Thursday, February 17, 2022

Remarried Empress (#302) / The Second Marriage




Chapter 302: Penerus (1)

Penerjemah: Shira Ulwiya

 

Mimpi itu terasa sangat nyata.

Aku masih ingat dengan jelas bagaimana Queen berlari seperti seekor penguin, dan bagaimana elang raksasa itu berpegangan pada singgasana.

Nian pergi setelah memberitahuku kalau aku terlihat lelah, dan dayang-dayangku pergi setelah menyuruhku pergi ke tempat tidur untuk beristirahat.

Begitu aku berbaring di tempat tidur, aku jatuh tertidur lagi.

Tapi kali ini aku tidak bermimpi tentang elang raksana atau Queen. Sebenarnya aku tidak bermimpi sama sekali.

Ketika aku akhirnya bangun, sudah waktunya makan malam.

Yang menakjubkan adalah kisah yang Heinley ceritakan kepadaku malam itu saat kami makan malam bersama.

“Aku tertidur saat tengah bekerja di siang hari, dan aku bermimpi buruk yang sangat aneh.”

“Mimpi buruk apa?”

“Yah… aku punya koleksi permata.”

Kalau itu aku sudah tahu.

Kentara kalau Heinley sangat menyukai permata karena dia selalu menganggap kalau negaranya adalah ibu kota permata. Berbagai permata langka dipajang di kamarnya dan di ruang pertemuan.

"Ketika aku pergi ke kamarku untuk memoles permata, aku menemukan telur yang tidak kukenal di antaranya."

"Sebuah telur?"

"Ya. Warnanya emas bercampur hijau, bahkan lebih cantik dari permata. Telur itu sangat cantik sehingga aku memolesnya dan menghangatkannya dengan tanganku. Tapi entah dari mana, keluarlah seekor bayi burung.”

Seekor bayi burung…

“Bulunya sedikit dan sayap-sayapnya kecil, tapi burung itu indah. Jadi aku memegangnya di dadaku dan membelainya, tetapi bayi burung itu merengek meminta permata ini dan itu untuk dimakan. Yang membuatku takut adalah aku memberikan semua permataku.”

Heinley bergumam dengan wajah pucat seolah-olah memikirkannya saja dia ngeri.

“Aku pikir aku menjadi gila dalam mimpi itu. Bagaimanapun, ketika aku memberinya permata, burung itu tumbuh sangat besar sehingga ia menjadi raksasa dalam sekejap.”

Seekor burung raksasa... Elang raksasa yang kulihat dalam mimpiku muncul di benakku.

Sementara aku mengangguk dengan perasaan déjà vu, Heinley bergidik dan melanjutkan,

“Tiba-tiba tempatnya berubah. Kali ini, burung raksasa itu memeluk singgasanaku dan memintaku juga. Itu membuatku kesal, tapi anehnya aku bahkan tidak bisa menegurnya, jadi aku segera meminta bantuan Ratuku.”

Perasaan déjà vu itu bahkan lebih kuat.

Bukankah sepertinya itu mirip dengan mimpiku?

"Aku berhasil menjauhkan burung raksasa itu dari singgasanaku dengan bantuan Ratuku."

Heinley menggelengkan kepalanya dan bertanya dengan ekspresi serius.

 “Mungkinkah mimpi itu pertanda kalau seseorang menyembunyikan niat tersembunyi terhadapku?”

“Aku tidak tahu, tapi… aku punya mimpi yang sama.”

"Apa? Betulkah?"

Ketika aku memberi tahu Heinley tentang mimpiku, matanya melebar.

Meskipun kedua mimpi itu tidak begitu sama, keduanya tampak sangat mirip.

Ekspresi Heinley segera menjadi sangat kaku, jadi aku sengaja meyakinkannya dengan kata-kata penuh kasih sayang,

“Mimpi yang kita miliki sangat mirip sehingga sepertinya kita telah sepenuhnya menjadi pasangan yang benar-benar dekat.”

Aku takut dia akan menganggap mimpi ini sebagai firasat dan mengkhawatirkan pemberontakan.

Tentu saja, seseorang harus memiliki rencana darurat untuk menghadapi pemberontakan. Namun, seseorang seharusnya baru khawatir ketika beberapa tanda telah terlihat, jatuh ke dalam kekhawatiran itu sekarang hanya akan membuat pikirannya lelah.

“Jadi kamu tidak perlu khawatir, Heinley. Aku tidak berpikir ini adalah mimpi pertanda buruk.”

Heinley meletakkan tangan di pipinya dan berbicara perlahan,

“Tidak, Ratuku. Aku tidak terkejut dengan itu ... "

"Lalu mengapa?"

"Di benua yang jauh ada kepercayaan kalau jika pasangan suami istri memiliki mimpi yang sama itu berarti akan ada bayi."

Apa?

Kata-katanya membuatku tertawa terbahak-bahak.

"Itu tidak masuk akal."

“Tapi muncul bayi elang. Bukankah itu patut diperhitungkan, Ratuku?”

"Tidak juga."

Aku menggelengkan kepalaku.

Mata Heinley berbinar, aku tidak ingin mengecewakannya.

“Aku menstruasi bulan lalu. Apa kamu tidak tahu?”

"Ya, tapi kamu seharusnya belum dapat lagi akhir-akhir ini."

Itu benar, tapi…

“Bahkan jika ada bayi di rahimku, usia kehamilanku dua atau tiga minggu. Kamu masih belum bisa memastikan apakah aku hamil.”

Banyak kejadian, perjamuan diadakan dengan tergesa-gesa karena yakin kalau sang istri hamil, tetapi kenyataannya tidak. Aku tidak ingin mengalami hal yang sama.

Namun, Heinley tetap positif.

“Kalau begitu bisa saja. Bisa jadi kamu sedang hamil, Ratuku.”

Aku menggelengkan kepalaku lagi.

Semakin besar harapan yang dimiliki, semakin menyakitkan kekecewaannya.

Kalaupun benar aku hamil, aku lebih suka menunggu sebentar untuk memastikan.

"Ratuku, bagaimana kalau dokter istana memeriksamu?"

Tetapi untuk beberapa alasan, Heinley bersikeras.

Heinley biasanya menuruti keinginanku hampir setiap saat, kecuali saat di tempat tidur pada malam hari.

Ketika aku mengerutkan kening, Heinley meminta maaf dengan sangat menyesal,

“Maafkan aku, Ratuku. Tapi kamu bekerja sepanjang hari, terkadang sampai subuh keesokan harinya. Jika ada kemungkinan kamu hamil, aku pikir yang terbaik adalah mengetahuinya terlebih dahulu sehingga kamu dapat mengambil tindakan pencegahan yang diperlukan.”

"Itu karena ada banyak pekerjaan yang harus dilakukan."

"Ratuku, kamu harus beristirahat cukup bahkan jika kamu tidak hamil."

Ketika aku berada di Kekaisaran Timur, dokter istana juga menyuruhku untuk beristirahat.

Apakah akan berbeda dengan dokter istana Kekaisaran Barat? Tidak. Kali ini akan sama.

Yang akan berbeda adalah bahwa Heinley akan mengambil semua pekerjaan dariku jika dokter istana mengatakan sesuatu seperti itu.

Meskipun itu belum terjadi sejauh ini, itu sangat mungkin mengingat betapa perhatiannya Heinley kepadaku.

“Ratuku.”

Heinley mengulurkan tangannya, memanggilku dengan suara lembut,

“Navier. Ya?"

Begitu aku hendak menolak dengan tegas, dia segera menjadi Queen, dan aku teringat bayi elang yang menggosokkan pipinya ke telapak tanganku seolah-olah dia lemah.

“…. Baiklah."

Aku tidak begitu antusias dengan itu, tetapi dengan enggan mengiyakan.

“Tapi jangan terlalu berharap, Heinley.”

Keesokan harinya, begitu aku telah berganti pakaian sesudah sarapan, Heinley memanggil dokter istana.

Untungnya, Heinley tidak memberi tahu dokter istana untuk 'memeriksa untuk melihat apakah aku hamil.'

Dia khawatir aku tidak nyaman, jadi dia memberi tahu dokter itu untuk pemeriksaan umum.

Saat dokter istana memeriksaku, Heinley menatapku dengan cemas.

Aku sedikit gugup, jadi aku mencoba memikirkan hal lain.

Tentang Whitemond, tentang delegasi yang seharusnya tiba di benua Hwa, dan seterusnya.

Akhirnya, tangan dokter istana turun ke perutku.

Tanpa sadar, aku menatap bibir dokter itu.

Pada saat itu, dokter istana perlahan membuka mulutnya.

***

[Baca Remarried Empress Bahasa Indonesia di https://shiraulwiya.blogspot.com/]

Diterjemahkan dari https://novelutopia.com/ 


<<<

Chapter 301          

>>>             

Chapter 303

===

Daftar Chapters 


Sunday, January 23, 2022

Remarried Empress (#301) / The Second Marriage




Chapter 301: Kekecewaan Rashta (2)

Penerjemah: Shira Ulwiya

 

“Apa Rashta melahirkan? Secepat ini?”

Berita itu tidak datang pada waktu yang tepat.

Kami berkumpul sebagai sebuah keluarga untuk merayakan kembalinya kakakku setelah menyelesaikan masalah dengan seribu bandit abadi.

Itu adalah waktu yang sangat tidak tepat.

Wajah keluargaku berkerut dengan cara yang berbeda saat berita itu tersiar.

Sang sekretaris, yang membawa berita kelahiran bayi Rashta, pertama-tama menggumamkan kalau itu adalah 'berita sensitif'.

Faktanya, sekretaris memberi isyarat kepada Heinley kalau dia lebih suka memberitahunya secara pribadi, karena itu adalah berita dari Kekaisaran Timur.

Tetapi Heinley memerintahkan sang sekretaris untuk mengatakannya di hadapan semua orang, mungkin ingin menunjukkan citra yang bermartabat di depan orang tuaku, kakakku, dan aku.

Pada akhirnya, perayaan kepulangan kakakku jadi berantakan.

Meninggalkan orang tua dan kakakku, Heinley bertanya kepada sekretarisnya dengan suara berat.

“Jika dia melahirkan sekarang, itu bayi prematur, kan?”

"Ya. Dia seorang perempuan, seorang putri.”

Kali ini sekretaris menatapku ketika dia menjawab.

Aku tetap tanpa ekspresi dan hanya berjalan santai.

“Hmm… Yang Mulia. Selain itu .. Kaisar mengirimkan undangan.”

“Undangan apa?”

"Undangan ke perjamuan untuk merayakan kelahiran keturunan pertama keluarga kekaisaran."

"Dia mengundang kami berdua?"

"Yah. Di bagian bawah undangan ada kalimat yang mengatakan, 'Tidak perlu hadir.'”

Sudut mulutku secara refleks melengkung.

Tidak biasanya menambahkan kalimat itu ke dalam sebuah undangan.

Yang dimaksud Sovieshu dengan kata lain adalah— 'Aku mengirim undangan karena formalitas, tetapi jangan hadir'.

Aku bisa memahaminya. Jika aku muncul di sebelah Heinley pada hari perayaan kelahiran anaknya, Sovieshu akan merasa tidak nyaman.

“Bayinya lahir prematur. Sungguh ironi kehidupan.”

Setelah sang sekretaris pergi, Heinley mendengus dengan suara dingin.

"Bukan begitu, Ratuku?"

"Apa maksudmu?"

“Bukankah dia tanpa pandang bulu menyerang Lady Nian tentang bayi prematurnya? Tapi sekarang bayinya juga lahir prematur.”

"Itu benar.”

Aku dengar kalau Sovieshu melakukan semua pekerjaan sendiri, jadi menurutku dia melahirkan prematur bukan karena dia kewalahan.

“Sesuatu yang buruk pasti telah terjadi.”

Empat jam kemudian, aku tahu dari Nian apa yang telah terjadi.

“Saya dengar wanita itu menyumbangkan sejumlah besar uang di pernikahannya. Rupanya, muncul kecurigaan kalau uang ini mungkin dari Yang Mulia.”

Secara mengejutkan, tampaknya insiden surat perjanjian hutang yang aku ungkap untuk melindungi orang tua aku adalah hal yang sangat mengejutkan Rashta sehingga dia melahirkan prematur.

Yah, kurasa bukan itu satu-satunya alasan dia melahirkan prematur.

“Ini menyenangkan. Tidakkah menurut Anda begitu, Yang Mulia?”

"Ya…"

Nian, yang tidak tahu kalau akulah yang mengungkap tentang surat perjanjian hutang itu, tersenyum puas atas apa yang telah terjadi.

Tapi aku merasa aneh.

Bahkan jika tidak sengaja, bukankah ini pertama kalinya aku menyakiti Rashta?

Aku ingin tahu bagaimana reaksi Sovieshu jika dia tahu aku orangnya.

Meskipun aku tahu bagaimana dia akan bereaksi jika aku adalah permaisuri dan Rashta selir, sekarang aku tidak terlalu yakin.

"Apakah bayinya sehat?"

“Dia bayi perempuan yang sehat meskipun lahir prematur. Dia hanya sedikit kecil.”

“Sovieshu pasti sangat senang mendapatkan apa yang paling dia inginkan.”

Mau tak mau aku tersenyum saat membayangkan Sovieshu. Bukan karena senang, tapi karena jijik, tidak berdaya.

Bagi Sovieshu, bayi itu melambangkan keluarga bahagia yang ingin dia lindungi, bahkan jika itu berarti menyingkirkanku.

Dan bagiku, bayi itulah yang membuat kami benar-benar terpisah dan hampir menyeretku jatuh.

Aku tahu itu bukan kesalahan bayi yang baru lahir, tetapi aku tidak bisa merasa bahagia.

Sejujurnya… sekarang aku tidak terlalu peduli apa yang terjadi pada mereka. Aku lebih mengantuk daripada terkejut dengan berita itu.

Aku pikir aku bahkan tertidur di sandaran tangan sofa karena ketika aku membuka mata lagi, aku tidak bisa melihat Nian atau dayang-dayangku.

“Lady Nian? Countess Jubel? Nona Rose? Nona Laura?”

Bingung, aku memanggil mereka satu per satu dan menyadari kalau aku telah menghabiskan terlalu banyak waktu untuk tidur.

Kurasa mereka semua pergi tanpa membangunkanku ketika mereka melihatku tertidur lelap.

Aku pikir aku sudah terlalu banyak bersantai sejak aku di sini.

Sebagai Permaisuri, aku tidak seharusnya seperti ini.

Saat aku mencela diri sendiri, aku melihat ujung bulu emas melalui pintu yang setengah terbuka.

"Queen?"

Aku memanggilnya sembari berdiri.

Mengapa Heinley diam di sana?

"Queen."

Pada saat aku membuka pintu, Queen sudah pergi.

"Queen?"

Ketika aku mendongak bingung, aku melihat pantat montok melarikan diri dengan cepat, bergoyang-goyang dari sisi ke sisi.

Apakah dia ingin bermain petak umpet?

Dia terlihat sangat manis berlarian seperti penguin, jadi aku sengaja mengikutinya dengan langkah lambat.

Tapi anehnya, dia melewati koridor berubah menjadi burung.

"Queen?"

Kenapa dia berjalan di sekitar istana seperti itu?

Saat aku mempercepat langkahku karena terkejut, Queen mengepakkan sayapnya dan juga mempercepat langkahnya.

Meskipun akan sulit untuk menangkapnya karena seberapa cepat dia menggerakkan kakinya, aku harus melakukannya. Aku tidak tahu kenapa, tapi aku merasa aku harus menangkap Queen dengan erat.

Aku mengangkat rokku sedikit dan berlari ke arahnya.

Aku berlari melewati koridor panjang dan menuruni tangga spiral.

Queen mendekati singgasana di aula dan akhirnya berhenti.

"Kenapa kamu datang kesini?"

Lega karena akhirnya menangkapnya, aku mengangkat Queen.

Queen kemudian mengarahkan salah satu sayapnya ke singgasana, mengerang cemas.

Ada apa dengan singgasana itu?

Begitu aku melihat ke arah yang ditunjuk Queen, aku terkejut dan mundur selangkah.

Seekor elang besar berpegang erat pada singgasana dengan sayapnya. Tatapannya galak seolah-olah itu miliknya.

Apa artinya ini? Apakah elang itu menginginkan singgasana Heinley?

Ketika aku menyambarnya dengan marah dan memukul pantat elang raksasa itu, dia dengan enggan meninggalkan singgasana itu, menatapku, dan tiba-tiba mulai menyusut.

Dalam sekejap, elang raksasa itu menyusut seukuran Queen, lalu menjadi lebih kecil dari Queen, dan akhirnya jauh lebih kecil.

Bulu keemasannya yang indah berubah menjadi bulu putih selembut kulit bayi.

Ketika aku memeluk elang raksasa itu karena betapa indahnya dia, dia berkicau dan mulai bersikap seolah-olah jinak, menggosokkan wajahnya ke telapak tanganku.

Elang itu sama liciknya dengan Heinley... tepat saat aku memikirkan ini.

“Yang Mulia?”

Mendengar suara Nian, aku tiba-tiba terbangun.

"Apa Anda baik baik saja?"

"Di mana bayi monster itu?"

"Hah?"

***

[Baca Remarried Empress Bahasa Indonesia di https://shiraulwiya.blogspot.com/]

Diterjemahkan dari https://novelutopia.com/ 


<<<

Chapter 300          

>>>             

Chapter 302

===

Daftar Chapters 


Remarried Empress (#300) / The Second Marriage




Chapter 300: Kekecewaan Rashta (1)

Penerjemah: Shira Ulwiya

 

Beberapa saat sebelumnya, Sovieshu telah meminta sekretarisnya untuk membawa Rashta ke kamarnya. Tapi Rashta menolak lagi dan Sovieshu bergumam dengan dingin.

“Selalu menggunakan bayinya sebagai tameng.”

Meskipun sejujurnya dia tidak mengharapkannya untuk datang, dia terheran-heran karena Rashta selalu membuat alasan yang sama.

Sekretaris itu menatap wajah Sovieshu.

"Jika Anda meminta sedikit lebih tegas ..."

"Lupakan saja. Aku tidak ingin dia mengatakan kalau perutnya sakit lagi atau alasan semacam itu.”

Setelah Sovieshu melambaikan tangannya, dia mengambil sebuah kotak dari meja kecil, membukanya dan mendekati sangkar burung.

Burung biru berhenti menggaruk-garuk dan bergegas ke hadapan Sovieshu, segera membuka paruhnya.

Sovieshu mengamati burung yang lucu itu sementara dia menuangkan beberapa makanan dari kotak ke dalam wadah makanan burung.

Memang masih agak sedikit, tetapi sekarang ia memiliki bulu yang bagus.

Sovieshu tersenyum pahit ketika dia melihat burung itu makan dari wadah makanan dengan tidak sabar.

Burung ini, yang telah dia coba berikan kepada Navier tetapi telah dikirim kembali, sekarang menjadi kedamaian kecilnya.

Dan dia merasa kecewa saat menyimpulkan kalau Rashta-lah yang mencabuti bulu burung cantik ini.

Bagaimana dia bisa melakukan itu pada burung yang begitu lemah dan lembut?

"Setelah…"

"Saya mendengarkan, Yang Mulia."

“Setelah bayinya lahir, aku akan menugaskan seorang pengasuh untuk merawatnya.”

"Apa?"

"Aku akan membutuhkan seseorang untuk merawat bayi itu ketika aku tidak sempat."

"Hmm…"

"Aku harus mulai membaca buku tentang mengasuh anak."

“…”

“Bayi itu kecil dan lemah.”

Sekretaris itu terdiam karena dia tidak bisa memahami pikiran Sovieshu.

Bukankah Rashta yang akan merawat bayinya saat Yang Mulia sibuk? Apakah itu berarti pengasuh akan merawat bayi ketika Yang Mulia tidak bisa dan di waktu lain dia akan melakukannya sendiri? Apakah Yang Mulia ingin mengambil alih pengasuhan anaknya sepenuhnya?

Beberapa pertanyaan hendak keluar dari mulutnya, tetapi dia berhasil tetap diam.

Sekretaris itu bingung.

Keluarga kekaisaran, seperti kaum bangsawan, tidak bertanggung jawab atas pengasuhan anak. Tanggung jawab itu biasanya diserahkan ke pengasuh.

Bagaimanapun, Sovieshu tidak akan berubah pikiran karena pendapat sekretarisnya.

“Bagaimana dengan sertifikat budak itu? Belum menemukannya?”

"Saya minta maaf. Akan mudah menemukannya jika saya dapat mengandalkan bantuan banyak orang, tetapi itu tidak mungkin, jadi kemajuannya tidak secepat yang diharapkan, Yang Mulia.”

“Kamu harus mendapatkannya sesegera mungkin. Sesegera mungkin."

Begitu sekretaris itu pergi, Sovieshu memasukkan jarinya ke dalam sangkar burung dan membelai burung itu sejenak sebelum duduk di tempat tidurnya.

Dengan dahinya bertumpu pada tangannya yang tergenggam, dia menutup matanya dan menekan kecemasannya.

Dia telah menyelamatkan Rivetti karena dia tahu kejahatan yang dilakukan Rashta, tetapi juga untuk menutup mulut Viscount Roteschu.

Selain itu, dia punya beberapa rencana seandainya sertifikat budak itu terungkap, tetapi akan lebih baik menemukannya dan menghancurkannya.

Saat Sovieshu berbaring di tempat tidur sebentar, menekan pelipisnya dengan jari-jarinya, dia mendengar suara yang tak terduga,

"Yang Mulia, Permaisuri akan melahirkan prematur!"

Sovieshu melompat. Melahirkan prematur?

Ketika dia membuka pintu dan melangkah keluar ke ruang tamu, dia melihat asistennya memiliki ekspresi yang membuatnya sulit untuk mengatakan apakah dia senang atau khawatir.

Namun, Sovieshu terlambat memahami situasinya.

"Persalinan prematur!"

Saat itu, Sovieshu bergegas keluar dan berlari langsung ke Istana Barat.

***

Setelah dua kali melahirkan, Rashta menyadari kalau rasa sakitnya sama di mana pun dia melahirkan.

Rashta berteriak dan menggeliat dengan tangan di perutnya karena rasa sakit, sementara dia merasakan perutnya bergidik.

Rasa sakit, yang sepertinya tidak pernah berakhir, perlahan berkurang setelah beberapa jam. Rashta akhirnya mulai terengah-engah dengan seluruh tubuhnya basah oleh keringat.

‘Bayi ini pasti laki-laki.’

Rashta berpikir sambil berbaring lemas di tempat tidur.

‘Bayi ini haruslah laki-laki.’

Ketika dia memiliki hubungan khusus dengan Sovieshu, dia tidak peduli apakah itu laki-laki atau perempuan, tetapi sekarang situasinya telah berubah.

Itu haruslah anak laki-laki. Tidak akan ada kesempatan kedua.

Di samping Rashta, Viscountess Verdi berseru dengan gembira,

"Yang Mulia, Yang Mulia, ini bayi yang sangat rupawan!"

Rashta tidak punya tenaga untuk menjawab, jadi dia hanya menolehkan kepalanya ke samping Viscountess. Ia mengerjapkan matanya beberapa kali, mencoba menjernihkan pandangannya yang kabur.

Viscountess Verdi menggendong bayi yang dibungkus kain lembut.

Tangisan bayi menyebar ke seluruh ruangan.

Sementara itu, para pelayan membawa baskom berisi air hangat dan beberapa handuk kecil untuk membersihkan tubuh Rashta.

"Dan bayinya?"

Rashta bertanya pada Viscountess Verdi dengan suara lemah.

"Apakah itu laki-laki?"

Rashta dengan jelas melihat bagaimana senyum Viscountess Verdi berubah kaku dalam sekejap.

"Jadi itu perempuan," gumam Rashta dengan linglung, "Seorang perempuan."

Pandangannya kembali kabur. Rashta memejamkan matanya erat-erat dan menggigit bibirnya untuk menahan air mata.

'Ini tidak mungkin. Itu haruslah anak laki-laki.’

Rasa putus asa yang mendalam perlahan muncul di dalam dirinya seolah-olah dia tenggelam ke dalam rawa berlendir.

Rashta mencengkeram kepalanya dengan kedua tangan sementara air mata mengalir di pipinya.

“Uh…”

Demi bayi dan dirinya sendiri, itu haruslah laki-laki.

Tapi ternyata perempuan.

Rashta bergidik dengan kecemasan yang samar-samar.

Nyeri persalinannya mereda, tetapi sekarang hatinya sakit.

“Yang Mulia. Lihatlah bayinya.”

Viscountess Verdi mencoba menyerahkan bayinya, tetapi Rashta menggelengkan kepalanya dan melambaikan tangannya.

"Nanti."

Sekarang dia sangat kecewa sehingga dia tidak ingin melihat bayinya.

"Aku akan menggendongnya nanti."

Ketika bayi itu mulai menangis lagi, Viscountess Verdi mengayunkannya ke dalam pelukannya mencoba menenangkannya.

Pada saat itu, seorang pelayan berlari dan bertanya pada Rashta.

"Yang Mulia, Kaisar meminta saya untuk bertanya apakah dia boleh masuk."

"Apakah Kaisar sudah datang?"

"Kaisar telah menunggu di pintu selama berjam-jam."

Rashta menggosok matanya, merentangkan tangannya dan berkata kepada Viscountess Verdi,

"Beri aku bayi itu."

Di pelukan Rashta, bayi itu menjadi tenang dalam sekejap.

"Beritahu Yang Mulia untuk masuk."

Bayi itu melambaikan tangan mungilnya seolah-olah dia bisa mengenali ibunya.

Cinta yang mendalam untuk si bayi dan kekecewaan yang intens. Dua perasaan yang berlawanan ini membuat Rashta menangis lagi.

“Rashta?”

Sovieshu mengucapkan nama Rashta dengan terkejut saat dia memasuki ruangan.

Rashta berjuang untuk menahan air matanya dan tersenyum pada Sovieshu.

"Yang Mulia, dia adalah bayi yang benar-benar cantik."

Sovieshu dengan cepat mendekati bayi itu dan memeluknya.

“Cantik… bayi perempuan yang cantik.” Rashta mengulangi.

Wajah Sovieshu bersinar ketika dia melihat bayi itu, tetapi Rashta tidak memerhatikan itu karena dia menyeka air matanya.

Sovieshu menggendong bayi itu dengan hati-hati dalam dekapannya, sedikit gugup karena tidak tahu di mana dia harus meletakkan tangannya.

Mungkin bayinya terlalu kecil karena dia prematur.

Namun, Sovieshu memandangi kulit keriput bayi itu dengan penuh kasih.

Dia juga tidak bisa menahan diri dan air mata mengalir di matanya.

Untuk melindungi bayi ini, dia menceraikan wanita yang paling dia cintai.

Demi bayi ini.

"Yang Mulia, Anda harus menggendongnya seperti ini."

Viscountess Verdi menunjukkan kepadanya bagaimana melakukannya.

"Apa begitu tidak apa-apa?"

"Ya."

Sovieshu menggendong bayi itu di lengannya dengan benar, dan dengan hati-hati membelai kulitnya yang merah dan keriput dengan tangannya yang besar.

***

[Baca Remarried Empress Bahasa Indonesia di https://shiraulwiya.blogspot.com/]

Diterjemahkan dari https://novelutopia.com/ 


<<<

Chapter 299       

>>>             

Chapter 301

===

Daftar Chapters