, wajah mereka semakin memerah. Rivetti berhasil menenangkan diri, dan dia berbicara dengan suara yang berani.

“Itu karena Rashta, bukan?”

“…”

“Yang Mulia. Apa yang terjadi saat ini karena Rashta?”

Para dayang terdiam pada saat bersamaan. Semua orang sepertinya memiliki pemikiran yang sama, meskipun mereka tidak mengatakan apa-apa.

Aku merenungkan sejenak tentang apa yang harus aku katakan. Rashta memiliki hubungan dengan suamiku, tidur dengannya, meniruku, membuatku jadi bahan tertawaan, dan berbohong tentang kakakku dan aku. Sovieshu berselingkuh dengan wanita lain, tidur dengannya, mempermalukanku, menjadikan kami bahan tertawaan, dan menghancurkan kepercayaan kami. Apa pun yang dilakukan Rashta, dia memihaknya, ingin menjadikannya permaisuri, dan memutuskan untuk menceraikanku. Jika seseorang memiliki tanggung jawab lebih besar atas perceraian itu, itu adalah Sovieshu. Secara emosional, mereka berdua bertanggung jawab. Rashta sama buruknya dengan Sovieshu. Tapi bagaimana aku bisa mengungkapkan perasaan yang begitu rumit dalam beberapa kata?

“Saya — saya akan membalaskan dendam Yang Mulia.”

Ketika aku tidak mengatakan apa-apa, Rivetti angkat bicara, mengepalkan tinjunya.

"Saya pasti akan membalas dendam."

“... Tidak apa-apa.”

Aku tersenyum dan menepuk punggungnya. Bagaimana dia bisa membalas dendam? Yang satu adalah kaisar, dan yang lainnya akan segera menjadi permaisuri. Rashta membenci Rivetti. Kemungkinannya lebih besar bahwa Rashta sendirilah yang akan membalas dendam.

“Rivetti. Pikirkan saja tentang dirimu, bukan balas dendam. "

"Tidak! Jika… jika Anda bercerai, maka saya akan mengikuti Anda, Yang Mulia! Anda bisa tinggal dengan saya! Saya akan mendukung Anda!"

Itu pastinya tidak mungkin. Merupakan suatu kehormatan di antara para bangsawan untuk melayani permaisuri, tapi bukan Permaisuri yang terbuang. Selain itu, aku tidak bisa membawa Rivetti ke Kerajaan Barat bersamaku.

“Lady Rivetti, Anda adalah orang yang sangat baik dan luar biasa. Bagaimana saya bisa membuat Anda menunggu?”

Setelah tersenyum dan menenangkannya, aku membungkuk dan berbisik di telinganya.

Jangan terlibat dengan Rashta.

Jangan terobsesi dengan masa lalu, dan fokuslah untuk bahagia saat ini.

Setelah aku meminta seorang kesatria untuk mengantar Rivetti pulang, aku pergi ke kamar tidur dan menulis surat kepada pelayan-pelayanku dan kepada Sir Artina. Apakah pernikahan keduaku berhasil atau tidak, aku harus mengucapkan selamat tinggal kepada mereka. Aku ingin melakukannya sebelum menikah.

Terima kasih banyak. Terima kasih untuk semuanya. Lupakan semua amarahmu dan berbahagialah.

“…”

Air mata terbentuk di mataku saat aku menulis. Tetesannya jatuh ke atas kertas, sehingga aku mendongak ke langit-langit.

Tiba-tiba, terdengar suara dentuman keras di dekat jendela.

'Apakah itu burung biru?'

Aku menoleh karena terkejut. McKenna tahu tentang anak panah itu. Apakah dia ada di sini lagi? Aku berlari ke jendela dengan keheranan, dan ada seekor burung di ambang jendela. Tapi itu bukan burung biru.

"Queen!"



<<<

Chapter Sebelumnya                   

>>>             

Chapter Selanjutnya 

===

Daftar Chapters 


///////////

Baca Juga:

Pembuat Onar di Keluarga Count (Ep. 43 - 45) / Trash of the Count’s Family (Ch. 37)