Sunday, June 27, 2021

Remarried Empress (#213) / The Second Marriage

 


Chapter 213: Pernikahan Sovieshu (2)

Penerjemah: Shira Ulwiya

 

Resepsi pernikahan diadakan pada malam hari. Aku menanggalkan gaun polosku dan memakai yang cocok untuk menari.

Saat aku mengganti pakaian, dayang-dayangku memasang wajah muram. Meskipun mereka tidak berada di sisiku di pawai, itu mungkin karena mereka melihat reaksi orang-orang dari Kekaisaran Timur,

Aku mencoba menyemangati mereka, tetapi tidak berhasil, jadi pada akhirnya, kami diam bersama. Faktanya… aku juga tidak dalam posisi untuk menyemangati siapa pun.

Rasanya tidak enak sama sekali diabaikan oleh orang-orang yang aku sayangi. Juga, aku merasa sangat bersalah karena Heinley, seorang pria tampan yang mempesona dari negeri yang jauh, juga turut diabaikan karena berdiri di sampingku.

Tidak heran Yunim tidak menyukaiku.

Saat menghela napas, tahu-tahu aku sudah selesai berganti pakaian. Aku pergi ke ruang perjamuan dengan Heinley.

Untungnya, tidak ada seorang pun di ruang perjamuan yang mengabaikanku.

Keluarga Troby masih berada di Kekaisaran Timur dan memiliki pengaruh yang besar. Tidak seperti rakyat jelata yang bisa mengabaikanku jika mereka mau, para bangsawan memiliki banyak kepentingan, jadi mereka tidak bisa sembarangan mengabaikanku.

Banyak orang dekatku yang hadir…..

Aku malu melihat wajah mereka karena apa yang terjadi di pawai, tapi untungnya mereka semua cukup peka untuk berpura-pura tidak tahu apa yang terjadi sebelumnya. Setelah sekitar tiga puluh menit, aku bisa berbaur dengan teman-temanku, tertawa seolah-olah tidak terjadi apa-apa selama pawai.

Namun, situasinya sama ketika Sovieshu berdansa pertama dengan Rashta. Para bangsawan menatapku dengan kasihan, tapi kali ini aku merasa cukup baik.

Dibandingkan dengan tiga jam selama pawai dalam keheningan, ini jauh lebih baik.

Akhirnya, tarian Sovieshu dan Rashta berakhir. Ketika orang-orang lain bisa menari, Heinley segera mengulurkan tangannya kepadaku.

"Ratu, maukah kau menari denganku?"

Aku meletakkan tanganku di atas tangan Heinley dan kami menuju ke tengah untuk menari.

Aku bisa merasakan gumaman di sekitarku dan tatapan Sovieshu padaku, tapi aku pura-pura tidak memperhatikan dan fokus pada tarian dengan Heinley.

Kemudian, Duke Elgy tiba-tiba mendekatiku dan memintaku untuk menari.

Kenapa dia tertarik?

Aku tidak mengerti, dia adalah teman Heinley dan anggota Keluarga Kerajaan Blue Bohean. Dia bahkan menyembunyikanku di kereta agar aku bisa melarikan diri ke Kerajaan Barat.

Meskipun aku merasa canggung, aku setuju untuk berdansa dengannya dan bertanya padanya di tengah-tengah dansa.

"Kenapa kau memintaku menari?"

Tapi Duke Elgy hanya menari mengikuti musik dengan wajah yang murung dan gelisah. Dia tidak menanggapi kata-kataku.

Dia tampak tenggelam dalam pikirannya. Aku tidak tahu apa yang dia pikirkan saat kami menari.

Ketika musik akhirnya berakhir, kami melepaskan tangan kami.

Baru saat itulah Duke Elgy berbicara dengan hati-hati, "Yang Mulia Navier."

Namun, sebelum dia bisa melanjutkan kata-katanya.

"Ratu Navier,"

Sovieshu mendekat dan memintaku untuk menari terlebih dahulu, “Bolehkah saya menari dengan Anda?”

Dalam sekejap, keheningan menyebar ke seluruh aula.

[Baca Remarried Empress Bahasa Indonesia di https://shiraulwiya.blogspot.com/]

***

Sejujurnya, aku enggan melakukan ini.

Tapi Sovieshu adalah Kaisar Kekaisaran Timur. Setelah menolak untuk berjalan-jalan, sulit untuk menolak permintaan pengantin pria. Selain itu, tidak sopan bagi tamu pernikahan untuk menolak pengantin baru di resepsi.

Itu tidak bisa dihindari.

Aku setuju untuk berdansa dengan Sovieshu dan kami menuju ke pusat ruangan. Ketika aku muncul di sebelah Sovieshu, orang-orang di sana dengan cepat mundur seolah-olah mereka menghindari jebakan.

Saling memandang sebelum musik dimainkan, perasaan déjà vu menyapu diriku. Perasaan itu sangat kuat sehingga aku merinding.

Tetapi ketika musik dimulai, kakiku, tidak seperti emosiku yang kompleks, bergerak secara alami.

Kami bercerai baru-baru ini dan selain itu, kami telah menari bersama hampir sepanjang hidup kami.

Tubuhku secara alami menerimanya sebagai pasangan dansaku.

Saat kami menari, Sovieshu tidak mengatakan sepatah kata pun. Dia hanya menatapku, meraih dan melepaskan tanganku berulang kali.

Kemudian, ketika sampai pada bagian di mana kami harus berpegangan tangan dengan ringan, dia bertanya padaku dengan tenang.

"Apa jawabanmu?"

Aku segera mengerti jawaban apa yang dia maksud.

"Apakah utusan itu tidak memberitahumu?", tanyaku.

"Apakah kau punya sesuatu untuk dikatakan?"

“Tidak, tidak ada.”

“…”

Aku mendengar Sovieshu menggertakkan giginya. Namun, pada saat itu aku sedang berputar, jadi aku tidak yakin apakah aku tidak salah dengar.

Setelah menyelesaikan putaran, Sovieshu tampak tenang. Dalam keadaan itu, dia bertanya lagi, "Kamu tidak punya apa-apa untuk dikatakan kepadaku?"

"Apa yang kamu ingin aku katakan?"

“Aku… aku tidak ingin kehilanganmu.”

"Hari ini adalah pernikahan Yang Mulia."

Dia tidak ingin kehilanganku?

Dia berpegangan tangan dengan penuh kasih dengan Rashta sepanjang pawai.

Aku hanya bisa mendengus.

Sovieshu menatapku dengan heran.

Kemudian, aku bertanya kepadanya karena aku sangat penasaran, “Apakah kau pikir aku akan senang menerima surat di mana kau mengatakan akan menjadikanku Permaisuri lagi dalam setahun?”

Sovieshu bergidik.

Aku tidak tahu apakah itu karena kata-kataku tepat sasaran atau karena dia tidak pernah memikirkan hal ini, tetapi aku terus berbicara,

“Bagaimana kau begitu yakin bahwa satu tahun tidak akan berubah menjadi dua tahun? Bagaimana jika kau memiliki anak kedua pada waktu itu, apakah itu akan diperpanjang?”

"Navier.

"Setahun kemudian, bahkan jika kamu menepati janjimu—"

Saat itu musik berakhir. Sovieshu dan aku secara refleks berhenti.

Jarak antara kami masih dekat karena postur kami di akhir tarian.

Aku melanjutkan dengan cepat dengan suara rendah, “Aku tidak ingin membesarkan atau menjadi ibu dari anak Yang Mulia dengan Rashta, aku tidak akan suka jika setelah membesarkan anak itu dia menolakku begitu tumbuh dewasa, mendengar kata-kata seperti 'musuh ibunya'. ”

Ketika aku selesai berbicara, aku mundur dua langkah dan menatapnya.

Sovieshu tampak lebih terkejut. Mulutnya sedikit terbuka dan kulitnya pucat.

Siapa pun yang melihatnya akan menyadari bahwa aku telah mengatakan sesuatu kepadanya.

Setelah beberapa saat, aku membungkuk dengan sopan, berbalik, dan berjalan pergi.

Kami hanya bertukar beberapa kata, tapi aku sudah lelah.

Untungnya, setelah Heinley, Duke Elgy, dan Sovieshu memintaku untuk menari satu demi satu, tidak ada orang lain yang melakukannya lagi.

Apakah itu juga melelahkan secara mental baginya? Aku melirik Sovieshu saat aku menyesap minumanku, dia juga duduk di kursi dan tidak menari lagi.

Duke Elgy sedang berbicara dengan bangsawan muda lainnya.

Heinley, yang ada di sebelahku, sepertinya ingin berdansa denganku lagi…

"Maafkan aku."

Aku tidak punya tenaga, jadi aku tidak ingin menari lagi.

“Tidak apa-apa. Besok kita akan punya kesempatan lain."

Besok adalah resepsi kedua, yang mungkin bertema pesta topeng.

Mendengar kata 'pesta topeng' saja membawa kembali kenangan buruk.

Bahkan memikirkan harus menghadiri resepsi ketiga membuatku merasa sangat lelah.

Tapi aku tidak ingin Heinley khawatir, jadi aku tersenyum dan mengangguk.

Pada saat itu, aku mendengar suara yang ramai dari kejauhan. Itu adalah suara keterkejutan dan kekaguman.

Ada apa?

Melihat ke arah itu, aku melihat banyak orang berkumpul di tempat itu.

Apakah seseorang melakukan aksi yang menarik?

Meskipun aku penasaran, aku tidak ingin melihatnya.

Aku menenangkan diri dan memakan irisan nanas yang dibawakan Heinley untukku.

Rose, yang telah berjalan-jalan sebentar, mendatangiku dan berkata, “Yang Mulia Ratu. Orang….. itu."

Rose tampak enggan menyebutkan namanya, tapi aku bisa menduga siapa yang dia maksud.

Dia berbicara tentang Rashta.

Rose ada di pihakku, jadi sulit baginya untuk memanggil Rashta 'Yang Mulia Permaisuri' di depanku.

Ketika aku mengangguk dan menatapnya, Rose berbisik, “Dalam perayaan pernikahannya, dia akan menyumbangkan sejumlah besar uang ke berbagai institusi yang membutuhkan bantuan, seperti panti asuhan dan panti jompo.”

"Benarkah?"

"Ya, sekitar dua puluh juta krang."

“…Serius?”

“Itu jumlah yang besar. Itu sebabnya semua orang sangat terkesan.”

Dua puluh juta krang…

Mencoba menahan tawaku, aku membuka kipas untuk menutupi mulutku.

Itu persis jumlah surat perjanjian pendanaan yang aku tinggalkan.

Aku menasihatinya untuk tidak menggunakannya di bawah namanya karena dapat menimbulkan masalah.

Bagaimana dia bisa melakukannya secara terbuka?

Apakah Rashta pintar atau sebaliknya?

Tapi sudah terlanjur terjadi. Ini dapat meningkatkan reputasinya, atau menyebabkan masalah baginya. Sekarang semuanya tergantung pada keberuntungannya karena mengabaikan peringatanku.

[Baca Remarried Empress Bahasa Indonesia di https://shiraulwiya.blogspot.com/]

***

Namun, setelah kembali ke kamarku hari itu, aku tidak bisa berhenti memikirkannya.

Haruskah aku lebih spesifik dalam surat itu?

Aku tidak memberinya penjelasan yang tepat mengapa dia tidak boleh menggunakan uang itu atas namanya.

Aku tidak melakukannya karena aku pikir Rashta secara alami akan mengerti begitu dia melihat surat perjanjian pendanaan itu.

Jika masalahnya tidak akan menjadi rumit, aku mungkin akan membiarkannya sekali ini.

Tetapi setelah melihat perilaku Rashta hari ini, aku bertanya-tanya apakah aku harus menjelaskan situasinya kepadanya secara lebih rinci.

Ada bagian lain dari diriku yang keberatan, 'Mengapa aku harus melakukannya? Dia adalah Permaisuri sekarang. Selain itu, aku bukan permaisuri yang meninggalkan posisinya atas kemauannya sendiri, tetapi seorang permaisuri yang digulingkan dan dipaksa untuk bercerai.’

Setelah mempertimbangkan dengan cermat, akhirnya aku membuat keputusan, aku hanya akan memberi tahu dia apa yang diperlukan untuk menenangkan pikiranku.

Dan keesokan harinya, pesta topeng dimulai dan begitu aku masuk, aku melihat Rashta.

Itu dia.

Tetapi ketika aku hendak memanggil Rashta untuk berbicara, aku menjadi khawatir ketika aku ingat bagaimana dia melemparkan dirinya ke lantai dan bersikeras bahwa saudara laki-lakiku telah mendorongnya.

Apakah ada jaminan bahwa dia tidak akan melakukannya lagi saat kami berbicara?

Memikirkannya sejenak, aku menemukan ide yang sangat bagus.

Ide bagus untuk bisa berbicara dengan Rashta sendirian dan mencegahnya berbohong seperti itu lagi.

Aku menunggu kesempatan dengan sabar, lalu mendekati Rashta dan mengusulkan, "Yang Mulia Permaisuri, maukah Anda berdansa dengan saya?"

[Baca Remarried Empress Bahasa Indonesia di https://shiraulwiya.blogspot.com/]

***

Diterjemahkan dari https://novelutopia.com/ 


<<<

Chapter 212               

>>>             

Chapter 214

===

Daftar Chapters 







Remarried Empress (#212) / The Second Marriage

 


Chapter 212: Pernikahan Sovieshu (1)

Penerjemah: Shira Ulwiya

 

Aku pasti bukan orang yang baik. Aku tahu bahwa banyak orang berharap mantan pasangannya bahagia. Namun, aku merasa akan sangat tidak adil jika dua orang yang mengusirku, hidup bahagia selamanya. Jadi, satu-satunya pikiran di kepalaku adalah, 'Aku harap mereka tidak bahagia.'

Tapi tidak sampai ke titik, 'Membusuklah di neraka!'

"Ayo undang mereka," bisik Heinley lembut di sampingku.

Apakah dia menyadari pikiranku?

"Mari kita juga undang mereka berdua."

Akankah mereka hadir hanya karena kita mengundang mereka? Aku pikir tidak.

Ketika tangannya yang hangat menyentuh tanganku, pikiranku yang terganggu sesaat, kembali normal. Bisikan dan sentuhannya membuatku merasa lebih baik.

"Tidak apa-apa," bisikku, meraih tangannya.

Saat kami menautkan jari-jari kami, aku merasa terhibur karena memiliki tempat untuk berpegangan erat-erat.

Tapi tiba-tiba aku merasakan tatapan ke arahku dan menyadari bahwa Sovieshu sedang menatap kami.

Begitu juga dengan orang-orang lain.

Aku sengaja menggenggam tangan Heinley lebih erat.

Apakah dia merasa bahwa mantan istrinya merusak pernikahannya? Ekspresi Sovieshu berkerut.

Bahkan Rashta, yang berseri-seri di sampingnya, menyadarinya dan mengikuti tatapan Sovieshu. Melihatku, Rashta sedikit mengernyit.

**

Acara selanjutnya setelah upacara pernikahan adalah pawai.

Sebuah pawai pernikahan di mana Kaisar dan Permaisuri akan berkendara melalui ibu kota dengan kereta kuda yang sama. Meskipun menyelesaikan rute dengan kereta biasa tidak akan memakan waktu lama, dalam kereta pawai akan memakan waktu tiga hingga empat jam karena bergerak lebih lambat.

Pada titik ini, masalah kecil muncul.

Mereka seharusnya naik kereta pawai tepat setelah upacara pernikahan.

Rashta, yang berjalan ke kereta dengan bantuan Viscountess Verdi, dihentikan oleh Sovieshu.

"Ganti bajumu," perintahnya.

Secara tradisional, pengantin wanita dan pria akan berparade dalam pakaian pernikahan mereka untuk menunjukkan kepada orang-orang mereka bagaimana penampilan mereka saat mereka menyegel janji pernikahan mereka. Bangsawan-bangsawan lain juga akan berkumpul untuk menonton.

Tetapi ketika Sovieshu tiba-tiba memintanya untuk mengganti pakaiannya, bukan hanya Rashta saja yang terkejut, begitu juga para bangsawan lainnya.

Setelah merenung, para bangsawan dengan cepat menyetujui kata-kata Sovieshu. Jika dia tampil berpakaian seperti itu di depan orang-orang, itu bisa menjadi bencana.

Rashta menggerutu dengan ekspresi sedih, dia sepertinya sangat menyukai gaunnya yang glamor.

"Rashta disuruh pergi ke pawai seperti ini."

Sovieshu berusaha tampak lebih bertekad, tetapi akhirnya menghela napas dan memerintahkannya.

“Setidaknya lepas aksesori itu. Itu semua terlihat konyol.”

“Konyol…”

"Kamu terlihat seperti pohon Natal."

Mendengar kata-kata kasar Sovieshu, Rashta dipaksa masuk ke ruangan kosong terdekat bersama Viscountess Verdi.

Setelah beberapa saat, Rashta keluar. Setelah melepas semua aksesori, dia benar-benar terlihat secantik bidadari.

Meskipun gaun itu masih sangat glamor, Rashta tampak lebih menonjol.

Namun, dia naik kereta dengan ekspresi sedih, sepertinya lebih menyukai penampilan sebelumnya.

Baru kemudian Sovieshu naik kereta dan menggerakkan kepalanya sedikit seolah-olah untuk melihat ke arah kami. Pada akhirnya, dia tidak melakukannya dan hanya menginstruksikan, "Ayo pergi."

Di bagian belakang kereta yang berangkat, pita sutra putih dengan tepi emas berkibar indah.

Saat aku menyaksikan adegan ini, aku naik kereta berikutnya dengan Heinley.

Merasa sedikit gugup, aku meraih pagar kereta dengan satu tangan dan meraih tangan Heinley dengan tangan lainnya.

Kereta pawai tidak memiliki penutup, jadi aku harus berdiri sepanjang jalan.

Dengan kata lain, aku harus menghadapi tatapan orang-orang dari Kekaisaran Timur yang aku tinggalkan.

Aku tidak bisa menahan diri agar tidak tegang. Sekarang bukan waktunya untuk memperhatikan gaun Rashta.

Kerajaan Barat juga merupakan negara yang kuat, jadi kami akan berada tepat di belakang kereta Permaisuri dan Kaisar…

Itu adalah posisi yang sempurna bagi orang-orang untuk melihat Rashta dan aku secara bergantian.

Aku beberapa kali menarik napas dalam-dalam agar tampak acuh tak acuh, dan mencengkeram pagar kereta dengan erat saat kereta mulai bergoyang.

Aku mendengar sorakan keras ketika kami mulai bergerak melalui jalan-jalan.

Itu adalah sorakan orang-orang dari Kekaisaran Timur untuk Rashta.

"Astaga! Dia terlihat seperti malaikat!”

“Rashta!

"Lihat kemari!"

Aku dengar bahwa Rashta sangat populer di kalangan rakyat jelata. Itu terlihat jelas saat kami melewati jalanan.

Sorakan orang-orang untuk Rashta lebih keras daripada saat di pawai Sovieshu bersamaku di masa lalu.

Suasana di antara para bangsawan dan rakyat jelata benar-benar berlawanan.

Mungkin lega dengan sorak-sorai yang berapi-api, Rashta tersenyum lebar dan melambai kepada semua orang.

Penampilannya yang cerah dan menawan membuat orang-orang semakin bersemangat.

Namun, sorakan itu berubah menjadi keheningan yang hampir mematikan saat aku melewati mereka di sebelah Heinley.

“…”

Aku dengar bahwa sekitar setengah dari orang-orang tidak menentang pernikahanku. Rupanya, bahkan orang-orang itu tidak mengharapkanku menghadiri pernikahan Sovieshu secara pribadi.

Ke mana pun aku lewat, suasananya menjadi luar biasa sunyi.

Aku mencoba menyembunyikan rasa malu dengan menjaga daguku tetap tegak sambil berusaha untuk tetap tenang.

Heinley mengenggam tanganku lebih erat.

***

[Baca Remarried Empress Bahasa Indonesia di https://shiraulwiya.blogspot.com/]

***

Diterjemahkan dari https://novelutopia.com/ 


<<<

Chapter 211                  

>>>             

Chapter 213

===

Daftar Chapters 


 





Remarried Empress (#211) / The Second Marriage

 


Chapter 211: Keterkejutan Sovieshu (2)

Penerjemah: Shira Ulwiya

 

Alih-alih mundur, Heinley dengan tegas menolak.

"Maafkan saya. Anda tampak sedikit marah ... Saya tidak bisa meninggalkan istri saya di sebelah pria lain yang marah bahkan jika Yang Mulia yang memintanya.

Wajah Sovieshu menjadi lebih kaku.

Pria lain?”

Setelah menatap Sovieshu dengan tenang sejenak, Heinley berkata sambil tersenyum, "Navier adalah istriku."

[Permaisuri adalah istriku, bukan pemandu wisata pangeran.]

Kata-kata Heinley tumpang tindih dengan kata-kata Sovieshu dari beberapa bulan yang lalu.

Wajah Sovieshu berubah seolah dia memiliki pemikiran yang sama. Tetapi terlepas dari niatnya, Heinley benar.

Saat itu, Sovieshu telah menarik garis yang sangat jelas antara Heinley dan aku, karena kami adalah orang asing. Kali ini, Sovieshu dan aku adalah orang asing.

Sovieshu berbicara kepadaku bahkan tanpa memandang Heinley, "Navier, saya punya sesuatu untuk diberitahukan kepada Anda."

"Silakan, Yang Mulia."

"Hanya kita berdua."

Meskipun kami orang asing, aku penasaran apa yang ingin dia katakan kepadaku, jadi aku ingin mendengarnya. Selain itu, Sovieshu bukan hanya mantan suamiku tetapi juga kaisar dari negara yang kuat.

Hubungan antara kami dan Sovieshu sudah terlanjur buruk. Tidak perlu menolaknya secara langsung.

Ketika aku menoleh untuk mengisyaratkan hal ini kepada Heinley, dia menatapku dengan ekspresi yang sama seperti saat itu. Ekspresi ... seekor anjing golden retriever yang sedih.

Dia tampak seperti akan menggoyangkan ekornya dan mulai merengek jika aku pergi. Melihat ekspresi itu, aku tidak tega meninggalkan Heinley sendirian untuk pergi bersama Sovieshu.

Pada akhirnya, aku berubah pikiran.

“Maafkan saya, Yang Mulia. Jika itu bukan masalah yang mendesak, tugas saya sekarang adalah berada di sisi suami saya.”

Aku hendak memberitahunya bahwa jika ada sesuatu yang perlu dibicarakan denganku, bisa lain kali, tetapi Sovieshu kemudian berteriak dengan ekspresi aneh, "Navier!"

Reaksinya lebih aneh lagi seolah-olah dia terluka karena aku yang selingkuh.

Sovieshu menatapku dengan wajah tercengang, lalu menatap tajam ke arah Heinley, berbalik, dan pergi.

Aku menghela napas dan menatap Heinley, yang memegang erat tanganku dengan kedua tangannya, "Apakah kamu baik-baik saja?"

Ketika aku bertanya dengan cemas, Heinley mengangguk dengan wajah memerah. Kemudian dia menekuk lututnya dan menyandarkan kepalanya di bahuku.

[Baca Remarried Empress Bahasa Indonesia di https://shiraulwiya.blogspot.com/]

***

Saat hari pernikahan tiba, suasana hiruk pikuk sudah terasa sejak pagi hari.

Meskipun aku berada di Istana Selatan, suasananya sama ramainya.

Pada siang hari akan ada acara pernikahan dan prosesi. Malam harinya akan ada resepsi pernikahan.

Karena jadwal yang sibuk dan masuknya tamu-tamu terhormat dari seluruh dunia, semua orang di Istana Kekaisaran tampak sibuk bersiap-siap.

Aku juga mulai bersiap-siap dari pagi, Rose dan Mastas bahkan lebih sibuk bersiap-siap sambil membantuku juga.

Khususnya, Rose, yang mendesak Mastas untuk berperilaku 'seperti seorang wanita.'

“Tolong tinggalkan tombak itu di sini!”

"Tombak adalah pegangannya wanita!"

"Tidak! Ini bukan pegangan wanita atau kesatria! Bahkan seorang kesatria tidak menghadiri pesta dengan membawa tombak!”

Pada saat itu, seseorang yang dikirim oleh Countess Eliza datang.

"Ratu Navier, Countess Eliza memintaku untuk memberitahu Anda bahwa gaun pengantin Rashta sangat glamor."

Mendengar ini, aku melihat gaun yang telah aku putuskan untuk aku kenakan.

Itu cukup glamor.

Aku memilih gaun ini karena aku berpikir jika aku hadir dengan pakaian yang sederhana setelah menikah lagi dengan raja negara lain, orang-orang akan berpikir aku sadar diri. Tetapi begitu aku mendengar kata-kata utusan Countess Eliza, aku berubah pikiran.

"Tolong sampaikan terima kasihku kepada Countess Eliza."

Aku memberi utusan itu koin emas dan berterima kasih kepada Countess Eliza atas perhatiannya.

Gaun pengantin memang biasanya glamor.

Namun, Countess Eliza bahkan mengirim seseorang untuk memberitahuku tentang gaun itu, yang berarti Rashta akan mengenakan gaun yang sangat glamor.

Dalam skenario ini, jika kami berdua mengenakan gaun glamor, kami akan terlihat seperti dua burung merak.

"Lebih baik aku memakai gaun ini."

Aku memilih gaun polos yang aku bawa untuk berjaga-jaga.

[Baca Remarried Empress Bahasa Indonesia di https://shiraulwiya.blogspot.com/]

***

Setelah selesai bersiap-siap, aku bertemu dengan Heinley untuk pergi ke aula pernikahan.

Aula pernikahan didekorasi dengan megah, upaya Sovieshu terlihat di mana-mana.

Memang tidak semua bertatahkan permata seperti di Kerajaan Barat, tetapi pengerjaannya tetaplah sempurna.

Terutama pilar dengan sihir terukir di atasnya yang bersinar secara alami benar-benar menakjubkan.

Sovieshu….. membuat persiapan seperti itu untuk Rashta, hanya untuk menjadikannya Permaisuri selama satu tahun?

Sungguh kebohongan yang tidak masuk akal.

Ketika aku memikirkan Sovieshu, yang sangat mencintai Rashta, menekan bawahannya demi persiapan pernikahan, satu sudut mulutku secara alami melengkung ke atas.

Aku senang aku tidak membalas suratnya.

Bagaimanapun, karena masalah yang Sovieshu alami, mata mereka yang hadir tidak begitu terfokus padaku.

Aku bisa mendengar orang-orang bergumam, tapi tidak ada yang mendekatiku.

Aku duduk di sebelah Heinley di kursi yang disediakan untuk tamu-tamu terhormat, berharap pernikahannya akan berlangsung cepat.

Setelah setengah jam, lonceng perak besar yang tergantung di depan aula pengantin berbunyi.

Kemudian, Imam Besar keluar melalui pintu kecil di samping panggung.

Dia tampak lebih lelah daripada saat hari perceraian seolah-olah muak dengan kunjungan berulang ke Kekaisaran Timur.

Ekspresinya menjadi lebih aneh ketika dia melihatku.

Aku menyapanya, sedikit membungkuk sambil tersenyum, tapi Imam Besar menggelengkan kepalanya, tersenyum paksa.

Aula menjadi sunyi senyap setelah kedatangan Imam Besar.

Dia membuka gulungan yang dia pegang dan melafalkan, "Persilakan pengantin wanita dan pria masuk."

Kemudian, lonceng kecil di sebelah lonceng perak berbunyi, diikuti dengan 'Pintu Pengantin Wanita' dan 'Pintu Pengantin Pria' dibuka secara bersamaan.

Kedua pintu itu berlawanan arah, pengantin wanita dan pria akan masuk di jalur terpisah, yang akan bertemu di tengah untuk membentuk satu jalur.

Ini adalah formalitas yang melambangkan bahwa pengantin wanita dan pria, yang telah melalui jalan yang berbeda, sekarang akan menempuh jalan yang sama melalui pernikahan.

Sovieshu, yang keluar dari pintu pengantin pria, terlihat segagah biasanya. Seorang pria tampan, mengesankan, dan bermartabat.

Bahkan dalam situasi tidak masuk akal ini, dia terlihat sangat gagah. Dia menatap Rashta, tidak menoleh untuk melihatku sedetik pun.

Mereka pasti sangat bahagia.

Rashta juga terlihat cantik dan elegan.

Penampilannya, yang memang sudah menakjubkan ketika kami pertama kali bertemu, sekarang tampak seperti bulan yang putih sempurna, mungkin karena cinta Sovieshu atau karena makanan lezat di Istana Kekaisaran.

Namun, saat Rashta melintasi jalurnya, dan berdiri di sebelah Sovieshu. Gaunnya, yang sebelumnya tertutupi oleh kursi-kursi dan tamu-tamu, terungkap sepenuhnya, dan aku sangat terkejut hingga mataku berkedut.

Apa yang ia kenakan?

Gaun Rashta tidak hanya glamor.

Tidak, bahkan jika aku mengabaikan gaun itu, aksesori apa yang ada di lengan dan rambutnya? Dengan semua aksesori itu, dia lebih terlihat seperti pohon Natal.

Melihat ke Sovieshu lagi, ekspresinya berbeda dari beberapa saat yang lalu.

Ekspresinya tampak tidak senang saat dia melihat pengantin wanita. Ekspresinya tampak sedikit marah dengan rahangnya yang tegang.

Sovieshu tidak memandang Rashta dengan gembira tetapi sebaliknya, kebingungan. Jika sang desainer ada di depannya sekarang, dia mungkin akan mengeluh padanya karena mendandani Rashta seperti ini.

Tawa samar bisa terdengar di sekitar. Para bangsawan yang arogan tampaknya mengejek gaun Rashta.

Rose juga bergumam pelan.

“Aku tidak percaya dia mengenakan sesuatu yang sangat lucu dengan wajah itu. Apakah dia aslinya memiliki selera seperti itu, Yang Mulia?”

Ini membuatku memikirkan pakaian yang dikenakan Rashta saat aku masih menjadi Permaisuri. Dia mengenakan sebagian besar pakaian putih, menghindari desain glamor.

Karena itu, Rashta tampak seperti bunga liar yang indah, di antara semua bunga yang mewah.

Penampilannya menyegarkan bagi kaum bangsawan, dan juga menjadi daya tarik kuat bagi Rashta untuk membangun dirinya di masyarakat kelas atas.

Tetapi pada hari terpentingnya, dia muncul entah dari mana dengan gaun yang begitu konyol ... bagaimanapun, wajah Rashta sendiri tampak puas.

Saat dia melewatiku, dia melontarkan senyum percaya diri yang seolah-olah berkata dia telah menang.

Di tengah situasi yang tidak masuk akal ini, Rashta dan Sovieshu berjalan bersama dan berhenti di depan Imam Besar.

Pada saat itu, Imam Besar bertanya sambil membuka kitab suci.

“Apakah Sovieshu Vict, Kaisar Kekaisaran Timur, menerima untuk menikahi Rashta Isqua?”

"Saya terima."

“Apakah Rashta Isqua menerima untuk menikah dengan Kaisar Kekaisaran Timur, Sovieshu Vict?”

"Saya terima."

“Tanda tangan di sini.”

Setelah Rashta dan Sovieshu menandatangani akta nikah, Imam Besar menyimpan kertas itu di dalam kitab suci, menyatakan kelahiran pasangan kaisar baru di Kekaisaran Timur.

Mereka yang hadir bertepuk tangan, dan Sovieshu berbalik, menunjukkan senyum lembut. Meskipun gaunnya konyol, senyum Rashta lebih cerah dari sebelumnya.

Mereka berdua terlihat sangat bahagia. Pemandangan itu tampak seperti adegan dalam dongeng.

Melihat pasangan elok ini, aku berpikir, ‘Aku harap mereka tidak bahagia'.

[Baca Remarried Empress Bahasa Indonesia di https://shiraulwiya.blogspot.com/]

***

Diterjemahkan dari https://novelutopia.com/ 


<<<

Chapter 210                  

>>>             

Chapter 212

===

Daftar Chapters