Thursday, January 6, 2022

Remarried Empress (#290) / The Second Marriage




Chapter 290: Kalung Evely (1)

Penerjemah: Shira Ulwiya

 

Rivetti terkejut mendengar nama Rashta.

'Rashta adalah pelaku penculikanku?'

Meskipun hubungan mereka buruk, dia merasa merinding mendengar kalau Rashta adalah pelaku penculikannya.

Rivetti masih membenci dan menganggap Rashta sebagai budak yang kotor, tetapi dia tidak meremehkan kekuasaannya.

Benar-benar menakutkan kalau Permaisuri Kekaisaran Timur berada di balik ini.

Rivetti menggigil memeluk tubuhnya sendiri. Meskipun dia aman sekarang, dia takut dengan apa yang mungkin dilakukan Rashta di masa mendatang.

Apakah Rashta mencoba menghapus jejak masa lalunya? Apakah dia berniat melenyapkan Keluarga Rimwell untuk menghapus masa lalunya sebagai budak?

"Keluargaku…"

"Mereka aman."

Mendengar jawaban tenang kesatria itu, Rivetti berhasil menghilangkan ketakutan terbesarnya. Dia masih harus melewati perjalanan yang sulit ke depannya, tetapi untungnya dia telah memastikan kalau keluarganya aman.

“Ngomong-ngomong…Bagaimana Yang Mulia tahu kalau aku telah diculik dan mengirim Sir Oreleo?”

“Seorang pelayan menyerang Rashta dan meninggalkan bekas luka di dahinya. Setelah apa yang terjadi, Kaisar menugaskan seseorang untuk mengawal Rashta secara diam-diam, khawatir akan keselamatannya.”

Secara diam-diam? Mengapa dia diam-diam menugaskan seseorang padanya?

Saat Rivetti mengerjap bingung, kesatria itu dengan cepat menambahkan.

"Rashta biasanya tidak suka pergi keluar bersama pengawalnya."

"Ah…"

“Pada akhirnya, begitulah cara kami mengetahui kalau Rashta telah menyewa seorang pembunuh untuk menyingkirkan Lady Rivetti. Saya senang bisa menyelamatkan Anda dengan aman.”

Rivetti mengangguk. Sebenarnya, itu adalah hal yang paling penting.

Kemudian kesatria itu menjelaskan kepada Rivetti,

“Anda harus tinggal di sini sementara waktu, Nona Rivetti.”

"Apa? Di Sini?"

Rivetti melihat sekeliling dengan heran. Akhirnya, dia masuk dan bisa menghargai interior rumah yang sederhana namun sempurna itu.

Rumah besar itu tertata rapi dan nyaman, tetapi perabotan dan sofanya tampak baru. Itu tampak seperti tempat yang tidak berpenghuni.

"Tempat ini…?"

“Itu adalah rumah besar yang dimiliki oleh Kaisar. Maaf, Nona Rivetti. Jika Anda kembali ke ibukota sekarang, Anda mungkin akan diserang lagi.”

Mengingat penyerang yang dia lihat, Rivetti buru-buru berkata.

“Orang yang menyerangku itu memiliki sosok yang sangat tidak biasa! Aku akan memberikan pernyataanku tentang itu, mungkin kita bisa menangkap pembunuh itu!”

"Bahkan jika kita menangkap pembunuh itu, yang lain akan segera muncul."

"Ah."

Mendengar kata-kata tegas kesatria itu, Rivetti menghela napas dan duduk di sofa.

“Saya akan kembali untuk Anda ketika waktunya tepat. Sementara itu, anggaplah ini rumah sendiri. Lupakan hal-hal mengerikan yang terjadi.”

Rivetti mengingat kerumunan orang yang mengikutinya dan mereka yang menegosiasikan harganya saat dia dikurung di dalam sangkar.

Dibandingkan dengan Rashta, orang-orang itu tidak berada begitu jauh darinya, mereka juga menakutkan.

Rivetti mengangguk. Jika dia kembali ke ibukota dengan situasi saat ini, tidak diragukan lagi keluarga dan teman-temannya bisa terluka.

“Ya, aku akan tinggal di sini. Terima kasih telah menyelamatkanku. Tolong sampaikan terima kasihku kepada Kaisar juga.”

“Nona Rivetti. Ingatlah hari ini.”

"Kenapa kamu berkata begitu?"

"Ini pasti akan berguna di masa mendatang."

***

Kesatria yang meninggalkan Rivetti di rumah yang aman, segera kembali ke ibu kota dengan kereta kuda dan pergi ke Sovieshu.

Sesampainya di kantornya, kesatria itu menyerahkan laporan singkat yang telah dia persiapkan dengan tergesa-gesa. Setelah membacanya, Sovieshu mengangguk dan memujinya.

"Kerja bagus. Itu pasti sangat sulit.”

Begitu kesatria itu pergi, Sovieshu meletakkan laporan itu di laci mejanya. Sebelum menutupnya, Sovieshu melirik ke dalam laci yang tertata rapi.

Semua kejahatan Rashta tersimpan di sini. Setidaknya semua kejahatan yang dia ketahui.

Beberapa jam kemudian, karena merasa terganggu, Sovieshu memerintahkan sekretarisnya untuk membawa Rashta ke kamarnya.

Namun, Rashta memberitahukan kalau dia tidak bisa berjalan terlalu jauh karena perutnya sakit, jadi dia meminta Sovieshu untuk datang.

Dia beralasan kalau perutnya sakit, mungkin karena dia tidak ingin melihat burung biru di kamarnya. Sovieshu juga tidak berharap Rashta datang ke kamarnya, dia hanya sengaja menekannya. Pada akhirnya, dia pergi ke Rashta.

Rashta berdiri di depan Istana Barat, gugup karena dia berpura-pura tidak enak badan untuk menghindari permintaannya, tetapi ketika dia melihat Sovieshu, dia bergegas dan berbicara dengan penuh kasih sayang.

“Yang Mulia, Rashta tidak punya tenaga untuk pergi ke Istana Timur. Aku merasa lebih baik sekarang, tetapi aku merasakan rasa sakit yang sangat di perutku beberapa waktu lalu.”

“Sepertinya perutmu sering sakit, apa kamu sudah memanggil dokter istana?

"Aku berpikir tidak seharusnya terus-menerus memanggil orang yang sibuk ..."

“Itu pekerjaannya. Bahkan jika kamu merasa sedikit saja tidak enak badan, pastikan kamu memanggilnya.”

"Baiklah."

Begitu mereka memasuki kamar Permaisuri, Rashta menatap Sovieshu dengan penuh harap.

Suasana menjadi tenang setelah sekian lama. Dia berpikir untuk menggunakan kesempatan ini untuk memperbaiki hubungan di antara mereka berdua, yang menjadi sedikit canggung.

“Hm, Yang Mulia. Kamu belum pernah bernyanyi untuk Rashta akhir-akhir ini ... bayi di perut Rashta ingin mendengar Yang Mulia bernyanyi.”

Kelemahan Sovieshu adalah bayinya, dan Rashta tahu itu dengan sangat baik.

Meskipun Sovieshu terdiam sesaat, dia segera duduk di samping Rashta dan menyanyikan lagu yang indah dengan lembut.

Rashta memejamkan matanya saat Sovieshu bernyanyi. Dia merasa seolah-olah lagu indah itu menggelitik telinganya.

Begitu lagu berakhir, Rashta menjadi sangat mengantuk dan berbaring di bahu Sovieshu dengan mata tertutup.

Dia menyukai Duke Elgy, yang selalu berada di sisinya, tetapi dia juga menyukai Sovieshu. Ketika dia dalam suasana hati yang baik, dia lebih manis daripada pria mana pun yang pernah dia temui dalam hidupnya.

“Apakah ada sesuatu yang perlu kamu beritahukan kepadaku?”

Bahkan suaranya yang tiba-tiba rendah dan lembut. Rashta menggelengkan kepalanya masih dengan mata tertutup.

"Tidak."

"Pikirkan lagi, apakah benar-benar tidak ada apa pun yang perlu kamu beritahukan kepadaku?"

Sovieshu bertanya sekali lagi. Suaranya bahkan tidak dingin, tetapi Rashta terkejut mendengar pertanyaan yang sama lagi.

Ada apa? Kenapa dia menanyakan pertanyaan itu? Apakah dia mengetahui sesuatu?

Rashta mengangkat kepalanya dan membuka matanya.

Sebenarnya, dia baru-baru ini melakukan banyak hal di belakang Sovieshu. Serangkaian peristiwa muncul di benak Rashta pada saat yang sama. Namun, dia tidak bisa mengungkapkan semua itu.

"Tidak."

Rashta berbohong dengan datar dan tiba-tiba berdiri.

'Kalau dipikir-pikir, aku juga punya sesuatu untuk ditanyakan pada Sovieshu.'

Dia berniat menyimpannya untuk dirinya sendiri sedikit lebih lama sebelum membicarakannya, tapi... dalam situasi ini, dia merasa lebih baik menggunakannya sekarang.

"Yang Mulia punya sesuatu untuk dijelaskan kepada Rashta, kan?"

Rashta bertanya dengan dingin, dan meletakkan tangan di pinggangnya.

Sovieshu menyipitkan matanya, bersandar di belakang sofa.

"Sepertinya ada sesuatu yang ingin kamu diskusikan. Apa itu?"

Rashta berjalan ke meja riasnya dan membuka laci. Dia meraihnya, mengeluarkan kalung dan mengangkatnya ke wajah Sovieshu.

"Apa artinya ini?"

Sovieshu mengambil kalung itu. Kalung itu mungkin terlihat sangat mahal, tetapi tidak sesuai dengan standar Sovieshu. Itu terlalu mengilap dan kasar.

"Pernak-pernik apa ini?"

Mendengar pertanyaan blak-blakan Sovieshu, Rashta menganga dengan ekspresi bingung. Kemudian, Sovieshu bertanya sekali lagi.

"Aku bertanya apa itu, Rashta."

Rashta tergagap dengan ekspresi 'bukan ini?'.

"Bukankah itu hadiah Yang Mulia berikan kepada Evely ketika kamu membawanya sebagai selir?"

Sovieshu tertawa seolah-olah dia menganggapnya tidak masuk akal.

"Kamu meremehkan seleraku yang bagus."

Rashta, yang marah karena kalung itu terlihat sangat mahal, merasa malu. Kata-kata Kaisar Sovieshu sepertinya menyiratkan kalau dia memiliki selera yang buruk.

“Bagaimanapun. Aku berasumsi, dari apa yang baru saja kamu tanyakan, kalau kalung ini milik Evely, kan?”

"Hmm…"

“Kamu tidak boleh mengambil kalung yang bukan milikmu.”

“Itu membuatku sangat cemburu kalau Yang Mulia peduli pada wanita lain. Aku memungut kalung itu di Istana Selatan, tetapi aku sengaja tidak mengembalikannya. Maafkan aku."

Sovieshu memasukkan kalung itu ke dalam saku mantelnya.

"Aku akan meminta seseorang mengembalikannya untukmu."

***

[Baca Remarried Empress Bahasa Indonesia di https://shiraulwiya.blogspot.com/]

Diterjemahkan dari https://novelutopia.com/ 


<<<

Chapter 289            

>>>             

Chapter 291

===

Daftar Chapters 


No comments:

Post a Comment