Thursday, March 10, 2022

Remarried Empress (#314) / The Second Marriage




Chapter 314: Peringatan Joanson (1)

Penerjemah: Shira Ulwiya

 

"Apa kamu sudah dengar? Tentang bayi itu…”

"Ya, aku dengar kalau Permaisuri dan Kaisar sedang minum obat yang membantu pembuahan."

"Hah? Itu sedikit berbeda dari apa yang aku dengar. Yang aku tahu mereka sedang menjalani perawatan kesuburan.”

"Apa itu benar?"

“Ya, aku mendengarnya dari sepupu dokter istana. Tentang obatnya, bisa juga benar.”

"Jadi, apakah Permaisuri tidak subur seperti yang dikabarkan?"

“Ssst.”

“Jika itu masalahnya, bukankah ini masalah yang rumit? Pendahulunya memiliki adik laki-laki yang sehat selama masa pemerintahannya, jadi tidak ada masalah, tetapi Yang Mulia Heinley bahkan tidak memiliki adik laki-laki!”

***

Tampaknya benih yang aku dan Heinley tanam perlahan-lahan tumbuh. Sementara dayang-dayang memberitahuku rumor yang beredar, aku minum teh yang tidak akan membahayakan si bayi.

Itu adalah teh yang dibawa langsung oleh dokter istana, dan obat yang seharusnya dibicarakan dalam desas-desus.

Alasan rumor itu menjadi obat kesuburan atau untuk membantu pembuahan adalah karena aku telah meminta dokter istana untuk mengemasnya seperti itu.

Heinley dan aku berpura-pura kalau kami telah diam-diam diberi resep obat yang tidak diketahui, dan kami akan mengubah topik pembicaraan setiap kali ada yang mencoba berbicara tentang penerusnya.

Karena itu, tidak ada seorang pun di sekitarku yang membicarakan tentang bayi atau penerus baru-baru ini. Bukan saja mereka yang mendukungku, tetapi juga mereka yang tersisa di pihak Christa.

Untungnya, semuanya berjalan sesuai rencana. Namun…

"Ini aneh."

"Ya! Aku tidak tahu mengapa mereka melakukan ini, mereka harus mengurus urusan mereka sendiri!”

Itu keluar dari mulutku tanpa sadar. Mastas mengayunkan tinjunya ke udara, berpikir kalau kata-kataku ditujukan kepada para bangsawan.

"Cukup! Mereka harus diajari agar tidak main-main dengan Permaisuri. Pasti menyenangkan membuat mereka berjalan dengan tangan selama beberapa jam!”

Aku menggelengkan kepalaku. Meskipun aku bersyukur kalau Mastas marah tentang hal itu, pada titik ini aku tidak berbicara tentang ikan yang mengambil umpan.

Yang menurut aku aneh adalah mereka yang tetap diam, baik Marquis Ketron maupun Duke Liberty. Orang yang aku beri label sebagai Bahaya Level 3.

Sampai sekarang, aku yakin Marquis Ketron yang memulai rumor ketidaksuburan itu. Memang bangsawan lain yang menyebutkannya di tengah pertemuan, tetapi dia memberi kesan sedang dikendalikan oleh Marquis Ketron. Di akhir pertemuan, kami bertukar kata yang juga membawaku pada kesimpulan itu.

'Lalu kenapa? Mengapa Marquis Ketron tidak bergerak sekarang? Mengapa Duke Liberty begitu sunyi lagi sekarang?’

Mereka berhati-hati ... siapa pun akan berpikir begitu. Tetapi jika demikian, mereka akan berhati-hati dari sebelumnya. Selain Duke Liberty, yang lebih mencurigakan adalah kalau Marquis Ketron, yang mengangkat masalah ketidaksuburan terlebih dahulu, justru sekarang diam saja.

Apakah karena penghinaan yang dia alami dengan mencoba menggunakan citra playboy Heinley?

Setelah berpikir lama, aku pergi ke kantor Heinley dan meminta pendapatnya,

"Bagaimana menurutmu, Heinley?"

Di Kekaisaran Timur, aku bisa mengetahuinya sendiri. Aku tumbuh mengamati para bangsawan di sana.

Sebaliknya, aku masih belum mengenal bangsawan Kekaisaran Barat dengan baik. Tentu saja, ada banyak bangsawan yang berteman denganku selama beberapa bulan terakhir. Terkecuali beberapa keluarga yang memendam niat buruk, banyak bangsawan membuka hati mereka kepadaku.

Tetap saja, enam bulan yang lalu aku bahkan tidak mengenal mereka. Bahkan jika itu adalah bangsawan yang dekat, akan sulit untuk sepenuhnya memahami karakternya dan menguraikan niatnya yang sebenarnya. Terbukti, aku tidak dekat dengan Marquis Ketron. Untuk menguraikan niatnya, aku hanya tahu sedikit tentang dia.

Jadi aku tidak punya pilihan selain mencari bantuan Heinley.

"Aku dengar kalau Duke Liberty dan Marquis Ketron bertengkar." (TL: di versi bahasa Inggrisnya tertulis tertulis “Marquis Ketron dan Marquis Ketron” tapi saya ubah salah satunya menjadi Duke Liberty.)

"Apakah karena kejadian sebelumnya?"

“Mungkin sebagian karena itu.”

Heinley menghela napas dan menambahkan,

“Kalau dipikir-pikir, Keluarga Liberty memiliki tiga anak yang pintar. Marquise Ketron mungkin bertengkar hebat dengan Marquis Ketron karena tidak benar-benar berada di pihakku.” (TL: di sini saya mengubah “Keluarga Ketron” menjadi “Keluarga Liberty” agar tidak membingungkan jika namanya dobel. Mudah-mudahan saya tidak salah, hehehe…)

Karena Heinley adalah satu-satunya yang tersisa dari Keluarga Kekaisaran yang sebenarnya, apakah dia memutuskan untuk tetap menundukkan kepalanya untuk saat ini? Untuk masa depan anak-anaknya?

Heinley menghela napas lagi,

“Tentu saja, terus seperti ini akan melelahkan bagi kedua belah pihak.”

Dia benar. Aku akhirnya bersandar di sofa setelah merasa sangat khawatir dan berkata dengan tulus,

“Kurasa memasang jebakan bukanlah bidang yang aku kuasai.”

“Bagian terbaik dari memancing adalah menunggu, Ratuku.”

“Membosankan menunggu membabi buta tanpa mengetahui apakah orang lain akan bereaksi.”

"Jadi bagaimana Ratuku menghadapi musuh politik di Kekaisaran Timur?"

Ketika aku menatapnya dengan tangan disilangkan, Heinley dengan cepat melambaikan tangannya.

“Bukan, hanya karena kamu mengatasi musuh politikmu tidak berarti kamu orang yang jahat. Ada saat-saat dimana itu diperlukan. Itu yang aku maksud."

"Aku tidak punya banyak masalah."

Ketika aku berada di Kekaisaran Timur, aku telah mengkonsolidasikan posisiku di bawah dukungan mantan permaisuri, jadi hanya sedikit yang mencoba bertarung secara terbuka. Bahkan dalam kasus-kasus itu, aku punya banyak dayang di sisiku, dan keluargaku sendiri sangatlah kuat…

Tetap saja, sepertinya topik itu menarik perhatian Heinley, jadi aku menceritakan pengalamanku kepadanya. Saat itulah telapak tanganku mulai gatal. Saat aku secara tidak sadar menggaruknya, aku memiliki sensasi yang sama dengan sebelumnya, ketika aku membekukan rambut Heinley.

Begitu aku memikirkannya, tanganku semakin gatal, jadi aku meletakkannya di atas meja untuk menghangatkannya.

Pada saat itu, sepotong es tipis muncul di atas meja secara tak terduga.

Sepotong es bergerak melintasi meja sampai berhenti di dekat Heinley di sisi lain.

“Ah…”

Saat aku melihat tanganku dengan heran, Heinley bertanya.

"Apakah kamu baik-baik saja?"

"Aku baik-baik saja. Aku hanya sedikit terkejut.”

Melihat fenomena ini untuk kedua kalinya membuatnya terasa semakin menakjubkan. Karena itu tidak pernah terjadi lagi, aku bertanya-tanya apakah itu kebetulan, atau apakah mananya telah menghilang. Tapi tidak.

Aku menutup tanganku berulang kali, melambai ke udara beberapa kali dan akhirnya meletakkannya di pangkuanku. Pada titik ini, aku merasakan tatapan intens dari Heinley padaku, jadi aku mendongak,

"Ada apa?"

Ketika aku bertanya karena ekspresinya yang aneh, Heinley mengangkat mulutnya sendiri dengan jari telunjuknya dan bergumam,

“Sekarang aku ingat, kita melupakan masalah akademi sihir setelah kita tahu tentang kehamilanmu. Meskipun kamu harus pergi ke akademi setidaknya sekali, aku tidak tahu apakah akan lebih baik bagimu untuk pergi sesegera mungkin atau di masa mendatang.”

***

[Baca Remarried Empress Bahasa Indonesia di https://shiraulwiya.blogspot.com/]

Diterjemahkan dari https://novelutopia.com/ 


<<<

Chapter 313          

>>>             

Chapter 315

===

Daftar Chapters 


Sunday, March 6, 2022

Remarried Empress (#313) / The Second Marriage

 



Chapter 313: Aku Mencintai Sisi Dirimu yang Mana pun (2)

Penerjemah: Shira Ulwiya

 

Pria itu bangkit dari sofa dengan senyum lebar.

'Rashta, putriku.' Rashta bergidik ketika dia membandingkan ayah masa kecilnya dengan pria di depannya.

Pria itu bukan ayah seperti Sovieshu. Dia memanggil Rashta dengan manis, tetapi dia tidak mencintainya, dia tidak menganiaya dirinya, tetapi dia juga tidak merawatnya.

Pria itu selalu punya alasan untuk Rashta. ‘Karena status kita, aku tidak bisa merawatmu.’

Dia adalah pria yang sangat acuh tak acuh dalam hal itu. Dia bahkan tidak ingat hari ulang tahunnya, dan terkadang bingung dengan namanya.

 “Kamu telah tumbuh dengan baik. Kamu telah menjadi orang yang hebat.”

‘Bahkan orang asing pun bisa mengatakan itu.’

Rashta memkamung pria itu dengan dingin dan bertanya,

“Kenapa kamu datang?”

Pria itu memasang ekspresi sedih.

“Kenapa aku datang? Aku datang karena aku mendengar tentang putriku, Rashta. Aku mendengar kalau putriku baik-baik saja, jadi tentu saja aku ingin menemukannya.”

"Mengapa kamu tidak berpikir untuk menemukan putrimu ketika dia menderita?"

“Oh… kamu marah.”

Pria itu mengangkat alisnya karena terkejut, dan mendekat dengan tangan terbuka.

Rashta berbalik ke samping untuk menghindarinya. Dia merasa mual. Dia ingin pria ini merawatnya sebelumnya, tetapi sekarang dia bahkan tidak ingin pria ini menyentuhnya.

"Pergi! Pergi dan jangan muncul di depanku lagi. Bagiku, kamu sudah tidak ada sejak hari kamu meninggalkanku. Lebih baik aku tidak memilikimu. Jangan berpegangan pada pergelangan kakiku dan pergi."

Rashta memelototinya. Dia tidak mengatakannya dengan berpikir kalau dia benar-benar akan pergi. Dia datang untuk meminta sesuatu, dia tidak akan patuh pergi setelah dihina.

Tetap saja, alasan dia mengatakan ini untuk berjaga-jaga jika dia membuat permintaan yang sulit. Dia ingin membuatnya merasa setidaknya sedikit bersalah karena memeras putrinya sendiri. Jika dia merasa bersalah, dia mungkin tidak akan kembali.

Mata pria itu melebar. Dia terkejut kalau Rashta, yang selalu merindukan kasih sayang, mencaci makinya dengan dingin.

"Apakah kamu sangat marah dengan ayahmu, putriku?"

Ketika Rashta hendak meninggalkan ruang tamu tanpa menjawab, pria itu buru-buru berkata,

“Rashta. Apakah kamu mengenal seorang pria yang sangat tinggi dan tampan?”

"Ada begitu banyak pria seperti itu."

“Rambutnya campuran cokelat dan pirang. Matanya hijau. Dia memberi kesan sangat kuat. Ah, dia mengenakan mantelnya di atas bahunya.”

Seketika, bayangan Duke Elgy muncul di benak Rashta dan dia mengerutkan kening. 'Dia berbicara tentang Duke Elgy? Kalau benar begitu, mengapa dia tiba-tiba menyebut Duke Elgy?’

Pria itu tersenyum lebar.

"Dia memberitahuku cara bertemu denganmu."

"Apa?"

“Meskipun aku menerima bantuannya, dia tampaknya tidak memiliki niat baik. Aku ayahmu, ayah kandungmu. Aku harus memberitahumu.”

Rashta tersenyum paksa. ‘Apa yang sebenarnya dia katakan?’

Duke Elgy menjaganya lebih baik daripada ayah kandungnya, yang tidak pernah memberinya sedikit pun cinta.

'Apakah Duke Elgy memberinya informasi? Tetap saja, bukankah dia datang untuk memeras putri yang ditinggalkannya?’

Rashta tidak repot-repot membantahnya, hanya pergi ke kamarnya dan menutup pintu.

“Rashta. Rashta.”

Pria itu bergegas mengejarnya dan mengetuk pintu. Setelah mengetuk pintu kamar beberapa kali, Rashta kembali keluar dan memandangnya dengan jijik.

“Kamu belum pergi?”

“Maafkan aku, Rashta. Jika itu seseorang yang kamu sukai, aku seharusnya tidak mengatakan apa-apa.”

Ketika seseorang sedang jatuh cinta, wajar jika menutup mata.

Pria itu menyadari kalau Rashta jatuh cinta dengan bangsawan itu. Jadi tidak peduli apa yang dia katakan, dia tidak akan percaya padanya.

Begitu dia sampai pada kesimpulan itu, alih-alih berbicara buruk tentang bangsawan yang menakutkan itu, pria itu tersenyum dan langsung ke intinya.

“Rashta, sebenarnya… hari-hari ini sulit bagi ayahmu. Aku harap putriku dapat membantuku.”

Pria itu lebih mementingkan keuntungan daripada balas dendam. Dia ingin putrinya berurusan dengan bangsawan itu untuknya, tetapi minatnya yang sebenarnya adalah yang utama.

“Bantuan seperti apa? Uang?"

"Ya. Uh… ayahmu ingin membentuk tim perdagangan.”

"Berapa banyak yang kamu butuhkan?"

"Hal-hal baik terjadi ketika seseorang memiliki anak yang baik."

Pria itu tersenyum senang dan mengatakan jumlahnya.

Sementara dia senang kalau jumlahnya kurang dari yang dia harapkan, dia kesal dengan kata-kata palsu ayahnya. Rashta akhirnya menyadari sesuatu yang aneh.

"Bagaimana bisa? Tim perdagangan?”

Rashta telah menjadi budak karena ayahnya telah menjadi budak. Ayahnya telah menjadi budak karena dia telah melakukan penipuan.

Biasanya, jika seseorang melakukan kejahatan yang diancam dengan hukuman penjara seumur hidup sebagai orang biasa, dia dan keluarganya menerima hukuman menjadi budak, dan bahkan jika seseorang tidak melakukan kejahatan sebesar itu, dia bisa menjadi budak untuk jangka waktu tertentu.

'Istilah' di sini bukan soal waktu, tapi soal uang.

Secara umum, mereka yang paling sering menerima hukuman jenis ini adalah mereka yang dihukum karena masalah uang. Mereka yang divonis sebagai budak selama waktu tertentu, hanya dapat segera dibebaskan dari perbudakan jika sejumlah uang dikumpulkan, sebagian dikembalikan kepada korban dan sebagian lainnya dibayarkan sebagai denda kepada negara.

Beginilah kasus dengan ayah Rashta. Dan sejauh yang diketahui Rashta, budak tidak dapat membentuk tim perdagangan.

Ayah Rashta menjawab dengan santai,

"Ayahmu bekerja keras untuk mengumpulkan uang agar dibebaskan dari perbudakan."

Rashta menatap pria itu dengan heran. Bagaimana dia bisa mengatakan itu dengan begitu tenang?

"Dan aku? Bagaimana dengan aku?"

Rashta bertanya dengan marah.

“Aku menjadi budak karenamu, tetapi kamu meninggalkanku agar kamu bisa menjadi orang biasa? Bagaimana kamu bisa melakukan itu?"

Meskipun dia sekarang adalah permaisuri, dia masih merasa tidak nyaman karena sertifikat budaknya. Jika bukan karena sertifikat itu, situasinya akan jauh lebih baik.

Tentu saja, Rashta bisa saja secara resmi dibebaskan ketika dia menjadi selir, tetapi kemudian semua orang akan mengetahui kalau dia adalah seorang budak, jadi Sovieshu memilih untuk membuat citra palsu tentang dirinya, meskipun tidak menghancurkan sertifikat budaknya.

Seandainya dia dibebaskan dari perbudakan sebelum dia menjadi selir, semua ini tidak akan mengganggunya.

'Bagaimana dia bisa melakukan itu? Apakah dia mengumpulkan uang untuk membebaskan dirinya dari perbudakan sendirian?’

“Ah, jelas aku juga berpikir untuk membebaskanmu.”

Ayahnya tersenyum canggung dan mengarang apa yang terjadi,

“Tetapi ketika aku pergi menemuimu, aku mengetahui kalau kamu berkencan dengan putra Viscount Roteschu dan aku menganggap kamu memiliki kehidupan yang baik, jadi aku pikir dia akan membebaskanmu. Dia pasti punya lebih banyak uang daripada aku.”

"Apakah kamu serius?"

"Sungguh. Aku pergi menemuimu. Aku pergi ketika aku mendengar kamu baik-baik saja.”

“Jangan bohong! Apakah kamu pergi ketika kamu tahu aku baik-baik saja? Tidak! Kamu pergi karena keputusan yang egois.”

Rashta terhuyung-huyung saat dia berteriak dengan marah. Dia hampir jatuh, tetapi ayah kandungnya tidak membantunya. Dia hanya mendecakkan lidahnya sebagai gantinya.

"Astaga, kenapa harus berteriak."

Rashta bersandar untuk mendapatkan kembali keseimbangannya. Setelah mengambil napas dalam-dalam dalam keadaan itu, Dia menatap ayahnya dan berkata dengan tegas,

“Aku tidak akan memberimu sepeser pun! Jika kamu benar-benar ingin membentuk tim perdagangan, itu urusanmu! Rashta tidak peduli!"

Ayah kandungnya menatap Rashta dengan ekspresi tidak percaya. Lalu dia mengerutkan kening dan bertanya dengan tegas,

"Astaga, kamu putri yang jahat. Apakah itu cara memperlakukan ayahmu yang melihatmu lahir dan besar?”

"Bagaimana denganmu? Apakah kamu ingin mengambil uang dari putrimu sendiri yang menjadi budak karena kamu?

“Ini semua berkat aku kamu menjadi Permaisuri. Kau berhutang padaku wajah cantikmu itu. Kamu tidak tahu apa artinya timbal balik ... Dasar tidak tahu terima kasih!”

Rashta terkejut sampai-sampai dia merasa sulit bernapas. Bagaimana orang seperti itu bisa ada?

Setelah berbicara dengan marah, pria itu tiba-tiba tersenyum dan berkata,

“Rashta, apakah kamu pikir aku akan tetap tenang jika kamu mengusirku seperti ini? Aku ayahmu dan itu tugasmu untuk menjagaku. Jika kamu meninggalkanku, aku tidak punya pilihan selain memberi tahu semua orang kalau kamu adalah putri yang tidak tahu berterima kasih dan jahat.”

***

Saat aku memiringkan kepalaku ke samping, aku bisa merasakan tatapan membara di belakangku. Ah, Heinley memergokiku sedang menggali masa lalunya!

"McKenna?"

‘Bawa aku bersamamu!’ Aku menelan kata-kata terakhir ini.

"Aku melupakan sesuatu."

Kemudian aku mencoba mengikuti McKenna dengan langkah cepat sementara berusaha mempertahankan martabat seorang permaisuri.

"Mau kemana, Ratuku?"

Namun, aku langsung dihentikan.

Ketika aku berbalik dengan canggung, Heinley menatapku dengan ekspresi mengejek.

"Aku baru ingat kalau aku melupakan sesuatu."

Mendengar alasanku, mata Heinley melebar, dia mengulurkan tangan dan meregangkan pipiku.

“Jangan berani.”

Aku sengaja mencoba terdengar dingin, tetapi Heinley tersenyum santai.

“Aku belajar sesuatu yang baru tentang Ratuku. Kamu tahu apa itu? Ketika kamu berada dalam posisi canggung, Kamu lebih dingin dan bermartabat.”

Bagaimana dia menyadari itu? Itu adalah metode rahasia yang aku gunakan untuk menyembunyikannya.

Karena aku berada dalam posisi yang canggung, aku menunjukkan ekspresi yang lebih tegas. Heinley meletakkan tangannya di pipiku, mencium ujung hidungku tiga kali dan tersenyum.

“Betapa manisnya. Betapa cantiknya. Aku suka setiap kali Ratuku bertingkah seperti ini.”

Ketika aku menghindari tatapannya, dia menggerakkan tubuhnya untuk melakukan kontak mata denganku dan ketika aku menurunkan pandanganku, dia membungkuk untuk menatap mataku.

Berhenti!

Dalam postur itu, Heinley diam-diam bertanya dengan senyum lebar,

"Ratuku, apa yang kamu bicarakan dengan McKenna?"

“Aku hanya… ingin tahu tentang masa kecilmu.”

Aku mengaku dengan tulus. Meskipun aku menyembunyikan niat di baliknya.

Tidak, dia telah mendengar semuanya, jadi mengapa dia berpura-pura tidak tahu?

“Aku ingin tahu lebih banyak tentangmu.”

Ketika aku menjawab lagi tanpa mengungkapkan niatku, Heinley tersenyum dengan mata yang lebih menyipit. Dia tampak dalam suasana hati yang baik.

"Kamu berbohong."

"!"

"Ratuku, kamu tidak kehilangan keanggunanmu bahkan dengan berbohong."

Heinley menarik tangannya dari pipiku dan menegakkan punggungnya. Lalu, aku menatap matanya. Mungkinkah dia marah?

"Apakah kamu marah?"

Ketika aku bertanya dengan hati-hati, Heinley menggelengkan kepalanya.

“Tidak, bukan itu. Hanya saja aku malu.”

“Apa yang membuatmu malu?”

“Aku sedikit nakal saat masih anak-anak. Aku tidak ingin Ratuku mengetahuinya.”

“Aku juga akan memberitahumu tentang masa kecilku. Bagaimana menurutmu?"

“Ratuku tampaknya tumbuh dewasa tanpa menimbulkan masalah, kan?”

“…”

"Aku tahu itu."

Heinley terkekeh sambil menggosok-gosokkan dahinya ke dahiku. Kemudian dia mengambil potret kecil yang ditinggalkan McKenna.

Heinley mengangkat potret dirinya dengan pipi gembung saat masih anak-anak dan melihatnya sambil tersenyum.

Di satu sisi, dia terlihat manis. Ibu Heinley...Ibu Heinley, yang memerintahkan pembuatan potret dirinya setiap kali dia menyebabkan masalah, mungkin berpikiran sama.

Mungkin itu sebabnya masing-masing potret disimpan meskipun itu adalah hukuman?

Begitu aku memikirkan hal ini, aku menyadari kalau aku telah mengkhawatirkan yang tidak perlu sampai sekarang. Entah itu anak yang nakal, atau anak yang pendiam, aku akan mencintai anakku. Tidak masuk akal merasa takut untuk saat ini.

"Aku pikir akan menyenangkan memiliki anak kembar."

Aku bergumam spontan.

Heinley, yang mengeluarkan potret dari bingkai foto, bertanya dengan heran,

"Apa?"

“Satu anak yang mirip denganmu, dan satu yang mirip denganku. Aku pikir akan menyenangkan memiliki anak kembar seperti itu. Atau masing-masing memiliki sedikit dari kita berdua?”

“Ratuku…”

“Dan beri aku potretnya. Jangan pernah berpikir untuk menghancurkannya.”

Begitu aku mengangkat tangan aku, Heinley menyerahkannya kepadaku dengan cemberut seperti di masa kecilnya.

Aku memegang potret Heinley erat-erat di tanganku dan tersenyum penuh kemenangan.

***

[Baca Remarried Empress Bahasa Indonesia di https://shiraulwiya.blogspot.com/]

Diterjemahkan dari https://novelutopia.com/ 


<<<

Chapter 312         

>>>             

Chapter 314

===

Daftar Chapters 


Remarried Empress (#312) / The Second Marriage

 



Chapter 312: Aku Mencintai Sisi Dirimu yang Mana pun (1)

Penerjemah: Shira Ulwiya

 

Duke Elgy menonjol di jalanan yang kumuh.

Para pemabuk berbicara omong kosong, geng-geng yang berkelahi demi menguasai wilayah, dan bahkan penjaga kedai yang marah-marah sampai-sampai mengusir pelanggan yang mabuk, menutup mulut mereka saat Duke Elgy lewat.

Dia jauh lebih tinggi dari yang lain dan memiliki ekspresi arogan, dengan pakaian yang terlihat sangat berkelas sehingga bahkan sulit untuk melihatnya. Di mata siapa pun, Duke Elgy adalah bangsawan berstatus tinggi atau anggota keluarga kekaisaran.

Orang-orang di sini tahu betul kalau tidak ada untungnya berselisih melawan bangsawan seperti itu.

Namun, seseorang memiliki keberanian untuk melakukannya.

"Hei."

Orang itu sangat kecil sehingga dia bahkan tidak bisa dianggap sebagai lawan. Ada orang yang meskipun bertubuh pendek bertarung dengan baik, tetapi pria ini bahkan tidak terlihat seperti itu.

Semua orang yang sedari tadi menutup mulut mereka tertawa, bergumam kalau pria kurus itu punya nyali besar, tetapi dia tidak tahu itu bunuh diri.

Namun, pria itu mendekati Duke Elgy seolah-olah dia adalah seorang kenalan.

"Terima kasih telah membantuku menemukan putriku."

“Aku membantumu menemukan putrimu? Kapan aku melakukan itu?”

“Yah, tidak secara langsung. Tapi bukankah kamu membuatku bisa bertemu Viscount Roteschu?”

Pria itu tersenyum kecut dan terus berbicara dengan suara ramah.

“Bagaimanapun, aku tahu kamu membantuku karena motif tersembunyi. Itu sebabnya kamu memintaku berpura-pura tidak mengenalimu saat aku bertemu denganmu lagi. Jadi aku tidak akan menyapamu lagi, atau membalas budi atas apa yang kamu lakukan.”

Itu adalah suara yang lembut tapi jahat.

Sudut mulut Duke Elgy naik dengan cara yang aneh, dan dia menatap pria berambut perak yang masih dekat dengannya.

Pakaiannya sudah usang tetapi tidak terlihat murahan, dan dia memiliki paras yang rupawan meskipun kecil. Pria ini, yang akan cukup populer jika dia didandani dengan baik, adalah ayah kandung Rashta.

Ketika Elgy menatapnya, pria itu tersenyum lebih kecut. Kemudian, dengan tangan dimasukkan ke dalam saku, dia bertanya pelan,

“Ngomong-ngomong, apa hubunganmu dengan putriku? Hah? Yah, tidak masalah hubungan apa yang kamu miliki dengannya. Yang penting adalah kamu menjual informasi tentang putriku, bukan begitu?”

Pria itu mendekat ke Elgy dan mengulurkan telapak tangannya.

“Jadi beri aku uang. Atau aku akan memberi tahu putriku semua yang kamu lakukan di belakangnya. Aku butuh uang untuk tutup mulut, oke?”

Dia menggoyangkan jarinya dengan ekspresi nakal. Dia akan segera melihat putrinya untuk mendapatkan uang darinya, dia tampak sangat senang bisa mendapatkan uang juga sekarang.

"Kamu orang yang hina."

Elgi terkejut. Meskipun dia telah bertemu dengan segala macam orang jahat dalam petualangannya yang berisiko, dia dapat menghitung orang-orang yang tidak tahu malu seperti orang ini dengan jari.

Pria itu sepertinya tidak peduli dengan apa yang Elgy pikirkan, dia terus merentangkan tangannya dan mengejek dirinya.

"Ada masalah apa? Kamu tampaknya memiliki banyak uang, tetapi kamu tidak suka membayar untuk merahasiakan kalau kamu menjual informasi tentang putriku—”

Tapi sebelum pria itu selesai berbicara. Elgy merenggut kepalanya dengan satu tangan dan membantingnya ke dinding di dekatnya. Orang-orang di sekitar mereka melarikan diri karena terkejut.

Pria itu berjuang dengan kedua tangannya.

"Apa-apaan! Lepaskan aku! Lepaskan aku!"

Elgy tidak melepaskannya. Sebagai gantinya, dia mengulurkan tangannya yang lain dan mencengkeram leher pria itu seolah ingin menghancurkannya.

"Katakan saja sesukamu. Aku tidak peduli.”

Saat tenggorokannya diremas dan kepalanya ditekan dengan kekuatan yang luar biasa, pria itu melambaikan tangannya dengan panik. Dengan tergesa-gesa menggedor dinding tempat kepalanya dihantamkan, pria itu memohon untuk dilepaskan.

Elgy melepaskan pria itu tepat sebelum matanya benar-benar putih, dan berjalan pergi bahkan tanpa mengancamnya.

Pria itu batuk beberapa kali dan menyeka air mata dari matanya. Meskipun dia sangat ingin mengutuk, Elgy sudah pergi jauh. Pria itu tersenyum canggung ketika dia melihat punggungnya.

“Bagaimana bisa seorang bangsawan memiliki mata seperti itu? Matanya terlihat seperti bajingan pembunuh.”

Kemudian, pria itu berkata dengan marah,

"Tidak apa-apa. Aku akan melakukan apa yang kamu katakan. Aku akan memberi tahu putriku segalanya. Putriku adalah Permaisuri! Putriku adalah Permaisuri!"

Suara keras pria itu mencapai telinga Elgy.

"Aku bahkan tidak perlu ikut campur."

Elgy menggelengkan kepalanya pada teriakan percaya diri pria itu yang masih bisa dia dengar.

***

Hari ini adalah hari dimana ayah kandungnya memutuskan untuk mengunjunginya. Rashta menghabiskan sepanjang pagi dengan terkejut.

Rashta tidak hanya membenci ayahnya karena dia menjadi budak, tetapi karena dia tidak pernah memberinya kasih sayang.

‘Sekarang ayahku yang tak tahu malu akan muncul di depanku.’

"Yang Mulia, apakah tidak apa-apa tidak menyiapkan hidangan apa pun?"

"Tidak apa-apa. Ini bukan tamu istimewa.”

Pelayan itu segera beranjak pergi mendengar jawaban Rashta. Tapi ekspresinya dipenuhi dengan rasa ingin tahu. Pelayan itu bertanya-tanya siapa yang datang, mengapa permaisuri begitu termenung, dan mengapa dia tidak ingin teh dan makanan ringan disiapkan. Para pelayan tidak tahu kalau orang yang akan datang mengunjungi permaisuri adalah ayah kandungnya.

Rashta menggertakkan giginya. Bahkan, sampai tadi malam, dia juga tidak tahu. Meskipun Viscount Roteschu telah memberitahunya kalau ayahnya akan kembali, dia tidak menyangka akan secepat ini.

Bahkan Rashta berpikir kalau mungkin jika dia tidak mencarinya, dia tidak akan muncul. Tapi tadi malam, seorang utusan yang dikirim dari Kediaman Roteschu menghancurkan harapan Rashta.

Sementara dia tenggelam dalam pikirannya, pelayan itu masuk lagi dan memberi tahu dia kalau tamunya telah tiba.

"Bawa dia ke ruang tamu."

Rashta menghitung sampai seratus sebelum pergi ke ruang tamu. Begitu dia masuk, dia melihat seorang pria duduk di sofa.

Punggungnya sedikit membungkuk dan dia memberi kesan yang tidak menyenangkan. Dia memiliki paras yang menawan, tetapi semuanya terkubur di bawah ekspresinya yang jahat.

Rashta mengepalkan tinjunya dan memilih untuk mengambil napas dalam-dalam. Pria ini asing sekaligus familiar baginya.

"Rashta, putriku."

***

[Baca Remarried Empress Bahasa Indonesia di https://shiraulwiya.blogspot.com/]

Diterjemahkan dari https://novelutopia.com/ 


<<<

Chapter 311          

>>>             

Chapter 313

===

Daftar Chapters