Thursday, February 17, 2022

Remarried Empress (#302) / The Second Marriage




Chapter 302: Penerus (1)

Penerjemah: Shira Ulwiya

 

Mimpi itu terasa sangat nyata.

Aku masih ingat dengan jelas bagaimana Queen berlari seperti seekor penguin, dan bagaimana elang raksasa itu berpegangan pada singgasana.

Nian pergi setelah memberitahuku kalau aku terlihat lelah, dan dayang-dayangku pergi setelah menyuruhku pergi ke tempat tidur untuk beristirahat.

Begitu aku berbaring di tempat tidur, aku jatuh tertidur lagi.

Tapi kali ini aku tidak bermimpi tentang elang raksana atau Queen. Sebenarnya aku tidak bermimpi sama sekali.

Ketika aku akhirnya bangun, sudah waktunya makan malam.

Yang menakjubkan adalah kisah yang Heinley ceritakan kepadaku malam itu saat kami makan malam bersama.

“Aku tertidur saat tengah bekerja di siang hari, dan aku bermimpi buruk yang sangat aneh.”

“Mimpi buruk apa?”

“Yah… aku punya koleksi permata.”

Kalau itu aku sudah tahu.

Kentara kalau Heinley sangat menyukai permata karena dia selalu menganggap kalau negaranya adalah ibu kota permata. Berbagai permata langka dipajang di kamarnya dan di ruang pertemuan.

"Ketika aku pergi ke kamarku untuk memoles permata, aku menemukan telur yang tidak kukenal di antaranya."

"Sebuah telur?"

"Ya. Warnanya emas bercampur hijau, bahkan lebih cantik dari permata. Telur itu sangat cantik sehingga aku memolesnya dan menghangatkannya dengan tanganku. Tapi entah dari mana, keluarlah seekor bayi burung.”

Seekor bayi burung…

“Bulunya sedikit dan sayap-sayapnya kecil, tapi burung itu indah. Jadi aku memegangnya di dadaku dan membelainya, tetapi bayi burung itu merengek meminta permata ini dan itu untuk dimakan. Yang membuatku takut adalah aku memberikan semua permataku.”

Heinley bergumam dengan wajah pucat seolah-olah memikirkannya saja dia ngeri.

“Aku pikir aku menjadi gila dalam mimpi itu. Bagaimanapun, ketika aku memberinya permata, burung itu tumbuh sangat besar sehingga ia menjadi raksasa dalam sekejap.”

Seekor burung raksasa... Elang raksasa yang kulihat dalam mimpiku muncul di benakku.

Sementara aku mengangguk dengan perasaan déjà vu, Heinley bergidik dan melanjutkan,

“Tiba-tiba tempatnya berubah. Kali ini, burung raksasa itu memeluk singgasanaku dan memintaku juga. Itu membuatku kesal, tapi anehnya aku bahkan tidak bisa menegurnya, jadi aku segera meminta bantuan Ratuku.”

Perasaan déjà vu itu bahkan lebih kuat.

Bukankah sepertinya itu mirip dengan mimpiku?

"Aku berhasil menjauhkan burung raksasa itu dari singgasanaku dengan bantuan Ratuku."

Heinley menggelengkan kepalanya dan bertanya dengan ekspresi serius.

 “Mungkinkah mimpi itu pertanda kalau seseorang menyembunyikan niat tersembunyi terhadapku?”

“Aku tidak tahu, tapi… aku punya mimpi yang sama.”

"Apa? Betulkah?"

Ketika aku memberi tahu Heinley tentang mimpiku, matanya melebar.

Meskipun kedua mimpi itu tidak begitu sama, keduanya tampak sangat mirip.

Ekspresi Heinley segera menjadi sangat kaku, jadi aku sengaja meyakinkannya dengan kata-kata penuh kasih sayang,

“Mimpi yang kita miliki sangat mirip sehingga sepertinya kita telah sepenuhnya menjadi pasangan yang benar-benar dekat.”

Aku takut dia akan menganggap mimpi ini sebagai firasat dan mengkhawatirkan pemberontakan.

Tentu saja, seseorang harus memiliki rencana darurat untuk menghadapi pemberontakan. Namun, seseorang seharusnya baru khawatir ketika beberapa tanda telah terlihat, jatuh ke dalam kekhawatiran itu sekarang hanya akan membuat pikirannya lelah.

“Jadi kamu tidak perlu khawatir, Heinley. Aku tidak berpikir ini adalah mimpi pertanda buruk.”

Heinley meletakkan tangan di pipinya dan berbicara perlahan,

“Tidak, Ratuku. Aku tidak terkejut dengan itu ... "

"Lalu mengapa?"

"Di benua yang jauh ada kepercayaan kalau jika pasangan suami istri memiliki mimpi yang sama itu berarti akan ada bayi."

Apa?

Kata-katanya membuatku tertawa terbahak-bahak.

"Itu tidak masuk akal."

“Tapi muncul bayi elang. Bukankah itu patut diperhitungkan, Ratuku?”

"Tidak juga."

Aku menggelengkan kepalaku.

Mata Heinley berbinar, aku tidak ingin mengecewakannya.

“Aku menstruasi bulan lalu. Apa kamu tidak tahu?”

"Ya, tapi kamu seharusnya belum dapat lagi akhir-akhir ini."

Itu benar, tapi…

“Bahkan jika ada bayi di rahimku, usia kehamilanku dua atau tiga minggu. Kamu masih belum bisa memastikan apakah aku hamil.”

Banyak kejadian, perjamuan diadakan dengan tergesa-gesa karena yakin kalau sang istri hamil, tetapi kenyataannya tidak. Aku tidak ingin mengalami hal yang sama.

Namun, Heinley tetap positif.

“Kalau begitu bisa saja. Bisa jadi kamu sedang hamil, Ratuku.”

Aku menggelengkan kepalaku lagi.

Semakin besar harapan yang dimiliki, semakin menyakitkan kekecewaannya.

Kalaupun benar aku hamil, aku lebih suka menunggu sebentar untuk memastikan.

"Ratuku, bagaimana kalau dokter istana memeriksamu?"

Tetapi untuk beberapa alasan, Heinley bersikeras.

Heinley biasanya menuruti keinginanku hampir setiap saat, kecuali saat di tempat tidur pada malam hari.

Ketika aku mengerutkan kening, Heinley meminta maaf dengan sangat menyesal,

“Maafkan aku, Ratuku. Tapi kamu bekerja sepanjang hari, terkadang sampai subuh keesokan harinya. Jika ada kemungkinan kamu hamil, aku pikir yang terbaik adalah mengetahuinya terlebih dahulu sehingga kamu dapat mengambil tindakan pencegahan yang diperlukan.”

"Itu karena ada banyak pekerjaan yang harus dilakukan."

"Ratuku, kamu harus beristirahat cukup bahkan jika kamu tidak hamil."

Ketika aku berada di Kekaisaran Timur, dokter istana juga menyuruhku untuk beristirahat.

Apakah akan berbeda dengan dokter istana Kekaisaran Barat? Tidak. Kali ini akan sama.

Yang akan berbeda adalah bahwa Heinley akan mengambil semua pekerjaan dariku jika dokter istana mengatakan sesuatu seperti itu.

Meskipun itu belum terjadi sejauh ini, itu sangat mungkin mengingat betapa perhatiannya Heinley kepadaku.

“Ratuku.”

Heinley mengulurkan tangannya, memanggilku dengan suara lembut,

“Navier. Ya?"

Begitu aku hendak menolak dengan tegas, dia segera menjadi Queen, dan aku teringat bayi elang yang menggosokkan pipinya ke telapak tanganku seolah-olah dia lemah.

“…. Baiklah."

Aku tidak begitu antusias dengan itu, tetapi dengan enggan mengiyakan.

“Tapi jangan terlalu berharap, Heinley.”

Keesokan harinya, begitu aku telah berganti pakaian sesudah sarapan, Heinley memanggil dokter istana.

Untungnya, Heinley tidak memberi tahu dokter istana untuk 'memeriksa untuk melihat apakah aku hamil.'

Dia khawatir aku tidak nyaman, jadi dia memberi tahu dokter itu untuk pemeriksaan umum.

Saat dokter istana memeriksaku, Heinley menatapku dengan cemas.

Aku sedikit gugup, jadi aku mencoba memikirkan hal lain.

Tentang Whitemond, tentang delegasi yang seharusnya tiba di benua Hwa, dan seterusnya.

Akhirnya, tangan dokter istana turun ke perutku.

Tanpa sadar, aku menatap bibir dokter itu.

Pada saat itu, dokter istana perlahan membuka mulutnya.

***

[Baca Remarried Empress Bahasa Indonesia di https://shiraulwiya.blogspot.com/]

Diterjemahkan dari https://novelutopia.com/ 


<<<

Chapter 301          

>>>             

Chapter 303

===

Daftar Chapters 


1 comment: