Sunday, February 7, 2021

Trash of the Count’s Family (#8)


Pembuat Onar di Keluarga Count

Chapter 8: Mendapatkannya (1)


Larut malam.

Wakil kepala pelayan Hans berdiri di hadapan Count Deruth. Dia mulai menyampaikan laporannya sementara Deruth mendengarkan hingga selesai.

“Dia sedang tidur di kamarnya.”

Hans akhirnya mengakhiri laporannya dan Deruth mulai berbicara.

“Pengemudi kereta melaporkan dia pergi ke kedai teh milik putra tidak sah dari Serikat Dagang Flynn. Hari ini, dia membawa seorang pria muda yang identitasnya tidak dapat kami pastikan. Kemudian, dia hanya minum sedikit dan tidak sampai mabuk.”

Laporan Hans singkat, tapi Deruth menganggap laporan singkat itu menarik.

“Haruskah kita membuntutinya?”

Deruth melambaikan tangannya untuk menolak saran Hans. Dia tidak sebegitu ingin tahu apa yang putranya lakukan di luar sampai harus menyuruh orang membuntutinya.

“Tidak perlu. Selama di dalam kota, apapun yang dia lakukan ada di bawah pengawasanku.”

Di antara semua wakil kepala pelayan muda, Deruth paling menghargai Hans. Hal ini karena Hans melaksanakan perintah dengan cekatan dan merupakan orang yang baik.

“Lakukan saja seperti biasa, amati Cale saat berada di rumah dan laporkan apa yang kamu lihat.”

“Saya mengerti.”

Hans tidak mengatakan hal lain dan menundukkan kepalanya.

Deruth. Adalah seseorang yang tidak punya kemampuan khusus atau jejaring sosial yang solid. Akan tetapi, sama seperti Count sebelumnya, dia mampu memerintah wilayah Henituse dan memupuk kekayaannya melalui penjualan batu marmer dan minuman anggur. Dia adalah seseorang yang mampu melindungi wilayahnya dengan baik.

‘Cale sudah berubah.’

Cale terasa berbeda dari biasanya. Dia tidak mendadak jadi lebih pintar atau lebih kuat, tapi tingkah lakunya jelas-jelas berbeda dari sebelumnya.

“Ah, Hans.”

“Ya, Count-nim?”

“Carikan aku informasi tentang Serikat Dagang Flynn.”

Pemilik kedai teh, Billos. Deruth tahu tentang anak haram dari Serikat Dagang Flynn. Ini karena rekan dagang terbesar Henituse untuk minuman anggur adalah Serikat Dagang Flynn.

“Akan saya lakukan dengan baik.”

“Bagus sekali.”

Deruth memperhatikan Hans berjalan keluar dari kantornya dan mulai berpikir. Ada banyak hal yang harus dia pikirkan selain perubahan sikap Cale.

Suasana di sekeliling kontinen tampak berbahaya. Rasanya seperti gunung api yang siap meletus. Deruth dapat merasakan dengan jelas suasana berbahaya ini meskipun dia berada di pelosok kerajaan. Itu karena dia selalu menerima informasi yang tak ada habis-habisnya tentang hal ini. Tetapi pesan dari Mahkamah Kerajaan yang dia terima hari ini membuat Deruth semakin yakin mengenai suasana kontinen saat ini.

Count pendahulu di wilayah Henituse selalu mewariskan sepotong nasihat kepada penerusnya.

 ‘Tidak perlu tercatat dalam sejarah. Cukup hidup damai dan bahagia.’

“Sepertinya aku perlu memperkokoh dinding kota.”

Dia mungkin bukan petarung ulung, tapi Deruth selalu memikirkan cara untuk melindungi dirinya dan keluarganya.

 

Ada kalanya tubuh lebih kuat dari pikiran.

“Tuan muda, tidur Anda nyenyak sekali jadi saya tidak membangunkan Anda.”

Cale bangun kesiangan. Kenyataan bahwa lagi-lagi Ron membawa perasan lemon alih-alih air dingin memperburuk segalanya. Akan tetapi, Cale tidak dapat berkata apapun tentang hal ini.

Itu karena dia melihat perban yang melilit leher Ron.

“Apa kamu terluka?”

“…Anda mencemaskan saya?”

“Tidak. Aku cuma terganggu melihatnya.”

“Bukan apa-apa. Saya hanya dicakar oleh seekor kucing.”

Apakah ‘seekor kucing’ itu mengacu pada seseorang yang polos?

Cale merasa yakin seseorang mengalami pertemuan yang ditakdirkan tadi malam. Dia menghindari tatapan Ron, yang sedang tersenyum, dan menuju pintu kamar. Dia harus bergerak lebih cepat gara-gara dia bangun kesiangan.

“Apa Anda akan segera berangkat?”

“Ya. Aku akan mengurus semuanya sendirian.”

“Saya mengerti. Oh, tuan muda.”

Cale melepas gagang pintu dan menoleh ke Ron. Ron memasang senyum ganjil di wajahnya.

“Apa pendapat Anda mengenai minuman perasan lemon ini?”

“Bagus sekali. Rasanya enak.”

Suara Ron menjadi lebih rendah satu oktaf.

“…Benarkah?”

“Ya.”

‘Pertanyaan macam apa itu?’

Karena dia tidak bisa mengabaikan Ron, Cale menjawab pertanyaan itu sebaik mungkin lalu membuka pintu.

Bammm. Dia segera menutup pintu itu kembali.

“…Ron.”

Ron menghampiri Cale setelah mendengar namanya dipanggil dan berbisik dengan senyum di wajahnya.

“Tuan muda, apa Anda kaget? Tamu Anda kemarin sedang menunggu Anda di luar.”

Cale terkejut. Begitu membuka pintu ia melihat Choi Han menatapnya, yang lalu membuatnya membanting pintu karena terkejut. Tangannya terulur ke saku dalam kemejanya. 10 juta gallons di sakunya membuatnya kembali tenang.

Ron menatap Cale lalu lanjut berbicara.

“Saya tidak sempat memberitahu karena Anda segera membuka pintu. Saya memberitahunya untuk menunggu di kamarnya, tapi dia bersikeras ingin menemui Anda dan menunggu di luar pintu.”

‘Apanya yang tidak sempat.’

Cale tidak bisa berkata apa-apa kepada orang tua mengerikan ini yang jelas-jelas punya kesempatan tapi sengaja tidak memberitahunya. Cale menjauh satu langkah dari Ron lalu membuka pintu lagi.

“Ada perlu apa?”

Cale pura-pura seolah-olah tidak pernah membanting pintu dan mulai mengobrol dengan Choi Han. Sambil bertanya dia mengamati penampilan Choi Han.

Setelah mandi, merapikan rambutnya, dan memakai baju baru, aura murni dan jernih terpancar dari diri Choi Han. Namun, kedua matanya memancarkan sebaliknya.

Choi Han masih belum kembali ke dirinya yang normal. Itu sebabnya melihat mata Choi Han membuat Cale merasa agak takut. Choi Han juga menatap balik Cale sebelum akhirnya mulai berbicara.

“Balas budi.”

“Hah?”

“Saya perlu membalas budi untuk makanan yang Anda berikan.”

Choi Han berbicara dengan formal tidak seperti kemarin. Yang lebih penting, Cale mulai mengerutkan dahi mendengar kata ‘balas budi’.

‘Membalas budi padaku? Apa dia sedang mencoba membuatku kena serangan jantung?’

Siapa orang waras yang mau menyuruh Choi Han melakukan pekerjaan kasar? Cale cuma ingin Choi Han pergi dari kota ini secepat mungkin.

Tentu saja, Choi Han pasti setuju membantu Cale jika dia bilang itu sebagai balas budi. Seperti itulah Choi Han. Tetapi, Cale tidak butuh apapun dari Choi Han.

“Tidak perlu. Ada hal lain yang kamu butuhkan?”

Dia segera menolak tawaran Choi Han dan bertanya apa ada hal yang dia perlukan. Choi Han mulai mengamati Cale dengan lebih teliti. Tatapan itu membuatnya teringat bagaimana Cale digebuki sampai babak belur di novel, dan bulu kuduk di kedua lengannya mulai berdiri. Choi Han mulai berbicara pada saat itu.

“Saya ingin minta bantuan Anda mengenai suatu hal.”

Cale menutup matanya mendengar kata ‘bantuan’. Dia tidak ingin terlibat dengan Choi Han. ‘Bantuan’ yang Choi Han minta pasti berkaitan dengan Desa Harris.

Cale di novel menyebut penduduk Desa Haris tidak berguna, dan menyebabkannya dipukuli. Cale mengingat hal itu lalu membuka mulutnya.

“Beritahu permintaanmu kepada Hans. Dia akan mengurus semuanya.”

Setelah membuka matanya kembali, Cale membuat kontak mata dengan Choi Han, yang berdiri diam seperti patung.

“Dia wakil kepala pelayan yang cekatan. Hans pasti bisa membantumu mengurus hampir segala hal yang normal.”

Cale lalu menaruh satu tangannya di bahu Ron. Dia dapat merasakan Ron terperanjat, tapi Cale memutuskan untuk menyingkirkan mereka berdua sekaligus.

“Ron juga sangat berguna. Dia juga bisa menolongmu. Ron, dia ini tamuku. Pastikan kamu mengurus segala keperluannya dengan baik.”

Cale juga memberi Ron perintah sebelum memindahkan tangannya dari bahu Ron. Dia lalu mendengar Choi Han berkata kepadanya.

“Tapi Anda bahkan tidak tahu siapa saya.”

Cale menoleh. Dia dapat melihat Choi Han masih mengamatinya. Perasaan ngeri yang memancar dari Choi Han telah lenyap, dan satu-satunya yang Cale dapat rasakan dari Choi Han adalah kemurnian yang tidak dapat dijelaskan.

“Kenapa aku perlu tahu kamu siapa? Memangnya harus ada alasan menolong seseorang yang lebih miskin dariku?”

Choi Han sedikit mengerutkan dahi mendengar kata-kata Cale. Tidak terlihat jelas, tapi Cale, yang sedari tadi mengamati Choi Han dengan teliti, jelas-jelas melihatnya.

‘Apa dia tersinggung karena aku mengatainya miskin?’

Cale segera melanjutkan.

“Dilihat dari situasimu, kamu mungkin tidak akan meminta hal sulit. Yah, jika itu hal yang sulit, aku yakin Hans akan tahu kapan harus menolaknya.”

Dia mendorong Ron ke arah Choi Han lalu berpaling dari mereka berdua.

“Selamat tinggal, aku punya banyak hal yang harus dikerjakan.”

Cale segera menuju kantor ayahnya, Deruth. Dia perlu meminta banyak uang saku hari ini. Dia dapat mendengar suara Ron di belakangnya.

“Tuan muda, saya akan melakukan perintah Anda.”

‘Aku tidak peduli kamu melakukannya atau tidak.’

Mereka harus melakukan tugas mereka sebagai tokoh utama. Bukankah mereka akan semakin lebih cepat akrab satu sama lain karena mereka bertemu empat hari lebih awal berkat Cale?

Ron memandang Cale, yang berjalan menjauh dari mereka berdua, lalu melirik cangkir kosong di tangannya.

“Menarik.”

Si anak anjing yang tidak kenal takut itu tidak suka minuman asam. Dia masih tidak menyukainya. Akan tetapi, Cale sekarang meminumnya.

Ron menyentuh lehernya. Ini pertama kalinya dia terluka setelah sekian lama, tapi sesuatu yang lebih menarik dari lukanya terus mengusiknya.

Anak anjing tak kenal takut itu takut padanya.

Apa dia tahu sesuatu?

“Tunjukkan jalannya.”

Ron menoleh ke arah sumber suara. Dia melihat Choi Han menatapnya dengan rasa jijik. Setelah pertarungan singkat mereka tadi malam, berandal ini sepertinya sudah tahu bahwa Ron adalah seseorang yang pernah membunuh orang.

“Tentu.”

Berandal ini, yang menguarkan aroma darah yang sama, pura-pura suci. Ron merasa geli melihat berandal busuk seperti dia bersikap suci.

Berandal ini, yang mereka temui semalam, mengeluarkan aura bengis, menjijikkan dan penuh hawa membunuh dari Hutan Kegelapan. Itu adalah aura yang Ron dan Beacrox dapat langsung bedakan dari aura lain.

Tentu saja, aura membunuh itu bukan milik Choi Han. Cho Han mendapat aura itu dari assassin yang dia bunuh, dan sekarang setelah dia mandi dan merapikan diri, aura membunuh itu tidak lagi menyelimutinya.

‘Kurasa tidak mungkin orang-orang itu akan menyeberang ke sini.’

Ron memikirkan kejadian tadi malam lalu berbicara kepada anak laki-laki yang tampaknya telah melewati banyak hal dalam beberapa hari terakhir ini.

“Ikuti aku.”

Ron mulai berjalan untuk mengikuti perintah tuan muda kecilnya*, dan Choi Han mengikuti di belakangnya. Tatapan Choi Han melirik ke arah Cale untuk sesaat sebelum berbalik ke Ron.

 

 >>>>>>>>>

 

* Ron memanggil Cale ‘puppy young master’. ‘Puppy’ artinya anak anjing. Ron menganggap Cale seperti seekor anak anjing yang  menggemaskan dan menarik perhatiannya.

 

******
Proofreader: Tammara F.



<<<

Chapter Sebelumnya

>>>

Chapter Selanjutnya 

===

Daftar Isi

Monday, February 1, 2021

Trash of the Count’s Family (#7)


Pembuat Onar di Keluarga Count

Chapter 7: Mereka Bertemu (4)


Choi Han mengangkat tubuhnya yang bersandar ke dinding dan berdiri.

Tubuhnya miring ke kiri mungkin karena pergelangan kaki kanannya terluka, tapi Cale tidak menolong atau mengatakan apapun tentangnya. Tidak ada alasan untuk bersikap lebih dari yang sudah dia lakukan.

Cale memberitahu Choi Han untuk mengikutinya lalu berjalan menuju kediaman Count. Namun, sesuatu menghalangi jalannya.

Meeeeeeong.

 Anak kucing berbulu merah dan bermata emas berlari ke arah Cale dan menggosok-gosokkan pipinya di sepatu Cale. Cale mulai mengernyit. Dia tidak suka kucing, tapi yang satu ini kelihatan imut. Namun, tiba-tiba dia merasa merinding di sekujur tubuhnya lalu berpaling. Choi Han sedang menatapnya.

‘Sial.’

Cale mulai mengelus anak kucing itu dengan canggung.

“Sepertinya dia menyukaiku. Tapi aku harus pergi. Sampai jumpa lagi.”

Cale tidak pernah paham mengapa orang-orang berbicara kepada binatang. Namun, Cale, yang sekarang melakukan hal yang sama, cepat-cepat kembali berdiri dan berjalan menjauhi anak kucing itu.

Gggggrrrrrrrr.

Anak kucing berbulu perak dan bermata emas menggeram seolah-olah menyuruh kucing berbulu merah kembali dan menyuruh Cale pergi. Kucing berbulu merah tampaknya tidak ingin kembali, dia terus menoleh ke belakang untuk melihat Cale sambil berjalan pergi. Cale tidak berbalik.

Meong, meooooooong.

Tangisan pilu kedua kucing itu semakin menjauh. Cale mengintip ke belakang. Choi Han berjalan tertatih-tatih, tapi masih bisa mengikuti Cale.

Tatapan mereka kembali bertemu. Cale tersentak lalu cepat-cepat memutar kepalanya. Dia berjalan dengan pelan agar Choi Han bisa lebih mudah mengikutinya.

Mereka melewati area pemukiman dan Cale kembali meneguk alkoholnya.

Bar. Pasar. Alun-alun. Lalu mereka melewati perumahan orang kaya dan akhirnya tiba di kediaman Count yang terletak di belakang kota.

“Apa yang kamu lakukan?”

Cale menoleh ke arah Choi Han yang berhenti berjalan. Choi Han pasti sudah melihat bagaimana para prajurit menyapa Cale, dan bagaimana penduduk kota menghindarinya, dalam perjalanan mereka ke sini.

Choi Han mungkin sedang bertanya-tanya apakah membunuh Cale akan mudah atau tidak.

Cale bertanya sekali lagi.

“Apa kamu tidak ikut?”

Sesuai dugaannya, Choi Han kembali berjalan. Alasannya sekarang mengikuti Cale mungkin untuk mendapatkan informasi dan untuk menyelenggarakan pemakaman bagi para penduduk Desa Harris.

“T, tuan muda?”

Begitu Cale berdiri di pintu masuk kediamannya, para penjaga dan ksatria menyapanya dengan terbata-bata.

‘Haahhh. Aku harap mereka berhenti bilang ‘t, tuan muda’.’

Rasanya janggal mendengar mereka tergagap-gagap setiap kali menyapa Cale. Karena dia merasuki tubuh seorang pembuat onar, dia berusaha keras untuk bersikap sama. Menjadi tuan muda pembuat onar lebih mudah daripada tuan muda yang baik. Dia berusaha agar bisa hidup semudah mungkin. Cale mengernyit mendengar sapaan terbata-bata para penjaga yang kemudian tergesa-gesa membuka pintu gerbang.

“Silahkan masuk.”

Cale menoleh untuk melihat Choi Han. Para penjaga juga turut melihat Choi Han. Mereka mungkin penasaran siapa gelandangan yang mengikuti tuan muda mereka pulang. Para ksatria mengamati Choi Han dengan tatapan menyelidik.

“Ikuti aku.”

Harusnya sekarang Choi Han sudah tahu siapa Cale. Dia terus berjalan timpang saat menghampiri Cale. Cale terlihat tenang dan berbalik begitu melihat Choi Han di belakangnya dan masuk melalui pintu gerbang.

Tapi hatinya deg-degan.

‘Aku yakin dia sedang berpikir untuk menjadikanku sandera jika terjadi sesuatu yang berbahaya. Mungkin itu sebabnya dia berdiri tepat di belakangku.’

Dia yakin Choi Han tidak akan membunuhnya. Namun, hanya membayangkan dirinya disandera memberi ketegangan mental pada Cale. Cale mengerutkan dahi saat melihat dua ksatria mengikutinya.

“Jangan ikuti aku.”

Kedua ksatria tersentak mendengar perintah tegas Cale. Mereka bergantian melihat Cale dan Choi Han, lalu salah satu ksatria menghampiri Choi Han dan Cale dengan ekspresi kaku di wajahnya.

Para ksatria lebih mengagungkan motto ksatria mereka dibandingkan apapun. Tidak heran Deruth sangat mempercayai mereka.

‘Yah, kurasa sebagai kstaria yang baik mereka harus bersikap seperti ini.’

Cale puas dengan respons ksatria itu terhadap orang asing yang tampak seperti gelandangan ini dan membiarkannya mengikuti mereka. Dia menuntun Choi Han menuju pintu masuk kediaman Count.

“Tuan muda, Anda sudah kembali.”

“…Ya, Ron.”

Orang tua mengerikan ini. Dia telah menunggu Cale di luar pintu. Cale tidak menyangka Ron akan benar-benar menunggunya. Cale merasa takut, tapi berpikir hal ini justru lebih baik. 

Tatapan Ron beralih ke Choi Han, dan senyum lemah lembutnya tiba-tiba menjadi kaku.

‘Dengan tingkat kemampuannya, Ron pasti bisa mengira-ngira kekuatan Choi Han.’

Choi Han juga menatap balik Ron. Cale tidak peduli serangan macam apa yang mereka kirim satu sama lain melalui mata mereka dan berfokus pada apa yang harus dia lakukan. Tugasnya belum selesai.

“Ikuti aku.”

Cale memanggil Choi Han sekali lagi dan mulai berjalan. Si pelayan, dan  Ron  dengan cepat mengikuti Cale.

“Tuan muda, apa yang terjadi? Saya akan mengurus tamu ini jika Anda memberitahu saya apa yang perlu dilakukan.”

“Tidak perlu.”

Seseorang menghampiri Cale saat Ron sedang berbicara.

“Tuan muda. Anda segera pulang setelah minum-minum hari ini.”

Dia adalah wakil kepala pelayan Hans.

‘Ah, dia bertanggung jawab mengurusku.’

Cale berdecak lidah dan mengabaikan ucapan Hans. Malahan, dia mengangkat botol alkoholnya dan mengarahkannya ke Hans. Pada saat itulah.

 “Aaaaah!”

Hans meringkuk dan menutupi wajahnya dengan kedua tangan. Keheningan memenuhi udara.

“Ck.”

Cale berdecak lidah dan Hans mendongak dengan wajah memerah karena malu dan melihat balik Cale.

“Simpan ini.”

“Ya.”

Hans menerima botol alkohol dari Cale dengan ekspresi kosong di wajahnya.

“Lain kali aku akan benar-benar melemparnya ke arahmu.”

Hans memucat mendengar kata-kata Cale. Cale tampak acuh tak acuh dan terus berjalan. Dengan bergabungnya Hans, sekarang ada total empat orang yang mengikuti Cale. Cale sesekali mengintip untuk memastikan mereka mengikuti tepat di belakangnya dan tiba di tempat tujuannya.

Dapur nomor dua. Cale segera mendorong pintu terbuka setelah melihat papan tanda itu.

“Tuan muda?”

Dia dapat mendengar suara kebingungan Hans di belakangnya. Namun, sebuah senyum lebar terpasang di wajah Cale. Sedikit lagi tugasnya akan selesai.

Sekarang, Beacrox dan Choi Han akan bertemu. Jantung Cale berdegup kencang. Pintu terbuka dengan mudah. Ekspresi Cale membeku melihat pemandangan di depannya.

Klang. Klang.

Koki kedua Beacrox sedang tersenyum sembari menajamkan mata pisaunya. Dia terlihat senang saat mengasah mata pisaunya sendirian di dapur nomor dua. Namun, senyum itu segera lenyap begitu melihat Cale.

Itu sebabnya Cale ketakutan. Berhadapan dengan orang tidak waras selalu menakutkan. Kamu tidak pernah tahu hal gila apa yang akan dia lakukan.

Cale bergerak sebelum Beacrox sempat merespons. Dia menaruh tangannya di bahu Choi Han dan menunjuk ke arahnya.

“Beri dia sesuatu untuk dimakan.”

“Maaf?”

Beacrox bertanya dengan ekspresi kaku di wajahnya. Mata pisau tajam di tangannya berkilat saat memantulkan cahaya. Cale menenangkan hatinya yang tegang dan sekali lagi berkata.

“Beri dia sesuatu untuk dimakan. Dia lapar.”

Ho. Si ksatria mengeluarkan suara terkejut di belakangnya, tapi Cale sekarang tidak punya waktu memperhatikan hal itu. Dia menunggu jawaban Beacrox dengan cemas. Akhirnya, Beacrox menjawab dengan ekspresi kaku masih di wajahnya.

“Saya akan lakukan perintah Anda, tuan muda.”

Selesai sudah.

Beacrox dan Choi Han. bahkan Ron, seseorang yang tidak dia sangka-sangka. Mereka bertiga sekarang terhubung satu sama lain.

Sebuah senyum cerah terbentuk di wajah Cale. Dia akhirnya bisa tenang dan memberikan perintah lain kepada Beacrox dengan nada yang sedikit meninggi.

“Siapkan sesuatu buatku juga. Aku lapar.”

Cale mengingat steik saat makan malam kemarin.

“Steik buatanmu tadi malam sangat enak. Kamu koki yang hebat.”

 Ujung pisau Beacrox sedikit bergetar.

“Sesuatu seperti steik itu pasti akan luar biasa. Siapkan dengan cepat.”

Cale berbalik tanpa menunggu jawaban Beacrox. Dia lalu meninggalkan dapur dan menuju kamarnya. Si ksatria dan Hans mengikutinya, lalu Hans segera bertanya.

“Apa yang harus saya lakukan dengan tamu itu?”

“Kurasa dia adalah tamuku. Jadi kamu saja yang urus.”

Karena dia telah mempertemukan mereka bertiga, dia tidak ingin berurusan dengan apapun lagi hari ini.

Beacrox dan Ron harusnya mampu mengukur kekuatan Choi Han. Di novel, Beacrox pada awalnya bersumpah setia kepada Choi Han karena mengagumi kekuatannya, jadi kali ini dia juga harusnya melakukan hal yang sama setelah memperhitungkan kekuatan Choi Han. Tentu saja, Cale punya rencana lain seandainya Beacrox tidak mampu memastikan kekuatan Choi Han.

Yang harus Cale lakukan hanyalah membuat Choi Han menghajar seseorang atau sesuatu, selain dirinya sendiri. Oh, dan Beacrox harus berada di sana untuk melihatnya.

Meskipun tidak sempurna, Cale telah memikirkan berbagai macam rencana.

“Hans. Berhenti menggangguku dan bawakan saja makananku ke kamar kalau sudah siap.”

Sesuai dugaannya, Ron tidak mengikutinya. Cale meninggalkan si ksatria dan Hans di luar pintu kamarnya lalu menutup pintu dan berbaring di tempat tidur. Dia merasa senang. Rasa lelah dan alkohol membuatnya jatuh tertidur sebelum makanannya datang.

Itu sebabnya dia tidak tahu bahwa pisau dapur Beacrox berusaha menebas leher Choi Han dan belati tajam Ron terlempar ke arah jantung Choi Han. Tentu saja, serangan mereka berdua gagal.

Yah, ini adalah situasi yang tidak diketahui oleh siapapun, selain ketiga orang yang bersangkutan.

  

_____________


Proofreader: emlyazgrl

 


<<<

Chapter Sebelumnya 

>>>

Chapter Selanjutnya  

===

Daftar Isi

 

Trash of the Count’s Family (#6)

Pembuat Onar di Keluarga Count

Chapter 6: Mereka Bertemu (3)


Manakah yang membuat orang lebih marah?

Apakah saat mereka dipukul sekali dengan kuat atau saat dipukul lima enam kali dengan pukulan cepat yang menjengkelkan?

Jawabannya, tentu saja, yang terakhir.

Cale melempar lima pukulan cepat sebelum dia kena pukul. Yang artinya, satu pukulan cepat sudah cukup.

“Apa Anda akan pergi?”

“Ya.”

Tidak banyak orang yang tersisa di kedai teh.

Saat itu lewat jam 9 malam. Jam segini orang-orang lebih banyak pergi ke bar daripada kedai teh. Ini adalah waktunya para penambang pergi minum-minum, karena itu harusnya bar penuh orang saat ini.

“Saya menantikan kunjungan Anda selanjutnya, tuan muda.”

Cale menganggukkan kepala mendengar ucapan Billos.

“Tehnya enak.”

Cale menyampaikan pendapatnya ke Billos.

“Dan bukunya bagus meskipun aku baru baca setengahnya. Aku khususnya suka tokoh utamanya yang kekuatannya diakui dan bagaimana dia berkembang.”

Pada saat itu, sudut alis Billos berkerut sejenak lalu normal kembali. Sinar matanya redup saat mengamati Cale.

Namun, Cale tidak menyadarinya, karena dia sedang berusaha mengingat isi buku itu. Dia terlalu mencemaskan Choi Han sehingga dia tidak terlalu memperhatikan ceritanya.

Meskipun begitu, membaca tetap menyenangkan walaupun hatinya tengah diselimuti kecemasan.

Mungkin ini adalah pengaturan otomatis saat merasuki tubuh Cale, Cale bisa memahami bahasa dunia ini, dia tidak kesulitan membaca dan menikmati buku itu. Sebuah senyum terbentuk di wajah Cale saat dia terus berbicara kepada Billos, yang berdiri dengan ekspresi kosong di wajahnya.

“Jangan biarkan orang lain membaca buku itu agar aku bisa membacanya kapanpun aku datang.”

Dia benar-benar putra Count yang kekanak-kanakan, yang mencoba memonopoli benda milik orang lain. Billos, anak haram dari serikat pedagang mungkin tidak menyukainya, tapi apa yang bisa dia perbuat? Cale adalah putra seorang Count.

“Ya! Saya akan menyimpan buku ini hanya untuk Anda tuan muda Cale!”

Akan tetapi, respons Billos berbeda dari yang Cale bayangkan. Billos tersenyum cerah saat meminta Cale untuk kembali ke sini secepatnya.

“Silahkan datang lagi secepatnya. Saya akan menunggu Anda.”

“Tentu, terserah kamu saja.”

Cale tidak ingin pergi, tapi dia harus pergi menemui Choi Han. Kring. Bel berbunyi sekali lagi dan tiba-tiba kedai teh itu terdengar lebih ramai setelah Cale pergi.

Akan tetapi, di luar kedai teh bahkan jauh lebih ramai daripada di dalam. Meskipun wilayah ini jauh dari ibu kota, tempat ini populer karena ada banyak seniman yang tinggal di sini dan memiliki produk yang khas. Seniman-seniman ini, serta para penambang yang terlihat bersantai setelah hari yang panjang di tambang, keluar malam-malam untuk minum.

Cale menyusuri jalan itu sendirian.

‘Kalau dipikir-pikir, Cale orangnya benar-benar unik.’

Biasanya di novel fantasi atau bela diri, pembuat onar di keluarga cenderung bergaul dengan bandit atau kelompok penjahat. Mereka minum, main-main dengan perempuan, dan membuat keributan di jalan atau kedai.  

Lucunya Cale justru tidak menyukai bandit dan penipu. Malah, dia membenci mereka.

‘Menurutnya mereka semua orang-orang bang**t.’

Yang terburuk dari semuanya. Baginya setidaknya lebih baik menjadi warga masyarakat yang bekerja keras meskipun tidak ada harapan untuk kehidupan yang lebih baik.

Itu sebabnya Cale tidak pernah memukuli orang ketika mabuk tapi tidak punya masalah melempar benda ke bandit-bandit yang dia lihat. Yah, tepatnya berusaha melempar, karena bidikannya buruk saat mabuk.

Mungkin itu alasannya.

“Aigoo, tuan muda, Anda datang?”

Pemilik bar sangat takut pada Cale. Gara-gara hari itu, waktu Cale merusak hampir semua barang di sekitarnya ketika sedang duduk minum-minum. Malahan, kemungkinan Cale adalah orang pertama dalam daftar hitam di bar Kota Western.

Dia tidak membalas sapaan pemilik bar tapi justru melemparkan koin emas.

“Bawakan botolku yang biasa. Oh, dan dada ayam panggang. Jangan taburi garam.”

“Maaf? A, Anda tidak mau duduk dulu?”

Cale mengernyit. Si pemilik bar segera melambaikan kedua tangan lalu menundukkan kepala.

“Secepatnya! Akan saya bawakan secepatnya!”

Si pemilik bar bergerak dengan cepat, tapi kelihatannya dia tersenyum. Itu karena sepertinya Cale tidak berencana duduk-duduk di bar. Cale melihat sekeliling bar yang menjadi sepi setelah dia masuk. Semua orang menghindari tatapannya dan memalingkan kepala. Tampaknya mereka bertanya-tanya kenapa Cale harus memilih bar ini di antara semua bar yang ada di kota. Para bandit dan penipu di bar itu saat ini sangat gelisah.

“Ck.”

Suara Cale yang berdecak lidah terdengar di antara keheningan di dalam bar.

“Tuan muda, ini botol yang Anda pesan.”

“Bagus sekali.”

Cale meraih botol dan kantong berisi ayam. Itu adalah alkohol yang sering dia minum. Alkohol itu mungkin yang termahal di bar ini. Dia menerima botol tanpa rasa sesal lalu meninggalkan bar.

Cale langsung membuka botol dan menenggak setengah isinya begitu dia melangkah keluar dari bar.

“Oh.”

Alkohol itu lumayan enak. Karena Cale punya toleransi tinggi terhadap alkohol, meskipun minum setengah botol sekaligus dia sama sekali tidak terpengaruh. Hanya saja mukanya gampang memerah, sehingga orang beranggapan dia mudah mabuk.

Cale berjalan cepat dengan botol di tangannya.

Dia melewati kedai teh yang dia diami sepanjang hari lalu mendapati para penjaga membeku melihatnya. Melihat sikap mereka membuatnya ingin keluar dari pintu gerbang, tapi sayangnya, bukan itu tujuannya.

“Ah, rasanya mulai panas.”

Cale merasakan tubuhnya memanas tapi terus minum. Dia berjalan sedikit lebih jauh hingga mencapai dinding kota yang tidak terlalu jauh dari pintu gerbang. Dinding tinggi mulai dari pintu gerbang seakan-akan melindungi kota dari penyusup.

‘Yah tergantung siapa penyusupnya.’

Cale mencoba mengingat informasi dari buku.

‘Kurang lebih 100 langkah dari gerbang kota.’

Itu adalah lokasi di mana Choi Han melompati dinding kota. Cale mengeratkan genggamannya pada botol di tangannya lalu berlari dengan cepat ke lokasi itu. Tidak ada banyak orang di jalanan karena merupakan daerah pemukiman.

Cale menarik napas dalam-dalam ketika sampai di lokasi yang sudah dia perhitungkan.

Tepat 100 langkah dari gerbang kota. Tempat itu terletak di pelosok daerah pemukiman sehingga tidak ada cahaya selain dari obor yang dipasang di atas dinding kota dan sorotan cahaya dari jendela penduduk.

Tapi itu sudah cukup menerangi tempat ini. Cale perlahan-lahan mendekati tujuannya setelah membiarkan matanya terbiasa dengan gelap.

‘Sudah kuduga.’

Dia dapat melihat sesuatu meringkuk di bawah dinding kota. Sebenarnya, ada lebih dari satu.

Dua makhluk mungil sedang gemetar kedinginan. Cale terus berjalan ke lokasi itu. Dia dapat mendengar suara makhluk hidup yang sedang meringkuk itu. 

Meong Meeeeong.

Dua ekor kucing mengeong seraya meringkuk di bawah dinding kota. Cale tersenyum.

‘Ini tempatnya.’

Dia menemukan tempat yang benar. Saat Choi Han melompati dinding kota, seekor bayi kucing dibanting oleh kucing alfa* di lingkungan itu dan terlempar jungkir balik melewati dinding kota. Choi Han memutar tubuhnya agar tidak menginjak si kucing saat mendarat. Ini adalah dunia di mana sebuah kebetulan berperan besar.

‘Dia benar-benar pria yang baik.’

Pergelangan kaki Choi Han terpelintir setelah memutar tubuhnya secara mendadak agar tidak melukai si kucing. Dia telah berlari kalang kabut untuk sampai di Kota Western setelah membunuh puluhan orang untuk pertama kalinya dan mengubur mayat penduduk desanya. Tubuhnya sudah mencapai batas sehingga dia tidak mampu mendarat dengan baik setelah memutar tubuhnya di udara. 

Meeeeong Meeeeeong.

Cale menatap anak kucing yang tengah meringkuk dan gemetaran, dan kucing lain yang terlihat seperti saudaranya menjilati kucing yang gemetar. Dia lalu mengalihkan pandangannya.

Dia menoleh untuk melihat salah satu lorong yang dekat dari tempat dia berdiri. Cale dapat melihatnya.

‘Ketemu.’

Laki-laki yang sedang meringis kesakitan sembari terlihat seperti salah satu tuna wisma yang tinggal di daerah kumuh. Cale dapat melihat rambut hitam berantakan serta pakaian yang usang dan terbakar.

Menurut novel, Cale dan Choi Han akan bertemu besok. Malam ini adalah malam ketika Cale mabuk dan mendapat bekas luka di pinggangnya. Banyak hal yang terlanjur berbeda dari novel, meskipun hanya hal-hal kecil.

Cale berdiri setelah berjongkok untuk mengamati dua anak kucing itu. Choi Han pasti sudah merasakan tatapannya sedari tadi, karena Choi Han perlahan-lahan mengangkat kepala dan memusatkan tatapannya pada Cale melewati rambut hitam kusutnya.

‘Sial, aku gemetaran.’

Cale dapat mendengar jantungnya berdegup kencang.

Meskipun terlalu gelap untuk melihat dengan jelas, sorot mata Choi Han yang Cale lihat di antara rambutnya terlihat sangat dingin.

Cale bersyukur telah memilih minum alkohol terlebih dulu.

Cale memuji dirinya karena telah membuat keputusan cerdas dan menenangkan dirinya sebisa mungkin. Pukulan cepat. Dia harus melepaskan sebuah pukulan cepat dan meninggalkan kesan pertama yang kuat.

Cale menarik napas dalam-dalam lalu mulai berbicara kepada Choi Han yang sedang menatapnya.

“Kamu kelihatannya kelaparan.”

Ck ck. Cale berdecak lidah lantas mengeluarkan dada ayam dari kantong. Lalu dengan gerakan yang sangat halus, Cale menyodorkan dada ayam panggang bukan kepada Choi Han, melainkan kepada dua anak kucing.

“Kalian kasihan sekali. Ayo makan saja.”

Cale tidak tahu dua anak kucing itu akan sekecil ini. Dia berharap mereka masih bisa makan dada ayam itu. Ck. Dia berdecak lidah lalu menyuwir dada ayam itu agar dapat lebih mudah dimakan oleh kedua kucing itu.

Dia bertanya-tanya apa yang sedang dia lakukan berjongkok di sini memberi makan anak kucing. Sejujurnya, Cale tidak suka kucing. Tetapi, Choi Han menyayangi hewan kecil.

Ggggrrrrrrrr. Ggggggrrrrrrrr.

Kucing yang terluka itu pasti memahami perasaan tidak suka Cale terhadap kucing, dia memperlihatkan gigi-giginya dan mulai menggeram, tapi Cale justru mengelus bulu perak kucing itu dan menatap mata emasnya. Anak kucing itu pasti tidak menyukai belaiannya, dia berusaha keras menjauhi tangan Cale.

“Kasihan sekali. Makan ini dan cepatlah sembuh.”

Dia bahkan tidak melirik Choi Han ketika mengatakannya, tetapi, dia menduga Choi Han pasti sedang memperhatikannya.

“Apa kamu punya tempat tujuan?”

Dia tidak mendengar jawaban apapun. Tetapi, Cale terus berbicara. Para penjaga akan segera datang untuk berpatroli di area ini, dan dia perlu berbuat sesuatu sebelum Choi Han pergi terpincang-pincang menghindari penjaga.

“Atau tempat menginap?”

Cale mengelus anak kucing berbulu perak bermata emas yang sedang menggeram dan menepis kucing merah yang mencoba menyerangnya sembari bertanya kepada Choi Han. Anehnya kucing merah itu terus berusaha memukul Cale. Mata emasnya, yang sama dengan saudaranya, bersinar terang bahkan di kegelapan.

Namun Cale perlu memusatkan perhatiannya pada Choi Han.

“Apa kamu lapar?”

Masih belum ada jawaban. Cale sudah menduganya.

Choi Han mungkin sedang mengamatinya saat ini, tapi dia juga mungkin ingin beristirahat.

Baik tubuh dan pikirannya sudah mencapai batas. Lagi pula, baru kemarin dia mengalami syok berat. Untuk seseorang seperti Choi Han yang telah hidup sendiri tanpa ada kontak dengan manusia selain penduduk dari desa kecil itu, Kota Western sangatlah asing baginya. Dia mungkin telah hidup selama puluhan tahun, tapi dia masih muda.

“Apa kamu tidak akan mengatakan apapun?”

“…Kenapa kamu berbicara padaku?”

Tampaknya Choi Han pada akhirnya menyimpulkan bahwa Cale itu lemah.

Cale cukup lemah sehingga dia bisa membunuhnya dengan mudah meskipun dia mencapai batasnya. Itu sebabnya Choi Han berpikir untuk menerima niat baik Cale meskipun dia tidak tahu mengapa Cale bersikap baik padanya.

Cale berdiri dan berjalan ke arah Choi Han. Penjaga akan segera datang berpatroli melewati tempat ini.

“Hei.”

Dia dapat melihat kondisi Choi Han dengan lebih baik begitu dia mendekat. Choi Han benar-benar berantakan. Namun, mungkin karena dia adalah tokoh utama, kedua matanya tampak jernih. Rambut dan bola mata hitam yang menunjukkan Choi Han adalah orang Korea sebenarnya cukup bagus. Itu sebabnya Cale tersenyum lalu berbicara pada Choi Han dengan santai.

“Ikuti aku. Aku akan memberimu makan.”

Kesan pertama yang paling baik adalah dengan menyediakan makanan enak.

 

 >>>>>>

 

*Kucing alfa: istilah untuk kucing yang cenderung bertingkah agresif dan biasanya suka menyerang kucing lain.

 

_______________________________________________________

Proofreader: Tsura



<<< 

Chapter Sebelumnya                             
>>>

===

Daftar Isi