Sunday, July 4, 2021

Remarried Empress (#214) / The Second Marriage



Chapter 214: Kembalilah, Navier (1)

Penerjemah: Shira Ulwiya

 

Rashta menjadi gugup saat aku mendekat. Ketika aku mengulurkan tangan dan memintanya untuk menari, matanya terbelalak.

"Hah?"

Sepertinya dia sama sekali tidak menduganya.

Para bangsawan di sekitar kami juga keheranan.

Meskipun wajah kami ditutupi topeng, mereka yang hadir dapat dengan jelas mengenali bahwa kami adalah sang permaisuri baru dan sang mantan permaisuri.

Semua orang merasa aneh karena aku tiba-tiba meminta Rashta untuk menari.

Aku diam-diam menunjuk dengan tanganku yang lain ke panggung dansa. Rashta tampak bingung, tetapi bangkit dan mengikutiku, mungkin untuk mencegahku mengatakan sesuatu yang canggung dengan keras.

Ketika kami berdiri di tengah panggung, musik berhenti dengan pekikan biola yang tidak biasa, para musisi juga terkejut.

Hening sesaat.

Lalu, sekitar 30 detik kemudian.

Musik kembali mengalun.

Mungkin karena memikirkan kami, musik yang dimainkan bukanlah musik yang khusus diperuntukkan bagi pria dan wanita untuk menari.

Langkah-langkah tariannya identik, jadi kami hanya perlu bergerak bersama.

Rashta dengan tenang bertanya seraya mengambil sikap badan untuk menari.

"Apakah kamu sangat ingin mengalahkan Rashta?"

“?”

"Kamu menari lebih baik daripada Rashta, itulah yang ingin kamu dengar sekarang."

“…”

Dia memiliki imajinasi yang sangat unik.

Tapi tidak ada alasan untuk memujinya, apalagi membuang waktu untuk hal-hal yang tidak penting.

“Ayo kita buat agar kamu terlihat seperti penari yang baik.”

Aku mengakhiri pembicaraannya dengan tegas, dan langsung ke intinya, "Jika suatu saat kamu berada dalam masalah di dekat Baron Lant, mintalah bantuan Marquis Karl."

"Hah? Apa?"

Rashta bahkan menjadi lebih bingung, matanya kembali membelalak.

Seolah-olah dia tidak mengerti mengapa tiba-tiba aku mengatakan ini. Aku tidak ingin menggali topik ini terlalu dalam. Jadi aku hanya melanjutkan, “Marquis Karl adalah bawahan Yang Mulia, tetapi dia adalah orang yang adil yang tidak terpengaruh oleh perasaan pribadi. Jika itu demi negara, dia akan membantumu.”

"Apa yang kamu…?"

“Tidak perlu sepenuhnya menyingkirkan mereka yang hanya mencari kekuasaan dan keuntungan. Bahkan beberapa dari orang-orang itu berbakat, hanya saja mereka mengejar tujuan yang berbeda. Namun, mereka tidak boleh menjadi bagian dari pembantu dekat seseorang, dan jika memang demikian, seseorang harus selalu mengawasi apa yang mereka kejar.”

"!"

"Kamu sebaiknya menjauh dari orang yang memilih pakaianmu hari ini."

Rashta benar-benar terpana, dia bahkan sedikit tersandung saat menari. Matanya penuh dengan kebingungan.

Aku tahu. Aku tidak perlu memberitahunya semua ini.

Tapi…

“Aku tidak melakukannya untukmu. Itu nasihat demi negara asalku.”

Setelah aku dengan dingin menambahkan itu, tatapan Rashta akhirnya berubah sedikit angkuh.

“Bagaimana dengan surat perjanjian pendanaan yang kuberikan padamu? Sudahkah kau memberikannya kepada orang lain?”

Namun, tatapan angkuhnya dengan cepat menghilang setelah pertanyaan itu.

Dia berhenti menatapku begitu aku menyebutkan surat perjanjian pendanaan, tatapannya bergerak ke sana kemari dan kulitnya memucat.

"Hmm, Rashta tidak begitu mengerti apa yang kamu bicarakan ..."

“Jika kamu bisa mendapatkannya kembali, lakukanlah. Jika tidak bisa, kamu benar-benar harus mendanai institusi- institusi itu dengan uangmu sendiri mulai sekarang.”

Rashta mendengus.

Dia pikir aku mengatakan itu karena aku tidak ingin dia mengambil keuntungan dari uangku.

Tidak begitu, Rashta.

Aku takut masalah akan muncul karena uang itu dan institusi yang aku danai akan terkena dampaknya.

Secara hukum, hanya karena ada masalah dengan Rashta tidak berarti institusi tersebut juga akan bermasalah, tetapi sponsor tidak akan menyumbang ke institusi yang terlibat dalam skandal.

Namun… alih-alih membicarakan masalah yang mungkin terjadi, aku memutuskan untuk berhenti di sini.

Aku hanya mengatakan kepadanya bagaimana mencegah yang terburuk.

Jika aku lebih detail lagi, aku mungkin akan menembak kakiku sendiri. {mungkin maksudnya bantuannya malah bisa jadi bumerang untuknya}

Bukan karena uang yang aku berikan padanya, melainkan karena Rashta pernah menyalahkan orang lain atas kesalahannya beberapa kali sebelumnya.

Jika aku memberinya lebih banyak informasi, dia bisa saja bersiap untuk menyalahkan orang lain lagi jika masalah muncul nantinya.

Pada saat itu, Rashta tiba-tiba ambruk di lantai dan mulai berteriak.

"Ah, perutku!"

Dia mulai mengerang kesakitan, "Perutku sakit!"

Aku menatap Rashta dengan tenang.

Aku tidak tahu apakah itu sungguhan atau pura-pura tetapi dia terus menutupi perutnya.

“Rashta!”

Sovieshu bergegas datang dengan terkejut. Rashta terisak dan mencengkeram lengannya.

“Yang Mulia, perutku sangat sakit…!”

Sovieshu mengalihkan pandangannya kepadaku. Kami saling berpandangan tanpa ekspresi.

Bibirnya bergetar, tetapi alih-alih mengatakan apa pun, dia hanya meraih Rashta ke dalam pelukannya.

Namun, dia terus memandangi wajahku.

Meskipun aku seharusnya telah menyakiti Rashta, wajahnya tidak mencerminkan pemikiran seperti itu.

Dia benar-benar hanya menatap wajahku.

Mengapa?

Apakah dia mengingat saat kami menari bersama sebelum dia membuangku dan pergi bersama Rashta?

"Astaga."

Heinley mendatangiku, meraih tanganku, dan menasihati Sovieshu dengan suara lembut.

"Yang Mulia, sebaiknya Anda segera membawanya ke dokter istana."

Rashta menggeliat, tangannya pucat.

Melihat dia benar-benar berkeringat dingin, pasti perutnya benaran sakit.

Sovieshu akhirnya pergi dengan membopong Rashta.

Para bangsawan melirik ke arahku. Aku bisa dengan jelas merasakan tatapan mereka padaku, tapi dengan tak acuh aku mengambil dua gelas sampanye dari seorang pelayan yang lewat.

Aku menyerahkan satu kepada Heinley, dan segera menyesap gelasku.

Untunglah aku berbicara di depan para bangsawan. Entah dia kesakitan atau tidak, Rashta pasti akan menyalahkanku.

[Baca Remarried Empress Bahasa Indonesia di https://shiraulwiya.blogspot.com/]

***

"Baik?"

Atas pertanyaan dingin Sovieshu, dokter istana menarik stetoskopnya dan dengan cepat menjawab.

"Dia hanya ketakutan, dia baik-baik saja."

"Apa yang terjadi dengannya?"

"Sepertinya karena stres."

"Stres?"

Sovieshu menatapnya dengan wajah, ‘Memang apa yang membuatnya stres?'

Dokter istana tersenyum canggung. Itu adalah sesuatu yang harusnya lebih diketahui Sovieshu daripada dirinya.

Ketika dokter akhirnya pergi, Sovieshu berjalan ke Rashta, yang sedang berbaring di tempat tidur, dan meraih tangannya.

Rashta memegang erat tangan Sovieshu.

“Yang Mulia, apakah Anda melihatnya? Permaisuri memerasku. Aku takut."

"Aku tidak melihat apa-apa."

"Permaisuri memerasku."

Sovieshu menghela napas mendengar kata-kata Rashta.

"Dengan apa Permaisuri memerasmu?"

"Dia…"

Rashta ragu-ragu.

Agar seseorang memerasmu, orang itu harus tahu kelemahanmu agar bisa menekanmu. Dia tahu ini lebih baik daripada orang lain karena dia telah diperas oleh Viscount Roteschu sebelumnya.

Karena itu, sulit untuk mengarang perkataannya di hadapan Sovieshu. Dia jelas tidak bisa menyebutkan surat perjanjian pendanaan.

Pada akhirnya, Rashta menutupi dirinya dengan seprai, air mata mengalir di matanya. Sovieshu menghela napas berat saat melihatnya.

Rashta tampaknya berada di bawah tekanan.

Dari sudut pandang Sovieshu, Permaisuri bukanlah seseorang yang akan memanfaatkan kelemahan orang lain untuk memeras mereka.

Namun, niat pembicara dan pendengar tidak selalu sejalan. Rashta bisa saja menganggap kata-kata Permaisuri sebagai pemerasan.

Bagaimanapun, Rashta tampak ketakutan pada saat itu.

"Beristirahatlah."

Sovieshu membelai rambutnya yang bergelombang, menepuk seprai beberapa kali, dan pergi.

Mereka berdua secara tidak sadar memanggil Navier— Permaisuri.

Rashta mengerutkan kening ketika dia menyadari fakta ini.

'Bodoh!'

Rashta menyalahkan mulutnya sendiri.

Rashta telah memanggilnya Permaisuri berkali-kali sehingga kata itu masih keluar dari mulutnya tanpa sadar.

Upacara pernikahan telah diadakan kemarin, dan sekarang Permaisuri Kekaisaran Timur adalah aku. Tidak ada alasan untuk memanggil Ratu— Permaisuri.

***

[Baca Remarried Empress Bahasa Indonesia di https://shiraulwiya.blogspot.com/]

Diterjemahkan dari https://novelutopia.com/ 


<<<

Chapter 213                 

>>>             

Chapter 215

===

Daftar Chapters 










No comments:

Post a Comment