Thursday, January 6, 2022

Remarried Empress (#290) / The Second Marriage




Chapter 290: Kalung Evely (1)

Penerjemah: Shira Ulwiya

 

Rivetti terkejut mendengar nama Rashta.

'Rashta adalah pelaku penculikanku?'

Meskipun hubungan mereka buruk, dia merasa merinding mendengar kalau Rashta adalah pelaku penculikannya.

Rivetti masih membenci dan menganggap Rashta sebagai budak yang kotor, tetapi dia tidak meremehkan kekuasaannya.

Benar-benar menakutkan kalau Permaisuri Kekaisaran Timur berada di balik ini.

Rivetti menggigil memeluk tubuhnya sendiri. Meskipun dia aman sekarang, dia takut dengan apa yang mungkin dilakukan Rashta di masa mendatang.

Apakah Rashta mencoba menghapus jejak masa lalunya? Apakah dia berniat melenyapkan Keluarga Rimwell untuk menghapus masa lalunya sebagai budak?

"Keluargaku…"

"Mereka aman."

Mendengar jawaban tenang kesatria itu, Rivetti berhasil menghilangkan ketakutan terbesarnya. Dia masih harus melewati perjalanan yang sulit ke depannya, tetapi untungnya dia telah memastikan kalau keluarganya aman.

“Ngomong-ngomong…Bagaimana Yang Mulia tahu kalau aku telah diculik dan mengirim Sir Oreleo?”

“Seorang pelayan menyerang Rashta dan meninggalkan bekas luka di dahinya. Setelah apa yang terjadi, Kaisar menugaskan seseorang untuk mengawal Rashta secara diam-diam, khawatir akan keselamatannya.”

Secara diam-diam? Mengapa dia diam-diam menugaskan seseorang padanya?

Saat Rivetti mengerjap bingung, kesatria itu dengan cepat menambahkan.

"Rashta biasanya tidak suka pergi keluar bersama pengawalnya."

"Ah…"

“Pada akhirnya, begitulah cara kami mengetahui kalau Rashta telah menyewa seorang pembunuh untuk menyingkirkan Lady Rivetti. Saya senang bisa menyelamatkan Anda dengan aman.”

Rivetti mengangguk. Sebenarnya, itu adalah hal yang paling penting.

Kemudian kesatria itu menjelaskan kepada Rivetti,

“Anda harus tinggal di sini sementara waktu, Nona Rivetti.”

"Apa? Di Sini?"

Rivetti melihat sekeliling dengan heran. Akhirnya, dia masuk dan bisa menghargai interior rumah yang sederhana namun sempurna itu.

Rumah besar itu tertata rapi dan nyaman, tetapi perabotan dan sofanya tampak baru. Itu tampak seperti tempat yang tidak berpenghuni.

"Tempat ini…?"

“Itu adalah rumah besar yang dimiliki oleh Kaisar. Maaf, Nona Rivetti. Jika Anda kembali ke ibukota sekarang, Anda mungkin akan diserang lagi.”

Mengingat penyerang yang dia lihat, Rivetti buru-buru berkata.

“Orang yang menyerangku itu memiliki sosok yang sangat tidak biasa! Aku akan memberikan pernyataanku tentang itu, mungkin kita bisa menangkap pembunuh itu!”

"Bahkan jika kita menangkap pembunuh itu, yang lain akan segera muncul."

"Ah."

Mendengar kata-kata tegas kesatria itu, Rivetti menghela napas dan duduk di sofa.

“Saya akan kembali untuk Anda ketika waktunya tepat. Sementara itu, anggaplah ini rumah sendiri. Lupakan hal-hal mengerikan yang terjadi.”

Rivetti mengingat kerumunan orang yang mengikutinya dan mereka yang menegosiasikan harganya saat dia dikurung di dalam sangkar.

Dibandingkan dengan Rashta, orang-orang itu tidak berada begitu jauh darinya, mereka juga menakutkan.

Rivetti mengangguk. Jika dia kembali ke ibukota dengan situasi saat ini, tidak diragukan lagi keluarga dan teman-temannya bisa terluka.

“Ya, aku akan tinggal di sini. Terima kasih telah menyelamatkanku. Tolong sampaikan terima kasihku kepada Kaisar juga.”

“Nona Rivetti. Ingatlah hari ini.”

"Kenapa kamu berkata begitu?"

"Ini pasti akan berguna di masa mendatang."

***

Kesatria yang meninggalkan Rivetti di rumah yang aman, segera kembali ke ibu kota dengan kereta kuda dan pergi ke Sovieshu.

Sesampainya di kantornya, kesatria itu menyerahkan laporan singkat yang telah dia persiapkan dengan tergesa-gesa. Setelah membacanya, Sovieshu mengangguk dan memujinya.

"Kerja bagus. Itu pasti sangat sulit.”

Begitu kesatria itu pergi, Sovieshu meletakkan laporan itu di laci mejanya. Sebelum menutupnya, Sovieshu melirik ke dalam laci yang tertata rapi.

Semua kejahatan Rashta tersimpan di sini. Setidaknya semua kejahatan yang dia ketahui.

Beberapa jam kemudian, karena merasa terganggu, Sovieshu memerintahkan sekretarisnya untuk membawa Rashta ke kamarnya.

Namun, Rashta memberitahukan kalau dia tidak bisa berjalan terlalu jauh karena perutnya sakit, jadi dia meminta Sovieshu untuk datang.

Dia beralasan kalau perutnya sakit, mungkin karena dia tidak ingin melihat burung biru di kamarnya. Sovieshu juga tidak berharap Rashta datang ke kamarnya, dia hanya sengaja menekannya. Pada akhirnya, dia pergi ke Rashta.

Rashta berdiri di depan Istana Barat, gugup karena dia berpura-pura tidak enak badan untuk menghindari permintaannya, tetapi ketika dia melihat Sovieshu, dia bergegas dan berbicara dengan penuh kasih sayang.

“Yang Mulia, Rashta tidak punya tenaga untuk pergi ke Istana Timur. Aku merasa lebih baik sekarang, tetapi aku merasakan rasa sakit yang sangat di perutku beberapa waktu lalu.”

“Sepertinya perutmu sering sakit, apa kamu sudah memanggil dokter istana?

"Aku berpikir tidak seharusnya terus-menerus memanggil orang yang sibuk ..."

“Itu pekerjaannya. Bahkan jika kamu merasa sedikit saja tidak enak badan, pastikan kamu memanggilnya.”

"Baiklah."

Begitu mereka memasuki kamar Permaisuri, Rashta menatap Sovieshu dengan penuh harap.

Suasana menjadi tenang setelah sekian lama. Dia berpikir untuk menggunakan kesempatan ini untuk memperbaiki hubungan di antara mereka berdua, yang menjadi sedikit canggung.

“Hm, Yang Mulia. Kamu belum pernah bernyanyi untuk Rashta akhir-akhir ini ... bayi di perut Rashta ingin mendengar Yang Mulia bernyanyi.”

Kelemahan Sovieshu adalah bayinya, dan Rashta tahu itu dengan sangat baik.

Meskipun Sovieshu terdiam sesaat, dia segera duduk di samping Rashta dan menyanyikan lagu yang indah dengan lembut.

Rashta memejamkan matanya saat Sovieshu bernyanyi. Dia merasa seolah-olah lagu indah itu menggelitik telinganya.

Begitu lagu berakhir, Rashta menjadi sangat mengantuk dan berbaring di bahu Sovieshu dengan mata tertutup.

Dia menyukai Duke Elgy, yang selalu berada di sisinya, tetapi dia juga menyukai Sovieshu. Ketika dia dalam suasana hati yang baik, dia lebih manis daripada pria mana pun yang pernah dia temui dalam hidupnya.

“Apakah ada sesuatu yang perlu kamu beritahukan kepadaku?”

Bahkan suaranya yang tiba-tiba rendah dan lembut. Rashta menggelengkan kepalanya masih dengan mata tertutup.

"Tidak."

"Pikirkan lagi, apakah benar-benar tidak ada apa pun yang perlu kamu beritahukan kepadaku?"

Sovieshu bertanya sekali lagi. Suaranya bahkan tidak dingin, tetapi Rashta terkejut mendengar pertanyaan yang sama lagi.

Ada apa? Kenapa dia menanyakan pertanyaan itu? Apakah dia mengetahui sesuatu?

Rashta mengangkat kepalanya dan membuka matanya.

Sebenarnya, dia baru-baru ini melakukan banyak hal di belakang Sovieshu. Serangkaian peristiwa muncul di benak Rashta pada saat yang sama. Namun, dia tidak bisa mengungkapkan semua itu.

"Tidak."

Rashta berbohong dengan datar dan tiba-tiba berdiri.

'Kalau dipikir-pikir, aku juga punya sesuatu untuk ditanyakan pada Sovieshu.'

Dia berniat menyimpannya untuk dirinya sendiri sedikit lebih lama sebelum membicarakannya, tapi... dalam situasi ini, dia merasa lebih baik menggunakannya sekarang.

"Yang Mulia punya sesuatu untuk dijelaskan kepada Rashta, kan?"

Rashta bertanya dengan dingin, dan meletakkan tangan di pinggangnya.

Sovieshu menyipitkan matanya, bersandar di belakang sofa.

"Sepertinya ada sesuatu yang ingin kamu diskusikan. Apa itu?"

Rashta berjalan ke meja riasnya dan membuka laci. Dia meraihnya, mengeluarkan kalung dan mengangkatnya ke wajah Sovieshu.

"Apa artinya ini?"

Sovieshu mengambil kalung itu. Kalung itu mungkin terlihat sangat mahal, tetapi tidak sesuai dengan standar Sovieshu. Itu terlalu mengilap dan kasar.

"Pernak-pernik apa ini?"

Mendengar pertanyaan blak-blakan Sovieshu, Rashta menganga dengan ekspresi bingung. Kemudian, Sovieshu bertanya sekali lagi.

"Aku bertanya apa itu, Rashta."

Rashta tergagap dengan ekspresi 'bukan ini?'.

"Bukankah itu hadiah Yang Mulia berikan kepada Evely ketika kamu membawanya sebagai selir?"

Sovieshu tertawa seolah-olah dia menganggapnya tidak masuk akal.

"Kamu meremehkan seleraku yang bagus."

Rashta, yang marah karena kalung itu terlihat sangat mahal, merasa malu. Kata-kata Kaisar Sovieshu sepertinya menyiratkan kalau dia memiliki selera yang buruk.

“Bagaimanapun. Aku berasumsi, dari apa yang baru saja kamu tanyakan, kalau kalung ini milik Evely, kan?”

"Hmm…"

“Kamu tidak boleh mengambil kalung yang bukan milikmu.”

“Itu membuatku sangat cemburu kalau Yang Mulia peduli pada wanita lain. Aku memungut kalung itu di Istana Selatan, tetapi aku sengaja tidak mengembalikannya. Maafkan aku."

Sovieshu memasukkan kalung itu ke dalam saku mantelnya.

"Aku akan meminta seseorang mengembalikannya untukmu."

***

[Baca Remarried Empress Bahasa Indonesia di https://shiraulwiya.blogspot.com/]

Diterjemahkan dari https://novelutopia.com/ 


<<<

Chapter 289            

>>>             

Chapter 291

===

Daftar Chapters 


Sunday, January 2, 2022

Remarried Empress (#289) / The Second Marriage

 



Chapter 289: Penyelamatan (2)

Penerjemah: Shira Ulwiya

 

Heinley selalu memasak untukku. Jadi hari ini aku akan memasak untuknya untuk menghilangkan suasana canggung di antara kami.

Aku menuju dapur yang sering digunakan Heinley.

Dapur yang rapi dan bersih menunjukkan kalau itu dirancang dengan penekanan pada estetika daripada penggunaan praktis, tetapi dilengkapi dengan semua yang diperlukan.

Setelah menyingsingkan lengan baju, aku memikirkan hidangan apa yang bisa aku masak.

Sup jagung? Sup jamur? Sup sayuran? Sebenarnya, aku hampir tidak punya pengalaman.

… Haruskah aku membuat telur dadar? Itu adalah hidangan klasik. Yang terpenting adalah aku akan melakukannya sendiri untuknya.

Ya. Aku akan membuat sesuatu yang sederhana namun lezat, daripada sesuatu yang aku tidak tahu cara membuatnya dengan baik.

Segera setelah aku memutuskan, aku memecahkan telur ke dalam mangkuk dan mengocoknya dengan garpu…. satu jam kemudian, saat makan malam, aku menyajikan telur dadar yang aku buat sendiri untuk Heinley.

Heinley dengan senang hati memakan sepotong telur dadar.

"Bagaimana rasanya?"

“Ini telur dadar paling enak yang pernah aku rasakan dalam hidupku.”

Aku tahu itu adalah kata-kata kosong, tetapi itu membuatku merasa senang. Saat aku melihatnya makan, aku mencoba untuk menekan konflik 'cinta atau stabilitas' yang terjadi di kepalaku selama beberapa hari terakhir.

Saat itu, Heinley bertanya kepadaku,

"Apakah kamu tidak ingin makan Ratuku?"

"Ah."

Baru kemudian aku menyadari kalau aku hampir tidak menyentuh makanan di piringku. Heinley menyarankan agar aku mencoba telur dadar yang aku buat sendiri.

“Kamu harus mencobanya juga, Ratuku. Ini sangat lezat. Aku sungguh-sungguh."

Aku mengambil sepotong telur dadar dengan garpu, memasukkannya ke dalam mulut, mengunyahnya beberapa kali dan segera menelannya.

Tapi itu aneh. Kelihatannya enak seperti yang dia katakan, tapi rasanya tidak enak.

Juga, rasa telur dadar yang tertinggal di mulut aku agak tidak enak. Tiba-tiba, aku merasa seolah-olah aku telah membuat bubur ayam, bukan telur dadar, yang membuat perutku semakin melilit.

Begitu aku buru-buru minum segelas air, Heinley bertanya dengan suara gemetar,

“Ratuku? Apakah ada bahan makanan yang tidak bisa kamu makan?”

"Tidak. Aku hanya sedang tidak nafsu makan.”

“Apa kamu merasa baik-baik saja?”

"Ya, aku hanya kurang nafsu makan."

Heinley mengulurkan tangan dan meletakkan telapak tangannya di dahiku. Telapak tangannya terasa sejuk dan menyenangkan.

Saat aku memejamkan mata, Heinley bergumam, “Kamu sedikit demam. Aku akan memanggil dokter istana, Ratuku."

"Aku baik-baik saja. Tidak perlu memanggil dokter istana hanya karena aku tidak nafsu makan.”

Aku menggelengkan kepalaku dengan cepat, menyendok beberapa salad yang dibuat oleh koki ke dalam mulutku dan tersenyum paksa.

Alasan kurangnya nafsu makanku sudah jelas. Aku mendengar kalau Rashta ingin membunuh orang tuaku, bukankah aneh jika nafsu makanku baik?.

Dokter istana akan mengira aku kelelahan karena terlalu banyak bekerja, sehingga mengganggu tugasku.

Aku masih memiliki banyak pekerjaan, jadi aku tidak ingin dia memanggil dokter istana karena gejala ini.

***

Ketika Viscount Roteschu, yang tidak mengunjungi Rashta selama berhari-hari, bertanya padanya,

"Apa kamu kebetulan pernah melihat Rivetti?"

Rashta hampir mengeluarkan teriakan kegembiraan yang luar biasa. 'Pembunuh itu sudah melakukannya!'

"Tidak. Apa yang terjadi?"

Rashta bertanya, menekan kegembiraan dalam suaranya.

Ekspresi Viscount Roteschu menjadi suram.

"Dia belum kembali ke rumah selama berhari-hari."

"Betulkah?" Rashta bertanya dengan acuh tak acuh, dan menambahkan dengan tegas, “Aku tidak tahu apa-apa. Rashta tidak dekat atau berhubungan dengannya, kan? Aku tidak tertarik dengan apapun yang berhubungan dengannya.”

Viscount Roteschu mengerutkan kening, tetapi tidak menjawab. Dia sangat khawatir tentang Rivetti sehingga dia bahkan tidak ingin berdebat.

“Dia bukan anak kecil, dia bisa bersenang-senang tanpa persetujuanmu. Khawatirkan saja apa yang aku minta kamu lakukan.”

Akhirnya, Viscount Roteschu pergi. Malam berikutnya, pembunuh bayaran yang disewa oleh Rashta datang menemuinya.

Pembunuh itu memasuki kamar Rashta dengan sangat mudah.

Rashta hampir berteriak ketakutan ketika dia melihat si pembunuh berdiri di dekat jendela.

Namun, dia segera mengenali sosok aneh si pembunuh dan bertanya dengan tergesa-gesa,

“Apa yang terjadi dengan Rivetti?”

Rashta bertanya dengan penuh semangat, yang dijawab oleh si pembunuh dengan acuh tak acuh.

“Aku menculiknya dan menyerahkannya kepada pedagang budak ilegal. Uang dari penjualan—”

"Berikan padaku. Aku akan membeli makanan lezat dengan itu. Aku akan memberimu pembayaran terpisah.”

Ketika si pembunuh memberinya uang yang dia bawa, Rashta segera mengantonginya lantas memberinya pembayaran yang disepakati.

Dia khawatir karena si pembunuh telah mengetahui identitasnya dan datang sampai kemari, tetapi mereka yang tergabung dalam guild si pembunuh terkenal karena mereka pandai menjaga rahasia.

Ini karena seorang pembunuh yang mengungkapkan identitas klien tidaklah berguna, dan apa pun yang terjadi, identitas klien harus dirahasiakan.

Setelah memeriksa uang dan perhiasan, si pembunuh mengangguk dan berbalik untuk pergi melalui jendela.

"Tunggu sebentar."

Rashta menghentikan si pembunuh dan bertanya,

“Ketika gadis itu dijual oleh pedagang budak, laporkan padaku di mana dia menjualnya. Tentu saja, aku akan membayarmu untuk ini.”

Ketika Rivetti jatuh ke dalam keputusasaan, Rashta berencana untuk pergi menemuinya dan berkata, 'Bagaimana rasanya menjadi seorang budak biasa?'

Pembunuh itu mengangguk lagi dan menghilang dalam sekejap mata. Rashta duduk di tempat tidur dan bersukacita.

'Rivetti akan menangis dengan ekspresi yang benar-benar kalah, atau meludahkan umpatan keputusasaan.'

Rashta mencengkeram perutnya, dia merasa senang membayangkan kalau dia bisa membalas dendam pada musuhnya dengan cara yang sama.

Tak lama setelah itu, ketika pelayan yang dikirim Rashta ke Evely datang menemuinya setelah berhasil mencuri kalung Evely, semangat Rashta naik lebih tinggi.

"Kerja bagus. Kamu benar-benar kompeten.”

Rashta memberinya kalung permata besar dan memerintahkan,

“Terus awasi gadis itu dan beri tahu aku segera jika kamu melihat sesuatu yang aneh. Jika Yang Mulia mencarinya, mengirimkannya hadiah, atau semacamnya.”

"Tentu saja. Percaya padaku, Yang Mulia.”

Ditinggal sendirian di kamarnya, Rashta mendengus saat dia memeriksa kalung Evely dengan cermat.

Hal ini menyebabkan suasana hatinya yang baik memudar. Rashta melemparkan kalung itu ke tanah dan menginjaknya beberapa kali.

***

Sementara itu, Rivetti mendapati dirinya dalam situasi di mana dia tidak tahu apa yang sedang terjadi.

Dalam perjalanan pulang dari berkumpul dengan teman-temannya, dia melihat pemandangan yang mengerikan. Adegan kerumunan orang mengikutinya sambil berpura-pura menjadi orang yang lewat.

Dia mencoba melarikan diri ketakutan, tetapi kehilangan kesadaran setelah diserang oleh seseorang.

Ketika dia bangun, dia dikurung di kandang tempat hewan liar biasa disimpan. Tiba-tiba, dia melihat seorang pria yang sangat jahat tertawa dan memberikan uang kepada pria lain yang berjubah.

“Pelanggan kami senang menghancurkan martabat bangsawan yang angkuh. Mereka sangat populer. Namun, mereka menjadi budak kotor setelah beberapa tahun. Cari aku lagi lain kali kamu perlu menjual bangsawan lain.”

Rivetti bergidik ketakutan. Budak kotor? Kemana penculik ini membawaku?

Ketika penculik itu pergi, pria jahat itu memandang Rivetti seolah-olah dia adalah sepotong emas besar dan berkata sambil tersenyum.

“Sepertinya seseorang memiliki dendam yang dalam terhadapmu.”

"Tolong, tolong bantu aku, aku akan memberimu uang sebanyak yang kamu inginkan!"

“Bukankah aku akan mendapatkan lebih banyak uang dengan menjualmu daripada yang bisa kamu berikan kepadaku?”

"Tidak, itu tidak benar!"

"Selain itu, bagaimana aku tahu kamu akan menepati janjimu jika aku melepaskanmu?"

Pria jahat itu menyeringai dan pergi.

Rivetti, yang dikurung dalam sangkar gelap, memanggil ayah dan saudara laki-lakinya sambil menangis. Tapi tidak mungkin mereka bisa mendengarnya dari rumah mereka yang nyaman.

Rivetti menghabiskan empat hari penuh ketakutan. Selama waktu ini, dua belas orang berjubah datang satu demi satu untuk melihatnya, mendiskusikan harga dengan pria jahat itu dan kemudian pergi.

Sangat menyakitkan saat menyaksikan di depan matanya sendiri ketika mereka dengan tenang menegosiasikan harganya. Rivetti menyadari betapa kejam dan tidak berperasaannya manusia. Tidak ada yang mencoba menyelamatkannya meskipun jelas kalau dia telah diculik.

Dan pelanggan terakhir yang datang pada hari keempat membeli Rivetti. Dia bertanya berapa banyak yang ditawarkan orang lain, dan tanpa ragu-ragu menawarkan dua kali lipat jumlah tertinggi.

Rivetti terpaksa mengikuti pelanggan terakhir ini, dengan kedua tangan terikat erat di belakang punggungnya dan disumpal.

Dia tidak bisa mengingat seberapa lama dia menangis selama perjalanan di kereta. Akhirnya, kereta berhenti di depan sebuah rumah yang sederhana dan indah. Rivetti dulu memimpikan rumah besar seperti itu, tetapi bahkan tempat ini berada di luar imajinasinya.

Namun, ketika pelanggan terakhir ini melepas jubah yang menutupi tubuhnya, Rivetti berhenti menangis dan matanya melebar. Di bawah jubahnya dia mengenakan seragam Kesatria Pengawal Istana.

Dia menyingkirkan jubah itu dan dengan sopan meminta maaf kepada Rivetti.

"Maaf aku membuatmu takut, Nona Rivetti."

Dia melepaskan tali yang mengikat tangan Rivetti dan melepaskan penutupnya lantas melangkah mundur lagi.

Menatap kesatria itu, Rivetti bertanya di antara isak tangisnya,

"Kamu siapa?"

“Namaku Oreleo, anggota Kesatria Pengawal Istana. Yang Mulia memerintahkanku untuk menyelamatkan Lady Rivetti.”

"Yang Mulia?"

Terkejut, mata Rivetti semakin melebar. Mengapa dia sekarang menyebut Kaisar Sovieshu? Tidak, bagaimana Kaisar Sovieshu tahu kalau aku telah diculik?

Jika itu adalah anak dari seorang Grand Duke, Kaisar dapat langsung memerintahkan para kseatrianya untuk menyelamatkannya, tetapi Rivetti tahu kalau keluarganya tidak memiliki status seperti itu. Karena itu, dia tidak percaya kalau nama Sovieshu muncul begitu saja.

Sementara Rivetti kebingungan, kesatria itu berkata,

"Nona Rivetti, Rashta adalah pelaku penculikanmu."

***

[Baca Remarried Empress Bahasa Indonesia di https://shiraulwiya.blogspot.com/]

Diterjemahkan dari https://novelutopia.com/ 


<<<

Chapter 288          

>>>             

Chapter 290

===

Daftar Chapters 


Remarried Empress (#288) / The Second Marriage

 



Chapter 288: Penyelamatan (1)

Penerjemah: Shira Ulwiya

 

Heinley tampak sedikit terkejut. Mengapa dia terkejut? Apakah aku mengatakan sesuatu yang seharusnya tidak aku katakan?

"Ada apa?"

Aku tidak berpikir aku mengatakan sesuatu yang seharusnya tidak aku katakan.

"Apa yang aneh tentang itu?"

Pada pertanyaan blak-blakanku, Heinley mengangkat alisnya dan menjawab sambil tersenyum,

"Tidak. Aku hanya terkejut kalau Ratuku ingin mengambil tindakan secara pribadi.”

Apa yang begitu mengejutkan tentang itu? Tidak ada yang akan berpangku tangan jika seseorang mencoba menyakiti keluarga mereka. Bahkan orang yang sangat tenang akan melangkah maju untuk melindungi keluarga mereka, tetapi aku bukan orang yang begitu tenang.

Heinley buru-buru menambahkan,

“Ketika aku berada di Kekaisaran Timur, Ratuku sepertinya tidak ingin terlalu berurusan dengan wanita itu. Aku pikir kamu bahkan tidak ingin terlibat dengannya.”

"Itu benar, aku tidak ingin terlibat dengannya."

Setiap kali aku terlibat dengan Rashta Sovieshu menyalahkan aku atas semuanya. Pada akhirnya, aku bahkan tidak ingin berada di dekat Rashta.

Selain itu, martabatku juga tidak mengizinkanku untuk mengintimidasi Rashta di belakang Sovieshu.

“Tapi sekarang semuanya telah berubah.”

Banyak hal telah berubah. Jika sebelumnya Rashta adalah selir yang tidak berdaya yang sepenuhnya bergantung pada belas kasihan Sovieshu, sekarang dia adalah seorang permaisuri yang bisa hidup dengan baik tanpa rasa belas kasihnya. Menjadi permaisuri, dia bisa menyakiti orang tuaku tanpa halangan.

Bahkan ketika aku pikir dia adalah selir yang tidak punya kekuasaan, bukankah dia berkontribusi besar saat saudaraku diusir dan Sovieshu menceraikanku? Aku tidak bisa mengabaikannya.

Heinley bertanya,

"Apakah kamu terpikir sebuah rencana?"

“Aku akan membuatnya sehingga dia tidak bisa memerhatikan hal lain. Aku akan membuatnya sibuk dengan urusannya sendiri.”

Setelah Heinley pergi, aku memanggil seorang ajudan dan memberinya perintah,

"Cari kelompok dagang yang berinteraksi dengan Perusahaan Jasa Dagang* Kekaisaran Timur dan bawa pemimpinnya." [*Ini adalah terjemahan bebas dari kata Bear Corporation <Perusahaan Beruang, sepertinya ini punya arti khusus tapi saya tidak tahu terjemahan yang paling sesuai]

“Dari kelompk kecil atau besar?”

“Dari kelompok besar akan lebih baik.”

Tidak lama kemudian, ajudanku membawa pemimpin tim yang sesuai.

"Aku tahu kalau kamu berinteraksi secara teratur dengan Perusahaan Jasa Dagang dari Kekaisaran Timur?"

Pemimpin kelompok dagang menanggapi dengan hati-hati karena dia tidak tahu alasan dia dipanggil.

"Ya, Yang Mulia."

"Aku punya tugas untukmu."

"Saya siap melayani Anda, Yang Mulia."

“Ini tidaklah sulit, jadi kamu bisa tenang.”

Ketika aku memberi tahu dia kalau dia bisa tenang, pemimpin kelompok menjadi lebih gugup dan menggenggam tangannya erat-erat. Dia sepertinya berpikir aku akan membuat permintaan yang tidak masuk akal.

Tapi dia benar-benar tidak perlu gugup. Aku punya rencana dalam benakku sehingga Rashta tidak dapat memikirkan hal lain, dan rencana itu tidak menyakiti pemimpin kelompok itu sama sekali.

"Apa yang Anda ingin saya lakukan ...?"

“Ketika kamu berdagang dengan Perusahaan Jasa Dagang, bujuk mereka untuk memeriksa apakah surat perjanjian hutang dikeluarkan dan digunakan dengan benar. Itu saja."

Sangat mudah, bukan?

"Surat perjanjian hutang?"

“Ya, alasan apa pun yang kamu gunakan tidak masalah. Kamu dapat mengatakan kalau kamu pernah mendengar kalau penipuan surat perjanjian hutang palsu telah menjadi populer, atau kalau kelompok dagang telah menderita kerugian yang signifikan karena surat perjanjian hutang palsu, Kamu dapat menakut-nakuti mereka dengan mengarang sesuatu seperti itu.”

Pedagang itu menelan ludah dengan susah payah.

"Apakah hanya itu saja yang Anda ingin saya lakukan?"

"Hanya itu saja."

Pedagang itu tidak menyangka akan semudah itu, jadi dia menjawab dengan lega kalau dia akan melakukannya.

***

Pejabat yang dikirim ke Whitemond telah kembali ke Kekaisaran Barat dan segera pergi menemui Heinley di kantornya untuk melaporkan hasil kunjungannya,

“Anggota tim selamat. Mereka tidak menimbulkan masalah."

“Lalu mengapa mereka ditahan?”

Heinley bertanya, menyandarkan sikunya di meja. Meskipun dia sedikit tersenyum, dia menganggap ini sebagai pelanggaran.

Faktanya, Heinley bertanya-tanya apakah kerajaan sekecil itu akan bertindak seperti ini bahkan jika itu adalah tim perdagangan dari Kekaisaran Timur. Jawabannya adalah 'tidak'.

Menatap mata Heinley, pejabat itu berkata,

"Whitemond tampaknya menganggap Barat sebagai ancaman karena memproklamirkan dirinya sebagai Kekaisaran."

Heinley mengerutkan kening, dan tersenyum,

"Ancaman?"

Suaranya terdengar mengesankan.

Pejabat itu mengangguk dan dengan hati-hati menjelaskan.

"Ya. Mereka mengira tentara kita akan menyerang mereka sambil berpura-pura pergi ke pelabuhan dengan menyamar sebagai pedagang.”

McKenna, yang mendengarkan di samping Heinley, mendecakkan lidahnya dan berkata,

“Sekarang kita telah menjadi sebuah kekaisaran, mereka pasti mengira kita akan berusaha untuk mendirikan negara-negara bawahan.”

Heinley bergumam dengan menyesal.

“Kita telah menjadi negara sekutu sekian lama, tetapi mereka bertindak seperti ini dengan dalih kalau mereka khawatir. Sangat disesalkan.”

Mata Heinley tertuju pada Menteri Luar Negeri Whitemond yang datang ke Kekaisaran Barat. Menteri Luar Negeri Whitemond merasa malu dan dengan cepat membungkuk untuk meminta maaf.

"Saya minta maaf, Yang Mulia."

Dalam situasi ini, Menteri Whitemond merasa tidak nyaman seolah-olah dia sedang duduk di atas paku, jadi dia mau tidak mau menggenggam tangannya erat-erat.

Heinley berbicara kepada Menteri itu secara langsung.

“Kembalilah ke negaramu sekarang, dan pastikan mereka tahu kalau kami tidak akan ragu untuk mengangkat pedang, jika Whitemond bertindak 'seperti ini' lagi terhadap Kekaisaran Barat."

"Saya mengerti."

Begitu Menteri Luar Negeri Whitemond mengangguk dalam-dalam dan meninggalkan kantor bersama pejabat itu, Heinley duduk menyilangkan kaki dengan nyaman dan menyipitkan matanya. Dia sepertinya sedang memikirkan sesuatu, tetapi dia memiliki ekspresi kebahagiaan yang tidak sesuai dengan situasinya.

"Ada apa, Yang Mulia?"

“Sulit untuk memercayai lagi negara sekutu yang telah mengkhianati kita. Tidakkah menurutmu begitu, McKenna?”

"Maksud Anda sulit untuk memercayai mereka bahkan jika mereka membuka kembali pelabuhan Whitemond untuk kita?"

"Ya."

“Tapi mengapa Anda terus tersenyum, Yang Mulia? Anda terlihat senang kalau Whitemond menikam kita dari belakang.”

"Aku benar-benar terlihat bahagia."

Heinley berkata, sambil menekan sudut bibirnya yang naik dengan tangannya.

“Aku hanya berpikir akan menyenangkan memiliki pelabuhan sendiri.”

"Anda berpikir untuk menyerang Whitemond?"

“Mereka sendiri yang ketakutan dan menikam kita dari belakang. Bahkan jika sekarang mereka berubah pikiran, bagaimana dengan lain kali? Apa yang akan terjadi jika mereka mengkhianati kita lagi pada waktu yang lebih penting?”

"Itu benar."

"Untuk saat ini, aku harus menghitung-hitung."

***

[Baca Remarried Empress Bahasa Indonesia di https://shiraulwiya.blogspot.com/]

Diterjemahkan dari https://novelutopia.com/ 


<<<

Chapter 287          

>>>             

Chapter 289

===

Daftar Chapters