Chapter 293: Memakan Umpan (2)
Penerjemah:
Shira Ulwiya
Ketika
Heinley memandang wanita itu dengan heran, Marquis Ketron semakin puas.
'Dia
anak nakal yang kurang ajar. Ini tidak akan terjadi jika dia mendengarkanku sebelumnya.' Marquis Ketron bergumam sinis,
meskipun dalam hati.
Akan lebih
menyenangkan jika permaisuri hadir pada kesempatan ini, tetapi dia tidak dapat
menghadiri pertemuan dewan negara karena dia terlalu sibuk dengan hal-hal lain.
Dengan
setiap langkah yang diambil wanita itu ke tengah-tengah ruangan, dia menarik
lebih banyak perhatian dari mereka yang hadir.
Tidak
seperti yang diharapkan Marquis Ketron, Heinley bersikap seolah-olah dia
mengenal wanita itu,
"Lama
tidak bertemu, Lady Aliya."
"Nama
saya Meliya, Yang Mulia."
"Lupakan
bagian itu."
Namun,
Marquis Ketron menganggap situasi ini jauh lebih baik.
Melihat mereka
memiliki percakapan yang ramah di depan semua orang, orang-orang akan lebih
percaya pada cinta lama antara Heinley dan wanita itu.
"Yah. Lady
Meliya. Apa yang membawamu kemari?"
Ketika
Heinley bertanya dengan tenang, Marquis Ketron menggigit bibirnya untuk
menyembunyikan senyumnya.
"Saya
datang ke sini karena sebuah janji dengan Marquis Ketron."
Tetapi
setelah mendengar jawaban wanita itu, suasana hati Marquis Ketron yang tadinya baik
berkurang setengahnya.
'Omong
kosong apa yang dia katakan ...! Meskipun benar kalau aku membawanya ke sini,
bagaimana dia bisa secara terang-terangan mengatakan kalau akulah yang
mendorongnya untuk melakukan ini!’
Tatapan
Heinley jatuh pada Marquis Ketron.
"Apa
yang dia janjikan padamu?"
“Sulit
untuk mengatakannya di sini. Saya dapat memberi tahu Anda persis apa yang dia
janjikan kepada saya secara pribadi. Tapi dia tidak menepati janjinya, dia
memaksa saya melakukan hal-hal absurd yang membuat saya kesal dan kemudian dia
membuang saya. Itu sebabnya saya di sini.”
Marquis
Ketron tercengang. Apa yang wanita ini sedang bicarakan?
Wanita itu bersikap
seolah-olah ada semacam kesepakatan antara dirinya dan Marquis.
Perhatian
mereka yang hadir beralih ke Marquis Ketron ketika mereka mendengar kata-kata
penting ini.
Marquis
tidak tahan lagi dan melangkah maju, berbicara dengan nada setenang mungkin,
“Wanita
muda itu mengaku sebagai wanita simpanan Yang Mulia Kaisar. Saya beranggapan itu
mungkin benar, jadi saya berjanji untuk membawanya ke hadapan Yang Mulia. Saya
pikir saya telah menepati janji saya dengan membawanya ke sini. Tapi sepertinya
nona muda itu tidak berpikiran sama.”
Begitu dia
selesai berbicara, wanita itu bergegas ke Marquis Ketron, berteriak,
"Pengkhianat!"
Tapi para kesatria
menghentikan wanita itu sebelum dia bisa mencapai Marquis.
"Apa-apan
kamu ini!?"
Marquis
Ketron berteriak marah, dan wanita itu berseru sambil menunjukkan lambang
Keluarga Ketron.
“Kamu
berjanji padaku, kamu bahkan memberiku ini, apakah kamu mencoba untuk
menganggapku sebagai wanita gila di depan Yang Mulia? Kamu benar-benar kejam!”
Telinga
Marquis Ketron memerah ketika orang-orang yang hadir mulai bergumam.
Marquis
mengatupkan giginya. Dia bisa menunjukkan kalung dengan lambang Pangeran
Heinley kepada semua orang, tetapi dengan begitu semua menjadi jelas kalau dia
telah mendorongnya untuk melawan Heinley.
Begitu Pertemuan
Dewan Negara selesai, Marquis Ketron mendekati wanita itu dengan marah.
"Apa
yang kamu lakukan?"
Wanita itu
tersenyum acuh tak acuh dan menjawab,
“Aku
melakukan apa yang kamu inginkan. Hanya saja aku mengarahkan ke arah lain.”
Dia
memiliki sikap yang sangat tenang dan percaya diri. Dia tampak sangat yakin
dengan tindakannya, bahkan tidak takut menimbulkan kehebohan di Pertemuan Dewan
Negara.
Kembali ke
rumah, Marquis Ketron menyadari kalau dia telah jatuh ke dalam jebakan dan
segera pergi ke kantor Heinley.
“Apakah itu
jebakan Yang Mulia? Wanita itu adalah bawahan Anda?”
Mendengar
kata-kata memaksa dari Marquis Ketron, mata Heinley membelalak lebar seolah
berkata, 'Apa yang kamu bicarakan?'
Dia
memiliki ekspresi bingung sehingga Marquis Ketron berpikir sejenak, 'Apakah aku
salah?'
Marquis
Ketron terdiam karena ketidakpastian.
Tetap
dengan ekspresi itu, Heinley mengeluarkan lambang Keluarga Ketron dari sakunya.
"Itu
dia!"
Masih
dengan mata terbelalak, Heinley mengulurkan lambang itu tiga kali di depan
wajah Marquis, dan tersenyum lebar saat dia memasukkannya kembali ke dalam
sakunya.
“Yang
Mulia!”
“Banyak
yang penasaran. Mereka ingin tahu apa sebenarnya hubungan antara wanita itu dan
Marquis Ketron, apa yang dijanjikan Marquis padanya, dll. Apa yang harus aku
lakukan? Bagaimana aku harus menjawabnya, Marquis?”
Marquis
Ketron menggertakkan giginya dengan marah. Tapi dia tidak bisa menjawab.
Heinley
mengedipkan mata padanya dan menepuk bahunya dua kali.
"Sementara
aku memikirkan jawaban apa yang harus kuberikan, kamu juga harus memikirkan
perilakumu mulai sekarang."
Heinley
bergumam dan pergi lebih dulu. Sementara itu, marquis berteriak dan
menghentakkan kakinya dengan keras ke lantai.
Saat McKenna
berdiri di koridor menunggu Heinley, dia mendecakkan lidahnya saat mendengar
teriakan itu datang dari kantor.
“Lagi-lagi
dia mencoba menyakiti Yang Mulia, dia seharusnya bersyukur dia masih utuh.
Benar-benar idiot, kan?”
“Sihir,
keluarga, bakat sebagai diplomat, aku tidak akan segan untuk menggantinya jika
dia tidak memiliki salah satu dari ketiganya. Sayang sekali."
Heinley
juga mendecakkan lidahnya dan menyerahkan lambang itu kepada McKenna,
"Ini
akan menjadi kesempatan terakhirnya."
Heinley
kemudian mengakui pekerjaan hebat dari Kesatria Pengawal Kekaisaran yang telah
melemparkan tombak ke Marquis Ketron dan menjaga rumah wanita itu selama
berminggu-minggu.
* * *
Lagi-lagi,
Viscount dan Viscountess Isqua mengganggu Evely.
Dia diundang
ke pesta teh oleh tamu-tamu terhormat di Istana Selatan, tetapi mereka juga ada
di sana.
Viscount
dan Viscountess Isqua tampak sangat sopan, mungkin karena orang-orang yang
hadir di tempat itu, tetapi mereka sesekali menggoda Evely.
Burung
dengan bulu yang sama selalu terbang bersama, bahkan mereka yang selalu baik
pada Evely pada akhirnya juga seorang bangsawan, jadi ketika Viscount dan
Viscountess Isqua membuat lelucon yang menghina status Evely, mereka malah
tertawa bukannya menghentikan mereka.
Evely
menyadari kalau kebaikan para tamu terhormat di Istana Selatan tidak setulus
yang dia kira. Mereka hanya bersikap seperti bangsawan berstatus tinggi yang
memberi sedekah kepada 'orang biasa yang baik'.
Merasa
tertekan, Evely kembali ke kamarnya dan membuka pita di bagian atas gaunnya
dengan satu tangan seolah-olah akan merobeknya.
Setelah
menanggalkan pakaian seolah-olah melepas mantel yang menyesakkan, dia bergegas
ke kamar mandi.
Saat dia
mandi, Evely menyadari kalau dia kehilangan kalung yang selalu dia kenakan.
“Kalungku!”
Evely
keluar dari kamar mandi dengan sehelai handuk, tanpa mengeringkan dirinya
sepenuhnya, dan mencarinya di antara pakaiannya, di bawah tempat tidur, di
bawah permadani, dll.
Tapi kalung
itu tidak bisa ditemukan.
Setelah
berpakaian, dia kembali ke pesta teh, tapi itu juga tidak ada di sana.
“Ck!”
Evely
mendecakkan lidahnya, kembali ke kamarnya dan menggebrak meja.
Dia selalu
memakainya. Dia tidak tahu kapan, di mana, atau bagaimana kalung itu hilang. Menyadari
kalung itu tidak ada di kamarnya, dia berpikir mungkin dia tidak kehilangan
kalung itu hari ini.
Evely yang
sangat marah tiba-tiba menyadari sesuatu yang aneh.
'Hah?'
Evely
menjadi tenang dan memeriksa mana di tubuhnya sendiri.
Dia bisa
merasakan mana, bagaimana mana beredar dalam tubuhnya, sedikit memang, tapi
mananya telah kembali.
'Bagaimana
bisa?'
Ketika dia
mengenakan kalung itu, dia tidak merasakan apa-apa tidak peduli seberapa keras
dia mencoba memeriksanya sebelum tidur.
Dia tidak
tahu alasannya saat itu, tetapi setelah memeriksanya sekarang, tampaknya mana
yang telah kembali ke tubuhnya sangatlah sedikit sehingga terkubur di bawah
mana dalam kalung itu, sehingga tidak dapat dibedakan.
Namun, karena
sekarang dia tidak memiliki kalung itu, dia tahu kalau mananya telah kembali.
Evely
melompat kegirangan, dan berlari ke penyihir istana.
“Penyihir!
Mana-ku kembali!”
SipPenyihir,
yang menyuruhnya agar tidak berlari di koridor Istana Kekaisaran, berteriak
dengan gembira. Keduanya saling berpelukan dengan penuh kegembiraan.
Penyihir istana
butuh beberapa saat untuk kembali sadar dan bertanya dengan heran,
"Bagaimana
bisa? Kapan kembalinya?”
"Aku
tidak tahu. Kalung yang aku kenakan adalah kalung mana. Aku juga tidak tahu
persis kapan mana-ku kembali karena kalung itu menekannya.”
"Kalung
mana?"
"Ya."
"Apakah
kalung itu mengembalikan manamu?"
"Aku
tidak tahu."
Evely
menggelengkan kepalanya dengan sedih.
“Selain
itu, aku kehilangan kalung itu. Aku tidak tahu apakah itu dicuri atau aku
menjatuhkannya.”
"Aku
akan berbicara dengan Kaisar agar bawahannya mencarinya di semua tempat."
Penyihir istana
meyakinkan asistennya yang pintar. Kemudian, dia langsung pergi ke kantor
Sovieshu, menceritakan apa yang terjadi dan bertanya,
“Jadi Yang
Mulia, tolong kirim bawahan Anda untuk mencari di setiap sudut Istana
Kekaisaran untuk menemukan kalung Evely. Jika kalung itu benar-benar membantu
Evely mendapatkan kembali mana-nya, itu mungkin juga membantu menyelesaikan
fenomena penurunan penyihir.”
Sovieshu
mengangkat alisnya, mengeluarkan sebuah kotak kecil dari laci dan
mengulurkannya padanya,
“Apa
mungkin ini?”
***
[Baca
Remarried Empress Bahasa Indonesia di https://shiraulwiya.blogspot.com/]
Diterjemahkan dari https://novelutopia.com/
<<<
>>>
===
No comments:
Post a Comment