Sunday, January 9, 2022

Remarried Empress (#292) / The Second Marriage

 



Chapter 292: Memakan Umpan (1)

Penerjemah: Shira Ulwiya

 

Di Kekaisaran Barat, tidak ada desas-desus tentang ketidaksuburan Navier. Tapi mulai sekarang, semua orang akan mulai membicarakannya.

Marquis Ketron tertawa puas. Benih telah ditaburkan dengan baik.

Tidak mungkin mengetahui dalam satu atau dua hari apakah Permaisuri tidak subur atau tidak, sehingga seiring berjalannya waktu keraguan akan tumbuh, memperkuat rumor hingga akhirnya tidak terkontrol dan merajalela.

Sampai saat itu, dia hanya perlu bersabar.

Beberapa hari kemudian, Marquis Ketron mulai menyelidiki alasan pengasingan Koshar dari Kekaisaran Timur.

Saat ini, sulit untuk menyerang Koshar karena popularitasnya yang luar biasa, tetapi begitu rumor ketidaksuburan Navier menyebar, skenario yang sangat menarik akan bisa terlihat.

Namun di tengah penyelidikan.

"Marquis, saya mendengar desas-desus yang luar biasa."

Bawahannya, yang dikirim untuk menyelidiki Koshar, kembali dengan rumor yang tidak terduga.

Itu adalah desas-desus tentang wanita simpanan Kaisar Heinley.

" Wanita simpanan?"

"Ya. Kabarnya seorang Kesatria Pengawal Kekaisaran sering pergi ke rumahnya untuk membawakan apa pun yang dia butuhkan. Juga, selalu ada penjaga berpakaian preman di depan pintu.”

"Apa kamu yakin?"

Itu adalah rumor yang bisa dipercaya.

Pangeran Heinley adalah playboy paling terkenal di masyarakat kelas atas setelah Duke Elgy.

Dia berkeliling dunia menjalani kehidupan pesta pora, tetapi ternyata dia hanya memiliki satu wanita simpanan. Malah, lebih luar biasa lagi karena dia hanya memiliki satu wanita simpanan.

“Dia baru-baru ini pindah ke kota terdekat, dan ketika dia mengetahui kalau Yang Mulia Heinley telah menikah, dia bertingkah aneh dan menangis.”

Marquis Ketron mengerutkan kening.

“Ini sama-sama mencurigakan. Yang Mulia adalah tipe orang yang tidak peduli dengan rumor yang beredar tentang dirinya. Apa perlunya dia menyembunyikannya?”

"Saya tidak tahu. Mungkin dia bukan simpanan masa lalu tapi masa kini. Ada juga fakta kalau Kaisar bersusah payah mengirim Kesatria Pengawal Kekaisaran untuk menjaganya dan…”

"Kamu benar. Ini sangat mungkin.”

Setelah berpikir dengan matang, Marquis Ketron secara pribadi pergi bersama bawahannya ke kota tempat wanita itu tinggal.

Setelah menunggu selama sembilan jam bersembunyi di dekat rumahnya, seorang kesatria berjubah benar-benar muncul dan mengulurkan keranjang yang ditutupi dengan kain putih kepada wanita itu.

“Terima kasih seperti biasanya.”

Wanita itu berterima kasih, tetapi menerima keranjang itu seolah-olah itu adalah sesuatu yang wajar.

Marquis Ketron menahan napas.

Kesatria yang membawakan keranjang itu untuknya adalah Kesatria Pengawal Kekaisaran Heinley, dan pria di depan pintu yang mengenakan pakaian biasa... jelas juga Kesatria Pengawal Kekaisaran Heinley.

Marquis mengingat wajahnya dengan jelas karena dia hampir terkena tombak yang 'tidak sengaja' dia lempar pada pertemuan terakhir.

'Seorang wanita yang tinggal dalam persembunyian dan dua Kesatria Pengawal Kekaisaran!'

Senyum jahat menyebar di wajah Marquis Ketron. Senyumnya semakin jahat ketika seorang anak pirang tampan berlari keluar dari dalam rumah menuju wanita itu.

Marquis Ketron, yang telah mengamati situasi selama beberapa hari, akhirnya memutuskan untuk mendekatinya.

Pada awalnya, dia sangat curiga dengan niat Marquis Ketron, tetapi ketika dia mengungkapkan identitasnya dan menawarkan untuk membantunya setelah mengungkapkan segala macam kata-kata yang menghibur, seperti 'Aku tahu apa yang kamu alami', dia membiarkannya masuk ke rumah. meskipun dengan sedikit ragu.

"Apakah anak berambut pirang itu putramu?"

"Ya. Dia putraku.”

"Jangan-jangan ... apakah dia putra Yang Mulia?"

"… Aku pikir begitu."

Marquis Ketron sangat senang.

“Lalu kenapa kamu tinggal di sini? Mengapa kamu tidak membawa anak itu ke Istana Kekaisaran?

“Aku tidak ingin menjadi gangguan bagi Yang Mulia. Dia baru saja menikah…”

"Itu benar. Jika kamu muncul tiba-tiba dan mengaku sebagai wanita simpanannya, Yang Mulia akan berpura-pura kebingungan. Jika Yang Mulia tidak mengenalimu, maka tidak ada yang akan mengenalimu.”

Wanita itu mengeluarkan liontin yang indah dan berbisik,

"Yang Mulia memberikannya kepadaku sebagai tanda cinta, bahkan jika aku memiliki ini, apakah semua orang akan mengira aku berbohong?"

Marquis Ketron bersukacita dalam hati. Bahkan, liontin itu memiliki lambang keluarga kekaisaran.

Seorang wanita yang dia kencani di masa lalu dan cukup dekat untuk memberinya liontin dengan lambang keluarga kekaisaran.

Marquis Ketron terkekeh dalam hati, menimbang-nimbang kalau wanita ini akan sangat berguna.

“Bisakah kamu memberiku liontin itu? Aku ingin menunjukkannya kepada Yang Mulia.”

Namun, wanita itu mengantongi liontin itu dan menolak dengan tenang,

“Kenapa aku harus mempercayai Marquis?”

Marquis Ketron mencoba membujuk wanita itu beberapa kali, tetapi melihat itu tidak berhasil, dia menawarkan lambangnya sendiri. Itu adalah lambang keluarganya.

"Ambil ini. Mari kita bertukar emblem nanti.”

Hanya setelah menerima lambang Keluarga Ketron, wanita itu memberinya liontin itu.

Begitu dia kembali ke ibu kota, dia bertemu sendirian dengan Heinley untuk membahas rumor ketidaksuburan Navier.

"Saya rasa itu tidak benar, tetapi jika ternyata permaisuri itu sebenarnya tidak subur ..."

“Itu tidak akan terjadi.”

“Saya berbicara seandainya, Yang Mulia. Anda harus berhati-hati agar tidak terbawa emosi dalam masalah yang begitu penting.”

“…”

"Jika Permaisuri tidak subur, apakah Anda akan memilih permaisuri berikutnya dari keluarga saya?"

"Entah aku membiarkan diriku terbawa emosi atau tidak, permaisuri berikutnya tidak akan berasal dari keluargamu."

"Tapi Yang Mulia tidak ingin Permaisuri terluka oleh hal yang sama dua kali."

"Itu pasti tidak akan terjadi, Marquis."

Mendengar penolakan Heinley, Marquis Ketron menunjukkan senyum pura-pura.

Tetapi begitu dia kembali ke rumah, dia memutuskan untuk mengungkapkan kepada dunia keberadaan wanita yang disembunyikan Heinley.

"Apa itu tidak apa-apa?"

“Ada risiko besar dalam mengungkapkan kalau anak itu adalah keluarga kekaisaran. Meskipun wanita itu percaya kalau putranya adalah anak Yang Mulia, tidak ada kepastian tentang itu. Namun, bukankah wanita itu tidak diragukan lagi adalah Wanita simpanan Yang Mulia? Setidaknya begitulah orang lain akan melihatnya.”

Marquis Ketron mengunjungi wanita itu dengan percaya diri dan menyarankan,

“Apakah kamu tidak ingin kembali ke sisi Yang Mulia? Aku akan mengatur panggungnya. Kamu hanya perlu mengungkapkan pada saat itu kalau kamu adalah wanita simpanan Yang Mulia. Maka, kamu juga akan dapat menikmati semua yang dinikmati permaisuri saat ini.”

"Aku tidak seserakah itu."

“Ini tentang mengambil apa yang menjadi hakmu. Tidak sekadar menerima beberapa keranjang.”

Dia memikirkannya sejenak sebelum bergumam dengan rasa terima kasih.

Dua hari kemudian, pada hari Pertemuan Dewan Negara, Marquis Ketron membawa wanita itu dengan ekspresi puas.

***

[Baca Remarried Empress Bahasa Indonesia di https://shiraulwiya.blogspot.com/]

Diterjemahkan dari https://novelutopia.com/ 


<<<

Chapter 291            

>>>             

Chapter 293

===

Daftar Chapters 


Thursday, January 6, 2022

Remarried Empress (#291) / The Second Marriage




Chapter 291: Kalung Evely (2)

Penerjemah: Shira Ulwiya

 

Beberapa hari yang lalu, ketika apa yang terjadi di Whitemond tersebar, hanya orang-orang yang terlibat yang bertemu untuk membuat keputusan.

Namun hari ini, saat rapat resmi digelar, bahkan orang-orang yang tidak terlibat langsung hadir untuk membicarakan hal tersebut.

Tentu saja, semua orang yang tidak terlibat langsung berasal dari Kekaisaran Barat, jadi jika masalah dengan Whitemond tidak diselesaikan dengan baik, mereka juga akan terkena dampaknya.

Mungkin itu sebabnya orang-orang yang hadir sangat antusias dan sangat berbeda pendapat selama pertemuan.

“Bahkan jika insiden ini diselesaikan tanpa banyak masalah, Anda tidak pernah tahu kapan Whitemond akan mengkhianati kita lagi. Kita harus menyerang sebelum kita diserang!”

“Apa perlunya menciptakan konflik? Pertama-tama, mari kita amati bagaimana situasinya berkembang.”

“Apakah Anda bermaksud mengatakan kalau tindakan harus diambil setelah terjadi bencana? Bagaimana dengan orang-orang kita yang akan kehilangan nyawa mereka dalam prosesnya?”

"Jika kita berperang ketika belum ada yang terjadi, kejahatan apa yang akan dilakukan oleh orang-orang Whitemond yang tidak bersalah?"

“Jika orang-orang dari Kekaisaran Barat atau orang-orang Whitemond harus dikorbankan, tentu saja pilihannya adalah orang-orang Whitemond. Kita dari Kekaisaran Barat!”

“Ini bukan masalah sederhana dengan Whitemond. Ini adalah pertarungan antara negara yang tidak menyetujui proklamasi diri kita sebagai kekaisaran dan negara yang harus membangun dirinya sendiri seperti itu!”

“Sudah waktunya untuk menunjukkan status dan kekuatan kita sebagai Kekaisaran. Whitemond harus dijadikan contoh!”

Mereka berbicara tentang perang dengan mudahnya.

Yah. Bahkan jika orang-orang Whitemond merasa tidak nyaman, mereka seharusnya berkomunikasi dengan Kekaisaran Barat terlebih dahulu. Mengapa mereka tiba-tiba menangkap tim yang lewat?

Aku hampir tidak bisa menahan bibirku agar tidak berkedut, karena aku ingin mengemukakan pendapatku.

Sulit bagiku untuk campur tangan dalam masalah antar negara ketika aku berada di sini kurang dari setahun, jadi aku harus berhati-hati dengan ucapanku.

Orang-orang dari Kekaisaran Barat masih menganggap aku orang asing.

Untungnya, topik pertemuan berubah setelah diskusi panjang, dan setelah itu suasana tegang agak tenang.

Namun saat pertemuan akan segera berakhir.

Seorang bangsawan mengangkat tangannya untuk meminta berbicara. McKenna, yang bertanggung jawab atas pertemuan itu, memberinya izin untuk melakukannya.

Bangsawan itu ragu-ragu dan mengambil beberapa langkah ke depan.

Mengapa dia begitu gemetar? Apakah ini pertama kali baginya? Mungkin dia pejabat baru.

Aku melihat sejenak pada pria yang nama dan wajahnya tidak kuingat, lalu menurunkan pandanganku saat aku memikirkan hal lain.

Namun, aku melihat kembali ke pejabat yang gemetaran setelah mendengar kata-katanya yang tidak terduga,

"Ada desas-desus kalau Kaisar Kekaisaran Timur menceraikan Yang Mulia Navier karena dia tidak subur."

Spontan, aku mengerutkan kening. Saat aku menatapnya dengan mata menyipit, pejabat itu semakin gemetaran.

Mengapa dia begitu gemetar?

“Tentu saja, saya tidak percaya pada rumor yang tidak masuk akal seperti itu.”

Jika dia tidak percaya, dia tidak akan membahasnya di sini.

"Tapi itu adalah rumor yang sangat menakutkan dan penting, jadi saya merasa saya harus bertanya kepada Permaisuri apakah itu benar."

Bangsawan itu, menggenggam tangannya, menatapku dan bertanya seolah-olah dia akan menangis,

"Yang Mulia Permaisuri, apakah rumor itu benar?"

Walaupun bangsawan ini yang bertanya padaku, mungkin orang lainlah yang membujuknya untuk mengajukan pertanyaan seperti itu.

Secara alami, tatapanku jatuh pada Marquis Ketron. Sepupu Christa.

Marquis Ketron menatapku dengan sudut bibir terangkat.

Saat mata kami bertemu, senyumnya melebar.

"Tentu saja tidak."

Mendengar jawaban tegasku, senyumnya menjadi lebih aneh.

Sebaliknya, Heinley memiliki ekspresi yang dingin.

Setelah pertemuan selesai, aku sengaja mendekati Marquis Ketron.

Para bangsawan yang sedang berbicara dengannya menyapaku dengan tergesa-gesa dan langsung pergi.

Marquis Ketron menyapaku dengan tenang dan berani.

Kurasa Marquis tidak berniat menyembunyikan fakta kalau dia telah meminta pejabat rendahan untuk mengemukakan rumor ketidaksuburanku. Wajahnya seolah berkata, 'Aku berhasil.'

Apakah dia tahu dia memiliki senyum yang benar-benar jahat dan berakal busuk?

Alih-alih menerima salamnya, aku berkata datar dengan suara rendah,

"Bahkan jika aku tidak subur, permaisuri berikutnya tidak akan berasal dari keluargamu."

"Apa maksud Anda…?"

"Tidak peduli seberapa pun kamu berpegang teguh pada harapan palsu, itu tidaklah berguna."

Marquis Ketron mengerutkan kening. Sepertinya dia tidak mengharapkan aku untuk berbicara begitu blak-blakan.

Dia juga membuka mulutnya. Dari ekspresinya, terlihat jelas kalau dia ingin mengatakan sesuatu yang akan membuatku marah. Baiklah, aku siap.

Tapi sebelum Marquis Ketron bisa berbicara, tombak panjang melewatiku dari belakang.

Marquis Ketron dengan cepat mengulurkan tangannya dan menangkap tombak itu, menghentikannya tepat sebelum mengenai dahinya.

Kesatria Pengawal Istana yang berdiri di belakang Heinley-lah yang melemparkan tombak itu.

Kesatria itu terkejut dan bergegas meminta maaf kepada Heinley,

"Maafkan saya."

“Tidak perlu khawatir. Membuat kesalahan itu mungkin saja."

Dia mungkin telah membuat kesalahan, tetapi dalam kasus ini, bukankah seharusnya dia meminta maaf kepada Marquis Ketron, yang hendak terkena tombak?

Mungkin berpikiran sama, Marquis Ketron menunjukkan ekspresi jijik.

"Kamu benar-benar suka membalas dendam seperti anak kecil."

Akhirnya marah, dia melontarkan beberapa kata yang aku tidak tahu ditujukan kepada siapa, dengan sopan berpamitan dan meninggalkan ruang rapat terlebih dahulu.

***

Saat aku mandi, aku ingat apa yang dikatakan Marquis Ketron melalui pejabat lain.

Mengesampingkan apa yang ingin dia capai dengan kata-katanya. Apakah rumor seperti itu benar-benar beredar? Mengapa aku belum pernah mendengarnya sebelumnya?

Jika rumor seperti itu beredar, Nian atau dayang-dayangku akan memberitahuku.

Jadi, apakah Marquis Ketron yang mengarangnya? Mengapa Marquis membuat rumor seperti itu? Apakah dia benar-benar mengada-ada atau apakah seseorang memberitahunya tentang hal itu?

Apakah itu Rashta atau bangsawan dari Kekaisaran Timur? Menurutku itu bukan Sovieshu.

Marquis tidak akan mengarang rumor yang bukan-bukan. Terutama, karena risiko melakukannya terlalu besar.

Untuk alasan itu, ia juga membuat dua langkah keamanan, 'bicaralah melalui orang lain' dan 'bicaralah seolah-olah kamu tidak percaya rumor itu'.

Aku pikir aku menghabiskan terlalu banyak waktu untuk berpikir. Sebelum aku menyadarinya, air hangatku sudah menjadi dingin.

Setelah keluar dari bak mandi, aku mengeringkan tubuh dengan handuk, mengenakan jubah, dan meninggalkan kamar mandi.

Aku berdiri di depan cermin untuk mengeringkan rambutku dengan handuk juga. Sementara itu, aku bisa melihat Heinley duduk di kursi berlengan melalui cermin.

Dia memiliki ekspresi serius, dengan kepala tertunduk dan bahkan tidak menggerakkan otot. Dia sudah seperti itu sedari tadi.

Aku membungkus rambutku dengan handuk, menariknya ke belakang, dan berjalan ke arahnya.

"Apa yang kamu lakukan?"

Aku perhatikan dia sedang membaca ensiklopedia ikan.

...Apakah dia suka ikan karena dia burung?

“Kamu suka ikan?”

Tanyaku, merasa lucu melihat dia membaca ensiklopedia ikan dengan begitu serius.

Heinley lambat menyadarinya karena dia tenggelam dalam ensiklopedianya, dan tersenyum misterius,

"Ah. Aku bersiap-siap untuk memancing. Aku melihat ikan yang agak besar berkeliaran hari ini.”

"Apa kamu suka memancing?"

"Sangat suka."

Mengapa dia terlihat sangat jahat jika dia tersenyum manis?

Aku mengulurkan tangan untuk menyentuh pipi Heinley. Lalu dia mengusap pipinya dengan telapak tanganku.

“Aku akan memasakkanmu ikan yang enak setelah aku pergi memancing, Ratu. Aku harap Marquis sesuai dengan seleramu.”

Marquis?

***

[Baca Remarried Empress Bahasa Indonesia di https://shiraulwiya.blogspot.com/]

Diterjemahkan dari https://novelutopia.com/ 


<<<

Chapter 290            

>>>             

Chapter 292

===

Daftar Chapters 


Remarried Empress (#290) / The Second Marriage




Chapter 290: Kalung Evely (1)

Penerjemah: Shira Ulwiya

 

Rivetti terkejut mendengar nama Rashta.

'Rashta adalah pelaku penculikanku?'

Meskipun hubungan mereka buruk, dia merasa merinding mendengar kalau Rashta adalah pelaku penculikannya.

Rivetti masih membenci dan menganggap Rashta sebagai budak yang kotor, tetapi dia tidak meremehkan kekuasaannya.

Benar-benar menakutkan kalau Permaisuri Kekaisaran Timur berada di balik ini.

Rivetti menggigil memeluk tubuhnya sendiri. Meskipun dia aman sekarang, dia takut dengan apa yang mungkin dilakukan Rashta di masa mendatang.

Apakah Rashta mencoba menghapus jejak masa lalunya? Apakah dia berniat melenyapkan Keluarga Rimwell untuk menghapus masa lalunya sebagai budak?

"Keluargaku…"

"Mereka aman."

Mendengar jawaban tenang kesatria itu, Rivetti berhasil menghilangkan ketakutan terbesarnya. Dia masih harus melewati perjalanan yang sulit ke depannya, tetapi untungnya dia telah memastikan kalau keluarganya aman.

“Ngomong-ngomong…Bagaimana Yang Mulia tahu kalau aku telah diculik dan mengirim Sir Oreleo?”

“Seorang pelayan menyerang Rashta dan meninggalkan bekas luka di dahinya. Setelah apa yang terjadi, Kaisar menugaskan seseorang untuk mengawal Rashta secara diam-diam, khawatir akan keselamatannya.”

Secara diam-diam? Mengapa dia diam-diam menugaskan seseorang padanya?

Saat Rivetti mengerjap bingung, kesatria itu dengan cepat menambahkan.

"Rashta biasanya tidak suka pergi keluar bersama pengawalnya."

"Ah…"

“Pada akhirnya, begitulah cara kami mengetahui kalau Rashta telah menyewa seorang pembunuh untuk menyingkirkan Lady Rivetti. Saya senang bisa menyelamatkan Anda dengan aman.”

Rivetti mengangguk. Sebenarnya, itu adalah hal yang paling penting.

Kemudian kesatria itu menjelaskan kepada Rivetti,

“Anda harus tinggal di sini sementara waktu, Nona Rivetti.”

"Apa? Di Sini?"

Rivetti melihat sekeliling dengan heran. Akhirnya, dia masuk dan bisa menghargai interior rumah yang sederhana namun sempurna itu.

Rumah besar itu tertata rapi dan nyaman, tetapi perabotan dan sofanya tampak baru. Itu tampak seperti tempat yang tidak berpenghuni.

"Tempat ini…?"

“Itu adalah rumah besar yang dimiliki oleh Kaisar. Maaf, Nona Rivetti. Jika Anda kembali ke ibukota sekarang, Anda mungkin akan diserang lagi.”

Mengingat penyerang yang dia lihat, Rivetti buru-buru berkata.

“Orang yang menyerangku itu memiliki sosok yang sangat tidak biasa! Aku akan memberikan pernyataanku tentang itu, mungkin kita bisa menangkap pembunuh itu!”

"Bahkan jika kita menangkap pembunuh itu, yang lain akan segera muncul."

"Ah."

Mendengar kata-kata tegas kesatria itu, Rivetti menghela napas dan duduk di sofa.

“Saya akan kembali untuk Anda ketika waktunya tepat. Sementara itu, anggaplah ini rumah sendiri. Lupakan hal-hal mengerikan yang terjadi.”

Rivetti mengingat kerumunan orang yang mengikutinya dan mereka yang menegosiasikan harganya saat dia dikurung di dalam sangkar.

Dibandingkan dengan Rashta, orang-orang itu tidak berada begitu jauh darinya, mereka juga menakutkan.

Rivetti mengangguk. Jika dia kembali ke ibukota dengan situasi saat ini, tidak diragukan lagi keluarga dan teman-temannya bisa terluka.

“Ya, aku akan tinggal di sini. Terima kasih telah menyelamatkanku. Tolong sampaikan terima kasihku kepada Kaisar juga.”

“Nona Rivetti. Ingatlah hari ini.”

"Kenapa kamu berkata begitu?"

"Ini pasti akan berguna di masa mendatang."

***

Kesatria yang meninggalkan Rivetti di rumah yang aman, segera kembali ke ibu kota dengan kereta kuda dan pergi ke Sovieshu.

Sesampainya di kantornya, kesatria itu menyerahkan laporan singkat yang telah dia persiapkan dengan tergesa-gesa. Setelah membacanya, Sovieshu mengangguk dan memujinya.

"Kerja bagus. Itu pasti sangat sulit.”

Begitu kesatria itu pergi, Sovieshu meletakkan laporan itu di laci mejanya. Sebelum menutupnya, Sovieshu melirik ke dalam laci yang tertata rapi.

Semua kejahatan Rashta tersimpan di sini. Setidaknya semua kejahatan yang dia ketahui.

Beberapa jam kemudian, karena merasa terganggu, Sovieshu memerintahkan sekretarisnya untuk membawa Rashta ke kamarnya.

Namun, Rashta memberitahukan kalau dia tidak bisa berjalan terlalu jauh karena perutnya sakit, jadi dia meminta Sovieshu untuk datang.

Dia beralasan kalau perutnya sakit, mungkin karena dia tidak ingin melihat burung biru di kamarnya. Sovieshu juga tidak berharap Rashta datang ke kamarnya, dia hanya sengaja menekannya. Pada akhirnya, dia pergi ke Rashta.

Rashta berdiri di depan Istana Barat, gugup karena dia berpura-pura tidak enak badan untuk menghindari permintaannya, tetapi ketika dia melihat Sovieshu, dia bergegas dan berbicara dengan penuh kasih sayang.

“Yang Mulia, Rashta tidak punya tenaga untuk pergi ke Istana Timur. Aku merasa lebih baik sekarang, tetapi aku merasakan rasa sakit yang sangat di perutku beberapa waktu lalu.”

“Sepertinya perutmu sering sakit, apa kamu sudah memanggil dokter istana?

"Aku berpikir tidak seharusnya terus-menerus memanggil orang yang sibuk ..."

“Itu pekerjaannya. Bahkan jika kamu merasa sedikit saja tidak enak badan, pastikan kamu memanggilnya.”

"Baiklah."

Begitu mereka memasuki kamar Permaisuri, Rashta menatap Sovieshu dengan penuh harap.

Suasana menjadi tenang setelah sekian lama. Dia berpikir untuk menggunakan kesempatan ini untuk memperbaiki hubungan di antara mereka berdua, yang menjadi sedikit canggung.

“Hm, Yang Mulia. Kamu belum pernah bernyanyi untuk Rashta akhir-akhir ini ... bayi di perut Rashta ingin mendengar Yang Mulia bernyanyi.”

Kelemahan Sovieshu adalah bayinya, dan Rashta tahu itu dengan sangat baik.

Meskipun Sovieshu terdiam sesaat, dia segera duduk di samping Rashta dan menyanyikan lagu yang indah dengan lembut.

Rashta memejamkan matanya saat Sovieshu bernyanyi. Dia merasa seolah-olah lagu indah itu menggelitik telinganya.

Begitu lagu berakhir, Rashta menjadi sangat mengantuk dan berbaring di bahu Sovieshu dengan mata tertutup.

Dia menyukai Duke Elgy, yang selalu berada di sisinya, tetapi dia juga menyukai Sovieshu. Ketika dia dalam suasana hati yang baik, dia lebih manis daripada pria mana pun yang pernah dia temui dalam hidupnya.

“Apakah ada sesuatu yang perlu kamu beritahukan kepadaku?”

Bahkan suaranya yang tiba-tiba rendah dan lembut. Rashta menggelengkan kepalanya masih dengan mata tertutup.

"Tidak."

"Pikirkan lagi, apakah benar-benar tidak ada apa pun yang perlu kamu beritahukan kepadaku?"

Sovieshu bertanya sekali lagi. Suaranya bahkan tidak dingin, tetapi Rashta terkejut mendengar pertanyaan yang sama lagi.

Ada apa? Kenapa dia menanyakan pertanyaan itu? Apakah dia mengetahui sesuatu?

Rashta mengangkat kepalanya dan membuka matanya.

Sebenarnya, dia baru-baru ini melakukan banyak hal di belakang Sovieshu. Serangkaian peristiwa muncul di benak Rashta pada saat yang sama. Namun, dia tidak bisa mengungkapkan semua itu.

"Tidak."

Rashta berbohong dengan datar dan tiba-tiba berdiri.

'Kalau dipikir-pikir, aku juga punya sesuatu untuk ditanyakan pada Sovieshu.'

Dia berniat menyimpannya untuk dirinya sendiri sedikit lebih lama sebelum membicarakannya, tapi... dalam situasi ini, dia merasa lebih baik menggunakannya sekarang.

"Yang Mulia punya sesuatu untuk dijelaskan kepada Rashta, kan?"

Rashta bertanya dengan dingin, dan meletakkan tangan di pinggangnya.

Sovieshu menyipitkan matanya, bersandar di belakang sofa.

"Sepertinya ada sesuatu yang ingin kamu diskusikan. Apa itu?"

Rashta berjalan ke meja riasnya dan membuka laci. Dia meraihnya, mengeluarkan kalung dan mengangkatnya ke wajah Sovieshu.

"Apa artinya ini?"

Sovieshu mengambil kalung itu. Kalung itu mungkin terlihat sangat mahal, tetapi tidak sesuai dengan standar Sovieshu. Itu terlalu mengilap dan kasar.

"Pernak-pernik apa ini?"

Mendengar pertanyaan blak-blakan Sovieshu, Rashta menganga dengan ekspresi bingung. Kemudian, Sovieshu bertanya sekali lagi.

"Aku bertanya apa itu, Rashta."

Rashta tergagap dengan ekspresi 'bukan ini?'.

"Bukankah itu hadiah Yang Mulia berikan kepada Evely ketika kamu membawanya sebagai selir?"

Sovieshu tertawa seolah-olah dia menganggapnya tidak masuk akal.

"Kamu meremehkan seleraku yang bagus."

Rashta, yang marah karena kalung itu terlihat sangat mahal, merasa malu. Kata-kata Kaisar Sovieshu sepertinya menyiratkan kalau dia memiliki selera yang buruk.

“Bagaimanapun. Aku berasumsi, dari apa yang baru saja kamu tanyakan, kalau kalung ini milik Evely, kan?”

"Hmm…"

“Kamu tidak boleh mengambil kalung yang bukan milikmu.”

“Itu membuatku sangat cemburu kalau Yang Mulia peduli pada wanita lain. Aku memungut kalung itu di Istana Selatan, tetapi aku sengaja tidak mengembalikannya. Maafkan aku."

Sovieshu memasukkan kalung itu ke dalam saku mantelnya.

"Aku akan meminta seseorang mengembalikannya untukmu."

***

[Baca Remarried Empress Bahasa Indonesia di https://shiraulwiya.blogspot.com/]

Diterjemahkan dari https://novelutopia.com/ 


<<<

Chapter 289            

>>>             

Chapter 291

===

Daftar Chapters