Chapter 302: Penerus (1)
Penerjemah: Shira
Ulwiya
Mimpi itu terasa sangat
nyata.
Aku masih ingat dengan
jelas bagaimana Queen berlari seperti seekor penguin, dan bagaimana elang raksasa
itu berpegangan pada singgasana.
Nian pergi setelah
memberitahuku kalau aku terlihat lelah, dan dayang-dayangku pergi setelah
menyuruhku pergi ke tempat tidur untuk beristirahat.
Begitu aku berbaring
di tempat tidur, aku jatuh tertidur lagi.
Tapi kali ini aku
tidak bermimpi tentang elang raksana atau Queen. Sebenarnya aku tidak bermimpi
sama sekali.
Ketika aku akhirnya
bangun, sudah waktunya makan malam.
Yang menakjubkan
adalah kisah yang Heinley ceritakan kepadaku malam itu saat kami makan malam
bersama.
“Aku tertidur saat tengah
bekerja di siang hari, dan aku bermimpi buruk yang sangat aneh.”
“Mimpi buruk apa?”
“Yah… aku punya
koleksi permata.”
Kalau itu aku sudah tahu.
Kentara kalau Heinley
sangat menyukai permata karena dia selalu menganggap kalau negaranya adalah ibu
kota permata. Berbagai permata langka dipajang di kamarnya dan di ruang
pertemuan.
"Ketika aku pergi
ke kamarku untuk memoles permata, aku menemukan telur yang tidak kukenal di
antaranya."
"Sebuah
telur?"
"Ya. Warnanya
emas bercampur hijau, bahkan lebih cantik dari permata. Telur itu sangat cantik
sehingga aku memolesnya dan menghangatkannya dengan tanganku. Tapi entah dari
mana, keluarlah seekor bayi burung.”
Seekor bayi burung…
“Bulunya sedikit dan sayap-sayapnya
kecil, tapi burung itu indah. Jadi aku memegangnya di dadaku dan membelainya,
tetapi bayi burung itu merengek meminta permata ini dan itu untuk dimakan. Yang
membuatku takut adalah aku memberikan semua permataku.”
Heinley bergumam
dengan wajah pucat seolah-olah memikirkannya saja dia ngeri.
“Aku pikir aku menjadi
gila dalam mimpi itu. Bagaimanapun, ketika aku memberinya permata, burung itu
tumbuh sangat besar sehingga ia menjadi raksasa dalam sekejap.”
Seekor burung raksasa...
Elang raksasa yang kulihat dalam mimpiku muncul di benakku.
Sementara aku
mengangguk dengan perasaan déjà vu, Heinley bergidik dan melanjutkan,
“Tiba-tiba tempatnya
berubah. Kali ini, burung raksasa itu memeluk singgasanaku dan memintaku juga.
Itu membuatku kesal, tapi anehnya aku bahkan tidak bisa menegurnya, jadi aku
segera meminta bantuan Ratuku.”
Perasaan déjà vu itu bahkan
lebih kuat.
Bukankah sepertinya itu
mirip dengan mimpiku?
"Aku berhasil
menjauhkan burung raksasa itu dari singgasanaku dengan bantuan Ratuku."
Heinley menggelengkan
kepalanya dan bertanya dengan ekspresi serius.
“Mungkinkah mimpi itu pertanda kalau seseorang
menyembunyikan niat tersembunyi terhadapku?”
“Aku tidak tahu, tapi…
aku punya mimpi yang sama.”
"Apa?
Betulkah?"
Ketika aku memberi
tahu Heinley tentang mimpiku, matanya melebar.
Meskipun kedua mimpi
itu tidak begitu sama, keduanya tampak sangat mirip.
Ekspresi Heinley segera
menjadi sangat kaku, jadi aku sengaja meyakinkannya dengan kata-kata penuh
kasih sayang,
“Mimpi yang kita
miliki sangat mirip sehingga sepertinya kita telah sepenuhnya menjadi pasangan
yang benar-benar dekat.”
Aku takut dia akan
menganggap mimpi ini sebagai firasat dan mengkhawatirkan pemberontakan.
Tentu saja, seseorang
harus memiliki rencana darurat untuk menghadapi pemberontakan. Namun, seseorang
seharusnya baru khawatir ketika beberapa tanda telah terlihat, jatuh ke dalam
kekhawatiran itu sekarang hanya akan membuat pikirannya lelah.
“Jadi kamu tidak perlu
khawatir, Heinley. Aku tidak berpikir ini adalah mimpi pertanda buruk.”
Heinley meletakkan
tangan di pipinya dan berbicara perlahan,
“Tidak, Ratuku. Aku tidak
terkejut dengan itu ... "
"Lalu
mengapa?"
"Di benua yang
jauh ada kepercayaan kalau jika pasangan suami istri memiliki mimpi yang sama
itu berarti akan ada bayi."
Apa?
Kata-katanya membuatku
tertawa terbahak-bahak.
"Itu tidak masuk
akal."
“Tapi muncul bayi
elang. Bukankah itu patut diperhitungkan, Ratuku?”
"Tidak juga."
Aku menggelengkan kepalaku.
Mata Heinley berbinar,
aku tidak ingin mengecewakannya.
“Aku menstruasi bulan
lalu. Apa kamu tidak tahu?”
"Ya, tapi kamu
seharusnya belum dapat lagi akhir-akhir ini."
Itu benar, tapi…
“Bahkan jika ada bayi
di rahimku, usia kehamilanku dua atau tiga minggu. Kamu masih belum bisa
memastikan apakah aku hamil.”
Banyak kejadian,
perjamuan diadakan dengan tergesa-gesa karena yakin kalau sang istri hamil,
tetapi kenyataannya tidak. Aku tidak ingin mengalami hal yang sama.
Namun, Heinley tetap
positif.
“Kalau begitu bisa
saja. Bisa jadi kamu sedang hamil, Ratuku.”
Aku menggelengkan
kepalaku lagi.
Semakin besar harapan
yang dimiliki, semakin menyakitkan kekecewaannya.
Kalaupun benar aku hamil,
aku lebih suka menunggu sebentar untuk memastikan.
"Ratuku, bagaimana
kalau dokter istana memeriksamu?"
Tetapi untuk beberapa
alasan, Heinley bersikeras.
Heinley biasanya menuruti
keinginanku hampir setiap saat, kecuali saat di tempat tidur pada malam hari.
Ketika aku mengerutkan
kening, Heinley meminta maaf dengan sangat menyesal,
“Maafkan aku, Ratuku.
Tapi kamu bekerja sepanjang hari, terkadang sampai subuh keesokan harinya. Jika
ada kemungkinan kamu hamil, aku pikir yang terbaik adalah mengetahuinya
terlebih dahulu sehingga kamu dapat mengambil tindakan pencegahan yang
diperlukan.”
"Itu karena ada
banyak pekerjaan yang harus dilakukan."
"Ratuku, kamu
harus beristirahat cukup bahkan jika kamu tidak hamil."
Ketika aku berada di
Kekaisaran Timur, dokter istana juga menyuruhku untuk beristirahat.
Apakah akan berbeda
dengan dokter istana Kekaisaran Barat? Tidak. Kali ini akan sama.
Yang akan berbeda
adalah bahwa Heinley akan mengambil semua pekerjaan dariku jika dokter istana mengatakan
sesuatu seperti itu.
Meskipun itu belum
terjadi sejauh ini, itu sangat mungkin mengingat betapa perhatiannya Heinley
kepadaku.
“Ratuku.”
Heinley mengulurkan
tangannya, memanggilku dengan suara lembut,
“Navier. Ya?"
Begitu aku hendak menolak
dengan tegas, dia segera menjadi Queen, dan aku teringat bayi elang yang menggosokkan
pipinya ke telapak tanganku seolah-olah dia lemah.
“…. Baiklah."
Aku tidak begitu antusias
dengan itu, tetapi dengan enggan mengiyakan.
“Tapi jangan terlalu
berharap, Heinley.”
Keesokan harinya, begitu
aku telah berganti pakaian sesudah sarapan, Heinley memanggil dokter istana.
Untungnya, Heinley
tidak memberi tahu dokter istana untuk 'memeriksa untuk melihat apakah aku
hamil.'
Dia khawatir aku tidak
nyaman, jadi dia memberi tahu dokter itu untuk pemeriksaan umum.
Saat dokter istana
memeriksaku, Heinley menatapku dengan cemas.
Aku sedikit gugup,
jadi aku mencoba memikirkan hal lain.
Tentang Whitemond, tentang
delegasi yang seharusnya tiba di benua Hwa, dan seterusnya.
Akhirnya, tangan dokter
istana turun ke perutku.
Tanpa sadar, aku
menatap bibir dokter itu.
Pada saat itu, dokter
istana perlahan membuka mulutnya.
***
[Baca Remarried Empress Bahasa Indonesia di https://shiraulwiya.blogspot.com/]
Diterjemahkan dari https://novelutopia.com/
<<<
>>>
===
Akhirnya yang ditunggu².. terimakasih min
ReplyDelete