Sunday, January 23, 2022

Remarried Empress (#301) / The Second Marriage




Chapter 301: Kekecewaan Rashta (2)

Penerjemah: Shira Ulwiya

 

“Apa Rashta melahirkan? Secepat ini?”

Berita itu tidak datang pada waktu yang tepat.

Kami berkumpul sebagai sebuah keluarga untuk merayakan kembalinya kakakku setelah menyelesaikan masalah dengan seribu bandit abadi.

Itu adalah waktu yang sangat tidak tepat.

Wajah keluargaku berkerut dengan cara yang berbeda saat berita itu tersiar.

Sang sekretaris, yang membawa berita kelahiran bayi Rashta, pertama-tama menggumamkan kalau itu adalah 'berita sensitif'.

Faktanya, sekretaris memberi isyarat kepada Heinley kalau dia lebih suka memberitahunya secara pribadi, karena itu adalah berita dari Kekaisaran Timur.

Tetapi Heinley memerintahkan sang sekretaris untuk mengatakannya di hadapan semua orang, mungkin ingin menunjukkan citra yang bermartabat di depan orang tuaku, kakakku, dan aku.

Pada akhirnya, perayaan kepulangan kakakku jadi berantakan.

Meninggalkan orang tua dan kakakku, Heinley bertanya kepada sekretarisnya dengan suara berat.

“Jika dia melahirkan sekarang, itu bayi prematur, kan?”

"Ya. Dia seorang perempuan, seorang putri.”

Kali ini sekretaris menatapku ketika dia menjawab.

Aku tetap tanpa ekspresi dan hanya berjalan santai.

“Hmm… Yang Mulia. Selain itu .. Kaisar mengirimkan undangan.”

“Undangan apa?”

"Undangan ke perjamuan untuk merayakan kelahiran keturunan pertama keluarga kekaisaran."

"Dia mengundang kami berdua?"

"Yah. Di bagian bawah undangan ada kalimat yang mengatakan, 'Tidak perlu hadir.'”

Sudut mulutku secara refleks melengkung.

Tidak biasanya menambahkan kalimat itu ke dalam sebuah undangan.

Yang dimaksud Sovieshu dengan kata lain adalah— 'Aku mengirim undangan karena formalitas, tetapi jangan hadir'.

Aku bisa memahaminya. Jika aku muncul di sebelah Heinley pada hari perayaan kelahiran anaknya, Sovieshu akan merasa tidak nyaman.

“Bayinya lahir prematur. Sungguh ironi kehidupan.”

Setelah sang sekretaris pergi, Heinley mendengus dengan suara dingin.

"Bukan begitu, Ratuku?"

"Apa maksudmu?"

“Bukankah dia tanpa pandang bulu menyerang Lady Nian tentang bayi prematurnya? Tapi sekarang bayinya juga lahir prematur.”

"Itu benar.”

Aku dengar kalau Sovieshu melakukan semua pekerjaan sendiri, jadi menurutku dia melahirkan prematur bukan karena dia kewalahan.

“Sesuatu yang buruk pasti telah terjadi.”

Empat jam kemudian, aku tahu dari Nian apa yang telah terjadi.

“Saya dengar wanita itu menyumbangkan sejumlah besar uang di pernikahannya. Rupanya, muncul kecurigaan kalau uang ini mungkin dari Yang Mulia.”

Secara mengejutkan, tampaknya insiden surat perjanjian hutang yang aku ungkap untuk melindungi orang tua aku adalah hal yang sangat mengejutkan Rashta sehingga dia melahirkan prematur.

Yah, kurasa bukan itu satu-satunya alasan dia melahirkan prematur.

“Ini menyenangkan. Tidakkah menurut Anda begitu, Yang Mulia?”

"Ya…"

Nian, yang tidak tahu kalau akulah yang mengungkap tentang surat perjanjian hutang itu, tersenyum puas atas apa yang telah terjadi.

Tapi aku merasa aneh.

Bahkan jika tidak sengaja, bukankah ini pertama kalinya aku menyakiti Rashta?

Aku ingin tahu bagaimana reaksi Sovieshu jika dia tahu aku orangnya.

Meskipun aku tahu bagaimana dia akan bereaksi jika aku adalah permaisuri dan Rashta selir, sekarang aku tidak terlalu yakin.

"Apakah bayinya sehat?"

“Dia bayi perempuan yang sehat meskipun lahir prematur. Dia hanya sedikit kecil.”

“Sovieshu pasti sangat senang mendapatkan apa yang paling dia inginkan.”

Mau tak mau aku tersenyum saat membayangkan Sovieshu. Bukan karena senang, tapi karena jijik, tidak berdaya.

Bagi Sovieshu, bayi itu melambangkan keluarga bahagia yang ingin dia lindungi, bahkan jika itu berarti menyingkirkanku.

Dan bagiku, bayi itulah yang membuat kami benar-benar terpisah dan hampir menyeretku jatuh.

Aku tahu itu bukan kesalahan bayi yang baru lahir, tetapi aku tidak bisa merasa bahagia.

Sejujurnya… sekarang aku tidak terlalu peduli apa yang terjadi pada mereka. Aku lebih mengantuk daripada terkejut dengan berita itu.

Aku pikir aku bahkan tertidur di sandaran tangan sofa karena ketika aku membuka mata lagi, aku tidak bisa melihat Nian atau dayang-dayangku.

“Lady Nian? Countess Jubel? Nona Rose? Nona Laura?”

Bingung, aku memanggil mereka satu per satu dan menyadari kalau aku telah menghabiskan terlalu banyak waktu untuk tidur.

Kurasa mereka semua pergi tanpa membangunkanku ketika mereka melihatku tertidur lelap.

Aku pikir aku sudah terlalu banyak bersantai sejak aku di sini.

Sebagai Permaisuri, aku tidak seharusnya seperti ini.

Saat aku mencela diri sendiri, aku melihat ujung bulu emas melalui pintu yang setengah terbuka.

"Queen?"

Aku memanggilnya sembari berdiri.

Mengapa Heinley diam di sana?

"Queen."

Pada saat aku membuka pintu, Queen sudah pergi.

"Queen?"

Ketika aku mendongak bingung, aku melihat pantat montok melarikan diri dengan cepat, bergoyang-goyang dari sisi ke sisi.

Apakah dia ingin bermain petak umpet?

Dia terlihat sangat manis berlarian seperti penguin, jadi aku sengaja mengikutinya dengan langkah lambat.

Tapi anehnya, dia melewati koridor berubah menjadi burung.

"Queen?"

Kenapa dia berjalan di sekitar istana seperti itu?

Saat aku mempercepat langkahku karena terkejut, Queen mengepakkan sayapnya dan juga mempercepat langkahnya.

Meskipun akan sulit untuk menangkapnya karena seberapa cepat dia menggerakkan kakinya, aku harus melakukannya. Aku tidak tahu kenapa, tapi aku merasa aku harus menangkap Queen dengan erat.

Aku mengangkat rokku sedikit dan berlari ke arahnya.

Aku berlari melewati koridor panjang dan menuruni tangga spiral.

Queen mendekati singgasana di aula dan akhirnya berhenti.

"Kenapa kamu datang kesini?"

Lega karena akhirnya menangkapnya, aku mengangkat Queen.

Queen kemudian mengarahkan salah satu sayapnya ke singgasana, mengerang cemas.

Ada apa dengan singgasana itu?

Begitu aku melihat ke arah yang ditunjuk Queen, aku terkejut dan mundur selangkah.

Seekor elang besar berpegang erat pada singgasana dengan sayapnya. Tatapannya galak seolah-olah itu miliknya.

Apa artinya ini? Apakah elang itu menginginkan singgasana Heinley?

Ketika aku menyambarnya dengan marah dan memukul pantat elang raksasa itu, dia dengan enggan meninggalkan singgasana itu, menatapku, dan tiba-tiba mulai menyusut.

Dalam sekejap, elang raksasa itu menyusut seukuran Queen, lalu menjadi lebih kecil dari Queen, dan akhirnya jauh lebih kecil.

Bulu keemasannya yang indah berubah menjadi bulu putih selembut kulit bayi.

Ketika aku memeluk elang raksasa itu karena betapa indahnya dia, dia berkicau dan mulai bersikap seolah-olah jinak, menggosokkan wajahnya ke telapak tanganku.

Elang itu sama liciknya dengan Heinley... tepat saat aku memikirkan ini.

“Yang Mulia?”

Mendengar suara Nian, aku tiba-tiba terbangun.

"Apa Anda baik baik saja?"

"Di mana bayi monster itu?"

"Hah?"

***

[Baca Remarried Empress Bahasa Indonesia di https://shiraulwiya.blogspot.com/]

Diterjemahkan dari https://novelutopia.com/ 


<<<

Chapter 300          

>>>             

Chapter 302

===

Daftar Chapters 


6 comments:

  1. Terimakasih kak sudah mau bikin terjemahan novel ini, jujur ini sangat berarti.

    Mengingat akhir-akhir ini begitu berat, tapi begitu saya menemukan blog ini.

    Setidaknya menjadi sedikit pengobat untuk semuanya ...

    ReplyDelete
  2. Terimakasih atas kerja keras mu

    Tetap sehat dan bahagia yaa

    Kami setia menunggumu

    ReplyDelete
  3. Semangat semangat semangat,, kami menantimu

    ReplyDelete
  4. Semangat kak ,terima kasih terjemahan nya .. aku menantikan kelanjutan nya

    ReplyDelete
  5. Terima kasih untuk terjemahannya.. Semangat.. Sangat menantikan kelanjutannya ☺

    ReplyDelete