Chapter 287: Navier Marah (2)
Penerjemah: Shira
Ulwiya
Aku merasa dua kali
lebih bersalah. Kata-kata, 'Apakah kamu berakting lagi?' muncul di ujung
lidahku, tetapi keinginan untuk menarik bibirnya yang imut bersama dengan
betapa tampannya dia membuatku tidak bisa berbicara.
Heinley, mungkin
berpikir aku masih 'marah', mengangkat tangan kananku dengan kedua tangannya
dan dengan lembut menggosok pipinya ke telapak tanganku.
“Jangan marah.
Ya?"
Bagaimana aku bisa
marah melihat wajahnya yang tampan? Akhirnya, aku memutuskan.
"Aku tidak
marah."
"Apakah kamu
serius?"
“Hanya saja…”
Setelah ragu-ragu, aku
mengaku dengan jujur,
"Aku pikir apa
yang kamu katakan saat itu mungkin benar."
Aku baru saja
memikirkan hal ini. Aku berusaha keras untuk tidak mencintai Heinley, tetapi
mau tidak mau aku merasa dia tampan. Dalam arti tertentu, bukankah aku sangat
menyukai tubuhnya? Tapi kemudian, karena aku merasakan beban ini di hatiku…
Sedikit ersenyum,
Heinley menggerakkan bibirnya beberapa kali. Kemudian, tepat ketika dia
akhirnya akan mengatakan sesuatu, sebuah teriakan datang entah dari mana.
"Tuan Muda, Anda tidak bisa pergi ke sana!"
Begitu aku melihat ke
arah datangnya suara dengan rasa ingin tahu, seorang anak kecil muncul dari
semak-semak.
Siapa dia?
Aku menatap bingung
pada bocah lelaki yang belum pernah kulihat sebelumnya, dan Heinley berkata,
'Ah,' mengerutkan kening.
"Apakah kamu
kenal dia?"
Ketika aku bertanya
kepadanya dengan bingung, Heinley menjawab dengan kepala miring, “Ya. Aku
pernah melihatnya sebelumnya…”. Meskipun anak itu tampak tidak asing, dia tidak
mengingatnya dengan baik.
Sebaliknya, anak itu
langsung mengenali Heinley dan berteriak,
"Ayah!"
… Ayah?
Melihat Heinley dengan
bingung, dia menggelengkan kepalanya dengan tergesa-gesa dan berseru seolah dia
ingat,
"Ah. Ini
keponakan McKenna!”
"Jadi kamu…"
"Tidak, anak ini
tidak ada hubungannya denganku."
Terlepas dari
kata-katanya yang kasar, Heinley tersenyum dan segera menggendong anak itu
ketika dia berlari, berseru, "Ayah!"
“Bagaimana kabarmu,
Selly?”
"Namaku bukan
Selly."
Tapi sepertinya dia
bahkan tidak ingat namanya.
"Jadi, namamu
Sen?"
Saat itu sebuah suara
datang dari belakang, "Ini Sebastian, Yang Mulia."
Saat aku menoleh,
McKenna muncul dengan tangan di pinggang, seolah dia kesal.
Anak itu juga
berteriak kepada McKenna, "Ayah!"
“Maaf, Yang Mulia
Permaisuri. Dia keponakanku, dia tidak ada hubungannya dengan Kaisar. Dia ingin
melihat istana kekaisaran, jadi aku mengizinkannya pergi ke tempat-tempat
tertentu. Aku tidak tahu bagaimana dia sampai di sini.”
Memanggil McKenna dengan
sebutan ayah, anak itu berlari ke arahnya. McKenna menggendongnya dan mencoba
menenangkan anak yang gelisah di pelukannya sambil mengatakan bahwa bocah
lelaki itu suka menghentikan orang lain untuk menikah. Kata-katanya tidak baik,
tapi jelas dia mencintai keponakannya.
Saat aku tersenyum
berpikir itu adalah pemandangan yang lucu, kali ini anak kecil itu memanggil aku,
"Ayah!"
Heinley berbisik,
"Ayah," tertawa seolah-olah dia menganggapnya lucu.
Setelah melirik
Heinley dengan dingin, aku berjalan ke arah anak dalam pelukan McKenna dan
mengelus kepalanya, lalu anak itu merengek meminta McKenna untuk menurunkannya,
dan kali ini dia mendatangiku. Dia adalah anak yang sangat baik.
"Nak, berapa
umurmu?"
“Dua belas tahun…”
“Kenapa kamu malah
lagi-lagi berbohong? Yang Mulia, dia berusia tiga tahun.”
“Dua belas tahun!”
"Kamu berusia
tiga tahun!"
Saat aku melihat
McKenna berdebat dengan keponakannya, seorang wanita yang belum pernah aku
lihat sebelumnya dibawa secara paksa oleh para kesatria.
Dia berulang kali
mengklaim, "Aku benar-benar bukan orang yang mencurigakan!" Tetapi
ketika dia melihat McKenna, dia berteriak dengan wajah yang sepertinya akan
menangis, "Tuan!"
"Bagaimana bisa kamu
ditangkap lagi?"
"Saya ditangkap
karena membuat keributan di istana kekaisaran saat mengejar tuan muda, tuan,
tolong beri tahu para kesatria ini kalau saya bukan orang yang
mencurigakan!"
Semua anggota Keluarga
McKenna bersuara lantang.
Mau tak mau aku
tertawa ketika McKenna mengungkapkan identitas anak dan wanita itu kepada para
kesatria.
Setelah beberapa saat,
McKenna meminta maaf kepada kami, membawa anak dan wanita itu ke tempat lain.
Saat aku melihat mereka pergi, mataku tiba-tiba tertuju pada Heinley.
Sovieshu tidak sabar
untuk memiliki anak. Bagaimana dengan Heinley? Dari cara dia menggendong anak
yang namanya bahkan tidak bisa dia ingat dengan baik, mungkinkah Heinley juga
menginginkannya?
Ketika aku mengkhawatirkan
apakah aku bisa punya bayi, Heinley memberi tahuku tentang rahasia ranjang mana
dan kata-katanya membuatku berpikir kalau, bahkan jika aku benar-benar tidak
subur, kali ini aku bisa punya bayi. Namun, meski sudah sering berhubungan
intim, masih belum ada tanda-tanda kehamilan.
Tanpa sadar, aku
meletakkan tanganku di perutku. Itu datar ... datar.
Aku bergidik saat
mengingat kata-kata Sovieshu. Hanya karena tempat tidur mana memulihkan tubuh,
bisakah aku benar-benar hamil? Saudara laki-laki Heinley dan Christa tidak pernah
bisa punya bayi, kan?
Jika kami juga tidak
bisa memiliki anak…
***
Seorang bayi…
Duduk di kursi goyang,
aku meletakkan tangan di perut dan mencoba memikirkan bagaimana rasanya menjadi
seorang ibu.
Aku tidak bisa
membayangkannya. Apakah akan berbeda jika aku memiliki adik perempuan? Aku juga
tidak menghabiskan banyak waktu dengan anak kecil.
Tiba-tiba, aku ingat
betapa bahagianya Heinley ketika dia menggendong bocah lelaki itu, yang namanya
bahkan tidak aku ketahui.
Meskipun dia tidak
mengatakan apa-apa, apakah Heinley jauh di lubuk hatinya menginginkan seorang
anak sebesar Sovieshu? Dengan adanya seorang penerus, tahtanya akan semakin
kokoh, bukan?
"Yang Mulia,
Kaisar ada di sini."
"Sekarang?"
Ini saat yang tepat,
tapi... kenapa dia datang tiba-tiba?
Kami baru saja
mengadakan pertemuan tentang Whitemond. Ini bahkan belum waktunya untuk makan
malam bersama.
Tidak apa-apa jika dia
datang untuk mencoba mengakhiri suasana canggung, tapi... Mau tak mau aku
merasa sedikit gugup. Sama seperti Grand Duke Kapmen tiba-tiba datang dengan
berita buruk tentang tim yang dikirim ke Whitemond, Heinley mungkin memiliki
sesuatu yang mendesak untuk diberitahukan kepadaku, kan?
Dugaanku benar.
"Ratuku, ada
sesuatu yang tidak menyenangkan yang harus kukatakan padamu."
Heinley duduk di
seberangku dan membuka mulutnya dengan susah payah.
"Ini tentang
wanita itu."
Rashtalah yang disebut
Heinley sebagai 'wanita itu'. Dan Heinley biasanya tidak membicarakan Rashta
atau Sovieshu di depanku kecuali itu penting.
Meluruskan posisi
dudukku, aku menahan kecemasan yang tumbuh.
"Apa yang
terjadi?"
"Wanita itu
menyewa tentara bayaran untuk membunuh."
Fakta bahwa Heinley
memberitahuku ini…
"Apakah dia
menargetkanku?"
Tanyaku, merasa
bingung dan tidak bisa berkata-kata. Tapi Heinley menggelengkan kepalanya.
"Dia menargetkan
ayah dan ibu."
"Maksudmu ayah
dan ibuku?"
Terkejut, suaraku naik
secara otomatis.
Tidak masuk akal jika
Rashta ingin membunuhku, tetapi tampaknya lebih tidak masuk akal baginya untuk
ingin membunuh orang tuaku.
"Mengapa?"
“Itu aku tidak tahu.
Mereka bahkan bukan tipe orang yang akan menghadapi wanita itu secara terbuka.”
Heinley benar. Orang
tua aku adalah tipe orang yang akan tinggal di rumah mereka jika mereka tidak
ingin melihat Rashta dan Sovieshu. Itu sebabnya itu terasa aneh bagiku. Mengapa
orang tuaku? Dan kenapa sekarang?
Hari-hari ketika
Rashta seorang selir dan aku adalah permaisuri adalah masa lalu. Aku, aku sudah
berada di Kekaisaran Barat, dan dia telah mengambil posisi Permaisuri
Kekaisaran Timur. Kenapa dia harus menyerang orang tuaku sekarang….. Ah.
"Dia berpikir kalau
keluargaku akan menghalangi anaknya."
"Aku pikir juga itu
masalahnya."
"Apakah tentara
bayaran itu sangat terampil?"
Aku bertanya dengan
tergesa-gesa, sangat khawatir. Tapi kemudian, Heinley berkata sambil tersenyum
tipis, seolah membuatku tenang,
“Jangan khawatir,
Ratuku. Informanku menukar tentara bayaran yang disewa oleh wanita itu dengan
bawahannya.”
“Seorang informan?”
"Ya. Berkat dia aku
bisa mengetahui hal itu.”
“Ah.”
Aku menekan tanganku
ke jantungku. Mendengar kata-kata Heinley sedikit menenangkan jantungku yang
berdebar kencang.
“Batas waktunya juga
cukup lama sehingga kamu bisa tenang untuk saat ini.”
Suara Heinley
meyakinkanku, tetapi dia masih terlihat serius.
"Tapi wanita itu
mungkin telah menyewa lebih dari satu tentara bayaran, jadi tidak ada salahnya
untuk mengambil tindakan pencegahan."
“Aku harus memberitahu
orang tuaku. Perlu untuk memperkuat keamanan mereka.”
Aku menjawab setenang
mungkin, tetapi nyala api membara di dalam diriku.
Ketika aku berada di
Kekaisaran Timur, aku mengabaikan tindakan Rashta karena dia berada di bawah
tanggung jawab Sovieshu.
Sovieshu memiliki kewenangan
yang jauh lebih besar daripada Rashta, dan dialah yang menjadikannya selirnya,
jadi Sovieshu harus bertanggung jawab atas tindakan dan kata-kata Rashta.
Selain itu, jika aku
menggunakan semua kewenanganku untuk menekan Rashta, aku akan dianggap sebagai
permaisuri yang jahat. Pada akhirnya, orang-orang bersimpati dengan orang yang
lemah.
Namun, Rashta sekarang
dalam posisi untuk bertanggung jawab atas tindakannya. Tapi apa yang dia
lakukan begitu dia memiliki kekuasaan adalah mencoba membunuh orang tuaku?
“Aku tidak bisa hanya
berdiam diri.”
***
[Baca Remarried
Empress Bahasa Indonesia di https://shiraulwiya.blogspot.com/]
Diterjemahkan dari https://novelutopia.com/
<<<
>>>
===
No comments:
Post a Comment